Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONSELING GIZI

KOMUNIKASI TERAPEUTIK (LANJUTAN)

Di susun oleh:
Kelompok 5
1. Moh. Fajrianoor PO.62.31.3.17.413
2. Piona Lorensa PO.62.31.3.17.421
3. Rio Herwanto PO.62.31.3.17.427
4. Sintya W.Atmanastusti PO.62.31.3.17.432
5. Sy Restina Ayu Putri PO.62.31.3.17.434

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya jauh dari kesempurnaan.
Karena itu kelompok kami selalu membuka diri untuk setiap saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan karya kami selanjutnya.
Terselesaikannya makalah yang berjudul “Komunikasi Terapeutik (Lanjutan)” ini tidak
terlepas dari bantuan berbagi pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu,baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Palangkaraya, 21 Januari 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………..
DAFTAR TABEL………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..
1.1 Latar Belakang……………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………
1.3 Tujuan………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………..
3.1 Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Terapeutik…………….
3.2 Faktor-Faktor Yang Menghambat Terapeutik………………

BAB IV PENUTUP………………………………………………….........
4.1 Kesimpulan……………………………………………………
4.2 Saran…………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Instrumen Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik…………….


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan.Profesi tersebut


juga mengakibatkan banyaknya institusi kesehatan,diantaranya dokter,bidan,ahli
gizi,kesehatan masyarakat,radiologi,teknobiomedik, farmasi,analis kesehatan, dan
perawat. Semua profesi tadi diwajibkan saling bekerjasama dalam menjalankan
profesionalitas profesinya masing-masing
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik (lanjutan)
2. Apa saja factor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik
3. Apa saja factor yang menghambat komunikasi terapeutik
1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian komunikasi terapeutik (lanjutan)
2. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik
3. Mengetahui factor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Terapeutik

1. Perkembangan
Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk komunikasi dalam dua aspek, yaitu
tingkat perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan teknik
komunikasi tertentu dan untuk mempersepsikan pesan yang disampaikan. Agar dapat
berkomunikasi efektif seorang perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia
baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir orang tersebut. Adalah sangat berbeda
cara berkomunikasi anak usia remaja dengan anak usia balita.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa.
Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
3. Gender
Laki-laki dan perempuan menunjukan gaya komunikasi yang berbeda dan memiliki
interpretasi yang berbeda terhadap suatu percakapan. Tannen (1990) menyatakan
bahwa kaum perempuan menggunakan teknik komunikasi untuk mencari konfirmasi,
meminimalkan perbedaan, dan meningkatkan keintiman, sementara kaum laki-laki
lebih menunjukan indepedensi dan status dalam kelompoknya.
4. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat untuk
menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha mengklarifikasi nilai sehingga dapat
membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan
profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.
5. Latar Belakang Sosial Budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya
juga akan membatasi cara bertindak dan komunikasi.

6. Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah,
sedih, senang akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat perlu mengkaji emosi klien agar dan keluarganya sehingga mampu
memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat perlu mengevaluasi
emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan keperawatan tidak
terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang
dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung
bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Hal tersebut berlaku juga
dalam penerapan komunikasi terapeutik di rumah sakit. Hubungan terapeutik akan
terjalin dengan baik jika didukung oleh pengetahuan perawat tentang komunikasi
terapeutik baik tujuan, manfaat dan proses yang akan dilakukan. Perawat juga perlu
mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi dengan baik
dan akhirnya dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien secara
profesional.
8. Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi. Berbeda dengan komunikasi yang terjadi dalam pergaulan bebas,
komunikasi antar perawat klien terjadi secara formal karena tuntutan profesionalisme.
9. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi efektif. Suasana yang bising,
tidak ada privacy yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan dan
ketidaknyamanan. Untuk itu perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan
nyaman sebelum memulai interaksi dengan pasien. Menurut Ann Mariner (1986)
lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhinya
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
10. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan
kontrol. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang tetap pada saat
melakukan hubungan dengan klien.

11. Masa Bekerja


Masa bekerja merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja di tempat kerja.
Makin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman yang dimilikinya
sehingga akan semakin baik komunikasinya (Kariyoso, 1994).

3.2 Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik

1. Mengubah subjek atau topik (Changing The Subject)


Mengubah objek pembicaraan akan menunjukkan empati yang kurang terhadap klien.
Hal ini akan menjadikan klien merasa tidak nyaman, tidak tertarik dan cemas,
sehingga idenya menjadi kacau dan informasi yang ingin didapatkan dari klien tidak
tercukupi.
2. Mengungkapkan keyakinan palsu (Offering False Reassurance)
Memberikan keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan akan sangat berbahaya
karena dapat mengakibatkan rasa tidak percaya klien terhadap perawat.
3. Memberi nasihat (Giving Advice)
Memberi nasihat menunjukkan bahwa perawat tahu yang terbaik dan bahwa klien
tidak dapat berpikir untuk diri sendiri. Klien juga merasa bahwa dia harus melakukan
apa yang dipertahankan perawat. Hal ini akan mengakibatkan penolakan klien karena
klien merasa lebih berhak untuk menentukan masalah mereka sendiri.
4. Komentar yang bertahan (Defensive Comments)
Perawat yang menjadi defensif dapat mengakibatkan klien tidak mempunyai hak
untuk berpendapat, sehingga klien menjadi tidak peduli. Sikap defensif ini muncul
karena perawat merasa terancaman yang disebabkan hubungan dengan klien. Agar
tidak defensif perawat perlu mendengarkan klien walaupun mendengarkan belum
tentu setuju.
5. Pertanyaan penyelidikan (Prying or Probing Questions)
Pertanyaan penyelidikan akan membuat klien bersifat defensif. Karena klien merasa
digunakan dan dinilai hanya untuk informasi yang mereka dapat berikan. Banyak
klien yang marah karena pertanyaan yang bersifat pribadi.
6. Menggunakan kata klise (Using Cliches)
Kata-kata klise menunjukkan kurangnya penilaian pada hubungan perawat dan klien.
Klien akan merasa bahwa perawat tidak peduli dengan situasinya.
7. Mendengarkan dengan tidak memperhatikan (In Attentive Listening)
Perawat menunjukkan sikap tidak tertarik ketika klien sedang mencoba
mengeksplorasikan perasaannya, maka klien akan merasa bahwa dirinya tidak penting
dan perawat sudah bosan dengannya.

3.3 Kriteria Keberhasilan Komunikasi Terapeutik

Evaluasi komunikasi yang telah dilakukan sudah terapeutik atau belum dapat
ditandai dengan meningkatnya komunikasi dan hubungan perawat klien. Evaluasi
didasarkan pada tujuan yang ditentukan sebelumnya, keefektifan tindakan dan
perubahan klien akibat tindakan yang dilakukan.

Keberhasilan komunikasi juga dapat ditandai dengan kepuasan yang


ditunjukkan klien terhadap pesan yang diterima. Kenyamanan klien secara fisik, klien
bersedia mengungkapkan perasaan dan pikirannya saat berkomunikasi, klien merasa
cocok untuk berkonsultasi dengan tim perawat dapat dijadikan sebagai evaluasi
keberhasilan komunikasi terapeutik.

Keberhasilan suatu tindakan dilihat dengan membandingkan hasil yang


diharapkan. Hal ini juga digunakan untuk mengevaluasi efektivitas dari komunikasi
termasuk gaya dan tehnik komunikasi.

Beberapa pertanyaan yang dapat dijawab untuk mengevalusai perawat sendiri antara lain:

1. Apakah membuka diri atau bersedia mendengar saat klien mengekspresikan


perasaanya.
2. Apakah perawat berespon supportif ataukah kritis dalam menyampaikan idenya atau
tampak hambar.
3. Apakah pertanyaan yang digunakan berupa pertanyaan terbuka atau tertutup.

Jika hasil yang diharapkan belum tercapai dan pasien merasa tidak puas perawat harus
mengevaluasi rencana yang telah dibuat dan memodifikasinya

Penilaian Keberhasilan Komunikasi Terapeutik

Menurut standar asuhan keperawatan / SAK dari Depkes 1994 pelaksanaan komunikasi
terapeutik dapat dinilai dengan cara observasi. Item-item yang terdapat dalam instrumen
observasi pelaksanaan komunikasi terapeutik menurut SAK antara lain:

a. Kriteria persiapan : menciptakan situasi lingkungan yang nyaman.

b. Kriteria pelaksanaan

1. Perawat menampilkan sikap yang ramah dan sopan.


2. Memperkenalkan diri.
3. Menyampaikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dipahami pasien.
4. Menyapa klien dengan ramah.
5. Mengamati respon klien.
6. Mencatat hasil komunikasi.
3.4 Penilaian Komunikasi Terapeutik

INSTRUMEN EVALUASI
PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Nama Mahasiswa : __________________________________________________
NIM : __________________________________________________
Hari/Tanggal : __________________________________________________
No ASPEK PENILAIAN SKOR PENILAIAN
1 2 3 4
I PRA INTERAKSI
1. Mengenal diri sendiri
- Menyatakan ideal diri
- Menyatakan norma
- Menyatakan kelebihan dan kekurangan

2. Mengenal perasaan sendiri


- Menyatakan perasaan
- Menyatakan penyebabnya
- Usaha untuk mengatasinya

3. Mengetahui tujuan interaksi :


- Membuat SPTK :
Data
Masalah Keperawatan
Tujuan interaksi realistic
Membuat strategi komunikasi sesuai tujuan

II TINDAKAN KEPERAWATAN
Fase Orientasi
1. Memberi Salam, validasi diri dan tujuan
- Tersenyum ramah
- Memanggil dengan panggilan yang disukai
- Menyapa dengan tangan terbuka
- Validasi diri dan tujuan

2. Menciptakan trust
- Posisi terapeutik dan kontak mata
- Memperhatikan dan menerima klien apa adanya
- Tidak kaku
- Bersikap empati
3. Membuka pembicaraan dengan topic umum
- Menanyakan perasaan klien
- Berbicara tidak kaku
- Menindak lanjuti PR/Tugas

4. Memvalidasi kontrak yang telah disepakati :


- Topic
- Waktu
- Tempat
Fase Kerja
1. Mendorong kilen menyatakan secara verbal
- Pertanyaan terbuka
- Teknik silence
- Bukan “why question”
- Kontak mata dan sabar thd ungkapan klien
2. Menanggapi pembicaraan
- Menyimak pembicaraan
- Menanggapi dengan teknik tepat
- Sabar dan respek terhadap ungkapan klien
- Memberikan pujian positif thd hal positif
3. Menganalisis pembicaraan
- Mendengarkan dengan aktif
- Memvalidasi nonverbal klien
- Memvalidasi verbal klien
- Menyimpulkan masalah bersama klien
4. Berfokus pada klien
- Memperhatikan keadaan klien
- Tidak menasehati/ menginterogasi klien
- Tujuan sesuai masalah dan kemampuan klien

Fase Terminasi
1. Mengevaluasi Interaksi
- Evaluasi isi pembicaraan
- Evaluasi pembicaraan klien
- Memberi tindak lanjut/PR
- PR sesuai hasil evaluasi dan kemampuan klien
2. Membuat kontrak selanjutnya
- Membuat kontrak bersama klien
- Topik sesuai hasil evaluasi
III POST INTERAKSI
- Menjelaskan perasaan, penyebab dan usaha untuk
mengatasinya
- Menjelaskan respon klien
- Mennjelaskan interaksi perawat
- Menjelaskan strategi yang perlu dilakukan dalam
mengatasi kekurangan pada interaksi selanjutnya

TOTAL : JUMLAH NILAI X 100%


14

Keterangan :
1 : Kurang _______,________________
2 : Cukup Penguji/Pembimbing
3 : Baik
4 : Sangat Baik
BAB IV

PENUTUP & KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.dictio.id/t/faktor-faktor-apa-saja-yang-mempengaruhi-
komunikasi-terapeutik/13886
2. https://www.dictio.id/t/faktor-faktor-apa-saja-yang-menjadi-penghambat-
komunikasi-terapeutik/13887
3. https://www.dictio.id/t/bagaimana-kriteria-keberhasilan-komunikasi-
terapeutik/13888
4. http://ali-musthofa14.blogspot.com/2014/01/komunikasi-terapeutik.html

Anda mungkin juga menyukai