Anda di halaman 1dari 5

Stock Options

Contoh:
Pada tgl. 1 November 2000, PT X menyetujui rencana utk memberi opsi sebanyak
masing-masing 2.000 lembar saham PT X kepada 5 direktur utama perusahaan.
Opsi ini diberikan atas 2 tahun jasa para direktur tersebut.
Nominal saham PT X @Rp 10,-. Opsi diserahkan tanggal 1 Januari 2001, dan dapat
ditukar selama kurun waktu 10 tahun. Harga opsi (exercise price) adalah @Rp 600,-.
Nilai wajar opsi saham berdasarkan Black Schole’s model adalah Rp 1.000.000.

Jurnal
1 Januari 2001 -tidak ada-

31/12/2001 Penyesuaian untuk mengakui beban kompensasi


Beban Kompensasi Rp 500.000
Tambahan Modal disetor – Opsi Saham Rp 500.000

31/12/2002 Penyesuaian untuk mengakui beban kompensasi


Beban Kompensasi Rp 500.000
Tambahan Modal disetor – Opsi Saham Rp 500.000

Beban kompensasi diakui secara merata sesuai jasa yang diberi kompensasi.

Lanjutan contoh:
• 3.000 lembar opsi ditukar dengan saham pada tanggal 1 Maret 2004. Maka
jurnal untuk mencatatnya adalah.
Kas Rp 1.800.000
Tmbh Modal disetor-opsi saham Rp 300.000
Modal Saham Biasa Rp 30.000
Tmbh. Modal Disetor – Shm Biasa Rp 2.070.000
• s.d. akhir masa berlaku opsi, sisa 7.000 lembar tidak ditukar. Maka jurnal untuk
menutup sisa opsi adalah
Tmbh modal disetor-opsi saham Rp 700.000
Tmbh modal disetor-pembatalan opsi saham Rp 700.000

Stock Warrants
Warrants (waran) adalah surat yang memberi hak kepada pemegangnya untuk
membeli saham (biasa) pada harga tertentu. Biasanya, waran ini dijual bersama
dengan surat berharga lainnya seperti saham utama atau obligasi. Waran ini disebut
juga opsi jika dijual kepada eksekutif/karyawan perusahaan sebagai kompensasi
atas jasanya kepada perusahaan.

Kas yang diterima dari penjualan waran, yang dijual bersama surat berharga lain,
harus dialokasikan kepada kedua surat berharga tersebut. Sebagian dialokasikan
menjadi nilai obligasi dan sisanya ke waran.

Contoh: PT X menjual 10.000 lembar waran yang memberi hak utk membeli masing-
masing 1 lembar saham biasa pada harga @Rp 25. Nominal saham biasa PT X
adalah @Rp 5. Penjualan waran ini bersama-sama dengan penjualan 10.000 lembar
obligasi nominal @Rp 1.000. Jumlah yang diterima dari penjualan obligasi dan waran
adalah Rp 10.000.000. Harga pasar obligasi (tanpa waran) saat transaksi penjualan
@Rp 990 dan harga pasar waran @Rp 30.
Jumlah yang diterima dari penjualan obligasi dan waran (Rp 10.000.000)
dialokasikan kepada masing-masing surat berharga berdasar harga pasar relatif:

Harga pasar obligasi (tanpa waran) 10.000 X Rp 990 Rp 9.900.000


Harga pasar waran 10.000 X Rp 30 300.000
Jumlah Rp 10.200.000

Alokasi utk Obligasi = (9.900/10.200) X Rp 10.000.000 Rp 9.705.882


Alokasi utk waran = (300/10.200) X Rp 10.000.000 Rp 294.118
Rp 10.000.000

Jurnal untuk mencatat penjualan obligasi

Kas Rp 10.000.000
Tambh. Modal Disetor – Waran Rp 294.118
Utang obligasi Rp 9.705.882

Jika seluruh waran dimanfaatkan oleh pemiliknya (ditukar utk membeli saham) maka
jurnal untuk mencatat penukaran adalah:

Kas (10.000 X Rp 25) Rp 250.000


Tambh. Modal Disetor – Waran Rp 294.118
Modal Saham Biasa (10.000 X Rp 5) Rp 50.000
Tmbh. Modal disetor – saham biasa Rp 494.118

Saham Preferen Konversi


Saham preferenKonversi adalah saham preferen yang dapat diubah menjadi saham
biasa. Tidak ada laba/rugi yang diakui dalam transaksi konversi saham preferen
menjadi saham biasa karena keduanya adalah item ekuitas. Modal Saham Preferen
beserta TMD – shm preferen akan berkurang (didebet) dan Modal Saham Biasa (dan
TMD-Shm biasa) akan bertambah (dikredit).

Contoh:
PT Y mempunyai 1.000 lembar saham utama (nominal @Rp 1) yang dapat
dikonversi menjadi 1.000 lembar saham biasa (nominal @Rp 0,5). Saham utama
semula dijual dengan harga @Rp 1,2. Seluruh saham utama dikonversi menjadi
saham biasa, jurnalnya adalah

Modal Saham Preferen Rp 1.000


TMD Shm preferen 200
Modal saham biasa Rp 500
TMD – saham biasa Rp 700

Laba Per Saham – LPS


(Earnings per share/EPS)
Penghitungan EPS adalah hanya untuk saham biasa. EPS menunjukkan
kemampuan perusahaan dlm menghasilkan laba untuk setiap lembar saham biasa
yang beredar.

 Simple capital structure (basic EPS/LPS Dasar)


Net Income thn X* – hak dividen utk saham prioritas thn X
LPS thn X =
Rata-rata tertimbang saham biasa beredar thn X **

*Net income adalah net pajak.

** Contoh
Berikut adalah data saham beredar PT X selama tahun 1998
Tanggal Perubahan Jumlah saham beredar
1/1/98 Saldo awal 90.000
1/4/98 Menjual tunai 30.000 lb 30.000
120.000
1/7/98 Membeli kembali 39.000 lb 39.000
81.000
1/11/98 Menjual tunai 60.000 lb 60.000
31/12/98 Saldo akhir 141.000

Rata-rata tertimbang saham beredar:


Waktu peredaran Jumlah saham Fraction Saham tertimbang
beredar of year
1/1 sd. 1/4/98 90.000 3/12 22.500
¼ sd. 1/7 120.000 3/12 30.000
1/7 sd. 1/11 81.000 4/12 27.000
1/11 sd.31/12 141.000 2/12 23.500
103.000

 Complex capital structure (diluted EPS)

EPS= basic EPS – pengaruh obligasi – pengaruh opsi, warrant, dan


Konversi surat berharga dilutif lainnya

Basic EPS

Diluted EPS (LPS Dilusian)


 LPS Dilusian

Surat berharga yang dapat berubah menjadi saham biasa disebut dengan dilutive
securities (surat berharga berpotensi saham biasa). Karena ada kemungkinan untuk
menjadi saham biasa, jumlah saham beredar ikut terpengaruh dengan adanya
konversi dari surat berharga menjadi saham biasa. Sehingga, penghitungan EPS
pun akan berbeda jika perusahaan mempunyai dilutive securities ini. Dilutive
securities ini mengakibatkan diluted EPS menjadi lebih rendah daripada basic EPS.

Beberapa contoh surat berharga dilutif (berpotensi saham biasa) adalah


1. obligasi konversi
2. opsi dan waran
3. saham preferen konversi

 LPS Dilusian – obligasi konversi


Contoh :
PT M mempunyai laba bersih tahun 2007 Rp 210.000,- dan rata-rata tertimbang
saham beredar tahun 2007 adalah 100.000 lembar. PT M mempunyai obligasi
konversi berikut ini:
Obligasi 6% nominal Rp 1.000.000, dijual tgl 1/1/2006 dengan kurs 100%. Pada saat
dijual, bunga efektif tanpa hak konversi adalah 8%.. Obligasi ini dapat ditukar dengan
20.000 lb saham biasa. Umur obligasi 5 tahun.
Tingkat pajak tahun 2007 adalah 40%.
Diminta: hitunglah
1. basic EPS
2. diluted EPS

 LPS Dilusian – options and warrants


Opsi dan warrants (baik yang sudah dapat dikonversikan maupun belum),
termasuk dalam diluted EPS kecuali jika antidilutive. Antidilutive berarti opsi atau
warant ini justru mengurangi jumlah saham beredar, yang juga berarti
mengakibatkan diluted EPS lebih tinggi daripada basic EPS.
Penghitungan Diluted EPS menggunakan metode treasury stock. Metode ini
mengasumsikan bahwa opsi atau warrant dikonversikan pada awal tahun, dan
penerimaan kas dari pertukaran tersebut digunakan untuk membeli kembali saham
biasa.
Jika harga opsi lebih rendah daripada harga saham biasa, maka penerimaan
kas tidak cukup untuk membeli seluruh saham, sehingga ada peningkatan jumlah
saham yang beredar dan EPS-nya lebih rendah daripada basic EPS (dilutive).
Sebaliknya, jika harga opsi lebih tinggi daripada harga saham, maka kas yang
diterima cukup untuk membeli saham, akibatnya jumlah saham yang beredar justru
menurun dan EPS-nya justru lebih tinggi daripada basic EPS (antidilutive).
Penukaran opsi saham untuk membeli saham biasa tidak mempunyai efek
terhadap laba bersih dan terhadap penghitungan pajak. Dalam kaitannya dengan
penghitungan LPS dilusian, penukaran ini hanya memiliki efek terhadap jumlah
lembar saham biasa yang beredar. Cara menghitung tambahan lembar saham dari
opsi adalah:

Rata-rata harga pasar saham tahun y – Harga opsi


X Jumlah opsi
Rata-rata harga pasar saham tahun y

Contoh:
Laba bersih PT C tahun 2004 Rp 300.000.000,-. Jumlah saham biasa yang beredar
selama tahun 2004 adalah 200.000 lembar. Tahun 2003, perusahaan menyerahkan
30.000 lembar opsi untuk membeli saham PT C pada harga Rp1.000. Rata-rata
harga pasar saham tahun 2004 Rp 1.500.

Rp 300.000.000 - 0
 LPS dasar 2004 = = Rp 1.500
200.000 lembar

 Penghitungan LPS Dilusian:

1.500 – 1.000
Kenaikan jumlah lembar saham = X 30.000 = 10.000 lbr
1.500

Rp 300.000.000 - 0
LPS Dilusian 2004 = = Rp 1.428,57
200.000 + (10.000X12/12)

 LPS Dilusian – Saham Preferen Konversi


Penukaran saham preferen menjadi saham biasa tidak mempunyai efek terhadap
penghitungan pajak karena dividen tidak dikenai pajak. Dalam kaitannya dengan
penghitungan LPS dilusian, saham preferen konversi mempunyai efek terhadap
jumlah lembar saham biasa yang beredar serta jumlah dividen saham preferen harus
ditambahkan kembali ke laba bersih.

Contoh:
Laba bersih PT A tahun 2013 adalah Rp 400.000.000, jumlah lembar saham biasa
yang beredar tahun 2013 500.000 lembar. PT A mempunyai 50.000 lembar saham
utama yang tiap lembarnya dapat dikonversi menjadi 2 lembar saham biasa. Dividen
untuk saham utama adalah Rp 500/lembar dan bersifat kumulatif. Tingkat pajak 25%.

Rp 400.000.000 – (Rp 500 X 50.000)


 LPS dasar 2013 =
500.000
= Rp 750

 LPS dilusian 2013

Rp 400.000.000 – (Rp 500 X 50.000) + (Rp 500 X 50.000)


=
500.000 + (50.000 X 2 X 12/12)
= Rp 666,67

Anda mungkin juga menyukai