Modul - GIS - Tingkat - Lanjut PDF
Modul - GIS - Tingkat - Lanjut PDF
Penerbit
Yayasan pelaGIS
Jl. Elang, lorong Enau, Gg. Ahmad Ali RT. 02 No. 18
Kampung Ateuk Pahlawan
Kec. Baiturrahman, Banda Aceh 23241
Aceh, Indonesia.
Email : info@pelagis.net
http://www.pelagis.net
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dari
yayasan PelaGIS telah berhasil menyusun Modul Pelatihan GIS Tingkat Lanjut. Modul panduan
ini untuk mendukung pelaksanaan kegiatan training Geographic Information System (GIS)
tingkat lanjut bagi aparatur pemerintah daerah di Provinsi Aceh.
PelaGIS adalah yayasan yang terbentuk dari perkumpulan praktisi dan pakar-pakai GIS yang
bekerja di Aceh pasca tsunami 26 Desember 2004. Yayasan ini dibentuk dengan tujuan untuk
mempromosikan dan meningkatkan keahlian GIS kepada masyarakat umum, khususnya
aparatur pemerintah daerah, agar memiliki kemampuan dalam mengelola data geografis yang
sangat penting dalam proses perencanaan pembangunan, terutama untuk membangun Aceh
kembali setelah porak-poranda dihempas tsunami, yang mengakibatkan kerusakan materil
dengan korban jiwa yang sangat besar.
Salah satu kontribusi penting dari berbagai lembaga lokal, nasional dan internasional dalam
rehabilitasi dan rekonstruksi adalah melalui penyediaan data spasial dan nonspasial serta
prasarana pendukung GIS. Namun hal ini mesti diikuti dengan upaya penyiapan SDM di bidang
GIS yang salah satunya melalui modul pelatihan. Tujuannya agar data dan prasarana GIS yang
akan diserahterimakan kepada pemerintah daerah mempunyai nilai dan bermanfaat bagi
perencanaan dan pembangunan di Aceh yang lebih baik. Untuk mengemban misi tersebut,
kami telah membuat berbagai macam pelatihan terkait dengan informasi geospatial, di
antaranya pelatihan GIS tingkat dasar dan lanjut, pelatihan remote sensing dan pelatihan
pemetaan mobile GPS.
Kesalahan dan kekeliruan tentu masih terdapat dalam modul ini. Untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran demi penyempurnaan modul ini. Semoga sumbangsih kecil ini bisa bermanfaat
bagi peningkatan kapasitas SDM di Aceh dan masyarakat luas pada umumnya.
Yayasan PelaGIS
www.pelagis.net i
Daftar Isi
www.pelagis.net
ii
3.3. Clip .................................................................................................................49
3.4. Merge .............................................................................................................54
3.5. Dissolve ..........................................................................................................58
3.6. Union ..............................................................................................................61
www.pelagis.net
iii
5.3.2. Inventarisasi Kebutuhan Data ..................................................................117
5.3.3. Penentuan Proses Analisis SIG ...............................................................117
5.3.4. Penyiapan Data........................................................................................117
5.3.5. Proses Analisis Kesesuaian Lahan ..........................................................117
5.3.5.1. Penentuan Nilai Kelas Kesesuaian Lahan ........................................118
5.3.5.2. Overlay Parameter-parameter Kesesuaian Lahan ............................126
5.3.5.3. Reclass Kesesuaian Lahan Data Hasil Overlay ................................129
www.pelagis.net
iv
BAB I
www.pelagis.net 1
1.1. Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System disingkat GIS) adalah sistem
informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan).
Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk
membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi berefrensi geografis,
misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database. Para praktisi juga
memasukkan orang yang membangun dan mengoperasikannya dan data sebagai bagian dari
sistem ini.
Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan
sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG
bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi
bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang
membutuhkan perlindungan dari polusi. (sumber: wikipedia indonesia)
Sebagai alat bantu (tools) yang dapat digunakan untuk membantu pengambil kebijakan, GIS
terus berkembang pesat dari waktu ke waktu. Demikian pula dengan perkembangan teknologi
geospatial lainnya seperti penginderaan jauh dan GPS (Global Positioning Systems).
Pada era tahun 1970-an, data citra satelit penginderaan jauh yang tersedia hanya mempunyai
resolusi spasial menengah rendah yakni sebesar 80 meter x 80 meter, saat ini sudah tersedia
data citra satelit resolusi spasial yang tinggi seperti halnya Ikonos dan QuickBird masing-
masing beresolusi spasial 1 meter x 1 meter dan 0.6 meter x 0.6 meter.
Kalau dahulu GIS kebanyakan digunakan untuk pemetaan sumberdaya alam, saat ini GIS
digunakan di hampir semua sektor, seperti untk pencarian lokasi yang sesuai untuk real estate,
perbankan, sekolah, lahan pertanian komoditas tertentu dan masih banyak aplikasi lainnya.
Untuk penanggulangan bencana, GIS dapat digunakan dalam penyusunan peta bencana alam,
seperti zona rawan bencana banjir, tanah longsor, gunung berapi, tsunami dan lain-lain.
Melalui peta rawan bencana ini, pengambil kebijakan dapat segera mengambil langkah
strategis yang cepat seandainya terjadi bencana di area yang sudah dipetakan.
www.pelagis.net 2
Ketika bencana tsunami melanda Aceh akhir tahun 2004, GIS memberikan kontribusi yang
cukup besar untuk emergency dan pembangunan kembali Aceh melalui program rehabilitasi
dan rekonstruksi Aceh yang dilakukan oleh lembaga Nasional maupun Internasional. Banyak
kegiatan pemetaan yang dilakukan dalam membangun kembali Aceh seperti penyusunan tata
ruang dari level desa, kecamatan, kota sampai provinsi dan kegiatan pemetaan yang terkait
dengan lingkungan
Secara garis besar GIS terdiri dari 5 komponen yang saling terkait antara satu komponen dan
komponen lainnya. Komponen-komponen tersebut haruslah tersedia kalau kita ingin
membangun GIS. Kelima komponen tersebut adalah:
1. Hardware.
Hardware terdiri dari sistem komputer dan perangkat lain seperti printer, plotter, scanner
dan lain-lain yang diperlukan untuk mengoperasikan GIS mulai dari input, proses dan
output.
2. Software.
Software menyediakan fungsi dan tools untuk menyimpan, menganalisa, dan menampilkan
informasi geografis. Disamping software komersial seperti ArcGIS, MapInfo dan lainnya,
saat ini juga sudah banyak dijumpai open source software yang diperoleh secara cuma-
cuma seperti GRASS, Quantum, dan beberapa jenis software lainnya.
3. Data.
Sebagian orang beranggapan bahwa data merupakan komponen terpenting dalam GIS.
Data geografis dan tabel/tabular bisa dikumpulkan, yang kemudian dikompilasi agar dapat
digunakan untuk beberapa keperluan. Data juga dapat dibeli di penyedia data komersil.
GIS dapat mengintegrasikan data geografis dengan sumber data lain yang tersimpan dalam
DBMS. Integrasi data spasial dan tabular dalam yang tersimpan dalam DBMS adalah salah
satu kemampuan utama dalam GIS.
4. Sumberdaya Manusia
Teknologi GIS akan mengalami kendala tanpa adanya sumberdaya manusia yang dapat
mengelola sistem ini dan mengembangkan perencanaan untuk menggunakan GIS dalam
mengatasi permasalahan yang sebenarnya. Tingkat pemakaian GIS terdiri dari beragam
spesifikasi mulai dari user yang menggunakan GIS untuk membantu tugas sehari-hari
sampai dengan programmer yang mendesain GIS untuk aplikasi tertentu.
5. Metode atau Prosedur.
GIS bisa dioperasikan dengan baik bila ada rencana implementasi yang telah dirancang
dengan baik beserta aturan mainnya. Seperti halnya dalam semua organisasi yang
berhadapan dengan teknologi, peralatan baru hanya dapat digunakan secara efektif jika
terintegasi kedalam strategi bisnis dan operasional. Untuk melakukan hal ini dengan baik,
www.pelagis.net 3
tidak hanya diperlukan adanya hardware dan software saja, tetapi diperlukan pelatihan dan
perekrutan personil untuk menggunakan teknologi tersebut dalam konteks organisasi.
Kegagalan dalam implementasi GIS, biasanya kurangnya komitmen organisasi untuk
menggunakan dan mengembangkan GIS.
Secara sederhana dapat dikatakan, tidaklah cukup bagi suatu organisasi kalau hanya cukup
membeli komputer dengan perangkat lunak GIS, kemudian merekrut individu yang antusias dan
mengharapkan kesuksesan dalam sekejap
"As much as guns and warships, maps have been the weapons of imperialism. Insofar as maps
were used in colonial promotion, and lands claimed on paper before they were effectively
occupied, maps anticipated empire. Surveyors marched alongside soldiers, initially mapping for
reconnaissance, then for general information, and eventually as tools of pacification, civilization,
and exploitation in the defined colonies. But there is more to this than the drawing of boundaries
for the practical political or military containment of subject populations. Maps were used to
legitimize the reality of conquest and empire. They helped create myths which would assist in
the maintenance of the territorial status quo. As communicators of an imperial message, they
have been used as an aggressive complement to the rhetoric of speeches, newspapers, and
written texts, or to the histories and popular songs extolling the virtues of empire."
Pemanfaatan peta dan pendekatan spatial bisa menjadi alat bantu dalam proses imperialisme
seperti dikutip dari Harley (1988). Mengembangkan proses-proses serta kegiatan yang mampu
menjadikan peta dan pendekatan spatial sebagai alat bantu dalam pengembangan masyarakat
merupakan tantangan bagi semua masyarakat Indonesia dalam menuju masyarakat yang
mandiri serta mampu mengelola sumberdaya alamnya secara mandiri.
Bicara mengenai pendekatan partisipatif bukan merupakan hal baru di Indonesia. Banyak sekali
LSM sudah melakukan kegiatan ini dalam kaitan dengan tujuan kegiatan masing-masing
terutama yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan masyarakat/community development.
Secara resmi pendekatan inipun sudah menjadi bahan wajib dalam perencanaan
pembangunan di Indonesia.
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan Participatory GIS dapat juga diartikan sebagai SIG-
Partisipatif (Sistem Informasi Geografis yang Partisipatif), konsep ini berkembang tahun 90-an
merupakan pengembangan dari pemetaan partisipatif tahun 1980-an yang mengadopsi
pendekatan Participatory Rural Apraisal (PRA) dan Participatory Learning Action (PLA)
www.pelagis.net 4
digabungkan dengan penggunaan GIS sebagai tools. GIS Partisipatif merupakan pendekatan
yang mengintegrasikan pendekatan partisipatif dengan metode dan teknik GIS sebagai suatu
pendekatan baru . konsep ini dikenal juga dengan nama Public Participation GIS yang
diperkenalkan pertama kali dalam sebuah seminar International Conference on Empowerment,
Marginalization and Public Participation GIS, Santa Barbara, California 14-17 Oktober 1998,
yang mencakup spesifik kajian wilayah Amerika Utara.
Participatory GIS adalah praktek nyata yang dikembangkan dari pendekatan PRA/PLA dan
kajian keruangan serta manajemen komunikasi; merupakan proses yang berkelanjutan,
fleksibel, dan dapat diadaptasi dalam sosial serta kultur serta aspek lingkungan bio-fisik yang
berbeda tergantung dari interaksi secara partisipatif oleh stakeholder dalam menghasilkan dan
mengatur spatial data, dan menggunakan hasil informasi tersebut dalam pengambilan
keputusan, memudahkan proses dialog antar komponen, mengefektikan proses komunikasi
serta mendukung advokasi dan pelaksanaannya.
Aberley dan Siebe (2005) menyebutkan beberapa aspek penting dalam penerapan Public
Paticipation GIS yang terdiri atas:
www.pelagis.net 5
Mendukung interaksi yang beragam mulai dari pertemuan tatp muka sampai ke aplikasi
dengan menggunakan website.
Memungkinkan untuk adanya kegiatan pembangunan perangkat lunak yang dapat
diakses, mudah didapatkan dan mudah digunakan oleh masyarakat.
Mendukung proses belajar yang terus-menerus prak praktisi kegiatan ini yang
menghubungkan antara pihak yang berbeda budaya, disiplin ilmu, gender dan kelas.
Merupakan proses berbagi baik itu tantangan/masalah atau peluang antara satu tempat
dengan tempat lain secara transparan.
Secara partial GIS Partisipatif sudah dipraktekan oleh banyak lembaga swadaya masyarakat di
Indonesia. Contohnya Buana Katulistiwa pernah melakukan proses pemetaan partisipatif
dengan menggunakan teknik GIS, demikian juga dengan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
yang menggunakan GPS sebagai alat bantu dalam pemetaan partisipatif dan ditampilkan dalam
perangkat lunak GIS. JKPP sebagai jaringan LSM sendiri melakukan pemetaan partisipatif
dibanyak lokasi. Data mengenai pemetaan partisipatif oleh JKPP dapat diakses melalui web:
www.jkpp.or.id.
Pengalaman penulis sendiri pernah membantu secara teknis proses GIS Partisipatif yang
dilakukan di wilayah Kemtuk Gresi dan Nimboran atas prakarsa ptPPMA Papua bekerjasama
dengan WWF-Indonesia dan DFID. Kegiatan ini menggunakan pendekatan GIS partisipatif
yang menggabungkan proses sosialisasi, pembuatan sketsa oleh masyarakat dan identifikasi
melalui citra satelit dengan menggunakan Landsat 7 etm dan IKONOS dengan resolusi 1m.
Hasil akhir dari kegiatan ini adalah identifikasi fungsi hutan, identifikasi model pengelolaan
sumberdaya oleh masyarakat adat Sentani, Kemtuk Gresie dan Nimboran.
Pengalaman terakhir penulis adalah di Merauke pada masyarakat adat Marind, proses ini
dilakukan atas prakarsa WWF-Indonesia dalam rangka melihat pentingnya aspek konservasi
dan wilayah hutan yang penting untuk dikonservasi berdasarkan penilaian masyarakat adat
Marind. Kegiatan ini juga menghasilkan beberapa kriteria pentingnya kawasan berdasarkan
pola hidup masyarakat Marind. Dari kegiatan ini diharapkan dalam melakukan perencanaan
disuatu wilayah harus mampu memperhatikan pola hidup masyarakat yang ada sehingga
www.pelagis.net 6
program pembangunan yang dibuat sejalan dengan kepentingan masyarakat serta timbal
baliknya kegiatan pembangunan mampu didukung oleh masyarakat.
Fakta di atas menunjukkan kegiatan yang menggunakan pendekatan GIS Partisipatif telah
dilakukan di Indonesia. Pemikiran selanjutnya adalah bagaimana kegiatan ini dilakukan secara
menyeluruh dan dilakukan secara bersama dengan melakukan kolaborasi antara masyarakat,
LSM, organisasi pemerintah, perguruan tinggi. Dukungan dari organisasi terkait dengan
perencanaan, konservasi dan pemberdayaan masyarakat sangat penting dalam mensukseskan
kegiatan GIS sebagai salah satu tools yang mengintegrasikan berbagai kepentingan dalam
masyarakat.
Contoh paling mudah aplikasi yang membutuhkan GIS Partisipatif misalnya dalam proses
pemetaan tanah masyarakat di Aceh Pasca Tsunami. Kegiatan community land mapping
menjadi program dari berbagai lembaga pemerintah dan LSM di Aceh, dengan menggunakan
pendekatan GIS Partisipatif tentunya usaha ini bisa dilakukan lebih mudah. Usaha yang paling
penting adalah melakukan proses kerjasama/kolaborasi antar semua pihak yang
berkepentingan dalam proses pemetaan tanah masyarakat.
Contoh lain misalnya adanya kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap di Sumatera dan
Kalimantan dapat diidentifikasikan secara mudah dengan pendekatan GIS Partisipatif melalui
proses penentuan lokasi kebakaran yang melibatkan masyarakat, pihak perkebunan dan HPH.
Masih banyak peluang aplikasi GIS Partisipatif lainnya yang perlu dilakukan di Indonesia dalam
rangka menuju proses pembangunan masyarakat yang lebih baik di masa yang akan datang.
www.pelagis.net 7
BAB II
www.pelagis.net 8
2.1. Sumber-sumber Data GIS
Dalam sebuah proyek GIS data memegang perananan penting untuk memastikan bahwa
pekerjaan yang dilakukan bisa berhasil dan sesuai dengan pencapain yang ditargetkan.
Ketersediaan data menjadi faktor penting, kualitas data serta perbaharuan data menjadi
penentu informasi spatial yang menjadi output.
Misalnya pada pekerjaan penataan ruang, sangat tergantung pada kualitas serta update data
yang dijadikan acuan.
Sumber-sumber data GIS dibagi atas:
1. Data Primer
2. Data Sekunder
www.pelagis.net 9
Gambar 2.1 Tampilan Map Source
Gambar 2.2 Fungsi utama untuk menerima dan mengirimkan data dan ke GPS
www.pelagis.net 10
Gambar 2.3 Tampilan data dalam Mapsource
Gambar 2.4 Data juga dapat di-import dari data yang sudah tersimpan berupa trek atau
waypoint.
www.pelagis.net 11
Gambar 2.5 Setelah data ditampilkan, data dapat di export ke format dxf atau txt.
Format txt ini dapat dimuat pada ArcGIS untuk diolah menjadi peta.
www.pelagis.net 12
GPS Connection setup berfungsi untuk menghubungkan GPS dengan computer
dengan menentukan Communication Port, Boud Rate, Databit, termasuk juga
Datum yang digunakan oleh GPS (periksa kembali sistem datum yang digunakan pada
GPS).
Jika pengaturan telah selesai, Klik OK
Untuk GPS jenis Garmin dapat menggunakan GPSi (harus didownload terlebih dahulu pada link
berikut: http://arcscripts.esri.com/details.asp?dbid=12749).
Gambar 2.8
www.pelagis.net 13
Untuk membuat shapefiles dari data GPS
Klik Waypoints
Klik Create New Shapefile
Terdapat tools lain yaitu menggunakan DNR Garmin. DNR Garmin merupakan software
freeware yang mampu menghubungkan data GPS dengan sofware GIS yang lain. DNR Garmin
dapat didownload pada link berikut:
http://www.dnr.state.mn.us/mis/gis/tools/arcview/extensions/DNRGarmin/DNRGarmin.html
Setelah proses instalasi maka DNR dapat diakses langsung melalui program menu dan dapat
secara otomatis menghubungkan komputer dengan GPS Garmin.
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :
Hubungkan GPS Garmin dengan komputer (melalui port USD atau Serial Port)
Buka program DNRGarmin
www.pelagis.net 14
Dengan sistem full down menu, maka DNR sangat memudahkan untuk dioperasikan
DNR bisa memanggil atau menyimpan data dari berbagai format, diantaranya format
shapefile, dbf, gpx (GPSinterchange), atau kml (Google Earth)
Gambar 2.10 Penyimpanan data pada DNR Garmin dapat disimpan dalam berbagai format
www.pelagis.net 15
Tampilan menu memungkinkan pengaturan File, Edit, GPS, Waypoints, Tracks,
Route, Real Time dan Help untuk bantuan
Tampilan Data Table dapat disembunyikan dan ditampilkan
Full down
menu
Hide atau
View Data
Tabel
Pilihan
ADD,
DELETE
Penambahan tabel dan pengubahnya secara manual dapat juga dilakukan seperti
melakukan proses ADD, DELETE
www.pelagis.net 16
Data tabel juga dapat diubah dari tampilan WayPoint ke dalam bentuk tampilam Track,
Route atau Realtime WPt
Langkah yang harus dilakukan sangat sederhana dan bisa dilihat sebagai berikut:
Buatlah file excel dengan kolom-kolom Waypoint number, Long_X, Lat_Y
Konversi file excel ke format dbf
Load dbf ke ArcGIS
Plot menggunakan kolom X dan Y
Secara detail proses ini dilakukan sebagai berikut:
Buat files excel
Buat kolom waypoints
Buat kolom X
Buat kolom Y
Konversi ke dbf (ArcGIS 9.2 dapat langsung membuka tabel excel dan menampilkan
data kedalam ArcGIS, jadi proses ini bisa diabaikan jika ingin membuka langsung tabel
excel)
Gambarkan di ArcGIS
Proses pengolahan data dilakukan menggunakan software image processing seperti ErMapper,
Erdas, PCI atau Envi, kemudian diolah menjadi bentuk image seperti img atau geotiff dengan
referensi koordinat yang tepat.
www.pelagis.net 17
Gambar 2.11 Tampilan SRTM pada ArcGIS
Pengolahan data SRTM di ArcGIS memerlukan extension 3D Analyst atau Spatial Analyst.
Aplikasi yang digunakan antara lain; membuat kontur, kelerengan, cut and fill perhitungan areal
dan volume.
www.pelagis.net 18
Pilih Conversion Tools (digunakan bukan hanya untuk CAD tetapi format lain)
Pada pilihan ArcToolbox favorites pilih Conversion tools kemudian pilih lagi sub menu
to Shapefiles and sub-sub menu features class to shapefiles
ARCTOOLBOX
Conversion tools
- to shapefiles
- features class to
shapefiles
Favorites
www.pelagis.net 19
Pilihan
feature CAD
Pilihan folder
penyimpanan
Browsing ke
Folder dimana
akan disimpan
Proses ini mampu melakukan konversi CAD mulai dari annotation (label), point, polyline,
polygon dan multipatch
www.pelagis.net 20
Proses tersebut secara otomatis akan memberikan nama file sesuai dengan nama CAD
yang dikonversi dan memberikan ekstensi shp.
Jika sudah ditentukan maka proses akan berjalan secara otomatis, lamanya proses
tergantung pada besar atau kecilnya file yang digunakan.
www.pelagis.net 21
Akan muncul dialog box untuk menentukan feature yang akan diexport, apakah seluruh
atau yang terseleksi.
Tentukan dimana akan disimpan dan dengan nama apa (pada proses ini nama harus
diketikkan).
ArcGIS juga memungkinkan proses yang lebih rumit, misalnya jika ingin membuat polygon
dari polyline dengan label (point) yang sudah ditentukan. Proses pembuatan polygon ini
dapat dilakukan dengan cara:
Menggunakan Arctoolbox
Klik Samples
Pilih CAD Lines to Polygon Features
www.pelagis.net 22
Pilih input polyline
Dari shapefile juga bisa dikonversi ke format CAD dengan menggunakan ArcGIS.
Prosesnya menggunakan menggunakan pilihan export dengan Arctoolbox:
Buka shapefiles yang akan dikonversi
www.pelagis.net 23
Tentukan shapefile
yang akan diexport
(bisa lebih dari satu
atau gabungan
polygon, polyline
dan point)
Tentukan tipe
CAD
www.pelagis.net 24
Gambar 2.17 Tampilan data dalam format .tab pada ArcGIS
www.pelagis.net 25
Secara otomatis shapefiles akan dibuat dengan nama yang sama dengan nama asli
format map
Secara individu shapefile juga bisa dikonversi dari data Mapinfo dengan menggunakan
perintah:
Klik kanan pada individual feature yang akan dikonvert
Klik Data
Klik Export data
Pada dialog box yang terbuka isikan parameternya (all feature/seluruh peta atau
terpilih/selected, tuliskan nama file dan lokasi penyimpanannya)
Akan dibuat sebuah file baru hasil konversi dari Mapinfo
Pilihan:
all feature atau
selected feature
Klik export
data
www.pelagis.net 26
Prosesnya sederhana karena akan dituntun oleh dialogbox. Yang penting untuk diketahui
adalah pengenalan akan data yang diolah karena parameternya harus diisikan dan dipilih
satu persatu.
Proses ini bisa digunakan untuk membuka data CAD/Mapinfo dan mengeksport ke format
shapefile atau geodatabase. Atau langsung meng-import data dari format lain untuk di-
convert menjadi data geodatabase.
www.pelagis.net 27
Isi layer yang akan
dijadikan input
Layer bisa berupa
file CAD, tab atau
shapefile
Tentukan system
koordinat
www.pelagis.net 28
Menunjukkan jenis file output
yang dipilih
Klik Dataset
Muncul kotak dialog untuk mem-browsing files
Klik Setting
Akan muncul dialog box untuk menentuk pilihan tambahan shapefiles
www.pelagis.net 29
Klik Coordinat System
Akan muncul kotak untuk menentukan sistem koordinat yang digunakan
Klik Select untuk memilih system koordionat atau Import, New, Clear untuk memodifikasi
(lihat pembahasan ArcCatalog mengenai penentuan sistem koordinat)
Klik OK maka semua spesifikasi output serta penyimapanan dan nama telah ditentukan
Klik OK
www.pelagis.net 30
Klik OK (proses akan berjalan)
Menggunakan Quick Import, dilakukan untuk mengubah file format satu ke format lain
dengan proses import:
Klik Arctoolbox
Klik Data Interoprability dan klik Quick Import
Muncul dialog box yang juga harus diisi.
www.pelagis.net 31
Tentukan Input
dataset
Klik untuk
menentukan
nama file dan
lokasi
penyimpananya
Browse dengan mengklik dan tentukan nama file dan lokasi penyimpanannya
www.pelagis.net 32
Klik OK
Proses import akan berjalan
Untuk membuka hasil import add file
www.pelagis.net 33
Buat Toolbox baru dengan nama “mytools”
www.pelagis.net 34
Klik Next
Muncul dialogbox Locate Source Data
www.pelagis.net 35
Tentukan lokasi sumber data dengan cara browse atau + untuk mengisi tabel
Klik OK jika sudah diisikan
Klik
Akan muncul Format Galery
Pilih ESRI Shape
Klik OK
www.pelagis.net 36
Terakhir akan muncul dialogbox Create the Workspace
Klik Finish
www.pelagis.net 37
Klik untuk
eksekusi
sdript
Flow script
(tergantung
nama files
dan
jumlahnya
Secara otomatis seluruh file dalam bentuk format CAD, akan di-convert menjadi format
shapefile dalam satu waktu untuk jumlah file yang lebih dari satu.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membuka data online dari ArcGIS adalah:
Buka alamat web: http://arcgisonline.esri.com/index.cfm?fa=access.desktop
www.pelagis.net 38
Gambar 2.18 Tampilan ArcGIS-Online
Pilihlah software yang digunakan untuk membuka data, web ini menyediakan data
dalam format ArcMap (MXDs), ArcGlobe (3DDs) dan ArcReader (PMFs).
Format ini dapat di-donload ke alamat lokal caranya dengan menentukan pilihan format
dan file-nya.
Klik kanan dan pilih ‘Save target as’
www.pelagis.net 39
Gambar 2.19 Penyimanan file yang di-download
www.pelagis.net 40
Peta ini bisa digeser dan di-layout untuk digunakan, tetapi karena system online maka
proses akan berjalan lambat, sesuai dengan kecepatan internet yang digunakan.
Tampilan layout dengan menggunakan file MXD yang sama.
www.pelagis.net 41
Akan muncul kotak dialog, pilih Use GIS Services klik Next
Akan muncul kotak dialog General dengan alamat web, user name dan password yang
harus diisikan seperti gambar berikut.
Ketika proses selesai dan terhubung dengan internet maka di ArcCatalog akan muncul
v92 on services arcgisonle.com
Browse dan buka folder online tersebut untuk membuka peta yang tersedia di
webserver ArcGIS
www.pelagis.net 42
File yang sudah bisa dibuka dengan ArcCatalog bisa di muat/panggil ke ArcMap kapan saja
dibutuhkan. Syaratnya adalah pada saat pengerjaan ArcMap komputer terhubung dengan
internet. Semakin cepat koneksi internet maka semakin cepat file akan terbuka.
www.pelagis.net 43
BAB III
PERSIAPAN DATA
www.pelagis.net
44
3.1. Membuat dan Merubah Proyeksi
Ketika anda bekerja menggunakan data Sistem Informasi Geografis (SIG), sering kali data
tersebut perlu di ditransformasikan atau diproyeksikan ke dalam satu sistem koordinat atau ke
sistem koordinat yang lain.
Pada bab ini akan dibahas mengenai membuat dan merubah proyeksi menggunakan
ArcCatalog maupun ArcToolbox.
Sebelum melanjutkan dalam pembahasan, perlu diketahui data vektor dan raster menggunakan
cara yang berbeda untuk merubah proyeksi.
Gambar 3.1Tampilan untuk merubah proyeksi pada Gambar 3.2 Tampilan untuk merubah proyeksi pada
data vektor data raster
Beikut adalah tahapan untuk memberikan proyeksi pada data pada ArcCatalog:
1. Buka ArcCatalog.
2. Pilih data yang akan diberi proyeksi pada ToC.
3. Klik kanan pada peta dan pilih Properties.
4. Pilihlah tab Fields.
5. Pada kolom Data Fields, pilih Geometry dan pada Fields Properties di bagian bawah
klik pada simbol
www.pelagis.net
45
6. Pilih Select.
7. Anda dapat memilih menggunakan koordinat geografis (Geographic Coordinate
System) ataukah Projected Coordinate System.
Tahapan diatas juga berlaku untuk merubah proyeksi pada data vektor atau raster.
Khusus untuk merubah dan membuat proyeksi ini terdapat pada ArcToolBox, di bagian Data
Management Tool dengat tool/fitur Projections and Trasnformations.
Pada tabel berikut dibahas mengenai beberapa kegunaan fungsi yang disediakan di dalam
Projections and Transformations tool.
www.pelagis.net
46
untuk mentransformasi menjadi kordinat
sistem pada unit linier (meter atau feet)
www.pelagis.net
47
3.2. Data Konversi
Terkadang data yang diperoleh berasal dari berbagai macam sumber dan proses pengerjaan. Untuk
itu pada ArcGIS disediakan Toolbox yang dapat digunakan untuk konversi data, analisis data
maupun pengolahan data.
Gambar 3.5 Memilih fitur konversi data Gambar 3.6 Memilih folder penyimpanan shapefile
www.pelagis.net
48
Gambar 3.7 Tool multiple Feature Class To Shapefile untuk melakukan
konversi lebih dari satu data
3. Jika jendela ArcToolbox sudah aktif pilih Analysis Tools Extract Clip
www.pelagis.net
49
Gambar 3.9 Jendela ArcToolbox
4. Pada tampilan jendela Clip ada beberapa field yang harus diisi seperti Input Features,
Clip Features dan Output Features Class. Untuk nilai Cluster Tolerance (optional) diisi
untuk mengurangi nilai error pada hasil clip/potongan.
www.pelagis.net
50
Clip Features diisi dengan data vektor untuk memotong vektor dalam input
features
Berikut kita akan mencoba memotong data jalan Nanggroe Aceh Darussalam dengan batas
kabupaten Aceh Besar.
www.pelagis.net
51
Gambar 3.13 Tampilan data jalan provinsi Aceh dan wilayah kabupaten Aceh Besar
Gambar 3.14 Jendela tool clip akan muncul setelah dipilih melalui menu
ArcToolbox.
www.pelagis.net
52
2. Masukkan features yang akan dipotong, isi Input Features dengan “Jalan_NAD”. Pada
Clip Features otomatis akan memilih features yang berupa polygon yaitu “Aceh Besar”.
Pada Output Features Class tentukan tempat atau folder hasil dari clip features dan beri
nama untuk features yang akan dihasilkan. Untuk XY Cluster Tolerance (optional)
dibiarkan dalam pilihan unknown. Kemudian klik OK untuk memulai perintah clip.
Gambar 3.15 Jendela tool clip dengan input dan output datanya
3. Setelah selesai perintah clip. Hasilnya adalah Jalan provinsi Aceh yang terdapat dalam
batas administrasi Aceh Besar seperti gambar 3.16.
www.pelagis.net
53
Gambar 3.16 Jalan provinsi Aceh dalam wilayah kabupaten Aceh Besar
www.pelagis.net
54
Gambar 3.18 Letak tool Merge dalam ArcToolBox
4. Klik Merge pada ArcToolbox, akan muncul jendela seperti gambar 3.19.
www.pelagis.net
55
5. Untuk memulai menggabungkan masukan features yang akan digabungkan seperti
pada gambar 3.20.
6. Setelah input features maka harus tentukan folder hasil penggabungan tersebut.
Gambar 3.22 Tampilan data kabupaten Aceh Besar dan Aceh Jaya
www.pelagis.net
56
1. Aktifkan Arctoolbox pilih Data Manajement Tools General Merge.
Gambar 3.23 Letak tool Merge dalam ArcToolbox (dalam lingkaran merah)
2. Masukkan features yang akan digabungkan, isi Input Dataset dengan batas administrasi
Aceh Besar (“AcehBesar.shp”) dengan Aceh Jaya (“AcehJaya.shp”). Pada Output Dataset
tentukan tempat atau folder hasil dari penggabungan dan beri nama untuk features yang
akan dihasilkan. Pada Field Map (optional) nilainya tetap tidak dirubah.
www.pelagis.net
57
3. Jika prosesnya sudah selesai, maka kedua batas administrasi tersebut akan tergabung
dalam satu features, seperti tampak dalam gambar 3.25.
Gambar 3.25 Hasil penggabungan kabupaten Aceh Besar dan kabupaten Aceh Jaya
Dissolve adalah fungsi untuk mengabungkan features dalam polygon yang memiliki nilai attribut
atau kelas yang sama. Ilustrasi dari fungsi ini dapat dilihat pada gambar 3.26.
www.pelagis.net
58
Sekarang kita akan mencoba untuk melakukan proses dissolve. Data yang digunakan adalah
“Geologi_Sabang.shp” seperti tampak pada gambar 3.27. Data ini terdapat dalam folder “Data
Bab III(Persiapan Data)”.
Pada data tersebut seperti ditampilkan dalam gambar 3.27 terlihat bahwa masing-masing warna
memiliki beberapa area meskipun berada dalam kelas yang sama.
1. Klik ArcToolbox. Setelah jendela ArcToolbiox muncul kemudian pilih Data Management
Tools Generalization Dissolve. Seperti pada gambar 3.28.
www.pelagis.net
59
Gambar 3.28 Letak tool Dissolve dalam ArcToolbox (dalam lingkaran)
2. Klik dua kali pada Dissolve, maka akan muncul kotak dialog dissolve seperti gambar 3.29.
3. Pada kotak Input Features masukkan data yang akan di-dissolve. Kemudian secara otomatis
pada kotak Output Feature Class akan muncul nama feature baru dan lokasi direktori dimana
data hasil dissolve akan disimpan.
Nama feature dan lokasi penyimpanan tersebut dapat diganti sesuai dengan keinginan.
www.pelagis.net
60
Gambar 3.30 Jendela fungsi dissolve serta data input dan output-nya
4. Pada kotak Dissolve_Field(s) (optional), ceklist field yang akan di-dissolve, kemudian klik OK.
Biarkan mesin bekerja, dan setelah selesai akan muncul feature hasil proses dissolve.
Sekarang bisa dibandingkan feature sebelum dan sesudah dissolve seperti ditunjukkan pada
gambar 3.31.
SEBELUM SESUDAH
www.pelagis.net
61
Gambar 3.32 Illustrasi proses union
www.pelagis.net
62
Untuk proses ini kita akan mencoba untuk menggabunkan data geologi Pulau Sabang
(”Geologi_Sabang_Dissolve.shp ”) dengan data administrasi desa (”Adm_Sabang.shp”). Data-
data untuk latihan ini terdapat dalam folder yang sama seperti latihan-latihan sebelumnya.
1. Bukalah ArcMap dan masukkan data yang akan diproses seperti tampak pada gambar 3.34.
Gambar 3.34 Tampilan data geologi dan administrasi desa Pulau Sabang
2. Klik ArcToolbox, kemudian arahkan kursor ke: Analysis Tools Overlay Union.
www.pelagis.net
63
3. Double klik pada Union, maka akan muncul kotak dialog berikut seperti gambar 3.36.
4. Pada Input Feature masukkan kedua coverage yang akan di-union. Pada Output Feature
Class secara otomatis akan ditunjukkan nama dan folder dimana hasil union disimpan.
Namun nama dan folder tempat penyimpanan hasil union dapat diubah sesuai dengan
keinginan. Selanjutnya klik OK, maka proses union mulai bekerja.
www.pelagis.net
64
BAB IV
MANAJEMEN DATA
www.pelagis.net 65
4.1. Geodatabase
Pada panduan ArcGIS dasar yang disusun oleh GIS Konsorsium NAD-Nias telah dibahas
pengantar geodatabase, silahkan merujuk ke modul tersebut untuk memulai memahami
geodatabase seperti apa yang dimaksud dengan geodatabase, bagaimana membuat
geodatabase dan lain lain. Pada panduan ini akan dibahas lebih lanjut bagaimana cara
mendesain geodatabase baik untuk data spasial (raster dan vector) maupun data non spasial
(tabular) untuk tema tertentu. Perlu digaris bawahi bahwa jenis geodatabase yang akan
digunakan pada panduan ini adalah Personal Geodatabase.
D
5. Penentuan struktur database untuk data tabular dan jenis – jenis attribut yang E
diperlukan S
Identifikasi field – field apa saja yang diperlukan untuk data atribut dan subtype
A
I
untuk masing – masing field. N
6. Penentuan referensi spasial untuk seluruh dataset
7. Pembuatan desain geodatabase. L
Penentuan struktur geodabase yang akan dibuat berdasarkan kriteria – kriteria yang
O
G
telah ditetapkan sebelumnya. I
S
www.pelagis.net
66
8. Implementasi dan tinjauan kembali D
E
Berdasarkan desain awal yang telah ditentukan, dilakukan pembuatan geodabase dan
S
pemasukan data. Uji dan tinjau kembali desain geodatabase yang telah anda buat A
9. Desain aliran data untuk membuat masing – masing layer data I
Setiap layer memiliki sumber data yang berbeda, akurasi, metadata dan boleh tidaknya N
didapat.
F
10. Dokumentasi desain geodatabase menggunakan metode tertentu I
Gunakan gambar, diagram dan laporan untuk mendokumentasikan desain yang telah S
dibuat. I
K
IdSekolah,JumlahGuruPerempuan,
Tabel Guru
JumlahGuruLaki,Total
Sekolah
Menengah
Pertama
Gambar 4.1 Desain geodatabase sekolah Aceh Besar
www.pelagis.net
67
4.1.2. Membuat Geodatabase
Langkah – langkah pembuatan geodatabase Sekolah adalah sebagai berikut :
1. Start ArcCatalog.
2. Buat folder dengan nama “AcehBesarSekolah“
Klik Kanan New Folder Aceh Besar Sekolah
3. Buat Geodatabase dengan nama “AcehBesarSekolah”
Klik kanan pada folder AcehBesarSekolah New Personal Geodatabase
Di layar anda akan tampil jendela seperti 4.2 di bawah ini.
www.pelagis.net
68
Ketik „SekolahDasar“ di bagian name, kemudian klik tombol Edit untuk
menentukan sistem koordinat yang akan digunakan. Pilih WGS 1984 UTM 46 N.
Kemudian klik OK.
5. Membuat Feature Class
Klik kanan pada SekolahDasar feature dataset New Feature Class
Ketik “SekolahDasar” pada bagian name seperti gambar 4.4 di bawah.
www.pelagis.net
69
Gambar 4.6 Membuat Feature Class
Setelah tampilan di jendela anda seperti gambar 4.6 di atas, maka klik pada tab
geometry type kemudian pilih point (lokasi titik sekolah). Pada baris kosong pada tab
field name ketik nama field yang telah ditentukan (IdSekolah, Propinsi, Kabupaten,
Kecamatan, KodePropinsi, KodeKabupaten,KodeKecamatan) seperti gambar 4.7 di
bawah. Pada tab domain dikosongkan terlebih dahulu karena kita akan membuat
domain-nya setelah ini.
www.pelagis.net
70
6. Membuat Domain
Domain yang akan kita buat adalah domain Kecamatan
Klik kanan pada AcehBesarSekolah.mdb Properties. Akan muncul jendela
database properties seperti gambar 4.8.
Pada jendela database properties pilih tab Domain. Isikan “Kecamatan” pada Domain
Name, untuk Domain type pilih Coded values. Kemudian isikan coded values dimana
pada kolom Code diiisikan kode kecamatan (menurut BPS) dan pada kolom Description
diisikan Nama Kecamatan sesuai kode. Kemudian Klik Apply dan terakhir pilih OK.
Lihat gambar 4.9.
www.pelagis.net
71
Gambar 4.9 Membuat Domain
7. Mengaplikasikan domain
Klik kanan pada feature class Sekolah Dasar Properties, kemudian klik
Kecamatan dan pada tab Domain pilih Domain Kecamatan, seperti yang terlihat pada
gambar 4.10 di bawah ini.
www.pelagis.net
72
8. Membuat tabel
Klik kanan pada AcehBesarSekolah.mdb New Table . Akan muncul jendela
seperti gambar 4.11. Pada tab Name isikan “MuridKelasI” dan pada tab Alias isikan
“Tabel Jumlah MuridKelas I (Satu)”. Kemudian tekan Next . Akan muncul jendela
seperti gambar 4.12. Isikan nama field dan tentukan data type-nya seperti gambar 4.12.
Kemudian tekan Finish.
www.pelagis.net
73
Gambar 4.12 Mengisi nama field pada tabel
9. Membuat Relationship
Klik kanan pada AcehBesarSekolah.mdb New Relationship. Akan muncul
jendela seperti gambar 4.13. Pada tab Name of relationship class isikan nama
relationship yang akan dibuat yaitu “SekolahDasar _MuridKelasI”. Pilih SekolahDasar
sebagai origin feature class dan MuridkelasI pada tab Destination table/feature class.
Kemudian tekan Next.
www.pelagis.net
74
Gambar 4.13 Langkah satu Membuat relationship
Kemudian akan tampak jendela seperti gambar 4.14. Pilih composite relationship
kemudian tekan Next .
Selanjutnya pilih Forwad (Origin to destination) dan tekan Next seperti gambar 4.15.
www.pelagis.net
75
Gambar 4.15 Langkah Membuat relationship
Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis hubungan relationship yang akan dibuat
apakah satu ke satu (one to one) atau satu ke banyak (one to many). Di sini hubungan
yang akan dibuat adalah satu ke banyak. Seperti pada gambar 4.16 pilih 1 – M (one to
many) dan tekan Next.
www.pelagis.net
76
Selanjutnya seperti pada gambar 4.17 pilih No, I do not want to add attribute to this relationship
class dan tekan Next.
www.pelagis.net
77
Apabila semua langkah pembuatan geodatabase telah dilakukan maka geodatabase tersebut
beserta semua komponen yang dibuat (feature dataset, feature class, table, relationship) akan
tampil seperti pada gambar 4.19.
Geodatabase
Feature Dataset
Feature Class
Tabel
Relationship
Gambar 4.19 Geodatabase dan komponen-komponen lainnya
www.pelagis.net
78
4.2. Metadata
4.2.1. Pengertian Metadata
Meta artinya perubahan sedangkan metadata adalah data tentang data, dengan kata lain
Metadata adalah data yang menjelaskan asal muasal data dan perubahan yang telah dilakukan
pada data tersebut. Konsep metadata sendiri sudah sangat populer di kalangan pengguna data
spasial. Contoh yang paling sederhana adalah legenda peta. Legenda peta merupakan
metadata dari peta itu sendiri. Legenda menyajikan beberapa informasi antara lain siapa yang
memproduksi peta, jenis peta, referensi spasial, sistem koordinat yang digunakan, skala peta
dan lain-lain. Secara sederhana, metadata adalah dokumentasi informasi tentang data yang
diaplikasikan pada data geospasial berformat digital.
www.pelagis.net 79
Bagaimana data diproduksi.
Keterbatasan data.
Dimana dan bagaimana cara memperoleh data.
Secara sederhana, semua informasi tersebut di atas dapat dirangkum dalam suatu intisari/
abstrak, sehingga dengan membaca abstrak pengguna dapat langsung mengerti tentang data
tersebut.
www.pelagis.net 80
Gambar 4.22 menunjukkan toolbar-toolbar yang digunakan dalam pembuatan metadata.
Metadata properties
Create/Update metadata
Import metadata
Untuk memulai mengisi metadata maka tekan tombol Edit Metadata maka dilayar akan tampil
jendela ISO Metadata Wizard seperti gambar 4.23 di bawah ini.
www.pelagis.net 81
Isikan semua informasi dengan mengklik setiap bagiannya. Untuk pindah dari tab yang satu ke
tab yang lain dapat menggunakan tombol Next. Setelah semua informasi dimasukkan maka
tekan tombol Finish. Semua informasi yang telah dimasukkan akan tersimpan sebagai
metadata. Jika ada kesalahan dalam pengisian maka dapat diperbaharui dengan menekan
tombol Edit Metadata kembali.
Metadata juga dapat diekspor agar dapat digunakan pada data lain yang sesuai dengan
menggunakan toolbar Export Metadata. Dalam mengekspor dan mengimpor metadata
dilakukan dengan bahasa pemograman eXtensible Markup Language (XML).
2. Cari lokasi file data yang metadata-nya mau diadopsi (dengan catatan file yang akan
diadopsi sudah tersedia dalam format XML) dengan menekan tombol Browse.
3. Pilih format FGDC CSDGM (XML).
4. Kemudian tekan OK.
www.pelagis.net 82
Gambar 4.25 Jendela Export Metadata
2. Cari lokasi penempatan file metadata yang akan diekspor dengan menekan tombol
Browse.
3. Pilih format FGDC CSDGM (XML)
4. Kemudian tekan OK.
www.pelagis.net 83
4.3. External Database
Data attribut sangat penting dalam data geospasial, sebagai keterangan, penjelasan, atau nilai
dari data spasial. Jika seorang pengguna mempunyai data vektor batas-batas desa, tetapi tidak
dilengkapi dengan data attribut nama desa, kecamatan atau keterangan administrasi lainnya,
maka ada informasi yang kurang, sehingga pengguna tersebut tidak bisa memperoleh informasi
yang dinginkan.
Dalam data vektor dapat ditambahkan data attribut ke dalam attribut tabel, dan ini paling
banyak dilakukan. Akan tetapi apabila kita bekerja dengan data yang besar, kompleks dan
dinamis hal ini tidak efisien. Sebagai contoh, tim hidrogeologi Dinas Pertambangan dan Energi,
melakukan pemantauan kualitas air sumur dangkal di seluruh kota Banda Aceh, minimal tiga
bulan sekali. Setiap tiga bulan tentu saja tim ini harus meng-update ratusan informasi sumur
dangkal yang berisi data PH, konduktifitas listrik, kedalaman, warna, rasa, dan lain-lain. Jika ini
dilakukan dalam data vektor tentu saja akan memakan waktu lebih lama, dibandingkan dengan
memasukkan ke dalam database khusus yang berisi data pemantauan kualitas air. Dengan
database ini input data akan lebih terkontrol karena dalam database tersebut dapat diterapkan
aturan-aturan yang dibuat untuk menghindari kesalahan input, jenis data masukan, field kosong
dan lain-lain. Hal ini tentu saja agak sukar dilakukan jika data dimasukkan langsung ke dalam
attribut tabel, sehingga kualitas datanya kurang terjamin.
Contoh lain yang lebih dinamis misalnya, badan pemantau cuaca harian seperti Badan
Metereologi dan Geofisika (BMG). Badan ini katakanlah mempunyai unit pemantau data harian
dan setiap perubahan harian selalu di-update dalam database, dan ditampilkan dalam peta.
Bayangkan jika data ini dimasukkan langsung ke attribut table vektor untuk seluruh wilayah
Indonesia. Berapa banyak field yang akan dibutuhkan? Bagaimana data tersebut dianalisis
menjadi rata-rata harian, mingguan, bulanan, tahunan dan analisis lainnya?
Keuntungan lain dari konektifitas external database dengan GIS adalah dapat diperoleh
informasi lebih banyak dari pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap suatu data. Misalnya
unit GIS pemantauan dan penanggulangan bencana alam. Unit ini memiliki data vektor
kecamatan provinsi Aceh, tentu saja data tersebut cuma memberikan posisi spasial, akan tetapi
yang dibutuhkan data lebih dari itu, seperti jumlah penduduk kecamatan yang terdiri dari jumlah
total penduduk, komposisi penduduk dan pertumbuhan penduduk. Selain itu juga dibutuhkan
data cuaca termasuk prediksi cuaca perbulan, data historis bencana alam, dan lain-lain. Unit ini
akan kewalahan jika harus mengumpulkan semua data sendirian. Karena itu dalam satu
koordinasi yang baik, data-data tersebut dikelola oleh pihak ketiga , yang dapat diakses oleh
unit GIS, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut untuk memantau kerawanan bencana
alam khususnya bencana yang dipengaruhi faktor cuaca.
www.pelagis.net 84
Gambar 4.26 di bawah menggambarkan sebuah illustrasi bagaimana sharing data antar bagian
dalam sebuah unit atau antar instansi.
Unit
GIS
BPS Satkorlak
(Database (Database
Penduduk) Bencana)
BMG
(Database
Cuaca)
Dalam latihan ini akan dicoba untuk mengkoneksikan sebuah database penduduk yang berisi
jumlah penduduk. Database ini merupakan fiktif belaka, yang dibuat untuk latihan semata.
1. Buka folder Data Bab IV. Dalam folder ini Anda akan menemukan sebuah database
penduduk. Buka database ini
2. Jika muncul peringatan keamanan(secuirity warning) tekan tombol OPEN. Database
penduduk akan terbuka seperti gambar 4.27.
www.pelagis.net 85
Gambar 4.27 Database penduduk
3. Dalam database ini berisi data penduduk untuk kecamatan di Aceh Besar dan Banda
Aceh. Klik tombol pada menu untuk melihat data yang ada.
www.pelagis.net 86
2. Jendela Control Panel muncul. Pilih Performance and Maintenance.
3. Kemudian jendela Performance and Maintenance muncul. Pilih Administrative Tools.
4. Muncul jendela berikutnya. Pilih Data Sources(ODBC).
7. Untuk ini latihan ini nama ODBC yang kita buat adalah “Database Penduduk”. Isikan
nama tersebut dalam field Data Source Name pada jendela ODBC Microsoft Access
Setup. Pada field Description isikan penjelasan atau keterangan dari koneksi yang akan
www.pelagis.net 87
dibuat, misalnya Koneksi ODBC untuk Database Penduduk. Kemudian pada group
database pilih Select. Lihat gambar 4.31.
8. Masukkan database penduduk yang terdapat dalam folder latihan IV. Kemudian tekan
OK.
9. Tekan OK lagi pada jendela ODBC Microsoft Access Setup. Koneksi ODBC yang telah
dibuat dengan nama “Database Penduduk” akan muncul pada jendela ODBC Data
Source Administrator seperti gambar 4.32. Dengan demikian koneksi ODBC telah
selesai dibuat.
www.pelagis.net 88
4.3.3. Membuat koneksi Database di ArcCatalog
1. Buka ArcCatalog.
2. Pada jendela sebelah kiri pilih Database Connection Double Klik Add OLE DB
Connection. Lihat gambar 4.33.
3. Muncul jendela Data Link Properties seperti gambar 4.34, kemudian pilih Microsoft
OLE DB Provider for ODBC Drivers Next.
4. Pilih radio button Use data source name, kemudian pada drop down list, pilih ODBC
yang telah dibuat, yaitu “Database Penduduk”. Lihat gambar 4.35.
www.pelagis.net 89
Gambar 4.35 Memilih ODBC yang telah dibuat
5. Untuk mengetahui apakah koneksi yang dibuat berhasil atau tidak, tekan tombol Test
Connection. Jika Muncul keterangan Test connection succeeded, maka koneksi telah
berhasil dibuat.
6. Setelah koneksi berhasil pilih OK.
7. Pada menu ArcCatalog di sebelah kiri akan muncul koneksi yang telah dibuat dengan
nama OLE DB Connection. Ini merupakan nama default. Untuk merubah nama
tersebut, klik kanan Rename Masukkan nama yang dinginkan. Untuk latihan ini
beri nama “Database Penduduk”. Hasilnya seperti pada gambar 4.36.
www.pelagis.net 90
8. Klik tanda + pada koneksi Database Penduduk seperti pada gambar 4.36, maka akan
muncul tabel dan query seperti pada Microsoft Access.
9. Untuk melihat isi data database ini pada ArcCatalog, pilih salah satu tabel , kemudian
pada jendela sebelah kanan pilih Tab Preview. Hasilnya seperti gambar 4.37.
Seperti yang dijelaskan pada awal sub bab ini, data spasial (data vektor) memiliki tabel attribut
yang berisi ID dari sebuah record data spasial. Pada database Microsoft Access terdapat juga
ID tersebut yang bernilai sama. Berdasarkan nilai ID inilah akan dihubungkan atau digabungkan
data-data tersebut.
www.pelagis.net 91
Gambar 4.38 Tampilan data vektor serta data attribut batas kecamatan Banda Aceh dan Aceh
Besar
www.pelagis.net 92
Gambar 4.40 Menambahkan tabel penduduk
2. Setelah tabel ditambahkan. Klik kanan pada layer “kecamatan_bna_acehbesar” Join
and Relates Join.
3. Muncul jendela Join Data. Pada pertanyaan What do you want to join to this layer? Pilih
Join attributes from a table.
4. Pada list menu nomor satu: Choose the field in this layer that the join will be based on.
Pilih Kec_code.
5. Pada list menu nomor dua: Choose the table to join to this layer, or load the table from
disk. Pilih tabel yang ingin digabung(join).
6. Pada list menu nomor tiga: Choose the field in the table to base the join on. Pilih
ID_Kec.
7. Setelah semua parameter untuk join diisi, kemudian tekan OK
8. Buka tabel attribut data vektor tersebut. Anda akan melihat bahwa data dalam database
Access akan tergabung dengan tabel attribut data vektor, seperti gambar di bawah
4.41.
www.pelagis.net 93
Anda telah menggabungkan data dalam database dengan data attribut. Sekarang mari kita
lihat pengaruh perubahan data dalam database dengan tampilan peta pada ArcMap.
1. Klik kanan layer “kecamatan_bna_acehbesar” Properties. Akan muncul jendela
Layer Properties seperti gambar 4.42.
2. Pilih tab Symbology. Pada kolom show pilih Quantities Graduated colors.
3. Pada grup Fields, di menu list Value pilih Populasi. Dan pada grup Classification
biarkan nilai Classes tetap 5. Karena kita ingin membuat peta dengan gradasi warna
berdasarkan lima kelas penduduk.
4. Setelah selesai tekan OK. Hasilnya tampak seperti gambar 4.43.
www.pelagis.net 94
Dalam peta kelas penduduk tersebut, kita lihat bahwa penduduk kecamatan Lhoong berada
pada kelas dua yaitu berjumlah antara 1501-3200 orang. Kita akan mengubah jumlah penduduk
kecamatan ini dalam database penduduk.
4. Pada ArcMap tekan tombol Refresh View. Anda perhatikan warna kecamatan Lhoong
akan berubah dan masuk ke dalam kelas ketiga seperti gambar 4.45.
5. Silahkan mencoba untuk mengubah data-data penduduk kecamatan yang lain.
Perhatian: Jangan tutup jendela ArcMap latihan ini karena akan digunakan untuk latihan
berikutnya.
www.pelagis.net 95
Gambar 4.45 Peta Aceh Besar dengan lima kelas penduduk
www.pelagis.net 96
Gambar 4.46 Proses melakukan relasi tabel
www.pelagis.net 97
Gambar 4.47 Jendela relasi table
www.pelagis.net 98
4.4.3. Menghapus Join dan Relasi
Untuk menghapus join atau relasi tabel cukup mudah seperti langkah-langkah berikut.
1. Seperti terlihat pada gambar 4.49 dan 4.50 Klik kanan layer
“kecamatan_bna_acehbesar” Join and Relates Remove Joins/Relate.
2. Pilih join atau relasi yang ingin dihapus. Atau anda dapat memilih Remove All Joins
atau Remove All Relates untuk menghapus semua join atau relasi.
www.pelagis.net 99
4.5. Topology
4.5.1. Definisi Topology
Topology adalah hubungan antara objek-objek spasial yang didefinisikan secara matematis,
sehingga objek-objek tersebut memiliki keterkaitan secara spatial satu dengan yang lain.
Dalam GIS, topology ini disusun sedemikian rupa dalam satu susunan tabel yang terstruktur.
Dengan struktur tersebut sistem dapat mengetahui hubungan spasial sebuah objek dengan
objek-objek lain yang berada di sekitarnya.
Fungsi topology adalah untuk memastikan integritas spasial (spatial integrity) dari objek dan
juga untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam data. Fungsi-fungsi
tersebut dilakukan dengan menerapkan aturan-aturan yang harus dipenuhi. Aturan-aturan
tersebut antara lain:
Objek tidak boleh saling bertindihan(Overlap).
Antara satu objek dengan yang lain tidak boleh ada ruang kosong (Gap).
Tidak boleh tumpang tindih (overlap) dengan objek yang lain.
Objek harus berada dalam objek yang lain.
Sebagai contoh persil tanah. Persil dalam dunia nyata tidak akan pernah saling bertindihan satu
dengan yang lain (overlap) dan tidak akan pernah ada ruang kosong (gap). Dalam
pembentukan topology kita memastikan agar hal ini tidak terjadi dengan menerapkan dua
aturan, yaitu:
Persil-persil tersebut tidak boleh bertindihan atau overlap satu sama lain.
Tidak boleh ada ruang kosong (gap) dalam persil-persil tersebut.
Setelah proses topology dilakukan dan ternyata dalam data tersebut ditemukan persil-persil
yang saling bertindihan atau terdapat ruang-ruang kosong di antara persil-persil tersebut, maka
www.pelagis.net 100
akan keluar tanda kesalahan, dan pengguna dapat dengan cepat mengidentifikasi dan
mengkoreksinya.
Dalam dunia nyata tiap-tiap objek tersebut memiliki suatu hubungan spasial, dan syarat-syarat
yang harus dipenuhi sehingga benar keadaanya seperti di lapangan. Kebenaran yang sesuai
dengan keadaan lapangan inilah yang disebut integritas spasial.
www.pelagis.net 101
Gambar 4.51 Membuat topology
3. Setelah langkah nomor dua, akan muncul dialog box New Topology kemudian pilih
Next.
4. Kemudian masukan nama topology yang diinginkan , untuk latihan ini kita beri nama
“topology_persil”. Kemudian tekan Next.
Untuk cluster tolerance biarkan saja seperti default. Cluster tolerance adalah toleransi
terhadap vertek terdekat. Jika sebuah vertek berada dalam nilai toleransi maka sistem akan
menganggap vertek itu identik dan akan diikutkan dalam proses pembentukan topology.
5. Kemudian akan muncul data-data dalam feature dataset. Kita dapat memilih data-data
apa saja yang akan dimasukkan dalam proses topology. Untuk latihan ini kita akan
menggunakan semua data yang tersedia. Untuk itu pilih semua data tersebut, dan
tekan Next.
6. Untuk nilai ranking, biarkan nilainya tetap satu.
7. Inilah langkah yang paling penting, yaitu kita harus menentukan aturan-aturan yang
harus dipenuhi dalam proses topology, untuk memastikan tercapainya kondisi data
yang sesuai dengan kenyataan. Untuk latihan ini kita akan menambahkan aturan
seperti syarat-syarat yang telah disebutkan di atas, yaitu:
Persil tidak akan pernah overlap satu dengan yang lain (Mus not overlap).
Tidak akan pernah ada ruang kosong (gap) di antara persil (Mus not have gaps).
Bangunan tidak pernah akan tumpang tindih dengan bangunan yang lain (Must not
overlap).
Bangunan tidak akan pernah tumpang tindih dengan jalan (Must not overlap
with....).
www.pelagis.net 102
Pada dialog box pada gambar 4.52, pilih tombol Add Rule...., sehingga akan muncul dialog box
Add Rule. Kemudian pilih syarat seperti tersebut di atas dan tekan OK. Lakukan kembali proses
penambahan tersebut sehingga semua syarat terpenuhi. Sehingga tampak seperti gambar di
bawah 4.52.
Jika aturan-aturan tersebut ingin disimpan dan diterapkan untuk topology yang lain, maka
aturan tersebut dapat disimpan dalam sebuah file. Caranya pilih tombol Save Rules.. kemudian
tentukan tempat dimana akan disimpan.
Untuk memanggil kembali aturan yang telah disimpan. Pilih tombol Load Rules… dan pilih file
aturan yang telah tersimpan.
8. Setelah aturan-aturan diterapkan, tekan Next, akan muncul rangkuman dari topology
yang akan dibuat seperti gambar 4.53.
www.pelagis.net 103
Gambar 4.53 Rangkuman topology yang akan dibuat
Jika kita sudah puas dengan aturan-aturan atau parameter-parameter lainnya, maka cukup
tekan tombol Finish untuk membuat topology. Jika tidak maka pilih tombol Back untuk
mengubah aturan-aturan atau parameter lain.
Begitu tombol Finish ditekan maka ArcGIS akan membentuk topology, setelah topology
terbentuk, akan muncul jendela pertanyaan untuk validasi topology. Pilih jawaban Yes, untuk
memvalidasi topology.
9. Setelah langkah di atas, maka topology persil yang dibuat akan muncul dalam
geodatabase seperti gambar 4.54.
www.pelagis.net 104
1. Dalam geodatabase “pelatihan” pilih “topology_persil” yang baru dibuat. Pada jendela
sebelah kanan, pilih tab Preview untuk melihat kesalahan-kesalahan topology.
Seperti terlihat pada gambar 4.55, hasil topology yang telah dibuat ada berwarna merah dan
merah jambu. Warna-warna tersebut menunjukkan ada kesalahan di tempat tersebut. Gunakan
fungsi zoom untuk melihat lebih jelas kesalah-kesalahan yang terjadi.
2. Sekarang, kita akan melihat kesalahan-kesalahan topology secara lebih detil. Buka
ArcMap baru.
3. Tambahkan “topology_persil” yang ada dalam geodatabase.
4. Akan muncul jendela pertanyaan, apakah feature class data topology akan ikut
ditambahkan, pilih Yes. Maka data topology beserta feature class akan ditambahkan
kedalam ArcMap seperti gambar 4.56.
www.pelagis.net 105
5. Tambahkan toolbar topology di ArcMap melalui toolbar Editor More Editing Tools
Topology. Perhatikan gambar 4.57.
1. Setelah toolbar topology seperti gambar 4.58 ditambahkan ke jendela ArcMap, ternyata
fungsinya belum aktif. Ini terjadi karena Editor-nya belum diaktifkan. Untuk itu aktifkan
Editor-nya, melalui toolbar Editor Start Editing.
www.pelagis.net 106
Tabel 4.1 Fungsi-fungsi tool topology
2. Pilih Error Inspector tool. Akan muncul jendela Error Inspector. Pada kolom Show,
kita dapat memilih kategori kesalahan yang ingin ditampilkan. Silahkan dicoba!
www.pelagis.net 107
Gambar 4.59 Jendela error inspector yang menampilkan kesalahan pada topology
3. Masih pada jendela Error Inspector. Klik kanan salah satu kesalahan, kemudian pilih
Zoom To, untuk memperbesar area dimana kesalahan tersebut terjadi.
4. Pada gambar 4.60 ada satu kesalahan yaitu: Bangunan overlap dengan Jalan.
Kesalahan ini dapat diperbaiki dengan kenyataan faktual di lapangan, apakah dengan
menggeser bangunannya, mengubah ukuran bangunan, atau dengan cara lain sesuai
dengan keadaan. Untuk latihan ini, dianggap posisi bangunan tersebut terlalu ke depan
sehingga overlap dengan jalan. Maka yang harus dilakukan adalah menggeser
bangunan tersebut.
5. Dengan menggunakan Edit Tool, geserlah bangunan tersebut sehingga tidak overlap
dengan jalan seperti pada gambar 4.61.
Gambar 4.60 Bangunan overlap dengan jalan Gambar 4.61 Bangunan telah digeser
www.pelagis.net 108
Gambar 4.62 Polygon kecil (berwarna merah jambu)
Walaupun Bangunan telah digeser, ternyata polygon kecil masih ada seperti tampak pada
gambar 4.62, dan ini harus dikoreksi. Seperti terlihat pada gambar tersebut, polygon kecil itu
ternyata berada dalam area jalan, sehingga kita dapat menggabungkan polygon kecil ini ke
dalam polygon jalan. Caranya sebagai berilkut. (point nomor enam).
6. Pilih Fix Topology Error Tool pada toolbar topology. Kemudian klik kanan di atas
polygon kecil yang dimaksud, pilih Merge seperti tampak pada gambar 4.63.
7. Akan muncul jendela Merge seperti gambar 4.64. Pilih Jalan OK.
www.pelagis.net 109
Gambar 4.64 Jendela fungsi Merge
8. Secara otomatis polygon kecil tersebut akan masuk ke dalam polyon jalan. Simpan hasil
editing. Editor Save Edits.
Langkah selanjutnya adalah menggabungkan polygon yang terbentuk dari gap tadi, ke dalam
polygon yang semestinya.
www.pelagis.net 110
4. Mengunakan Edit Tool, pilih polygon gap yang terbentuk tekan shift(jangan dilepas)
pilih polygon persil yang akan digabungkan (dalam hal ini persil di sebelah kanan).
5. Di menu toolbar Editor kemudian pilih Merge. Akan muncul jendela merge, dan pilih
persil yang akan digabungkan seperti gambar 4.66.
6. Simpan hasil koreksi.
www.pelagis.net 111
3. Cari kesalahan untuk persil yang berbatasan dengan jalan.
4. Klik kanan persil yang dimaksud dan pilih Mark As Exception seperti terlihat pada
gambar 4.67. Secara otomatis ArcGIS akan menghapus tanda kesalahan untuk persil
yang berbatasan dengan jalan tadi.
www.pelagis.net 112
4. Tampilkan toolbar topology.
5. Pada toolbar tersebut pilih Map Topology.
6. Akan muncul jendela yang menanyakan data apa saja yang akan digunakan dalam
proses. Karena dalam latihan ini hanya akan digunakan data persil, check data persil.
Untuk cluster tolerance biarkan default. Kemudian tekan OK.
7. Pilih topology edit tool. Kemudian pilih batas persil yang akan di ubah, sehingga
warnanya menjadi merah jambu (atau warna lain sesuai dengan setting sistem).
8. Pada menu Task dalam toolbar Editor, dalam kelompok topology task, pilih Reshape
Edge. Lihat gambar 4.68.
9. Menggunakan Sketch Tool. Ubahlah batas tersebut seperti gambar 4.69, dan hasilnya
akan terlihat seperti gambar 4.70.
Gambar 4.69 Merubah batas persil Gambar 4.70 Batas persil yang telah dirubah
10. Cobalah untuk menggunakan topology editing tool yang lain, seperti Modify Edge dan
Auto-Complete Polygon.
www.pelagis.net 113
BAB V
+
www.pelagis.net
114
5.1. Konsep Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu.
Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau
setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial).
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau
sumberdaya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk
mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang
berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan
potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha
perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak
produktif, atau lahan pertanian yang produktifitasnya kurang memuaskan tetapi masih
memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih
sesuai.
www.pelagis.net
115
5.3.1. Identifikasi Parameter dan Kriteria Kesesuaian Lahan
Langkah awal analisa kesesuaian lahan adalah identifikasi parameter yang akan digunakan
beserta kriteria kesesuaian untuk jenis lahan yang akan dianalisa. Sebagai bahan latihan pada
modul ini, lahan yang akan dianalisa kesesuaiannya adalah lahan untuk kelapa sawit.
Berikut adalah parameter karakteristik lahan atau kriteria yang harus dipenuhi dalam penentuan
kesesuaian lahan kelapa sawit (Djaenudin et al, 2003) :
Tabel 5.1. Persyaratan tumbuh tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACK.)
www.pelagis.net
116
5.3.2. Inventarisasi Kebutuhan Data
Setelah mengetahui parameter-parameter yang akan digunakan dalam proses analisis
kesesuaian lahan, langkah berikutnya adalah inventarisasi data-data yang merepresentasikan
parameter-parameter tersebut. Dalam proses analisis kesesuaian lahan tertentu, idealnya data
yang diperlukan adalah semua data yang terdapat pada persyaratan tumbuh atau karakteristik
lahan tersebut. Sebagai contoh, untuk kesesuaian lahan kelapa sawit diperlukan data-data
seperti yang ditampilkan pada tabel di atas.
Selanjutnya, karena analisis yang akan dilakukan bersifat keruangan (spasial) dan
menggunakan teknik SIG, maka data yang diperlukan adalah data-data spasial dari parameter
tersebut baik raster maupun vektor.
Pada latihan ini, sebagai contoh data yang akan digunakan adalah 4 data vektor poligon dari
suhu tahunan rata-rata (ºC), curah hujan tahunan rata-rata (mm), tekstur tanah permukaan dan
kemiringan lereng/slope (%). Sedangkan untuk data-data yang lain bisa dilakukan analisa
dengan prinsip dan cara yang sama.
www.pelagis.net
117
Suhu (ºC) Curah Hujan (mm) Tekstur Tanah Slope Lereng (%)
Suhu (ºC) Curah Hujan (mm) Tekstur Tanah Slope Lereng (%)
Overlay 1
Overlay 2
Overlay 3
Kesesuaian Lahan
www.pelagis.net
118
Pada tabel tersebut, hanya terdapat informasi suhu minimun (T_min_C) dan suhu
maksimum (T_max_C), sedangkan informasi yang dibutuhkan adalah informasi suhu
tahunan rata-rata untuk memenuhi karakteristik kesesuaian lahan yang disyaratkan.
Sehingga perlu dilakukan penghitungan suhu tahunan rata-rata.
Buat Field baru (T_Rata2_C) pada atribut data. Pada windows ”Attributes of
Suhu_NAD_WGS84”, klik Options Add Field... .
Pada windows ”Add Field”, ketik ‘T_Rata2_C’ di Name, pilih tipe Float serta masukkan nilai
5 pada Precision dan nilai 2 pada Scale.
Untuk menghitung nilai suhu rata-rata, klik kanan pada tab ‘T_Rata2_C’ Calculate
Values... (kalau muncul warning, klik Yes).
Pada windows ”Field Calculator”, masukkan formula untuk menghitung suhu rata-rata, yaitu
”T_Rata2_C = ([T_min_C] + [T_max_C])/2”. Lalu klik OK. Pada field ‘T_Rata2_C’ akan
muncul nilai baru sebagai nilai suhu tahunan rata-rata.
www.pelagis.net
119
Gambar 5.5. Proses pembuatan formula ‘T_Rata2_C’ melalui ”Field Calculator”
Berikutnya, sebelum melakukan proses penilaian kesesuaian lahan, tambahkan field baru
untuk informasi kelas kesesuaian dari masing-masing nilai suhu tahunan rata-rata tersebut.
Pada windows ”Attributes of Suhu_NAD_WGS84”, klik Options Add Field... . Pada
windows ”Add Field”, ketik ‘Kelas_Suhu’ di Name, pilih tipe Text dan masukkan nilai 10 pada
Length.
Penilaian kelas kesesuaian lahan untuk parameter suhu dalam analisa kesesuaian lahan
kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Proses pemberian nilai dilakukan pada saat data dalam kondisi editing. Pada tab editor, klik
start editing. Pastikan target yang akan diedit adalah layer ”Suhu_NAD_WGS84”.
Selanjutnya untuk memasukkan nilai kelas kesesuaian lahan, diperlukan seleksi nilai suhu
tahunan rata-rata sesuai dengan kriteria kelas kesesuaian lahan. Proses ini menggunakan
fasilitas query data, yaitu selection. Pada tab Selection, klik Select By Attributes.
www.pelagis.net
120
Gambar 5.6. Proses Select By Attributes pada menu Selection
Dalam proses seleksi nilai suhu tahunan rata-rata, harus dibuat logika seleksi untuk masing-
masing kelas kesesuaian. Sebagai contoh, logika seleksi untuk kelas kesesuaian S1 bagi
parameter suhu tahunan rata-rata yang berkisar pada nilai 25 °C - 28 °C adalah :
"T_Rata2_C" >= 25 AND "T_Rata2_C" <= 28
Pada windows ”Select By Attributes” pilih layer ”Suhu_NAD_WGS84”. Selanjutnya
masukkan logika seleksi di atas pada opsi SELECT * FROM Suhu_NAD_WGS84 WHERE:.
Kemudian klik Apply dan OK.
Gambar 5.7. Proses query data suhu pada windows ”Select By Attributes”
www.pelagis.net
121
Buka kembali atribut data, kemudian pada tab Show pilih Selected, sehingga tampilan
windowsnya menjadi sebagai berikut :
Gambar 5.8. Tampilan tabel atribut data suhu terpilih pada kelas S1
Proses seleksi berhasil memilih 10 dari 25 feature data nilai suhu tahunan rata-rata yang
masuk kelas kesesuaian S1, yaitu berkisar antara 25 °C – 28 °C. Selanjutnya, untuk
memasukkan informasi kelas kesesuaian ke dalam field ‘Kelas_Suhu’, melalui tool
Gambar 5.9. Proses pengisian atribut data suhu kelas S1 pada windows ”Attributes”
Untuk memasukkan informasi nilai kelas S1 ke 10 feature tersebut, klik pada layer
”Suhu_NAD_WGS84”, selanjutnya klik pada kotak Value di Property ‘Kelas_Suhu’ dan
masukkan nilai S1.
www.pelagis.net
122
Ulang proses yang sama untuk kelas kesesuaian S2, S3 dan N.
Logika seleksi untuk kelas S2 :
22 °C ≤ S2 < 25 °C penulisannya : "T_Rata2_C" >= 22 AND "T_Rata2_C" < 25
28 °C < S2 ≤ 32 °C penulisannya : "T_Rata2_C" > 28 AND "T_Rata2_C" <= 32
Logika seleksi untuk kelas S3 :
20 °C ≤ S3 < 22 °C penulisannya : "T_Rata2_C" >= 20 AND "T_Rata2_C" < 22
32 °C < S3 ≤ 35 °C penulisannya : "T_Rata2_C" > 32 AND "T_Rata2_C" <= 35
Logika seleksi untuk kelas N :
20 °C < N penulisannya : "T_Rata2_C" < 20
35 °C > N penulisannya : "T_Rata2_C" > 35
Setelah tahapan ini selesai dilakukan, maka atribut data akan berisi informasi sebagai
berikut :
Gambar 5.10. Tampilan tabel atribut hasil proses pengisian kelas kesesuaian
Perlu diperhatikan, pada data tersebut terdapat 4 buah feature yang tidak memiliki informasi.
Kelompok ini harus dibedakan menjadi kelas sendiri yaitu ‘No Data’ atau ‘Tidak Ada Data’.
Sehingga atribut data finalnya adalah sebagai berikut :
www.pelagis.net
123
Gambar 5.11. Tampilan final tabel atribut data ”Suhu_NAD_WGS84”
www.pelagis.net
124
Gambar 5.12. Tampilan data suhu berdasarkan kelas kesesuaian
Ulangi proses yang sama untuk penilaian kelas kesesuaian lahan bagi data curah hujan,
tekstur tanah dan slope lereng.
www.pelagis.net
125
5.3.5.2. Overlay (tumpang susun) Parameter-parameter Kesesuaian Lahan
Proses selanjutnya dalam analisis kesesuaian lahan dengan SIG setelah penilaian kelas
kesesuaian masing-masing parameter adalah proses overlay atau tumpang susun antar
parameter. Proses ini dilakukan untuk menggabungkan semua informasi dari parameter-
parameter yang digunakan dalam analisis kesesuaian.
Dalam latihan ini, proses overlay yang dilakukan adalah union. Secara sederhana, proses union
dapat diilustrasikan sebagai berikut :
+
Pada proses union semua atribut data dari kedua input akan ditampilkan semua pada output,
baik yang overlap maupun tidak. Seperti ilustrasi di atas, berikut adalah contoh atribut data hasil
overlay dengan union:
Input 1
Input 2 Output
Gambar 5.14. Ilustrasi atribut data hasil proses union
www.pelagis.net
126
Gambar 5.15. Menu Union pada ArcToolbox
Dari window ArcTolbox, pilih Analysis Tools Overlay Union, sehingga tampil window
sebagai berikut :
www.pelagis.net
127
Pada tab Input Features pilih data yang akan diunion melalui scroll down (apabila data
sudah ditampilkan di Table Of Contents) atau browse (bila data belum ditampilkan). Pilih
data ”Suhu_NAD_WGS84” dan ”CurahHujan_NAD_WGS84”.
Pada tab Output Feature Class, klik tab browse dan masukkan nama file baru hasil union
dengan nama ”Overlay1_Suhu_CH.shp”, selanjutnya klik OK.
Selanjutnya, periksa data hasil overlay dengan menampilkannya di Table Of Contents dan
buka atribut datanya.
www.pelagis.net
128
Gambar 5.18. Atribut data hasil overlay parameter suhu dan curah hujan
Pada atribut data ”Overlay1_Suhu_CH”, semua atribut dari data ”Suhu_NAD_WGS84” dan
”CurahHujan_NAD_WGS84” masih tersimpan, selain itu juga ada beberapa field baru yang
terbentuk otomatis sebagai hasil dari proses union. Dalam proses overlay, field atribut data
yang paling penting adalah field kelas kesesuaian, karena field ini akan digunakan untuk
pengkelasan ulang kelas kesesuaian baru data hasil overlay. Pada contoh data atribut
”Overlay1_Suhu_CH”, field kelas kesesuaian adalah field ‘Kelas_CH’ dan field ‘Kelas_Suhu’.
Tetapi, untuk menjaga semua informasi yang ada di atribut data, sebaiknya hanya field yang
diperlukan saja yang tetap dipertahankan, sedangkan untuk field yang tidak diperlukan lagi
bisa dihapus.
www.pelagis.net
129
Tabel 5.4. Matriks reclass kelas kesesuaian lahan
Kelas Kesesuaian S1 S2 S3 N
S1 S1 *1 S2 *2 S3 *3 N *4
S2 S2 *2 S2 *2 S3 *3 N *4
S3 S3 *3 S3 *3 S3 *3 N *4
N N *4 N *4 N *4 N *4
Untuk memasukkan nilai kelas kesesuaian lahan yang baru, diperlukan seleksi kelas
kesesuaian. Proses ini menggunakan fasilitas query data, yaitu selection. Pada tab
Selection, klik Select By Attributes. Logika seleksi untuk masing-masing kelas kesesuaian
yang baru, mengikuti matriks yang telah disebutkan di atas.
Sebagai contoh, logika seleksi untuk kelas kesesuaian S1 berdasarkan matriks (*1) adalah
jika kelas suhunya bernilai S1 dan kelas curah hujannya juga bernilai S1. Sehingga logika
seleksinya dapat diekspresikan sebagai berikut :
"Kelas_Suhu" = 'S1' AND "Kelas_CH" = 'S1'
Pada windows ”Select By Attributes” pilih layer ”Overlay1_Suhu_CH”. Selanjutnya masukkan
logika seleksi di atas pada kotak SELECT * FROM Overlay1_Suhu_CH WHERE:.
Kemudian klik Apply dan OK.
www.pelagis.net
130
Gambar 5.20. Proses query data hasil overlay pada windows ”Select By Attributes”
Buka kembali atribut data, kemudian pada tab Show pilih Selected, sehingga tampilan
windowsnya menjadi sebagai berikut :
www.pelagis.net
131
Proses seleksi berhasil memilih 34 feature dari 682 data dengan kelas kesesuaian suhu S1
dan kelas kesesuaian curah hujan S1. Selanjutnya, untuk memasukkan informasi kelas
kesesuaian baru ke dalam field ‘Klas_Over1’, melalui tool Attributes ( ). Klik tool
tersebut sehingga muncul windows berikut :
Gambar 5.22. Proses pengisian atribut data kelas S1 pada windows ”Attributes”
Untuk memasukkan informasi nilai kelas baru S1 ke 34 feature tersebut, klik pada layer
”Overlay1_Suhu_CH”, selanjutnya klik pada kotak Value di Property ‘Klas_Over1’ dan
masukkan nilai S1.
Ulangi proses yang sama untuk kelas kesesuaian S2, S3 dan N.
Logika seleksi untuk kelas S2 berdasarkan matriks (*2) akan terbentuk apabila ada kelas
kesesuaian S2 pada salah satu parameter (suhu atau curah hujan), sehingga logika
seleksinya dapat dituliskan sebagai berikut : "Kelas_Suhu" = 'S2' OR "Kelas_CH" = 'S2'
Dengan prinsip yang sama, maka logika seleksi untuk kelas S3 (*3) dan N (*4) juga dapat
diekspresikan sebagai berikut :
Logika seleksi untuk kelas S3 : "Kelas_Suhu" = 'S3' OR "Kelas_CH" = 'S3'
Logika seleksi untuk kelas N : "Kelas_Suhu" = 'N' OR "Kelas_CH" = 'N'
Perlu diingat, pada data tersebut terdapat feature yang berisi informasi ‘No Data’ atau tidak
memiliki informasi sama sekali. Kelompok data ini harus dikelaskan ulang menjadi kelas ‘No
Data’ atau ‘Tidak Ada Data’. Logika seleksi untuk kelompok ini adalah :
"Kelas_Suhu" = 'No Data' OR "Kelas_CH" = 'No Data' atau
"Kelas_Suhu" = ' ' OR "Kelas_CH" = ' '
Sehingga atribut data final bagi ”Overlay1_Suhu_CH” adalah sebagai berikut :
www.pelagis.net
132
Gambar 5.23. Tampilan final tabel atribut data ”Overlay1_Suhu_CH”
www.pelagis.net
133
Gambar 5.24. Tampilan data hasil overlay suhu dan curah hujan
Dengan prinsip kerja yang sama, tahapan analisis berlanjut dengan mengoverlaykan data
”Overlay1_Suhu_CH.shp” dengan data ”TeksturTanah_NAD_WGS84.shp” untuk memperoleh
data ”Overlay2_Suhu_CH_Tekstur.shp”. Tampilan data hasil overlay parameter suhu, curah
hujan dan tekstur tanah dengan simbologi berdasarkan kategori kelas kesesuaian yang baru
disajikan pada Gambar 5.25.
Dan terakhir, proses overlay berikutnya adalah antara ”Overlay2_Suhu_CH_Tekstur.shp”
dengan data ”SlopeLereng_NAD_WGS84.shp” yang akan menghasilkan data final kesesuaian
lahan untuk kelapa sawit. Gambar 5.26 menyajikan tampilan final dari informasi kesesuaian
lahan kelapa sawit hasil analisis SIG berdasarkan data suhu, curah hujan, tekstur tanah dan
slope lereng.
www.pelagis.net
134
Gambar 5.25. Tampilan data hasil overlay suhu, curah hujan dan tekstur tanah
www.pelagis.net
135
Gambar 5.26. Tampilan data final informasi kesesuaian untuk lahan sawit
www.pelagis.net
136
BAB VI
www.pelagis.net
137
6.1. Kriteria-kriteria Pencarian Lokasi Alternatif
Banda Aceh saat ini memiliki Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) yang terletak di
Gampong Jawa Kecamatan Kuta Raja, dari sisi letak geografisnya TPA tersebut berada sangat
dekat dengan lokasi pemukiman, dan hal ini dikhawatirkan akan mencemari air tanah di sekitar
lokasi TPA, dimana air tanah masih dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk kebutuhan sehari-
hari seperti untuk mandi, mencuci atau memasak.
Dengan kondisi seperti tersebut diatas Pemerintah Kota Banda Aceh bermaksud memindahkan
lokasi TPA, untuk itu Walikota Banda Aceh meminta bantuan untuk menganalisa dan
memberikan masukan mengenai alternatif lokasi mana saja yang sesuai untuk pengalokasian
TPA yang baru dengan luasan sekitar 200 hektar.
Dengan kriteria yang telah disebutkan seperti diatas, buatlah Peta Negative untuk lokasi TPA
dan berikan tanda alternatif lokasi untuk pemilihan Lokasi TPA yang baru.
Untuk melakukan analisa ini semua data ada di dalam direktori “Bab VI Studi Kasus TPA”, yaitu
berupa data shapefile untuk membuat analisa.
Folder-folder yang disediakan adalah sbb:
Folder “mxd files”, untuk menyimpan file-file dokumen peta (mxd)
Folder “Hasil Analisa\Data Vektor”, untuk menyimpan data hasil analisa
Folder “Hasil Analisa\Peta”, untuk menyimpan peta-peta hasil analisa
www.pelagis.net 138
6.2. Membuat Peta Negatif Kawasan Pemukiman
Pembuatan peta ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dimana area-area di luar area
pemukiman yang yang diperbolehkan untuk membangun suatu TPA.
Pertama-tama jalankan ArcMap, dan upload data-data yang diperlukan.
Menambahkan layer kedalam ArcMap, yaitu Layer-layer Batas Administrasi, Jalan, Sungai,
Airport, Lokasi TPA saat ini dan Pemukiman seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Bila semua data sudah di upload kedalam ArcMap, kemudian buatlah dua Group layer baru dan
beri nama “Basis Data” dan “Hasil Analisa”, yaitu dengan cara klik-kanan pada Data Frame
New Group Layer .
www.pelagis.net 139
Gambar 6.3 Membuat Group Layer baru
Kemudian rename New Group Layer tersebut dengan cara Klik-Kanan pada Group Layer
tersebut Properties … seperti pada gambar berikut.
www.pelagis.net 140
Pemberian nama group layer dengan melakukan editing pada properti Layer Name.
Ubah Namanya
menjadi Basis Data
atau Analysis Data
Setelah mengubah nama kedua Group Layer tersebut, kelompokkan layer-layer yang telah di
Upload tadi ke dalam Group Layer Basis Data, dengan cara drag-drop pada table of content.
Maka sekumpulan layer tadi akan berada di bawah group Basis Data.
Untuk membuat peta negative kawasan pemukiman, pertama harus dibuat batas sejauh 500
meter dari kawasan pemukiman, maka 500 meter dari area pemukiman tersebut merupakan
area yang diperbolehkan untuk menentukan lokasi TPA.
www.pelagis.net 141
Dari layer-layer yang ada pada Group Basis Data, akan dibuat Buffer melingkar sepanjang jarak
500 meter dari obyek kawasan pemukiman, yaitu pada layer ”BA_pemukiman” untuk kawasan
pemukiman Kota Banda Aceh dan layer ”AB_pemukiman” untuk kawasan pemukiman
Kabupaten Aceh Besar.
Untuk membuat Buffer, gunakan ArcToolBox pada ArcGis yaitu dengan Klik tombol pada
ArcMap, maka ArcToolBox akan ditampilkan seperti pada gambar berikut.
Klik Tombol
ArcToolbox untuk
mengatifkan
ArcToolBox
Dari ArcToolBox, carilah fungsi atau tool untuk analisis, yaitu Analysis Tool dimana memuat
tool-tool analisa seperti Extract, Overlay, Proximity dan Statistic. Untuk membuat buffer
gunakan tool Analysis Proximity Buffer, dan akan ditampilkan jendela sebagai berikut.
Set Input
Feature
Set Output
Feature
www.pelagis.net 142
Pada tool Buffer pilih layer yang akan dibuat buffer-nya yaitu ”BA_pemukiman” sebagai input
feature, kemudian simpan file output hasil analisa ke direktori ”Bab VI Studi Kasus TPA\mxd
files\Hasil Analisa\Data Vektor” dan beri nama yang sesuai misalkan ”AB_pemukiman_buffer”.
Setelah menentukan input dan output feature, kini tentukan jarak buffer 500 meter, dan set
dissolve untuk semua feature output yang overlap, kemudian klik tombol OK untuk melakukan
proses buffering.
Proses buffering biasanya memakan waktu beberapa menit, tergantung pada banyaknya
feature yang akan diproses. Di bawah ini adalah hasil buffering pada layer ”BA_pemukiman”
yang berupa layer ”BA_Pemukiman_Buffer”.
Kemudian dengan cara yang sama dilakukan pada layer ”AB_Pemukiman”, maka akan
diperoleh area atau kawasan larangan buat lokasi TPA.
www.pelagis.net 143
Gambar 6.11 Layer hasil buffering layer “AB_pemukiman”
Setelah diperoleh Layer Buffer disekitar pemukiman, maka bisa dibuat peta negative kawasan
pemukiman, yang hasilnya kurang lebih seperti gambar berikut.
Setelah mendapatkan Peta Negative Kawasan Pemukiman, dengan metode dan cara yang
sama bisa dibuat peta negative untuk Jalan Utama, Lapangan Udara dan Patahan Bumi, serta
peta gabungannya. Selamat mencoba!
www.pelagis.net 144