DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
Adiatma
Filza Ahyar
Nia Rohima
S1 KEPERAWATAN
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Teknik Musturance Balance pada Perawatan Luka Home Care” ini dengan lancar. Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Firmina Theresia Kora S.Kep.,M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah Home Care
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun.
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cidera atau
pembedahan. Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika
kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia gesekan trauma tekanan dan radiasi. Penyembuhan
luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukan
dengan respon yang berurutan dimana sel secara besama sama berinteraksi, melalukan
tugas dan fungsi secara normal.
Untuk memulai perawatan luka pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah
luka tersebut bersih atau ada jaringan nekrotik yang harus di buang, apakah ada tanda klinik
yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat
resiko kekeringan pada sel apakah absorsi objektif terhadap obat tropikal dan lain
lain.Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang seringkali memproduksi
eksudat. Mengontrol eksudat sangat penting untuk menangani kondisi kadar luka yang
selama ini kurang diperhatikan dan dianggap kurang penting bagi perawat, akibatnya bila
eksudat tidak dikontrol dapat meningkatkan jumlah bakteri pada luka kerusakan kulit dan
bau pada luka .
Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip
moisture balance, yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode konvensional.
Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern
dressing. Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut
telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang kelembaban-nya seimbang
memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang
sehat. Pada luka akut, moisture balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines,
4
dan chemokines yang mempromosi per-tumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan
luka. Jadi, luka harus dijaga kelembapannya. Lingkungan yang terlalu lembap dapat
menyebabkan maserasi tepi luka, sedangkan kondisi kurang lembap menyebabkan
kematian sel, tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks.
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian luka
b. Untuk mengetahui jenis jenis luka
c. Untuk mengetahui penyembuhan luka
d. Untuk mengetahui pengkajian luka ?
e. Untuk mengetahui tindakan ganti balut luka ?
f. Untuk mengetahui teknik musturance balance pada perawatan luka ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kulit, mukosa mebran dan
tulang atau organ tubuh lain. Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka
adalah keadaan gangguan pada integritas dan fungsi jaringan pada tubuh. Luka merupakan
rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang berasal dari
internal maupun eksternal dan mengena organ tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan
oleh karena adanya cidera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan
struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Ketika luka timbul
beberapa efek akan muncul :
4. Kontaminasi bakteri.
5. Kematian sel.
Perawatan luka merupakan langkah penting yang menentukan tingkat kesembuhan luka.
Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci luka,
membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Perawatan luka konvensional harus sering
mengganti kain kasa pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern memiliki prinsip
menjaga kelembapan luka dengan mengguna-kan bahan seperti hydrogel. Hydrogel
6
berfungsi men-ciptakan lingkungan luka tetap lembap, melunakkan serta meng-hancurkan
.jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian terserap ke dalam struktur
gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen autolitik alami).
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mndapatkan luka itu dan
menunjukkan derajat luka.
7
3) Vulnus laceratum, merupakan luka robek akibat terkena mesin benda lainnya
yang menyebabkan robeknya jaringn rusak dalam
4) Vulnus Puncture, merupakan luka tusuk yang kecil di bagian luar (di bagian
mulut) tetapi besar di bagian dalam luka.
5) Vulnus sclopetaru, merupakan luka tembak akibat tembakan peluru
6) Vulnus morsum, merupakan luka gigitan yang tidak elas bentuknya pada bagian
luka
7) Vulnus abrasion, merupakan luka terkikis yang terjadi pada luka dan tidak
sampai kepembuluh darah
Sedangkan luka non mekanik akibat dari zat kimia, radiasi dan tegangan listrik.
8
3) Stadium III : Luka “Full Thickness”. Luka jenis ini merupakan hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yg bisa meluas
sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yg mendasarinya. Luka ini timbul
secara klinis yang merupakan suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan di sekitarnya.
4) Stadium IV : Luka “Full Thickness”. Luka pada jenis ini ialah luka yg telah
mencapai lapisan otot, tendon & tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yg
luas.
g. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka.
1) Luka Akut. Luka akut merupakan jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai
dengan konsep penyembuhan yg telah disepakati.
2) Luka Kronis. Luka kronis merupakan jenis luka yang yang mengalami
kegagalan ketika dalam proses penyembuhan, dapat terjadi karena factor
eksogen & endogen.
a. Fase Inflamasi
b. Fase Poliferasi
Merupakan memperbaiki, menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel.
Peran fibroblas amat sangat besar pada proses perbaikan yakni bertanggung jawab pada
persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses
rekonstruksi jaringan.
c. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke3 sesudah perlukaan & berakhir hingga kurang
lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi yaitu; menyempurnakan terbentuknya
9
jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yg kuat & bermutu. Fibroblas sudah
mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang
dikarenakan pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak
untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai
puncaknya pada minggu ke-10 sesudah perlukaan.
T : Tissue management
M : Moisture balance
E : Epithelial advancement
10
kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami proses penyembuhan
lama.
c) Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau
kematangan usia seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat menurunkan
system perbaikan sel sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
d) Nutrisi, merupakan unsure utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena
kendungan zat gizi yang terdapat di dalamnya.Sebagai contoh, vitamin A diperlukan
untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen; vitamin
B kompleks sebagai kofaktor pada system enzim yang mengatur metabolisme protein,
karbohidrat, dan lemak; vitamin C dapat berfungsi sebagai fibroblas, dan mencegah
adanya infeksi, serta membentuk kapiler-kapiler darah; dan vitamin K membantu
sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah.
e) Gaya Hidup : obat-obatan, merokok dan stress, memengaruhi proses penyembuhan
luka. Banyak mengkonsumsi obat-obatan, merokok, atau stress akan mengalami proses
penyembuhan luka yang lebih lama.
f) Status immunologi, apabila status imun seseorang itu rendah maka dalam
penyembuhan luka akan lebih lama dan terhambat.
g) Infeksi, apabila terjadi infeksi yang serius maka luka akan lama dalam
penyembuhannya.
Sebelum mengkaji kondisi lokal pada tempat luka, sangatlah penting untuk
mengkaji pasien secara menyeluruh untuk mengidentifikasi masalah yang lebih luas yang
mungkin mempunyai efek merugikan pada penyembuhan luka.
11
b. Tujuan pengkajian
1. Mendapatkan informasi yang relevan tentang pasien dan luka.
2. Memonitor proses penyembuhan luka.
3. Menentukan program perawatan luka pada pasien.
4. Mengevaluasi keberhasilan perawatan.
12
Balutan luka (wound dressings) secara khusus setelah mengalami perkembangan
yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini
dimulai luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh professor G.D
Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan
lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.
Pada masa sekarang ini tentang masalah pemilihan balutan terdapat banyak macam
balutan yang membingungkan untuk dipilih. Tidak ada balutan tunggal yang cocok untuk
segala macam luka, memilih balutan yang paling sesuai dengan kebutuhan masing-masing
pasien merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu maka perlu adanya penilaian tidak
hanya penilaian kondisi lokal pada tempat luka tetapi juga penilaian terhadap gaya hidup
pasien dan dimana serta oleh siapa luka tersebut akan dibalut lagi.
13
memerlukan penggantian yang sering, dibandingan dengan balutan tradisional.
Oleh karena itu, biaya dapat menjadi lebih efektif dan lebih masuk akal bagi pasien.
7) Produk-produk baru memasuki pasaran setiap saat
e. Tujuan Pembalutan
Pembalutan mempunyi beberapa tujuan, diantaranya :
1) Melindungi luka dari kontaminasi mikroorganisme
2) Membantu hemostasis
3) Mempercepat penyembuhan dengan cara menyerap drainase dan untuk melakukan
debridemen luka
4) Menyangga atau mengencangkan tepi luka
5) Melindungi klien agar tidak melihat keadaan luka (bila luka terlihat tidak
menyenangkan)
6) Meningkatkan isolasi pada permukaan luka
7) Memepertahankan kelembaban yang tinggi diantara luka dengan balutan
8) Membuang jaringan yang mati
9) Mengabsorbsi cairan luka sebagai pengontrol baru
14
10) Balutan dapat mengontrol infeksi
f. Mengganti balutan
Dalam mempersiapkan penggantian balutan, perawat harus mengetahui jenis
balutan, adanya drain atau selang dibawahnya, dan jenis perlengkapan yang dibutuhkan
untuk perawatan luka. CDC (Garner, 1985) merekomendasikan hal-hal berikut selama
melakukan prosedur penggantian balutan :
1) Perawat harus mencuci tangan sebelum dan sesudah perawatan luka.
2) Petugas tidak boleh menyentuh luka terbuka atau luka baru secara langsung tanpa
menggunakan sarung tangan steril.
3) Apabila luka ditutup, balutan dapat diganti tanpa menggunakan sarung tangan.
4) Balutan pada luka tertutup harus diangkat atau diganti jika sudah terlihat basah atau
jika klien menunjukkan tanda dan gejala infeksi.
Luka dapat memproduksi eksudat mulai dari jumlah sedikit, sedang, hingga
banyak. Luka dengan eksudat yang banyak dapat menyebabkan maserasi pada kulit sekitar
luka dilain pihak luka dengan eksudat sedikit atau tidak ada dapat menjadi kering. Oleh
karena itu perlu ada keseimbangan kelembaban pada luka. Untuk menjaga keseimbangan
kelembaban (moisture balance) pada luka maka dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain:
a. Untuk luka dengan eksudat yang sangat banyak, gunakan balutan yang memiliki daya
serap yang tinggi. Contohnya alginate, foams, dan hydrofiber dressing. Bila tidak ada
dapat dimodifikasi misalnya penggunaan pampers dan pembalut.
15
b. Untuk luka dengan eksudat yang produktif seperti sinus dan fistula, dapat digunakan
‘system kantong’ untuk menampung eksudat. ‘system kantong’ dapat mencegah resiko
kontaminasi kulit sekitar luka (yang mungkin masih sehat) dari eksudat, volume dan
warna eksudat dapat dipantau, dan bau eksudat dapat dikontrol. Untuk aplikasi ‘system
kantong’ dapat digunakan stoma bag, urostomy bag, fistula bag, atau bila tidak ada
dapat digunakan ‘parcel dressing’.
Apapun metode yang digunakan untuk menciptakan moisture balance, yang paling penting
adalah perawatan kulit sekitar luka. Metode atau teknik untuk menjaga kelembapan pada
luka dapat digunakan balutan sebagai berikut :
a. Hydrogel / hydroaktif gel
1) Menciptakan lingkungan luka tetap lembab.
2) Melunakan dan menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat,
yang akan terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut.
3) Meningkatkan autolytik debridemen secara alamai
4) Tidak menimbulkan trauma dan sakit saat penggantian balutan
5) Dapat diaplikasikan 3 – 5 hari
Indikasi : luka nekrotik dalam / permukaan misal : ulkus decubitus, ulkus
diabetikum.
b. Ca Alginat
1) Terbuat dari rumput laut
2) Untuk luka dengan eksudat sedang sampai banyak
3) Kandungan Ca dapat membantu menghentikan perdarahan
4) Digunakan pada fase pembersihan luka dalam maupun permukaan, dengan
cairan banyak, maupun terkontaminasi.
5) Mengatur eksudat luka dan melindungi terhadap kekeringan dengan membentuk
gel
6) Dapat menyerap luka > 20 kali bobotnya.
7) Tidak lengket pada luka, tdk sakit saat mengganti balutan.
8) Dapat diaplikasikan selama 7 hari
Indikasi : luka decubitus, ulkus diabetik, luka operasi ,luka bakar deerajat I dan
II, luka donor kulit, luka dengan eksudat sedang sampai berat.
Kontraindikasi: luka dengan jaringan nekrotik dan kering.
c. Hydroselulosa
16
1) Untuk luka dg produk eksudat banyak
2) Menciptakan lingkungan lembab yg mendukung proses kesembuhan luka
3) Mampu menyerap cairan 2 kali lipat dari ca alginate
4) Mampu mengunci bakteri dalam cairan luka / balutan
5) Tdk sakit saat penggantian balutan
6) Dapat diaplikasikan selama 7 hari
d. Hydrokoloid
1) Digunakan untuk luka dg eksudat minimal sampai sedang
2) Menjaga kestabilan kelembaban luka dan sekitar luka
3) Menjaga dari kontaminasi air dan bakteri
4) Bisa digunakan untuk balutan primer dan balutan sekunder
5) Dapat diaplikasikan 5 – 7 hari
Indikasi: luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat minimal.
Kontraindikasi: luka terinfeksi atau luka grade III-IV.
e. Foam
1) Digunakan untuk menyerap eksudat luka sedang, sedikit banyak
2) Tidak lengket pada luka
3) Menjaga kelembaban luka, menjaga kontaminasi dan penetrasi bakteri dan air
4) Balutan dapat diganti tanpa adanya trauma atau sakit
5) Dapat digunakan sebagai balutan primer / sekunder
6) Dapat diaplikasikan 5-7 hari.
Indikasi: eksudat sedang sampai berat.
Kontraindikasi: luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam.
f. Transparant film
1) Dapat digunakan sebagai bantalan untuk pencegahan luka decubitus
2) Pelindung sekitar luka terhadap maserasi
3) Sebagai pembalut luka pada daerah yg sulit
4) Pembalut/penutup pada daerah yang diberi terapi salep
5) Sebagai pembalut sekunder
6) Transparan, bisa melihat perkembangan luka
7) Tidak tembus bakteri dan air, pasien bisa mandi
Indikasi: luka dengan epitelisasi, low exudate, luka insisi.
Kontraindikasi: luka terinfeksi, eksudat banyak.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kulit, mukosa mebran dan
tulang atau organ tubuh lain. Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap,
yakni mencuci luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Perawatan luka
konvensional harus sering mengganti kain kasa pembalut luka, sedangkan perawatan luka
modern memiliki prinsip menjaga kelembapan luka dengan mengguna-kan bahan seperti
hydrogel, foam, film transparent dll.
3.2 Saran
18