DESAIN TEKSTIL 3
NPM : 15010021
Grup : 3T1
Tjiptodi
2017
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara menentukan arah
benang lusi dan benang pakan.
2. Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara menentukan tetal
lusi dan tetal pakan.
3. Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara menghitung
mengkeret benang.
4. Agar praktikan mengetahui cara menggambar kain anyaman corduroy.
5. Agar praktikan mengetahui bagaimana cara menghitung dekomposisi kain
corduroy.
TEORI DASAR
Yang dimaksud dengan kain berbulu (pile atau flush fabric) adalah kain
yangsebagian benangnya menjulur keluar dari anyamannnya membentuk
permukaaan kain seperti bulu.benang yang menjulur ini terdidri dari :
Kain Corduroy
Dinamakan juga kain beludru beralur, kain corduroy yaitu kain yang bulunya
berasal dari benang pakan dimana bulu-bulunya terpotong oleh pisau pada
saat pembuatan kainnya.
Pada kain korduroy terdapat bulu pakan yang mengikat benang lusi satu kali
(berbentuk V) dan bulu yang mengikat lusi tiga kali ( berbentuk W). tujuan
pengikatan yang lebih banyak ini adalah untuk mengkokohkan bulu sehingga
tidak mudah lepas.daripada pengiktatan oleh satu lusi. Tetapi pengikatan lebih
banyak ini akan menyebabkan jumlah bulu tiap satuan luas tertentu akan
menjadi lebih renggang.
Pada anyaman kain bulu kerapatan bulu (jumlah bulu tiap satuan luas)
dipengaruhi oleh :
CARA KERJA
1. Mengamati dan menggambar anyaman kain sample corduroy (terutama untuk
pakan dasar dan pakan bulu). Untuk lebih memudahkan melihat anyaman, kain
dapat dibalik sehingga yang diamati adalah bagian belakang kain.
2. Menentukan arah lusi pada kain sample dan menghitung tetal lusi, tetal pakan
dasar dan tetal pakan bulu pada 5 tempat berbeda
3. Memotong kain sample 10 x10 cm, kemudian menimbang berat kain tersebut
4. Mengambil benang lusi, benang pakan bulu dan benang pakan dasar dari sisi yang
berbeda masing-masing 5 helai sehingga jumlah benang lusi 10 helai, dan benang
pakan dasar 10 helai, kemudian berat masing-masing benang ditimbang.
5. Mengambil benang pakan bulu 100 helai/potongan helai, lalu ditimbang.
6. Mengukur panjang benang lusi, benang pakan dasar, setelah diluruskan.
7. Mengukur panjang benang pakan bulu dalam satu ruas helai, setelah itu dihitung
berapa ruas alur yang terdapat pada kain berukuran 10 x 10 cm, lalu kalikan
panjang benang untuk mendapatkan panjang benang 10 cm.
8. Menghitung : nomer benang, mengkeret benang dan kebutuhan masing-masing
benang untuk membuat konstruksi kain yang sama dengan kain sample untuk 1
m2
1. Data percobaan
Tetal (helai/inch) Panjang (cm)
No
Lusi Pakan Pakan Bulu Lusi Pakan
1 80 41 82 10,3 10,5
2 80 41 82 10,4 10,4
3 80 41 82 10,6 10,7
4 10,4 10,6
5 10,3 10,5
6 10,5 10,4
7 10,5 10,3
8 10,7 10,6
9 10,6 10,5
10 10,3 10,3
∑ 240 123 246 104,6 104,8
𝑥̅ 80 41 82 10,46 10,48
- Benang Lusi
10,46−10
M = 𝑥 100% = 4,39 %
10,46
- Benang Pakan
10,48−10
M = 10,48
𝑥 100% = 4,58 %
- Pakan bulu
11,4−10
M = 11,4
𝑥 100% = 12,28 %
b) Nomor benang
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
Nm = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
Ne1 = 0,59 x Nm
1000
Tex = 𝑁𝑚
9000
Td =
𝑁𝑚
- Benang Lusi
1,046
Nm = 0,039 = 26,8 m/g
- Benang Pakan
1,048
Nm = 0,0407 = 25,75 m/g
c) Berat kain / m2
Penimbangan
100 𝑥 100
Berat kain/m2 = Berat sample x 𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 (10 𝑥 10)𝑐𝑚 (BK)
100 𝑥 100
= 2,75 x
10 𝑥 10
= 275 g/m2
Perhitungan
ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖 100
𝑡𝑒𝑡𝑎𝑙( ) 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 𝑥 100 𝑐𝑚
𝑖𝑛𝑐ℎ 100−𝑚𝑙
Berat/m2 =
𝑁𝑚 𝑥 100
ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖 100
31,49 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 𝑥 100 𝑐𝑚
𝑖𝑛𝑐ℎ 100−4,39
- Berat lusi/m2 = 26,8 𝑥 100
= 122,89 g/m2
ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖 100
12,39 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 𝑥 100 𝑐𝑚
𝑖𝑛𝑐ℎ 100−4,68
- Berat pakan/m2 = 25,75 𝑥 100
= 50,43 g/m2
ℎ𝑒𝑙𝑎𝑖 100
32,28 𝑥 100 𝑐𝑚 𝑥 𝑥 100 𝑐𝑚
𝑖𝑛𝑐ℎ 100−12,28
- Berat pakan bulu/m2 =
23,25 𝑥 100
= 158,27 g/m2
331,59−275
= 𝑥 100%
331,59
= 17%
• Gambar anyaman
I I I I I I I I I I I I I I I I I I
I I I I I I I I I I I I I I
I I I I I I I I I I I I I I I I I I
DISKUSI
KESIMPULAN
Dekomposisi kain adalah salah satu cara untuk mengetahui konstruksi kain.
Cara ini dilakukan apabila kita akan membuat kain tanpa disertai dengan catatan
tentang konstruksi kain tersebut yang ada hanya kain contoh dengan ukuran yang
tidak sebenarnya. Dari proses dekomposisi kain tersebut, kita akan memperoleh
data-data konstruksi kain. Sehingga dari data tersebut, kita dapat membuat
rencana tenun, rencana kebutuhan bahan baku dan proses, atau bahkan
mengembangkan konstruksi kain tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
- Jumaeri, BK. Teks. dkk. Tekstil Design, Institut Teknologi Tekstil, 1974, Bandung
- Jumaeri, BK. Teks. Dekomposisi Kain Tenun, Institut Teknologi Tekstil, Bandung
POTONGAN KAIN