Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HOMECARE

TEKNIK MUSTURANCE BALANCE pada PERAWATAN LUKA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 13

Adiatma

Dara Ayu Rosdiana

Filza Ahyar

Nia Rohima

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ 2

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan ..................................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Luka Dan Musturance Balance .............................................. 6


B. Jenis-jenis Luka ....................................................................................... 7
C. Penyembuhan Luka .................................................................................. 9
D. Pengkajian Luka ..................................................................................... 11
E. Ganti Balutan Luka … ............................................................................ 13
F. Tehnik Musturance Balance Pada Perawatan Luka … ........................... 15
BAB III
Kesimpulan ............................................................................................. 18
Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Teknik Musturance Balance pada Perawatan Luka Home Care” ini dengan lancar. Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Firmina Theresia Kora S.Kep.,M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah Home Care
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun.

Yogyakarta, Desember 2017

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cidera atau
pembedahan. Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika
kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia gesekan trauma tekanan dan radiasi. Penyembuhan
luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukan
dengan respon yang berurutan dimana sel secara besama sama berinteraksi, melalukan
tugas dan fungsi secara normal.
Untuk memulai perawatan luka pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah
luka tersebut bersih atau ada jaringan nekrotik yang harus di buang, apakah ada tanda klinik
yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat
resiko kekeringan pada sel apakah absorsi objektif terhadap obat tropikal dan lain
lain.Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang seringkali memproduksi
eksudat. Mengontrol eksudat sangat penting untuk menangani kondisi kadar luka yang
selama ini kurang diperhatikan dan dianggap kurang penting bagi perawat, akibatnya bila
eksudat tidak dikontrol dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka kerusakan kulit dan
bau pada luka .
Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip
moisture balance, yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode konvensional.
Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern
dressing. Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut
telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang kelembaban-nya seimbang
memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang
sehat. Pada luka akut, moisture balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines,

4
dan chemokines yang mempromosi per-tumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan
luka. Jadi, luka harus dijaga kelembapannya. Lingkungan yang terlalu lembap dapat
menyebabkan maserasi tepi luka, sedangkan kondisi kurang lembap menyebabkan
kematian sel, tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan luka ?
b. Apa jenis jenis luka ?
c. Bagaimana penyembuhan luka ?
d. Bagaimana pengkajian luka ?
e. Bagaimana tindakan pada ganti balut luka ?
f. Bagaimana teknik musturance balance pada perawatan luka ?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian luka
b. Untuk mengetahui jenis jenis luka
c. Untuk mengetahui penyembuhan luka
d. Untuk mengetahui pengkajian luka ?
e. Untuk mengetahui tindakan ganti balut luka ?
f. Untuk mengetahui teknik musturance balance pada perawatan luka ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Luka dan Musturance Balance

Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kulit, mukosa mebran dan
tulang atau organ tubuh lain. Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka
adalah keadaan gangguan pada integritas dan fungsi jaringan pada tubuh. Luka merupakan
rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari
internal maupun eksternal dan mengena organ tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan
oleh karena adanya cidera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan
struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Ketika luka timbul
beberapa efek akan muncul :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.

2. Respons stress simpatis.

3. Pendarahan atau pembekuan darah.

4. Kontaminasi bakteri.

5. Kematian sel.

Perawatan luka merupakan langkah penting yang menentukan tingkat kesembuhan luka.

Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci luka,
membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Perawatan luka konvensional harus sering
mengganti kain kasa pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern memiliki prinsip
menjaga kelembapan luka dengan mengguna-kan bahan seperti hydrogel. Hydrogel

6
berfungsi men-ciptakan lingkungan luka tetap lembap, melunakkan serta meng-hancurkan
.jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian terserap ke dalam struktur
gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen autolitik alami).

2.2 Jenis Luka

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mndapatkan luka itu dan
menunjukkan derajat luka.

a. Berdasarkan derajat kontaminasi


1) Luka bersih adalah luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang
merupakan luka sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk
terinfeksi.
2) Luka bersih terkontaminasi adalah luka pembedahan dimana saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran perkemihan dalam kondisi
terkontrol.
3) Luka terkontaminasi adalah luka yang berpotensi terinfeksi spillage saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan saluran kemih.
4) Luka kotor adalah luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati
dan luka dengan tanda infeki seperti cairan purulent.

b. Berdasarkan sifat kejadian


1) Luka disengaja, misalnya luka terkena radiasi, pembedahan
2) Luka tidak disengaja, misalnya luka terkena trauma, luka ini biasanya berupa
luka tertutup dan luka terbuka.
c. Berdasarkan penyebab
Jenis luka berdasarkan penyebab dibagi menjadi dua yaitu luka mekanik dan non
mekanik. Luka mekanik , diantaranya
1) Vulnus scissum, merupakan luka sayat akibat benda tajam,pingir lukanya rapi.
2) Vulnus contusum, merupakan luka memar karena cedera pada jaringan awah
kulit akibat benturan benda tumpul

7
3) Vulnus laceratum, merupakan luka robek akibat terkena mesin benda lainnya
yang menyebabkan robeknya jaringn rusak dalam
4) Vulnus Puncture, merupakan luka tusuk yang kecil di bagian luar (di bagian
mulut) tetapi besar di bagian dalam luka.
5) Vulnus sclopetaru, merupakan luka tembak akibat tembakan peluru
6) Vulnus morsum, merupakan luka gigitan yang tidak elas bentuknya pada bagian
luka
7) Vulnus abrasion, merupakan luka terkikis yang terjadi pada luka dan tidak
sampai kepembuluh darah

Sedangkan luka non mekanik akibat dari zat kimia, radiasi dan tegangan listrik.

d. Berdasarkan kategori luka


1) Luka Accidental Merupakan cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau,
luka tembak, luka bakar, tepi luka bergerigi, berdarah, tidak steril
2) Luka Bedah Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle
introduction, tepi luka bersih perdarahan terkontrol, dikendalikan dengan
asepsis bedah.
e. Berdasarkan integritas kulit
1) Luka terbuka merupakan Kerusakan melibatkan kulit atau membrane mukosa;
kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi.
2) Luka tertutup merupakan Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi
terdapat kerusakan jaringan lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan

f. Berdasarkan kedalaman dan luas luka.


1) Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini
merupakan luka yg terjadi pada lapisan epidermis kulit.
2) Stadium II : Luka “Partial Thickness”. Luka jenis ini ialah hilangnya sebuah
lapisan kulit pada lapisan epidermis & bagian atas dari lapisan dermis. Ialah
luka superficial & adanya tanda klinis seperti halnya abrasi, blister atau lubang
yg dangkal.

8
3) Stadium III : Luka “Full Thickness”. Luka jenis ini merupakan hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yg bisa meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yg mendasarinya. Luka ini timbul
secara klinis yang merupakan suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan di sekitarnya.
4) Stadium IV : Luka “Full Thickness”. Luka pada jenis ini ialah luka yg telah
mencapai lapisan otot, tendon & tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yg
luas.
g. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka.
1) Luka Akut. Luka akut merupakan jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai
dengan konsep penyembuhan yg telah disepakati.
2) Luka Kronis. Luka kronis merupakan jenis luka yang yang mengalami
kegagalan ketika dalam proses penyembuhan, dapat terjadi karena factor
eksogen & endogen.

2.3 Penyembuhan Luka

a. Fase Inflamasi

Merupakan adanya respon vaskuler dan seluler yg terjadi akibat perlukaan yg


terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yg hendak dicapai ialah menghentikan perdarahan
dan membersihkan lokasi luka dari benda asing, sel-sel mati & bakteri untuk
mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.

b. Fase Poliferasi
Merupakan memperbaiki, menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel.
Peran fibroblas amat sangat besar pada proses perbaikan yakni bertanggung jawab pada
persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses
rekonstruksi jaringan.

c. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke3 sesudah perlukaan & berakhir hingga kurang
lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi yaitu; menyempurnakan terbentuknya

9
jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yg kuat & bermutu. Fibroblas sudah
mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang
dikarenakan pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak
untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai
puncaknya pada minggu ke-10 sesudah perlukaan.

Prinsip penyembuhan luka yaitu :

a. Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya


kerusakan dan keadaan umum kesehatan setiap orang.
b. Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga.
c. Respon tubuh secara sistemik pada trauma.
d. Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka.
e. Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk
mempertahankan diri dari mikroorganisme.
f. Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk
bakteri.

Managemen perawatan luka :

T : Tissue management

I : Inflamation and infection control

M : Moisture balance

E : Epithelial advancement

Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai factor, yaitu:

a) Vaskularisasi, memengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah


yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
b) Anemia, memperlambat proses penyambuhan luka mengingat perbaikan sel
membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang mengalami

10
kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami proses penyembuhan
lama.
c) Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau
kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat menurunkan
system perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
d) Nutrisi, merupakan unsure utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena
kendungan zat gizi yang terdapat di dalamnya.Sebagai contoh, vitamin A diperlukan
untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen; vitamin
B kompleks sebagai kofaktor pada system enzim yang mengatur metabolisme protein,
karbohidrat, dan lemak; vitamin C dapat berfungsi sebagai fibroblas, dan mencegah
adanya infeksi, serta membentuk kapiler-kapiler darah; dan vitamin K membantu
sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah.
e) Gaya Hidup : obat-obatan, merokok dan stress, memengaruhi proses penyembuhan
luka. Banyak mengkonsumsi obat-obatan, merokok, atau stress akan mengalami proses
penyembuhan luka yang lebih lama.
f) Status immunologi, apabila status imun seseorang itu rendah maka dalam
penyembuhan luka akan lebih lama dan terhambat.
g) Infeksi, apabila terjadi infeksi yang serius maka luka akan lama dalam
penyembuhannya.

2.4 Pengkajian Luka

Sebelum mengkaji kondisi lokal pada tempat luka, sangatlah penting untuk
mengkaji pasien secara menyeluruh untuk mengidentifikasi masalah yang lebih luas yang
mungkin mempunyai efek merugikan pada penyembuhan luka.

a. Pengkajian dapat dilakukan dalam 4 tahap, yaitu pengakajian terhadap :


1. Faktor-faktor umum pasien yang dapat memperlambat penyembuhan.
2. Sebab-sebab langsung dari luka dan segala patofisiologi yang mendasarinya.
3. Kondisi lokal pada tempat luka.
4. Kemungkinan konsekuensi luka bagi seseorang.

11
b. Tujuan pengkajian
1. Mendapatkan informasi yang relevan tentang pasien dan luka.
2. Memonitor proses penyembuhan luka.
3. Menentukan program perawatan luka pada pasien.
4. Mengevaluasi keberhasilan perawatan.

c. Pengkajian luka meliputi :


1. Jenis luka
2. Lokasi
3. Warna Luka
4. Bentuk dan Ukuran Luka
5. Faktor-faktor umum pasien
6. Eksudat
7. Nyeri
8. Infeksi
9. Stadium Luka

d. Mengkaji konsekuensi luka


Penyebab luka berpengaruh langsung terhadap perasaan pasien tentang luka itu
sendiri dan mungkin juga tentang konsekuensi fisik, sosial, dan akibat emosional.
Konsekuensi dari luka dapat digolongkan kedalam :
1. Konsekuensi fisik : kehilangan fungsi, jaringan parut, dan nyeri kronik.
2. Konsekuensi emosional : perubahan citra tubuh, masalah dalam hubungan sosial,
masalah seksual.
3. Konsekuensi sosial : gagal dalam melaksanakan peran sosial tertentu seperti karier
atau pekerjaan, atau adanya pembatasan aktivitas dalam peran tersebut.

2.5 Tindakan Pada Ganti Balut Luka

a. Pemilihan balutan luka

12
Balutan luka (wound dressings) secara khusus setelah mengalami perkembangan
yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini
dimulai luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh professor G.D
Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan
lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.

b. Masalah pemilihan balutan

Pada masa sekarang ini tentang masalah pemilihan balutan terdapat banyak macam
balutan yang membingungkan untuk dipilih. Tidak ada balutan tunggal yang cocok untuk
segala macam luka, memilih balutan yang paling sesuai dengan kebutuhan masing-masing
pasien merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu maka perlu adanya penilaian tidak
hanya penilaian kondisi lokal pada tempat luka tetapi juga penilaian terhadap gaya hidup
pasien dan dimana serta oleh siapa luka tersebut akan dibalut lagi.

c. Masalah pemilihan balutan dipersulit oleh beberapa faktor :


1) Produk-produk yang kelihatannya sama dapat memiliki perbedaan bermakna dalam
ciri-ciri fisik dan kimia.
2) Pabrik pembuatnya dapat merekomendasikan tipe-tipe produk yang berbeda untuk
menangani masalah yang sama, sebagi contoh, balutan hidrokoloid, hidrogel,
preparat enzimatik, krim asam, dan larutan klorinasi, semuanya telah
direkomendasikan untuk mengatasi suatu kasus sebagai alat untuk melepaskan
krusta yang tebal.
3) Percobaan klinis yang luas dan komparatif terhadap penggunaan produk-produk
penatalaksanaan luka yang berbeda pada manusia relatif jarang ada.
4) Pengaruh tradisi terapeutik, secara kuat dipegang oleh orang-orang yang punya
kedudukan berpengaruh, sehingga mempersulit orang lain yang bekerja pada
bidang yang sama untuk menggunakan produk-produk baru.
5) Adanya tanggung jawab yang tidak jelas dalam penatalaksanaan luka antara staf
medis, keperawatan, dan paramedis akibat hal tersebut diatas.
6) Sifat ekonomi penatalaksanaan luka adalah kompleks karena banyak balutan baru
yang secara baru yang secara relatif membutuhkan biaya tinggi tetapi tidak

13
memerlukan penggantian yang sering, dibandingan dengan balutan tradisional.
Oleh karena itu, biaya dapat menjadi lebih efektif dan lebih masuk akal bagi pasien.
7) Produk-produk baru memasuki pasaran setiap saat

d. Karakteristik balutan luka yang ideal


1) Tidak melekat
2) Impermeabel terhadap bakteri
3) Mampu mempertahankan kelembaban yang tinggi pada tempat luka sementara juga
mengeluarkan eksudat yang berlebihan.
4) Penyekat suhu
5) Non-toksik dan non-alergenik
6) Nyaman dan mudah disesuaikan
7) Mampu melindungi luka dari trauma lebih lanjut
8) Tidak perlu terlalu sering mengganti balutan
9) Biaya ringan
10) Awet
11) Tersedia baik di rumah sakit maupun dikomunitas.

e. Tujuan Pembalutan
Pembalutan mempunyi beberapa tujuan, diantaranya :
1) Melindungi luka dari kontaminasi mikroorganisme
2) Membantu hemostasis
3) Mempercepat penyembuhan dengan cara menyerap drainase dan untuk melakukan
debridemen luka
4) Menyangga atau mengencangkan tepi luka
5) Melindungi klien agar tidak melihat keadaan luka (bila luka terlihat tidak
menyenangkan)
6) Meningkatkan isolasi pada permukaan luka
7) Memepertahankan kelembaban yang tinggi diantara luka dengan balutan
8) Membuang jaringan yang mati
9) Mengabsorbsi cairan luka sebagai pengontrol baru

14
10) Balutan dapat mengontrol infeksi

f. Mengganti balutan
Dalam mempersiapkan penggantian balutan, perawat harus mengetahui jenis
balutan, adanya drain atau selang dibawahnya, dan jenis perlengkapan yang dibutuhkan
untuk perawatan luka. CDC (Garner, 1985) merekomendasikan hal-hal berikut selama
melakukan prosedur penggantian balutan :
1) Perawat harus mencuci tangan sebelum dan sesudah perawatan luka.
2) Petugas tidak boleh menyentuh luka terbuka atau luka baru secara langsung tanpa
menggunakan sarung tangan steril.
3) Apabila luka ditutup, balutan dapat diganti tanpa menggunakan sarung tangan.
4) Balutan pada luka tertutup harus diangkat atau diganti jika sudah terlihat basah atau
jika klien menunjukkan tanda dan gejala infeksi.

Untuk mempersiapkan klien yang akan diganti balutan, perawat harus :

1) Memberi analgesik yang dibutuhkan sehingga efek puncaknya terjadi


selama penggantian balutan.
2) Menggambarkan tahapan prosedur untuk menurunkan kecemasan klien.
3) Menggambarkan tanda-tanda normal penyembuhan luka.
4) Menjawab pertanyaan tentang prosedur atau luka.

2.6 Tehnik Musturance Balance Pada Perawatan Luka

Luka dapat memproduksi eksudat mulai dari jumlah sedikit, sedang, hingga
banyak. Luka dengan eksudat yang banyak dapat menyebabkan maserasi pada kulit sekitar
luka dilain pihak luka dengan eksudat sedikit atau tidak ada dapat menjadi kering. Oleh
karena itu perlu ada keseimbangan kelembaban pada luka. Untuk menjaga keseimbangan
kelembaban (moisture balance) pada luka maka dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain:

a. Untuk luka dengan eksudat yang sangat banyak, gunakan balutan yang memiliki daya
serap yang tinggi. Contohnya alginate, foams, dan hydrofiber dressing. Bila tidak ada
dapat dimodifikasi misalnya penggunaan pampers dan pembalut.

15
b. Untuk luka dengan eksudat yang produktif seperti sinus dan fistula, dapat digunakan
‘system kantong’ untuk menampung eksudat. ‘system kantong’ dapat mencegah resiko
kontaminasi kulit sekitar luka (yang mungkin masih sehat) dari eksudat, volume dan
warna eksudat dapat dipantau, dan bau eksudat dapat dikontrol. Untuk aplikasi ‘system
kantong’ dapat digunakan stoma bag, urostomy bag, fistula bag, atau bila tidak ada
dapat digunakan ‘parcel dressing’.

Apapun metode yang digunakan untuk menciptakan moisture balance, yang paling penting
adalah perawatan kulit sekitar luka. Metode atau teknik untuk menjaga kelembapan pada
luka dapat digunakan balutan sebagai berikut :
a. Hydrogel / hydroaktif gel
1) Menciptakan lingkungan luka tetap lembab.
2) Melunakan dan menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat,
yang akan terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut.
3) Meningkatkan autolytik debridemen secara alamai
4) Tidak menimbulkan trauma dan sakit saat penggantian balutan
5) Dapat diaplikasikan 3 – 5 hari
Indikasi : luka nekrotik dalam / permukaan misal : ulkus decubitus, ulkus
diabetikum.

b. Ca Alginat
1) Terbuat dari rumput laut
2) Untuk luka dengan eksudat sedang sampai banyak
3) Kandungan Ca dapat membantu menghentikan perdarahan
4) Digunakan pada fase pembersihan luka dalam maupun permukaan, dengan
cairan banyak, maupun terkontaminasi.
5) Mengatur eksudat luka dan melindungi terhadap kekeringan dengan membentuk
gel
6) Dapat menyerap luka > 20 kali bobotnya.
7) Tidak lengket pada luka, tdk sakit saat mengganti balutan.
8) Dapat diaplikasikan selama 7 hari
Indikasi : luka decubitus, ulkus diabetik, luka operasi ,luka bakar deerajat I dan
II, luka donor kulit, luka dengan eksudat sedang sampai berat.
Kontraindikasi: luka dengan jaringan nekrotik dan kering.

c. Hydroselulosa

16
1) Untuk luka dg produk eksudat banyak
2) Menciptakan lingkungan lembab yg mendukung proses kesembuhan luka
3) Mampu menyerap cairan 2 kali lipat dari ca alginate
4) Mampu mengunci bakteri dalam cairan luka / balutan
5) Tdk sakit saat penggantian balutan
6) Dapat diaplikasikan selama 7 hari

d. Hydrokoloid
1) Digunakan untuk luka dg eksudat minimal sampai sedang
2) Menjaga kestabilan kelembaban luka dan sekitar luka
3) Menjaga dari kontaminasi air dan bakteri
4) Bisa digunakan untuk balutan primer dan balutan sekunder
5) Dapat diaplikasikan 5 – 7 hari
Indikasi: luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat minimal.
Kontraindikasi: luka terinfeksi atau luka grade III-IV.

e. Foam
1) Digunakan untuk menyerap eksudat luka sedang, sedikit banyak
2) Tidak lengket pada luka
3) Menjaga kelembaban luka, menjaga kontaminasi dan penetrasi bakteri dan air
4) Balutan dapat diganti tanpa adanya trauma atau sakit
5) Dapat digunakan sebagai balutan primer / sekunder
6) Dapat diaplikasikan 5-7 hari.
Indikasi: eksudat sedang sampai berat.
Kontraindikasi: luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam.

f. Transparant film
1) Dapat digunakan sebagai bantalan untuk pencegahan luka decubitus
2) Pelindung sekitar luka terhadap maserasi
3) Sebagai pembalut luka pada daerah yg sulit
4) Pembalut/penutup pada daerah yang diberi terapi salep
5) Sebagai pembalut sekunder
6) Transparan, bisa melihat perkembangan luka
7) Tidak tembus bakteri dan air, pasien bisa mandi
Indikasi: luka dengan epitelisasi, low exudate, luka insisi.
Kontraindikasi: luka terinfeksi, eksudat banyak.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kulit, mukosa mebran dan
tulang atau organ tubuh lain. Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap,
yakni mencuci luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Perawatan luka
konvensional harus sering mengganti kain kasa pembalut luka, sedangkan perawatan luka
modern memiliki prinsip menjaga kelembapan luka dengan mengguna-kan bahan seperti
hydrogel, foam, film transparent dll.

3.2 Saran

Untuk pembaca dan mahasiswa menambah wawasan atau pengetahuan tentang


bagaimna cara dalam perawatan luka dengan menggunakan tehnik musturance balance.
Dalam penyusunan makalah ini mungkin masih kurang baik ataupun kurang lengkap,
sehingga pembaca dan mahasiswa bisa mencari refrensi lain tentang tehnik musturance
balance pada perawatan luka.

18

Anda mungkin juga menyukai