Anda di halaman 1dari 18

MODUL IV

MULTIPLE CSTR-PFR

Tujuan Pembelajaran Umum


1. Mahasiswa mengenal karakteristik fisik reaktor Multiple CSTR-PFR

Tujuan Pembelajaran Khusus


a) Mencari harga laju alir di dalam reaktor pipa sehingga sifatnya mendekati konsep ideal
PFR
b) Mencari laju putar pengadukan di dalam reaktor tangki berpengaduk sehingga sifatnya
mendekati konsep ideal CSTR
c) Mengamati karakteristik Residence Time Distribution (RTD) dan Dispertion Number
(ND) untuk mixed flow reactor dan tubular reactor serta reaktor yang disusun seri.

d) Mengetahui perbedaan nilai konversi yang diperoleh dari reaktor tunggal dan reakor
yang disusun seri.

I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik Kimia merupakan rekayasa ilmu yang mempelajari desain dan operasi pada
proses kimia skala komersial. Proses-proses kimia ini mencakup berbagai langkah pengolahan
bahan mentah yang memanfaatkan reaksi kimia dan biokimia, dan perubahan sifat fisik dan
kimia dari bahan mentah untuk mengkonversi bentuk fisik, kandungan energi, dan/atau
komposisi kimia, sehingga tercipta produk bernilai komersial.
Dalam dunia pendidikan tinggi, Teknik Kimia merupakan program studi yang
mempelajari proses reaksi kimia, teknik perawatan dan perancangan pabrik. Pabrik yang
dirancang dapat berupa pabrik kimia, bioproses, makanan, farmasi dan lainnya. Hampir
seluruh pabrik yang ada di dunia dirancang oleh sarjana Teknik Kimia. Perancangan yang
dimaksud disini adalah merancang berbagai proses yang terjadi dalam pabrik, seperti reaksi
dalam reaktor, sistem penggunaan sumber daya, pengendalian proses dan lain sebagainya.
Ilmu reaksi dalam reaktor merupakan salah satu inti dari ilmu Teknik Kimia. Reaktor
sendiri ialah suatu alat untuk mengkonversi bahan mentah untuk dapat berlangsungnya suatu
reaksi kimia dibawah kondisi yang terkendali agar menjadi produk yang bernilai komersial.
Dalam fungsinya terdapat tiga cara pengoperasian, yaitu operasi secara batch, semi batch dan
operasi secara kontinu.
Terdapat berbagai jenis reaktor, ditinjau berdasarkan prosesnya terdapat dua diantara
nya adalah Reaktor Tangki Berpengaduk Kontinu dan Reaktor Pipa. CSTR merupakan reaktor
tangki berpengaduk yang beroperasi secara kontinu, yang selama beroperasi bahan baku
dimasukkan terus menerus dalam waktu tertentu, demikian juga dengan produk reaksi nya.
CSTR dapat dalam bentuk tunggal dan dapat dalam bentuk rangkaian dengan beberapa tangki
yang disusun seri atau paralel. Memiliki sifat ideal yang berkaitan dengan stirring atau
pengadukan yang dapat memberikan kondisi well mixed bagi campuran reaksi, sehingga pada
umumnya CSTR akan digunakan untuk memproses campuran reaksi yang sifatnya
memerlukan pengadukan yang sempurna.
PFR merupakan reaktor aliran pipa yang beroperasi secara kontinu, sama halnya dengan
CSTR. Perilaku ideal pada reaktor aliran pipa adalah menyerupai aliran sumbat sehingga
disini tidak terjadi pencampuran ke arah aksial dan semua molekul mempunyai waktu tinggal
di dalam reaktor sama besar. Reaktor PFR juga dapat disusunn secara berangkai dapat dalam
bentuk paralel ataupun seri.

I-2
II-2

Di jurusan Teknik Kimia Polban, ilmu tentang reaktor hanya sekedar materi di kelas
saja, tanpa ada wujud dalam prakteknya. Kemudian di akhir tahun 2016 lalu, Jurusan Teknik
Kimia Polban menghadirkan sebuah alat baru berupa reaktor tangki berpengaduk dan reaktor
pipa skala laboratorium, digunakan untuk praktikum mahasiswa jurusan Teknik Kimia
Polban. Untuk itu penelitian ini dimaskudkan untuk mencari karakteristik reaktor tangki
berpengaduk dan reaktor pipa tersebut, yang dapat disusun seri dan tunggal untuk reaksi
saponifikasi dengan reaktan Etil Asetat (CH3CO2C2H5) dan Natrium Hidroksida (NaOH) yang
menghasilkan Natrium Asetat dan Etanol.
II-3

BAB II
DASAR TEORI
Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi
berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Reaktor kimia
adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam ukuran kecil seperti tabung
reaksi sampai ukuran yang besar seperti reaktor skala industri. Reaktor CSTR
beroperasi pada kondisi steady state dan mudah dalam kontrol temperatur, tetapi
waktu tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan oleh laju alir dari feed masuk dan
keluar, maka waktu tinggal sangat terbatas sehingga sulit mencapai konversi reaktan
per volume reaktor yang tinggi, karena dibutuhkan reaktor dengan volume yang sangat
besar (Smith, 1981: 325).
Ada dua model teoritis paling populer yang digunakan dalam pereaksian kimia
yang beroperasi dalam keadaan tunak (steady-state), yaitu CSTR (Continuos Stirred
Tank Reactor) dan plug Flow Reaktor (PFR). Perbedaannya adalah pada dasar asumsi
konsentrasi komponen-komponen yang terlibat dalam reaksi. CSTR merupakan
reaktor model berupa tangki berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang bekerja
dalam tangki sangat sempurna sehingga konsentrasi tiap komponen dalam reaktor
seragam sebesar konsentrasi aliran konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam
sebesar konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Model ini biasanya digunakan pada
reaksi homogen di mana semua bahan baku dan katalis cair (Nauman, 2002: 23).
2.1 Reaktor Tangki Berpengaduk
Reaktor Tangki Berpengaduk merupakan salah satu jenis reaktor yang sering
digunakan dalam industri proses yang menggunakan bahan berfasa liquid sebagai bahan baku
utama. Reaktor ini dapat dioperasikan pada kondisi steady state dengan laju reaktan dan
prodak yang kontinyu serta pencampuran dianggap sempurna.
Penggunaan reaktor jenis Tangki Berpengaduk biasa digunakan apabila suatu proses
membutuhkan pengadukan atau agitasi dan pada pengaturan yang membutuhkan konfigurasi
secara seri untuk aliran konsentrasi yang berbeda. Selain itu, keunggulan dari Reaktor Tangki
Berpengaduk adalah control suhu yang lebih baik dibandingkan dengan reaktor jenis lain,
mudah digunakan untuk reaksi dua fasa, biaya operasi rendah, dan mudah dirawat dan
dibersihkan. Tetapi, Reaktor Tangki Berpengaduk juga memiliki kekurangan, yaitu nilai
konversi yang rendah per satuan unit volume dan membutuhkan volume yang besar untuk
mendapatkan konversi yang diinginkan. Apabila nilai konversi yang tinggi diinginkan, maka
beberapa reaktor Tangki Berpengaduk dapat dirangkai secara seri untuk mencapai nilai
II-4

konversi yang diinginkan. Semakin banyak reaktor Tangki Berpengaduk yang digunakan,
maka performa reaktor Tangki Berpengaduk akan semakin mendekati reaktor Pipa.

Gambar 2.1 Reaktor Tangki Berpengaduk


(Sumber: Rosadi, 2000)

2.2 Reaktor Pipa


Menurut Nauman (2002) Reaktor Pipa merupakan suatu reaktor yang memiliki bentuk
menyerupai pipa yang beroperasi secara kontinyu. Di dalam reaktor Pipa, selama operasi
berlangsung bahan baku akan dimasukkan secara terus menerus dan produk reaksi akan
dikeluarkan secara terus menerus sehingga tidak terjadi pencampuran ke arah aksial dan
semua umpan memiliki waktu tinggal yang sama.

Gambar 2.2 Reaktor Pipa


(Sumber: Nauman, 2002)

2.3 Reaktor Seri


Reaktor dengan jenis yang berbeda dapat dirangkai secara seri, misalnya apabila kita
merangkai reaktor seri yang diikuti dengan reaktor atau sebaliknya.
Gambar 2.3 Reaktor yang disusun seri
(Sumber: Schmidt, 1998)
Menurut Schimdt (1998) untuk Reaktor Pipa yang diikuti Reaktor Tangki Berpengaduk
secara seri maka persamaan adalah sebagai berikut:
C C
C A 2= A 1 = A 0 e−kτ 1

1+ kτ 2 1+ kτ 2
Apabila Reaktor Tangki Berpengaduk diikuti dengan Reaktor Pipa maka persamaan
adalah sebagai berikut:
C A 0 −kτ
C A 2=C A 1 e−kτ =
2
e 2

1+ kτ 1

2.4 Reaksi Saponifikasi


Menurut Ikhzuangbe (2015) Hidrolisis merupakan suatu reaksi kimia yang mengurai
suatu bahan termasuk memutus suatu ikatan dengan penambahan air. Hidrolisis dari suatu
minyak atau trigliserida dengan menggunakan suatu basa atau antacid dikenal dengan reaksi
saponifikasi. Natrium asetat (CH3COONa) dan etanol (C2H5OH) dapat dihasilkan melalui
hidrolisis etil asetat dengan Natrium hidroksida (NaOH). Reaksi saponifikasi dari etil asetat
ini merupakan reaksi orde dua menurut berbagai literatur mengenai kinetika laju reaksi kimia.
C2H5CO2CH3 + NaOH ↔ CH3COONa + C2H5OH ΔH = -444,8 kj/mol
(Etil Asetat) (Na-Asetat) (Etanol)

2.5 Bahan dan produk reaksi saponifikasi


Bahan yang digunakan dan produk yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi adalah
sebagai berikut : Etil Asetat, Natrium Hidroksida, Natrium Asetat, Etanol

2.6 Tolak ukur penyimpangan reaktor nyata


Parameter yang digunakan sebagai tolak ukur penyimpangan reaktor ideal adalah
dengan menentukan nilai RTD dan ND pada masing-masing reaktor.
2.6.1 Residence Time Distribution
Menurut Levenspiel, RTD adalah perhitungan waktu tinggal rata-rata yang
dimiliki molekul selama tinggal dalam reaktor dan penyimpangan yang diberikan dari
II-1
karakteristik reaktor. Pengamatan RTD dapat dilakukan dengan cara pemberian tracer.
Pemberian tracer dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Pulse
Pulse yaitu umpan dimasukan kedalam reaktor hanya satu kali saja. Metode ini
memerlukan pemasukan suatu volume yang sangat kecil dari tracer di lubang umpan
masuk dari reaktor. Jika suatu massa dari tracer, M, dimasukkan ke dalam suatu bejana
dari volume V dan suatu waktu tinggal yang diharapkan dari , hasil kurva dari C (t)
dapat diubah menjadi suatu kurva RTD yang dengan hubungan sebagai berikut:

∫ t C dt
τ = 0∞ ............. (2.1)
∫ C dt
0

Kurva ideal yang dihasilkan pada metoda pulse ialah sebagai berikut:
Konsentrasi (C)

Waktu (t)
Gambar 2.4 Kurva ideal metode pulse antara waktu vs konsentrasi

b) Step
Step yaitu umpan dimasukan kedalam reaktor secara kontinyu dengan konsentrasi
yang sama. Di dalam metoda step, konsentrasi tracer di lubang masuk reaktor berubah
dengan kasar dari 0 ke konsentrasi tertentu. Konsentrasi tracer di saluran keluar diukur
untuk memperoleh kurva konsentrasi terhadap waktu.
Persamaan untuk mencari waktu tinggal rata-rata dengan metode step adalah:
C
1
max

t d Cstep ............. (2.2)


C max ∫
τ=
0
Jika reaktor tersebut merupakan reaktor CSTR yang sempurna, maka kurva ideal
yang dihasilkan pada metoda step ialah sebagai berikut;
Konsentrasi (C)

Waktu (t)

II-2
Gambar 2.5 Kurva ideal metode step antara konsentarasi vs waktu

2.6.3 Dispersion Number


Menurut Levenspiel (1999), dispersion number merupakan bilangan tak berdimensi.
Dispersion number sering digunakan untuk mengetahui terjadinya backmixing di dalam suatu
reaktor jenis PFR. Dispersion number dilambangkan dengan (D/uL). Berikut ialah persamaan
yang digunakan untuk menghitung dispersion number:
2
σ D


τ̄ 2
=2 ( )
uL

∫ t 2 C dt
2 0
dimana : σ = ∞
∫ C dt
0
D = dispersion coefficient (m/s2) ; mengacu pada proses penyebaran warna
D besar, berarti pada kurva penyebaran warna cepat
D kecil, berarti penyebaran warna lambat
D = 0 , berarti tidak ada penyebaran warna, disebut plug flow
u = kecepatan linier (m/s)
L = panjang pengukuran (m)
Jika diketahui reaktor tersebut memiliki sifat seperti reaktor PFR maka dari nilai
dispersion number dapat diketahui tingkat error atau backmixing yang terjadi pada suatu
aliran fluida di dalam reaktor jenis PFR. Berikut ialah tingkat error dan nilai dispersion
number:

Error < 5% jika


( uLD ) > 0,01

II-3
III-1

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Kegiatan penelitian “Uji Karakteristik Reaktor Tangki Berpengaduk dan Reaktor Aliran
Sumbat serta dalam Hubungan Seri untuk Reaksi Etil Asetat dan NaOH” dilakukan dengan
menggunakan peralatan proses skala laboratorium dan bahan – bahan sebagaimana termuat
pada tabel 3.1; tabel 3.2 dan tabel 3.3
3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan untuk kegiatan penelitian ini disajikan dalam tabel 3.1 dan tabel 3.2
yaitu sebagai berikut:
a) Peralatan Utama
Tabel 3.1 Peralatan utama yang digunakan untuk penelitian

No Daftar Alat Spesifikasi Jumlah (set)


1. Reaktor CSTR - 1
2. Reaktor PFR - 1
3. Konduktometer - 1
4. Sistem Perpipaan - 1

b) Peralatan Pendukung
Tabel 3.2 Peralatan pendukung yang digunakan untuk penelitian
No Daftar Alat Spesifikasi Jumlah (buah)
1. Gelas Kimia 1000 ml 2
500 ml 2
2. Gelas Ukur 1000 ml 1
100 ml 1
3. Labu Takar 1000 ml 1
4. Pipet ukur 10 ml 2
5. Spatula - 1
6. Batang pengaduk - 1
7. Suntikan 5 ml 1
8. Botol sampel 50 ml 12
III-2

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk kegiatan penelitian ini disajikan dalam tabel 3.3 yaitu sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Bahan yang digunakan untuk penelitian

No Daftar Bahan Spesifikasi Jumlah


1. Etil Asetat Teknik 20 liter
2. NaOH Teknis 80 gr
3. Aquadest Teknis 40 liter
4. Indikator Phenolpthalein Teknik 100 ml

3.2 Tahap Kegiatan Penelitian


Kegiatan penelitian “Uji Karakteristik Reaktor Tangki Berpengaduk dan Reaktor Aliran Sumbat
serta dalam Hubungan Seri untuk Reaksi Etil Asetat dan NaOH” dilakukan dalam beberapa tahap
kegiatan sebagai berikut:
3.2.1 Kalibrasi Laju Alir Pompa
Pada tahap pertama, melakukan kalibrasi laju alir pompa dengan memvariasikan nilai
persentase bukaan pompa, dari 20 – 100%, dengan interval 5%. Diketahui bahwa pompa dapat
mengalirkan umpan ke dalam reaktor mulai dari bukaan pompa 20%, kurang dari itu pompa
tidak berfungsi. Kemudian pengukuran laju alir dilakukan dengan menampung air keluaran
pompa pada waktu tertentu. Sehingga akan didapat volume per satuan waktu. Dari data – data
tersebut dapat dibuatkan kurva kalibrasi antara laju alir dengan bukaan pompa. Kalibrasi laju alir
dilakukan untuk menunjukan nilai laju alir pada pembacaan flowmeter tervalidasi.
3.2.2 Pembuatan Tracer
Pada tahap kedua, membuat larutan tracer berupa NaOH, dengan konsentrasi 1 M, dibuat
dengan cara melarutkan 40 gram NaOH dalam 1000 ml aquadest. larutan tracer (NaOH) tersebut
ditambahkan indikator berupa zat warna phenolpthalein agar dalam proses penyuntikan tracer,
terdapat warna dalam reaktor dan dapat menunjukan bahwa tracer tersebut habis beraksi dengan
larutan sampel.
3.2.3 Penentuan RTD dan ND
Pada tahap ketiga, Menentukan Residence Time Distribusion (RTD) dan Dispersion
Number (ND) pada Reaktor Tangki Berpengaduk dan Reaktor Aliran Sumbat serta dalam
III-3

hubungan seri, menggunakan metode pulse, dimana semuanya menggunakan metode yang sama.
Air diumpankan ke dalam reaktor, setelah memenuhi volume kerja reaktor, larutan garam
(NaOH) dengan konsentrasi 1 M dimasukan secara tiba-tiba. Pengukuran konduktivitas
dilakukan selama proses berlangsung. Pengukuran dihentikan setelah nilai konduktivitas
menunjukan nilai yang sama dengan kondisi awal.
3.2.4 Kalibrasi Larutan Standar
Pada tahap keempat, membuat larutan standar NaOH dan Etil Asetat dengan konsentrasi
0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 1,0; 1,1; dan 1,2 M. Konsentrasi tersebut dibuat untuk
masing – masing reaktan. Kemudian melakukan pengukuran konduktivitas reaktan dengan
konduktometri. Membuat kurva hubungan antara konsentrasi dengan konduktivitas reaktan.
3.2.5 Reaksi Saponifikasi dalam Reaktor Rn
Pada tahap kelima, mereaksikan larutan NaOH 0,1 M dan C2H5COOCH3 0,1 M (etil asetat)
pada reaktor Rn*. Menambahkan indikator Phenopthalein pada tangki NaOH sebagai pendeteksi
atau pembaca keberadaan CH3CO2Na (natrium asetat) atau C2H5OH (etanol). Kemudian
menjalankan pompa secara bersamaan. Mengamati nilai konduktivitas hingga stabil dan
disajikan dalam bentuk grafik konduktivitas.
*Keterangan :
R1 = Turbular Reactor (TR)
R2 = Mixed Flow Reactor (MFR)
R3 = TR + MFR
R4 = MFR + T

Diagram Alir
Proses utama dalam kegiatan penelitian ini ditampilkan pada gambar sebagai berikut:
III-4

Gambar 3.1 Proses Reaksi Saponifikasi dalam Reaktor


III-5

3.4 Susunan Alat


Susunan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.4.1 Reaktor Tangki Berpengaduk Tunggal
Dimensi Alat :
Kapasitas = 0,4 – 1,5 L
Diameter reaktor = 160 mm
Tinggi reaktor = 135 mm
Diameter pengaduk = 10 mm
Jenis Impeller = Pitched Blade Turbine
Lebar Impeller = 14,3 mm
Panjang Impeller = 30 mm

Gambar 3.2 Reaktor Tangki Berpengaduk


(sumber : Dokumen pribadi)

3.4.2 Reaktor Pipa Tunggal


Dimensi Alat :
Kapasitas = 0,4 L
Diameter reaktor = 160 mm
Tinggi reaktor = 1230 mm
Panjang pipa = 20 m

Gambar 3.3 Reaktor Aliran Sumbat


(sumber : Dokumen pribadi)
III-6

3.4.3 CSTR – PFR Seri

Gambar 3.4 Notasi untuk mixed flow reactor dan turbular reactor disusun seri
(Sumber: Schmidt, 1998)

3.4.4 PFR – CSTR Seri

Gambar 3.5 Notasi untuk turbular reactor dan mixed flow reactor disusun seri
(Sumber: Schmidt, 1998)

3.5 Analisa Hasil Proses


Analisis hasil berdasarkan tahap kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Kalibrasi laju alir pompa
Mengukur volume cairan yang terdorong keluar pompa tiap satuan waktu yang telah
ditentukan.
2) Penentuan RTD dan ND
RTD ditentukan berdasarkan konsentrasi terhadap waktu pengukuran yang terbentuk selama
reaksi pencampuran berlangsung di dalam Reaktor Tangki Berpengaduk dan Reaktor Pipa,
untuk mengindentifikasi karakteristik ideal dari sebuah reaktor.
3) Pengukuran konduktansi larutan standar
Mengukur konduktansi larutan standar dengan konsentrasi yang berbeda – beda, kemudian
membuat kurva kalibrasi larutan standar.
III-7

4) Penentuan hasil reaksi


Hasil reaksi ditentukan berdasarkan reaktan yang terkonversi (Xa) menjadi produk.
a) Reaktor Tangki Berpengaduk

Pada reaktor tangki berpengaduk produk yang terbentuk dari reaktan yang habis
bereaksi dapat ditentukan dengan pengambilan sampel tiap satuan waktu tertentu,
dimana konsentrasi yang diperoleh dari sampel diplot pada kurva kalibrasi larutan
standar.
b) Reaktor Pipa

Pada reaktor pipa produk yang terbentuk dari reaktan yang habis bereaksi dapat
ditentukan dengan pengambilan sampel tiap satuan waktu tertentu, dimana konsentrasi
yang diperoleh dari sampel diplot pada kurva kalibrasi larutan standar.
c) Reaktor seri (Reaktor tangki berpengaduk + Reaktor Pipa)

Pada reaktor seri yang disusun Reaktor tangki berpengaduk kemudian Reaktor
pipa, produk yang terbentuk dari reaktan yang habis bereaksi dapat ditentukan dengan
pengambilan sampel tiap satuan waktu tertentu, dimana konsentrasi yang diperoleh
dari sampel diplot pada kurva kalibrasi larutan standar.
d) Reaktor seri (Reaktor Pipa + Reaktor Tangki Berpengaduk)

Pada reaktor seri yang disusun Reaktor pipa kemudian Reaktor tangki berpengaduk, produk yang
terbentuk dari reaktan yang habis bereaksi dapat ditentukan dengan pengambilan sampel tiap
satuan waktu tertentu, dimana konsentrasi yang diperoleh dari sampel diplot pada kurva kalibrasi
larutan standar.

BAB IV
III-8

LANGKAH PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengolahan Data


a) Membuat kurva kalibrasi antara bukaan valve dengan laju alir.
b) Membuat kurva kalibrasi antara Konduktivitas dengan Konsentrasi larutan NaOH.
c) Menentukan nilai RTD dan ND untuk reaktor tangki berpengaduk dan reaktor pipa
d) Menentukan konversi reaksi pada masing – masing reaktor

4.2 Tabel Data Pengamatan

1. Kalibrasi laju alir pompa

 Data penentuan kalibrasi laju alir pompa

Bukaan Pompa (%) Volume (L) Waktu (s) Waktu (menit) Laju alir (LPM)
III-9

DAFTAR PUSTAKA

Fogler, H Scoot. 2006. Element of Chemical Reaction Engineering, Fourth edition.


Prentice Hall Professional Technical Reference: University of Michigan.

Levenspiel. Octave. 1976. Chemical Reaction Engineering. John Wiley and Sons Inc: New
York.

Nauman, E Bruce. 2002. Chemical Reactor Design, Uptimization and Scaleup. Rensselaer
Polytechnic Institute: New York.

Rahayu. Sri E, dkk. 2002. Buku Ajar Teknik Reaksi Kimia. Jurusan Teknik Kimia:
Politeknik Negeri Bandung.
III-10

Schmidt, Lanny D. 1998. The Engineering of Chemical Reactions. Oxford University


Press: New York

Pubchem Chemistry Database. Sodium Hydroxide MSDS; Ethyl Asetat MSDS; Sodium
Asetat MSDS. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/sodium_hydroxide#section=Top

Anda mungkin juga menyukai