Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa ketika seorang anak mengalami perubahan
fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Remaja dalam perkembanganya
seringkali prihatin selama tahun-tahun awal remaja. Salah satu sumber
keprihatinan tersebut adalah perubahan bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan
standar budaya yang berlaku sebagai akibat dari perkembangan seksual
sekunder yang dialami remaja.
Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan
oleh Van den Daele “perkembangan berarti perubahan secara kualitatif”. Ini
berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter
pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang,
melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang
kompleks.
Namun, makalah yang kami uraikan disini adalah perubahan mengenai
perkembangan remaja dari segi fisiknya. Oleh karena itu kami menyusun
makalah yang berjudul “Perubahan Fisik pada Remaja”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan remaja?
2. Bagaimana perubahan fisik pada remaja?
3. Apa penyebab perubahan fisik pada remaja?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan fisik pada remaja?
5. Apa pengaruh perubahan fisik terhadap tingkah laku remaja?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan remaja
2. Mengetahui bagaimana perubahan fisik pada remaja?

1
3. Mengetahui apa saja penyebab perubahan fisik pada remaja
4. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan fisik pada
remaja
5. Mengetahui apa saja pengaruh perubahan fisik terhadap tingkah laku remaja

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa
individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan
perubahan fisik karena pubertas serta perubahan kognitif dan sosial.
Menurut Seifert dan Hoffnung (1987), periode ini umumnya dimulai sekitar
usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun.
Sedangkan menurut Undang-undang Kesejahteraan Anak (UU No.4/1979)
misalnya, menganggap semua orang dibawah usia 21 tahun dan belum
menikah sebagai anak-anak lain karenanya berhak mendapat perlakuan dan
kemudahan-kemudahan yang diperuntukkan bagi anak (misalnya pendidikan,
perlindungan dari orang tua dan lain-lain).
Masa Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan
dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah
anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan
pula orang dewasa yang telah matang (Darajat, 1990: 23).
Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa
(Rumini, Sri dan Siti Sundari, 2004: 53).
Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis
pertama – yang dicetuskan oleh psikolog G.Stanley Hall - adolescence is a time
of “storm and stress “. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai
dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik,
intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan
kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik
dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung, 1987). Dalam hal ini, Sigmund
Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh

3
dengan konflik. Keyakinan ini tercermin dari teori mereka tentang
perkembangan manusia.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh
dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama.
Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang
terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan
kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.
Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit
remaja yang mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua
pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan
baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik
atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga,
yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja
pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers,
dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa
pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja
pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita,
2006: 192).

2. Perubahan Fisik pada Remaja


Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13
tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun
sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Ali & Asrori, 2006).
Perkembangan fisik pada masa remaja diawali dengan pubertas, adalah
masa kematangan fisik yang sangat cepat, yang meliputi aspek hormonal dan
perubahan fisik. Dalam masa remaja, penampilan anak berubah, sebagai hasil
peristiwa pubertas yang hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang

4
dewasa. Pikiran mereka juga berubah; mereka lebih dapat berpikir secara
abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka berubah terhadap hampir segala hal.
Semua bidang cakupan perkembangan sebagai seorang remaja menghadapi
tugas utama mereka: membangun identitas –termasuk identitas seksual- yang
akan terus mereka bawa sampai masa dewasa (Papalia, Old, & Feldman; 2008).
Piaget (dalam Papalia & Olds 2001, dalam Jahja, 2012) menambahkan
bahwa perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat
tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi
reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh
orang dewasa yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya
semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Pada masa
remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak
perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ
seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan
melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan
tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:
a. Tanda-tanda seks primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun
tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada
anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata
beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada
perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian
pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara
berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus
sampai menjelang masa menopause. Menopause bisa terjadi pada usia
sekitar lima puluhan (Widyastuti dkk, 2009).
b. Tanda-tanda seks sekunder
Menurut Widyastuti dkk (2009) tanda-tanda seks sekunder pada wanita
antara lain:
1) Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya
remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul

5
dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah
tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula
lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar,
lebih gelap dan agak keriting.
2) Pinggul. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat.
Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya
lemak di bawah kulit.
3) Payudara. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan
puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan
berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara
menjadi lebih besar dan lebih bulat.
4) Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,
pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada
wanita tetap lebih lembut.
5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar lemak dan kelenjar
keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat
menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum
dan selama masa haid.
6) Otot. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.
Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
7) Suara. Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada
wanita.
Perubahan dan perkembangan fisik pada remaja tidaklah sama dan terdapat
perbedaan individual, yakni terjadinya penurunan dalam laju pertumbuhan dan
perkembangan internal lebih menonjol daripada perkembangan ekternal yang
secara normal akan terjadi disetiap diri remaja. Menurut Santrock (1983) ada
4 perubahan tubuh yang paling menenjol pada remaja perempuan yakni :
Pertambahan tinggi badan yang cepat, Menarche (Menstruasi) ,Pertumbuhan
buah dada, Pertumbuhan rambut kemaluan. Sedangkan 4 perubahan yang
menonjol pada remaja laki-laki yakni : pertambahan tinggi badan yang cepat,
pertumbuhan penis, pertumbuhan testis, pertumbuhan rambut kemaluan.

6
Awal masa puber anak laki-laki, suara mulai menurunkan; kumis mulai
tumbuh anak laki-laki, yang melibatkan pematangan organ reproduksi dan
menyertainya karakteristik seksual sekunder. Dalam perempuan, menstruasi
pertama terjadi pada akhir masa pubertas. Pada akhir pubertas, individu
menjadi mampu reproduksi. 14 (Resource Book. 2005) menurut Elizabeth B
Hurlock (1980) mengemukakan bahwa ada 2 aspek perubahan dan
perkembangan fisik yang dialami remaja yakni :
Perubahan Eksternal Perubahan Internal
 Tinggi yakni rata-rata  Sistem Percernaan, perut menjadi
perempuan mencapai tinggi lebih panjang dan tidak lagi
yang matang antara usia 17 dan terlampau berbentuk pipa,
18 tahun, rata-rata remaja laki- bertambah panjang dan bertambah
laki setahun sesudahnya. Anak besar. Otot-otot di perut dan
yang biasa diberi imunisasi dinding-dinding usus menjadi lebih
biasanya lebih tinggi dari usia tebal dan lebih kuat, hati
ke usia, dibandingkan dengan bertambah berat dan kerongkongan
bayi yang tidak diberi imunisasi bertambah panjang
karena anak banyak menderita  Sistem Peredaran Darah, yakni
sakit sehingga cendrung jantung tumbuh pesat selama masa
memperlambat pertumbuhan remaja, pada usia tujuh belas atau
 Berat yakni perubahan berat delapan belas. Beratnya dua belas
badan mengikuti jadwal yang kali berat pada waktu lahir, .
sama dengan perubahan tinggi, Panjang dan tebal dindinq pembuluh
tetapi berat badan sekarang daran meningkat dan mencapai
tersebar ke bagian-bagian tubuh tingkat kematangan bilamana
yang tadinya hanya jantung sudah matang.
mengandung sedikit lemak atau  Sistem Pemapasan, yakni kapasitas
tidak megandung lemak paru-paru anak perempuan hampir
samasekali. matang pada usia tujuh belas tahun;
 Proporsi tubuh yaitu berbagai anak laki-laki mencapai tingkat
anggota tubuh lambat laun kematanqan beberapa tahun tahun

7
mencapai perbandingan tubuh kemudian.
yang baik. Misalnya badan  Sistem Endokrin yakni kegiatan
melebar dan memanjang gonad yang meningkat pada masa
sehingga anggota badan tidak puber menyebabkan
lagi kelihatan terlalu panjang. ketidakseimbanqan sementara dari
 Organ Seks yaitu baik organ seluruh sistern endokrin pada awal
seks prima maupun organ sex puber. Kelenjar-kelenjar seks
wanita mencapai ukuran yang berkembang pesat dan berfungsi,
matang pada akhir masa remaja meskipun belum mencapai ukuran
tetapi fungsinya belum matang matang sampai akhir masa remaja
sampai beberapa tahun atau awal masa dewasa.
kemudian  Jaringantubuh yakni, perkembangan
kerangka berhenti rata-rata pada
usia delapan belas tahun, jaringan
selain tulang berkembang sampai
tulang mencapai ukuran matang
khususnya bagi perkembangan
jaringan otot.

3. Penyebab Perubahan Fisik pada Remaja


Perubahan fisik merupakan ciri utama dari proses biologis yang terjadi pada
masa puber. Sikap yang salah dalam menghadapi perubahan fisik yang terjadi
dapat membuat remaja putri cenderung tidak menyukai bahkan membenci
perubahan fisik yang dialami. Oleh karena itu orang tua berperan penting
dalam membentuk sikap remaja, perubahan fisik pada remaja diawali dengan
adanya proses pubertasi (Rochmania, 2015)
Menurut Trimumutfika (2015) secara umum peristiwa pubertas disebabkan
oleh pengaruh hormon dan dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior
(adenohiposis) sebagai respons terhadap stimulasi dari hipotalamus. Stimulasi
gonad memiliki fungsi ganda, yaitu:

8
a. Produksi dan pelepasan gamet produksi sperma pada pria dan kematangan
serta pelepasan ovum pada wanita
b. Sekresi hormon seks yang sesuai, yaitu estrogen dan progesteron dari
ovarium (wanita) dan testosteron dari testis (pria).
Menurut Trimumutfika (2015) usia mulainya pubertas dan
perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor biologis, psikososial dan
lingkungan. Faktor terpenting tampaknya adalah kesehatan umum individu.
Akan tetapi, dengan semakin meningkatnya jumlah hormon yang dikeluarkan,
struktur dan fungsi organ-organ seks akan semakin matang. Hubungan yang
erat antara kelenjar pituitary yang ada pada dasar otak telah terbentuk dengan
gonad atau kelenjar seks. Jadi ada tiga hal yang menjadi penyebab masa puber,
yaitu :
a. Peran kelenjar pituitary
Kelenjar pituitary memproduksi dua hormon, yaitu hormon pertumbuhan
yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, hormon
gonadotropik yang merangsang gonad untuk meningkatkan aktivitasnya.
Sebelum datangnya masa puber, jumlah hormon gonadotropik bertambah
secara bertahap, demikian pula kepekaan gonad terhadap hormon
gonadotropik. Dalam keadaan itulah terjadinya perubahan-perubahan masa
puber.
b. Peranan Gonad
Seiring pertumbuhan dan perkembangan gonad, bertambah besarlah
organ-organ seks, yaitu ciri-ciri seks primer dan fungsinya pun menjadi
matang. Begitu pula ciri-ciri seks sekunder seperti berkembangnya rambut
kemaluan.
c. Interaksi kelenjar pituitary dan gonad
Hormon yang telah diproduksi gonad, yang telah dirangsang oleh
hormon gonadotropik yang diproduksi oleh kelenjar pituitary, kemudian
bereaksi terhadap kelenjar ini dan secara berangsur-angsur mengakibatkan
penurunan jumlah kromosom hormon pertumbuhan yang diproduksi
sehingga menjadikan proses pertumbuhan terhenti. Interaksi antara hormon

9
Gonadotropik dan gonad terus berlangsung sepanjang kehidupan reproduksi
individu, kemudian berkurang secara perlahan saat wanita mendekati
menopause.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fisik pada Remaja


Menurut Sunarto (1995), Adapun faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan fisik remaja adalah sebagai berikut:
a. Faktor Eksternal
1) Pengaruh keluarga
Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan.
Karena faktor keturunan, seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang
daripada anak lainnya, jika ayah dan ibu atau kakeknya tinggi dan
panjang. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai
tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa anak. Pada setiap
tahapan usia, lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh
daripada tinggi tubuh.
2) Status sosial ekonomi
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah,
cenderung lebih kecil daripada anak yang berasal dari keluarga yang
status sosial ekonominya tinggi. Keluarga yang kaya akan dapat
memenuhi kebutuhan primer anak-anaknya. Sebaliknya, keluarga miskin
tidak akan dapat memenuhi sembilan kebutuhan primernya secara
memadai.
3) Pengaruh gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi yang cukup biasanya akan lebih tinggi
tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai masa remaja dibanding
dengan mereka yang memperoleh gizi buruk. Lingkungan dapat
memberikan pengaruh bagi remaja sedemikian rupa, sehingga
menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan di masa
remaja.

10
b. Faktor Internal
1) Gangguan emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan mengalami
terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan, dan ini akan membawa
akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar
pituitari. Bila terjadi hal demikian, pertumbuhan awal remajanya akan
terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.
2) Jenis kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat daripada anak
perempuan, kecuali pada usia antara 12 dan 15 tahun. Anak perempuan
biasanya 8 akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-
laki. Terjadi perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang
dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan.
3) Kesehatan
Anak-anak sehat dan jarang sakit biasanya akan memiliki tubuh yang
lebih berat daripada anak yang sakit-sakitan. Kurangnya perawatan
kesehatan akan menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Cara
makan yang salah dalam arti makan tanpa memperhatikan keseimbangan
gizi dan vitamin juga dapat menyebabkan tubuh menjadi sakit.
4) Pengaruh bentuk tubuh
Bentuk tubuh mesamorf, ektomorf, atau endomorf akan memengaruhi
besar kecilnya tubuh anak. Misalnya, anak yang bentuk tubuhnya
mesomorf akan lebih besar daripada yang endomorf atau eksomorf,
karena memang mereka lebih gemuk dan berat.

5. Pengaruh Perubahan Fisik Terhadap Tingkah Laku Remaja


Perubahan-perubahan fisik yang ada pada diri remaja biasanya
menyebabkan kecanggungan bagi para remaja karena ia harus menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Pertumbuhan
badan yang mencolok misalnya, atau pembesaran payudara yang terlalu cepat
akan membuat remaja merasa malu atau kurang percaya diri. Demikian pula

11
dalam menghadapi haid dan “mimpi basah” yang pertama. Anak-anak remaja
itu perlu mengadakan penyesuaian tingkah laku dan dukungan dari pihak lain
dan orang tua (Sunarto, 2006:90).
Perubahan fisik selalu disertai oleh perubahan sikap dan perilaku. Keadaan
ini sering menjadi sedikit parah karena perbedaan sikap orang-orang di
sekelilingnya dan sikapnya sendiri dalam menanggapi perubahan fisik tersebut.
Dalam masa remaja, perubahan yang terjadi sangat mencolok, sehingga dapat
mengganggu keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk. Perilaku
mereka mendadak semakin sulit diduga dan sering agak melawan nilai dan
norma sosial yang berlaku. Oleh karena itu masa ini sering dinamakan sebagai
masa negatif atau masa pancaroba (Sunarto, 2006:91).
Pada saat irama pertumbuhan sedikit lambat dan perubahan tubuhnya telah
sempurna maka akan terjadi keseimbangan kembali. Meskipun pengaruh
pubertas terhadap remaja berbeda-beda, cara mereka melampiaskan gangguan
ketidakseimbangan itu hampir sama. Beberapa bentuk pelampiasan yang dapat
terlihat adalah ia menjadi mudah tersinggung, sangat pemalu, ada
kecenderungan menarik diri dari keluarga atau teman, lebih senang
menyendiri, menentang otorita orang tua dan guru, mendambakan
kemandirian, sangat kritis terhadap orang lain, tidak suka melakukan tugas di
rumah ataupun di sekolah, dan sangat tampak bahwa dirinya tertekan dan tidak
bahagia (Sunarto, 2006:91).
Karena sedang terjadi perubahan beberapa kelenjar pertumbuhan yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam bentuk ukuran tubuhnya, anak-anak
remaja ini secara fisik sering merasa sangat tidak nyaman, sering mengeluh,
gelisah, nafsu makan berkurang, mengalami gangguan pencernaan, sakit
kepala, sakit punggung, dan sebagainya karena tubuhnya bertambah besar dan
panjang (Sunarto, 2006:92).
Gangguan ini lebih banyak menghinggapi anak perempuan daripada anak
laki-laki. Salah satu dari beberapa konsekuensi masa remaja yang paling
penting adalah pengaruh jangka panjangnya terhadap sikap, perilaku sosial,
minat, dan kepribadiannya. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa ciri

12
kepribadian dan sikap tertentu yang sudah terbentuk ini biasanya sulit
dihilangkan, bahkan dalam beberapa kasus tampak semakin parah. Pengaruh
ketidaknyamanan pada masa remaja yang paling menetap adalah dalam hal
penyimpangan kematangan kelaminnya. Perkembangan kehidupan kelamin
yang tidak wajar ini akan menimbulkan pengaruh pada anak laki-laki dan juga
pada anak perempuan, bahkan pengaruh itu tidak hanya terjadi di masa remaja,
tetapi dapat berlanjut lebih lama lagi. Bagi anak laki-laki yang mengalami
perkembangan kelamin lebih awal, secara sosial lebih menguntungkan,
sedangkan bagi anak perempuan tidak sedemikian halnya (Sunarto, 2006:92).
Tinggi, berat, dan kekuatan tubuh yang jauh melebihi teman sebayanya bagi
anak laki-laki akan dapat meningkatkan citra dirinya di depan teman sebayanya
dari kedua jenis kelamin. Sebaliknya, bila kematangan kelamin ini terlalu cepat
terjadi pada anak gadis, ia akan memperoleh sebutan atau label yang tidak
menyenangkan. Keadaan ini sering menimbulkan pengaruh buruk pada anak
perempuan yang termasuk lambat dalam kematangan kelaminnya, ia akan
kehilangan kesempatan untuk menaikkan citra dirinya, merasa kurang dihargai,
dan sering diabaikan (Sunarto, 2006:93).

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa
individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang ditandai dengan
perubahan fisik karena pubertas serta perubahan kognitif dan sosial.
2. Perubahan fisik pada masa remaja diawali dengan pubertas. Perubahan ini
meliputi perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya
ciri-ciri kelamin primer dan ciri-ciri kelamin sekunder.Perubahan fisik yang
terjadi pada remaja terbagi menjadi dua aspek yaitu aspek perubahan
eksternal dan perubahan internal. Perubahan eksternal terdiri dari tinggi
badan, berat badan , proporsi tubuh dan organ seks. Sedangkan perubahan
internal terdiri sistem pencernaan , sistem perdedaran darah, sistem
pernafasan, sistem endokrin, dan jaringan tubuh.
3. Penyebab perubahan fisik pada remaja terjadi karena adanya proses
pubertasi dimana proses pubertas tersebut disebabkan oleh pengaruh
hormon dan dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior (adenohiposis)
sebagai respons terhadap stimulasi dari hipotalamus.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja terbagi
menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
a. Faktor eksternal terdiri dari: pengaruh keluarga, pengaruh gizi, dan status
sosial ekonomi.
b. Faktor internal terdiri dari: gangguan emosional, jenis kelamin,
kesehatan, dan pengaruh bentuk tubuh
5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja sering memengaruhi
sikap dan perilaku remaja itu sendiri seperti mudah tersinggung, sangat
pemalu, ada kecenderungan menarik diri dari keluarga atau teman, lebih
senang menyendiri, menentang otorita orang tua dan guru, mendambakan
kemandirian, sangat kritis terhadap orang lain, inkoordinasi, antagonis
sosial, emosi yang meninggi, dan hilangnya kepercayaan diri.

14

Anda mungkin juga menyukai