Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR II

KINETIKA KIMIA

OLEH :

HELEN HELDA PRASTIKA

NIM : 1408105045

KELOMPOK 07 B

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2015
KINETIKA KIMIA

1. Tujuan Percobaan
 Mengamati dan menentukan kecepatan reaksi dan hukum kecepatan reaksi dari suatu
reaksi kimia
 Mengamati pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap kecepatan suatu reaksi
 Memahami peranan katalis dalam suatu reaksi kimia

2. Dasar Teori
Kinetika kimia mempelajari laju berlangsungnya reaksi kimia, dan energy yang
berhubungan dengan prose situ, serta mekanisme berlangsungnya proses tersebut. Yang
dimaksudkan dengan mekanisme reaksi adalah serangkaian reaksi tahap demi tahap yang
terjadi berturut – turut selama proses perubahan reaktan menjadi produk. Pada suatu
reaksi kimia tidak begitu sukar untuk mengetahui zat asal ( reaktan) dan zat hasil akhir
(produk) namun kadangkala suatu reaksi mempunyai hasil antara yang dengan cepat
saling bereaksi lagi. Katalis adalah zat yang mampu mempengaruhi laju reaksi, yang pada
akhir reaksi didapatkan kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Ada dua macam
katalis, yaitu katalis positif (katalisator) yang berfungsi mempercepat reaksi, dan katalis
negative yang dikenal sebagai inhibitor, yang berfungsi memperlambat laju reaksi.
Katalis positif berperanan menurunkan energy pengaktifan, dan membuat orientasi
molekul sesuai untuk etrjadinya tumbukan ( Partanan. 2003) .
Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil
reaksi terhadap satuan waktu. Laju rekasi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan
persamaan laju reaksi. Untuk reaksi berikut:
A + B  AB

Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:

R = k [A]m [B]n

dimana k sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masing-masing pereaksi
(Anonim, 2012).

Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

a. Sifat dan ukuran pereaksi


Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi
berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan
semakin bertambah, hal ini dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang
bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat
pereaksi dapat diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk
meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila
dibandingkan dalam bentuk bongkahan (Petrucci, 1987).
b. Konsentrasi
Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi sebanding dengan
konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat encer maka
akan timbul endapan putih. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Na2S2O3 + 2H+  2Na+ + H2S2O3 (cepat)
H2S2O3  H2SO3 + S (lambat)
Na2S2O3 + 2H+  2Na+ + H2S2O3 + S
Reaksi ini terdiri dari dua buah reaksi yang konsekutif (sambung menyambung). Pada
reaksi demikian, reaksi yang berlangsung lambat menentukan laju reaksi keseluruhan.
Dalam hal ini reaksi yang paling lambat ialah penguraian H2S2O3 (Hiskia &
Tupamalu, 1992).
c. Suhu Reaksi
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor yang
diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan
energi tumbukan bertambah besar. Pengaruh perubahan suhu terhadap laju reaksi
secara kuantitatif dijelaskan dengan hukum Arrhenius yang dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut:
𝐸𝑎 𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴𝑒 −𝑅𝑇 𝑎𝑡𝑎𝑢 ln 𝑘 = ln 𝐴 −
𝑅𝑇
dengan R = konstanta gas ideal, A = konstanta yang khas untuk reaksi (faktor
frekuensi) dan Ea = energi aktivasi yang bersangkutan (Petrucci, 1987).
d. Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk mempercepat
jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk
kembali sebagai zat bebas. Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi
katalis dan prosesnya disebut katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan
diatas tanda panah (Petrucci, 1987).
Penggolongan katalis berdasarkan fasanya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Katalis homogen adalah katalis yang mempuyai fasa yang sama dengan pereaksi,
mungkin gas, cair dan padat.
2. Katalis heterogen adalah katalis yang mempunyai fasa yang berbeda dengan
pereaksi. Umumnya zat katalis ini berupa zat padat dan pereaksinya cair atau gas
(Syukri, 1999).

Reaksi Iodine-clock
Dalam mempelajari tentang reaksi antara ion iodat ( IO3- ) yang direaksikan dengan
ion sulfit ( SO32- ) menghasilkan ion iodida ( I- ) dan ion sulfat ( SO42- ), maka akan
didapatkan reaksi :

IO3- + 3SO32-  I- + 3SO42-

Dalam reaksi ini, ion sulfit bertindak sebagai penentu reaksi karena apabila dia habis
bereaksi maka ion iodat yang berlebih akan bereaksi dengan ion iodida membentuk
iodium ( I2 ) yang berwarna coklat. Reaksinya :

IO3- + 5I + 6H+  3I2 + 3H2O

Dengan terbentuknya ion iodium perubahan warna larutan sangat nyata sehingga
reaksi ini disebut reaksi iodine-clock. Untuk mengintensifkan warna iodium diperlukan
indikator amilum (kanji) sehingga menghasilkan warna biru kehitaman yang
menunjukkan adanya ion I- ( Tim Kimia Dasar, 2014).

3. Alat dan Bahan


A. Alat
 Tabung reaksi
 Gelas beaker
 Termometer
 Stopwatch
 Labu takar
 Batang pengaduk

B. Bahan
 Pb(NO3)2
 K2CrO4
 KIO3
 Na2SO4
 Na2C2O4
 KMnO4
 H2SO4
 Larutan kanji
 Aquades

4. Prosedur Kerja
Percobaan I : Reaksi Cepat dan Reaksi Lambat
A. Reaksi pengendapan timbal kromat
 Memasukkan larutan Pb(NO3)2 0,1M sebanyak 3 mL ke dalam tabung reaksi
 Menambahkan K2CrO4 0,1M sebanyak 1 mL sambil diaduk
 Mencatat waktu yang diperlukan mulai pencampuran sampai timbul endapan.
B. Reaksi ion permanganat dengan ion oksalat
 Memasukkan larutan Na2C2O4 0,1M sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi
 Menambahkan larutan H2SO4 1M sambil diaduk
 Meneteskan larutan KmnO4 0,1M sebanyak 1 tetes
 Mencatat waktu mulai pencampuran sampai warna larutan berubah dari
kecoklatan menjadi tak berwarna
 Menambahkan 1 tetes lagi larutan KMnO4. Mencatat waktu mulai penetesan
hingga warna menghilang
 Menguji percobaan tersebut hingga warna coklat tidak bisa berubah lagi
(maksimal 10 kali)

Percobaan II : Reaksi Iodine-clock

Larutan yang disiapkan :

A. Larutan KIO3 0,02M


B. Larutan Na2SO3 0,01M yang diberi asam dan kanji ( 1,3 gr Na2SO3 ditambahkan
10 mL H2SO4 6 M dan 5 gr larutan kanji )

Langkah percobaannya :

 Menyiapkan stopwatch untuk mencatat waktu yang diperlukan campuran larutan


A dan B untuk bereaksi.
 Mencampurkan 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B
 Mencampurkan 10 mL larutan A dan 20 mL larutan B dalam 70 mL air
 Mencampurkan 10 mL larutan A dan 30 mL larutan B dalam 60 mL air
 Mencampurkan 20 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 70 mL air
 Mencampurkan 30 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 60 mL air
 Mencampurkan 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 80 mL air
 Mendinginkan secara terpisah 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B sampai
mencapai suhu 15oC . Kemudian mencampurkan kedua larutan tersebut dan
mencatat waktunya
 Memanaskan secara terpisah 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B sampai
mencapai suhu 45oC . Kemudian mencampurkan kedua larutan tersebut dan
mencatat waktunya.

5. Data Pengamatan
Percobaan I : Reaksi Cepat dan Reaksi Lambat
A. Reaksi pengendapan timbal kromat
No. Pb(NO3)2 0,1 M K2CrO4 0,1 M Waktu ( detik )
1. 3 mL 1 mL 16 : 35
2. 3 mL 1 mL 16 : 35
3. 3 mL 1 mL 16 : 24

B. Reaksi ion permanganat dengan ion oksalat


No. Na2C2O4 0,1 M KMnO4 0,1 M Waktu ( detik )
1. 2 mL 1 tetes pertama 149
2. - 1 tetes kedua 44 : 05
3. - 1 tetes ketiga 39 : 65
4. - 1 tetes keempat 23 : 05
5. - 1 tetes kelima 23 : 00
6. - 1 tetes keenam 15 : 25
7. - 1 tetes ketujuh 12 : 13

Percobaan II : Reaksi Iodine-clock


Larutan A Larutan B Air Waktu
No. Suhu
KIO3 0,02 M ( mL ) Na2S2O3 0,01 M (mL) ( mL) ( detik )
1. 10 10 - Kamar 1 : 59
2. 10 20 70 Kamar 6 : 41
3. 10 30 60 Kamar 3 : 01
4. 20 10 70 Kamar 6 : 41
5. 30 10 60 Kamar 4 : 28
6. 10 10 80 Kamar 12 : 61
7. 10 10 - 15oC 2 : 11
8. 10 10 - 45oC 3 : 36

6. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan mengamati dan menentukan kecepatan reaksi dan hukum
kecepatan reaksi dari suatu reaksi kimia, mengamati pengaruh konsentrasi dan temperatur
terhadap kecepatan suatu reaksi, serta memahami peranan katalis dalam suatu reaksi
kimia. Ada dua percobaan yang dilakukan. Percobaan pertama yaitu reaksi cepat dan
reaksi lambat sedangkan percobaan kedua adalah reaksi iodine-clock.
Percobaan pertama dilakukan dalam dua reaksi yaitu reasi pengendapan timbal kromat
dan reaksi ion permanganat dengan ion oksalat. Reaksi pertama menggunakan larutan
Pb(NO3)2 0,1M dan larutan K2CrO4 0,1M. Percobaan ini dilakukan 3 kali disertai
perhitungan waktu mulai terjadinya reaksi. Reaksi pertama bereaksi pada detik ke 16 : 35,
reaksi yang kedua detik ke 16 : 30 , dan reaksi ketiga detik ke 16 : 24.
Reaksi ion yang terjadi :
Pb2+ + CrO42-  PbCrO4(s)
Reaksi ini tergolong cepat jika dibandingkan dengan reaksi ion permanganat dengan
ion oksalat sebelum diberi katalis.
Untuk reaksi ion permanganat dengan ion oksalat menggunakan larutan Na2C2O4
0,1M dan KMnO4 0,1M. Percobaan ini menggunakan 2 mL larutan Na2C2O4 dengan
menambahkan larutan KMnO4 . Pada prosedur percobaan dilakukan 10 kali penambahan
KMnO4, namun pada saat percobaan hanya dilakukan tujuh kali percobaan karena larutan
sudah berwarna coklat dan tidak bisa berubah warna lagi dikarenakan sudah terjadi
kejenuhan dalam larutan. KMnO4 ditambahkan satu demi satu tetes dengan mencatat
waktu mulai reaksi hingga berubah warna. Data waktu (detik) yang diperoleh mulai tetes
pertama sampai tetes ketujuh yaitu : 149, 44:05 , 39:65 , 23:05 , 23:00 , 15:25 , 12:13.
Hal ini menunjukkan semakin banyak tetes larutan KMnO4 yang ditambahkan maka
waktu bereaksi semakin cepat karena KMnO4 merupakan katalisator suatu larutan.
Percobaan kedua yaitu reaksi iodine-clock yang menggunakan larutan KIO3 0,02M
(larutan A), Na2S2O3 0,01M, dan air. Percobaan ini dilakukan dalam 8 kali percobaan
dengan volume masing-masing larutan berbeda setiap campuran seperti yang ada dalam
prosedur percobaan. Pada campuran pertama (10mL A+10mL B) larutan memerlukan
waktu 1:59 detik untuk bereaksi, campuran kedua (10mL A+20mL B+70mL air) 6:41
detik, campuran ketiga (10mL A+30mL B+60mL air) 3:01 detik, campuran keempat (
20mL A+10mL B+70mL air) 6:41 detik, campuran kelima (30mL A+10mL B+60 mL
air) 4:28 detik, campuran keenam (10mL A+10mL B +80mL air ) 12:61 detik, campuran
ketujuh (10mL A+10mL B yang didinginkan hingga 15oC) 2:11 detik, dan campuran
kedelapan (10mL A+10 mL B yang dipanaskan hingga 45 oC) 3:36 detik. Hal ini
menunjukkan bahwa konsentrasi menentukan cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung.
Semakin kuat konsentrasi maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk bereaksi.
Selain itu, suhu juga mempengaruhi reaksi. Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat
pula suatu larutan bereaksi. Namun dalam percobaan didapatkan data yang menunjukkan
bahwa suhu rendah lebih cepat bereaksi. Hal ini bisa jadi disebabkan karena kurang
murninya suatu larutan atau kurangnya ketelitian saat melakukan percobaan.

7. Kesimpulan
Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan,
antara lain :
 Kecepatan suatu reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya konsentrasi
larutan, suhu larutan, katalis, serta sifat dan ukuran pereaksi.
 Reaksi terbentuknya endapan PbCrO4 tergolong cepat dibandingkan reaksi ion
permanganat dengan ion oksalat sebelum diberi katalis.
 KMnO4 dapat mempercepat suatu reaksi karena bersifat katalis.
 Semakin banyak konsentrasi suatu kataliis, maka reaksi yang terjadi akan semakin
cepat.
 Konsentrasi larutan mempengaruhi kecepatan reaksi suatu larutan tersebut.
Semakin kuat konsentrasi maka semakin cepat reaksi yang terjadi.
 Suhu mempengaruhi kecepatan reaksi. Umumnya semakin tinggi suhu suatu
larutan maka semakin cepat reaksinya.
 Dalam percobaan terjadi penyimpangan yaitu pada suhu tinggi terjadi reaksi yag
lebih lama dibanding suhu rendah. Hal ini bisa jadi disebabkan karena kurang
murninya suatu larutan atau kurangnya ketelitian saat melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kinetika Kimia, Definisi Laju Reaksi dan Hukum Laju. www.chem-is-try.org.
(diakses pada 30 Maret 2015)

Hiskia, A & Tupamalu . 1992 . Elektrokimia dan Kinetika Kimia . Bandung : ITB.

Partanan, CF., dkk. 2003. Common Texbook (Edisi Revisi) Kimia Dasar 2 . Yogyakarta:
Proyek Kerja bersama JICA, DIKTI, dan FMIPA UNY pada Program IMSTEP.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 . Jakarta:
Erlangga.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2 . Bandung : ITB.

Tim Kimia Dasar . 2014 . Penuntun Praktikum Kimia Dasar II . Bali : Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai