1, September 2016
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan nesting dengan fiksasi pada development
care terhadap stabilitas saturasi oksigen, frekuensi pernafasan, nadi dan suhu pada bayi prematur dengan
gawat napas. Metode yang di gunakan adalah case study dengan menggunakan 3 responden yang di rawat
di ruangan NICU perinatologi RSUD Arifin Ahmad Propinsi Riau yang dipilih dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Kriteria responden dalam penelitian ini adalah bayi premature (<37 minggu), mengalami
gawat nafas (down score 4 – 7), berat badan lahir rendah (< 2500 gram), dan memakai alat bantu pernafasan.
Hasil pengamatan setelah dilakukan penerapan penggunaan nesting dengan fiksasi menunjukkan rata-rata
saturasi oksigen dari ketiga responden tidak terdapat perbedaan dan masih dalam batas normal, berkisar
antara (90-100%). Hasil pengamatan frekuensi nadi, pernafasan dan pemakaian alat bantu pernafasan serta
dampak terhadap berat badan di dapatkan bahwa penggunaan nesting dengan fiksasi membantu peningkatan
berat badan dengan stabilnya frekuensi nadi dan pernafasan, serta lama pemakaian alat bantu pernafasan
menjadi lebih singkat. Hasil ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam menerapkan pemakaian
nesting dengan fiksasi pada perawatan bayi dengan gawat nafas di ruangan NICU perinatologi RSUD Arifin
Achmad Propinsi Riau.
65
Murniati Noor, Oswati Hasanah, Rumina Ginting, Penggunaan Nesting Dengan Fiksasi Mampu Menjaga Stabilitas
Saturasi Oksigen, Frekuensi Pernafasan, Nadi Dan Suhu Pada Bayi Prematur Dengan Gawat Napas: Studi Kasus
Tingkat kematangan fungsi sistem organ terapi RDS kurang dari 6 % dari seluruh neonatus
neonatus merupakan syarat untuk dapat beradaptasi pada saat ini (Malloy & Freeman, 2000, dalam Nur
dengan kehidupan di luar rahim. Penyakit yang dkk, 2008).
terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan Penatalaksanaan utama pada bayi RDS yaitu
umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin muda terapi oksigen yang meliputi ventilasi mekanik,
umur kehamilan, makin tidak sempurna organ- pemberian surfaktan, inhalasi Nitric Oxide (iNO),
organnya. Anatomi dan fisiologi organ yang belum dan dukungan nutrisi. Ventilasi mekanik adalah
matang, bayi prematur cenderung mengalami tindakan yang sering dibutuhkan pada perawatan
masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi bayi baru lahir yang mengalami suatu penyakit dan
dan dikelola pada masa neonatal. Adapun masalah- masalah pernafasan termasuk pada bayi prematur.
masalah yang terjadi adalah hipotermia, hipoglikemi, Ventilasi mekanik ini diberikan dalam waktu yang
perdarahan intracranial, rentan terhadap infeksi, singkat atau sering juga diberikan dalam jangka
hiperbilirubinemia,kerusakan integritas kulit dan waktu yang lama (Balaguer, Escribano & Figuls,
sindrom gawat nafas (Pantiawati, 2010). 2008).
Respiratory distress syndrome (RDS) disebut Ventilasi mekanik merupakan salah satu
juga hyaline membrane didease (HMD), merupakan tindakan untuk memberikan suplai oksigen pada bayi
sindrom gawat nafas yang disebabkan defisiensi yang mengalami hipoksemia. Tindakan noninvasive
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa juga di lakukan untuk meningkatkan efektivitas
gestasi kurang (Honrubia & Stark). Manifestasi dari ventilasi dan perfusi. Tindakan noninvasive ini
RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dilakukan sebagai dukungan terhadap tindakan
dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan invasive seperti pada pemasangan ventilasi mekanik
bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga bayi yang mengalami masalah pernafasan. Salah satu
menghambat fungsi surfaktan. Surfaktan merupakan tindakan noninvasif yang menyokong terapi oksigen
suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding adalah pengaturan posisi (Kusumaningrum, 2009).
alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai Posisi yang terbaik untuk bayi prematur adalah
maksimum pada minggu ke 35 kehamilan. Defisiensi posisi fleksi karena dapat membantu mengurangi
surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru metabolisme dalam tubuh. Posisi ekstensi dapat
untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan meningkatkan stress pada bayi prematur dan secara
kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk otomatis akan mempengaruhi fungsi fisiologis
pernafasan berikutnya dibutuhkan tekana negative tubuh neonatus seperti fungsi pernafasan dan
intoraks yang lebih besar yang disertai usaha kardiovaskuler yang dapat dipantau melaui saturasi
inspirasi yang kuat. Tanda klinis sindrom gawat nafas oksigen dan frekuensi nadi (Goldsmith & Karotkin,
adalah pernafasan cepat, sianosis perioral, merintih 2003).
waktu ekspirasi, retraksi substernal dan interkostal Posisi bayi ternyata berpengaruh terhadap
(Pantiawati, 2010). kondisi fisiologis dan neurologis bayi. Telah banyak
Masalah pernafasan merupakan salah satu penelitian yang mengungkapkan bahwa posisi
penyebab kematian pada bayi. Masalah pernafasan supine (terlentang) dapat mengurangi kematian bayi
pada bayi sering dihubungkan dengan kondisi diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Respiratory Distress Syndrome (RDS) merupakan Russel, et.al (2009) yang mengungkapkan bahwa
penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan posisi supine dapat menurunkan 40% kematian bayi
kematian pada bayi prematur. Kejadian RDS sekitar akibat sudden infant death syndrome (SIDS). Namun
5-10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada penelitian yang sama Russel menyebutkan
pada bayi berat 500-1500 gram (Lemons, 2000, bahwa posisi prone (tengkurap) mendorong
dalam Nur, 2008). Angka kejadian RDS menurun perkembangan neuromuskular terutama pada otot-
sejak dimulai penggunaan surfaktan eksogen sebagai otot leher dan kepala. Penelitian lain mengungkapkan
66
Jurnal Ners Indonesia, Vol.6 No.1, September 2016
bahwa posisi prone dapat meningkatkan kualitas lingkungan NICU bayi terpapar dengan stimulus
tidur dan menurunkan tingkat stress pada bayi yang menyakitkan seperti tindakan invasive, suara
(Chang, et al, 2002). yang bising, cahaya yang menyilaukan, suhu ruangan
Penelitian lain menyebutkan bahwa posisi yang dingin, dan alat-alat yang berhubungan dengan
prone sangat mempengaruhi perbaikan saturasi bayi setiap hari sehingga mengganggu proses
oksigen, pengembangan paru, pengembangan perkembangan bayi (Bayuningsih, 2011).
dinding dada dan penurunan insiden apnea pada Perawatan di ruang NICU bertujuan pula untuk
bayi premature (Wilawan & Chavee, 2009). Para meminimalkan hal-hal yang mempengaruhi respon
peneliti ini menganalisa sekumpulan penelitian, 35 bayi yang di sebabkan karena immaturitas sistem
di antaranya menyimpulkan bahwa posisi prone neurologisnya. Tindakan yang dapat mendukung
memepunyai banyak keuntungan kerena posisi ini tujuan tersebut diantaranya dengan memberikan
dapat mengurangi pengeluaran energi, mempercepat cahaya yang redup, suara yang rendah, kehangatan,
pengosongan isi lambung, meningkatkan respirasi, sentuhan lembut, control nyeri, lampin, dan nesting
menurunkan frekuensi nafas, meningkatkan (Davis & Stein, 2004).
kemampuan bernafas dan meningkatkan saturasi Nesting adalah penggunaan alat berbentuk
oksigen. seperti kondisi dalam rahim ibu yang terbuat dari
Penelitian lain yang berkaitan dengan posisi bahan phlanyl yang memiliki panjang sekitar 121-
prone pada bayi prematur dengan saturasi oksigen 132 cm dan dapat disesuaikan dengan panjang
di kemukakan oleh Kusumaningrum (2009). tubuh bayi. Alat ini diletakkan sebagai pelindung
Kusumaningrum melakukan studi pada bayi posisi bayi, menjaga perubahan posisi bayi yang
prematur dengan bantuan alat bantu nafas mekanis diakibatkan karena gravitasi. Nesting merupakan
di ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) salah satu intervensi keperawatan dalam memberikan
RSUPN Cipto Mangunkusumo yang di lakukan posisi yang tepat pada neonatus. Nesting dapat
berupa posisi prone, hasil penelitian ini dapat memfasilitasi perkembangan bayi prematur berupa
disimpulkan bahwa bayi prematur dan cukup bulan kondisi fisiologis dan neurologis (Goldsmith &
dengan karakteristik berat bayi yang tidak terlalu Karotkin, 2003).
berbeda mempunyai frekuensi nafas yang tidak Nesting merupakan penyanggah pada posisi
terlalu jauh berbeda setelah di lakukan tindakan tidur pada bayi sehingga tetap dalam posisi
pronasi, begitupun dengan frekuensi nadi terjadi fleksi, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
penurunan (Kusumaningrum, 2009). perubahan posisi yang drastis pada bayi yang dapat
Konsep keperawatan di ruang NICU terkini mengakibtkan hilangnya banyak energi dari tubuh
bertujuan untuk memberikan perawatan yang neonatus. Nesting merupakan salah satu tindakan
mendukung perkembangan (supportive care keperawatan yang menerapkan prisip konsep
developmentally) yaitu perawatan yang dapat konservasi energy yang dikemukakan oleh Levine.
meningkatkan kemampuan perkembangan fisik, Levine menyatakan bahwa manusia akan senantiasa
emosional dan intelektual saat bayi premature di melakukan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi
rawat di ruangan NICU (Davis & Stein, 2004). pada lingkungan sekitarnya. Kemampuan manusia
Development care adalah konsep pengembangan melakukan adaptasi baik secara integritas struktur,
perawatan neonatus yang dapat meningkatkan integritas personal, integritas sosial, dan energy akan
eksplorasi tumbuh kembang pada neonatus (Kenner menghasilkan konservasi (Tomey & Alligood, 2006).
& McGarth, 2004). Bayi prematur yang berada Mengingat konservasi energy ini penting pada bayi
pada lingkungan perawatan NICU tentunya akan premature, maka konsep ini perlu diaplikasikan di
terpapar dengan lingkungan abnormal yang tidak ruang perinatologi (Bayuningsih, 2011).
selalu memberikan dukungan dan perlindungan Studi pendahuluan yang dilakukan dilakukan di
seperti halnya ketika berada dalam rahim ibu. Pada Rumah Sakit Arifin Achmad Propinsi Riau, memiliki
67
Murniati Noor, Oswati Hasanah, Rumina Ginting, Penggunaan Nesting Dengan Fiksasi Mampu Menjaga Stabilitas
Saturasi Oksigen, Frekuensi Pernafasan, Nadi Dan Suhu Pada Bayi Prematur Dengan Gawat Napas: Studi Kasus
ruangan NICU perinatologi untuk merawat bayi yang (<37 minggu), mengalami gawat nafas (down skor
mengalami masalah pernafasan. Menurut rekam 4 – 7), berat badan lahir rendah (< 2.500 gram), dan
medis dari bulan januari sampai November 2014 memakai alat bantu pernafasan seperti ventilator,
di Rumah sakit Arifin Achmat telah dirawat bayi infant flow siPAP, Bubble CPAP, atau yang lain.
prematur di ruang perinatologi berjumlah 314 orang, Pengumpulan data dilakukan menggunakan
sedangkan pada bulan januari-april tahun 2015 dengan menggunakan lembar observasi. Pada lembar
jumlah bayi premature yang dirawat adalah orang. observasi dilakukan pemantauan tanda-tanda vital
Berdasarkan dari studi kasus yang dilakukan bayi seperti suhu, nadi dan pernafasan. Pemasangan
sebelumnya oleh Ratna tahun 2014, dalam penelitian pulse oxymetri dilakukan untuk pemantauan SPO2
tersebut berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti bayi. Pemantauan nadi dan SPO2 dilakukan setiap
Rumah Sakit Arifin Achmad sebagai rumah sakit satu jam sedangkan pemantauan suhu dan pernafasan
yang telah mengaplikasikan intervensi development dilakukan setiap tiga jam. Pemantauan pemakaian
care dalam perawatan bayi prematur di ruang alat bantu nafas juga di lakukan, meliputi jenis alat
perinatologi. Adapun intervensi development bantu nafas dan lama penggunaannya.
care yang dilakukan meliputi pemakaian penutup Bayi dilakukan pemasangan nesting
inkubator, pemberlakuan jam jam tenang dan menggunakan gulungan dua kain bedung dari
minimal handling, kunjungan orang tua dan bahan phlanyl yang halus kemudian dibuat bulatan
pemasangan nesting. Studi kasus yang dilakukan dengan perekat plester tissue. Bulatan bedung tadi
sebelumnya adalah bagaimana pengaruh penggunaan diletakkan di atas kain dari bahan phlanyl dengan
nesting dengan fiksasi pada development care ukuran 30x40 cm memiliki perekat di bawahnya,
terhadap fungsi fisiologis dan perilaku tidur-terjaga bagian bawah dari bahan phlanyl tersebut dibuat tali
bayi berat lahir rendah di RSUD Arifin Achmad sebanyak dua dengan ukuran 50 cm dan di bagian
Provinsi Riau. bawahnya diberi perekat yang digunakan untuk
Berdasarkan dari studi kasus sebelumnya fiksasi pada bayi. Fiksasi terpasang di dua tempat
peneliti tertarik untuk menerapkan nesting dengan yaitu di bagian lengan atas/dada bayi dan pada kaki
fiksasi sebagai bagian dari development care, bayi. Nesting dengan fiksasi dilakukan pada bayi
terhadap stabilitas saturasi oksigen, pernafasan, gawat nafas yang gelisah dan memakai alat bantu
frekuensi nadi dan suhu pada bayi premature dengan pernafasan, sedangkan pada bayi gawat nafas yang
gawat nafas di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. tidak gelisah dilakukan nesting tanpa fiksasi.
Setelah terpasang nesting dengan fiksasi
METODE kemudian dilakukan pemantauan stabilitas saturasi
Metode penelitian ini merupakan case study oksigen dan nadi setiap satu jam sedangkan
dengan menggunakan 3 responden yaitu 3 neonatus pemantauan suhu dan prekuensi pernafasan
yang mengalami gawat nafas dan memakai ventilasi dilakukan setiap tiga jam. Pemantauan juga dilakukan
mekanik, dilakukan pemasangan nesting dengan pada pemakaian alat bantu pernafasan. Pemantauan
fiksasi pada development care. Kemudian dilakukan dilakukan pada bayi selama 3 – 7 hari. Pengamatan
pengamatan stabilitas dari saturasi oksigen, frekuensi pemakaian nesting dengan fiksasi ini dilakukan pada
pernafasan, nadi dan suhu, serta lama pemakaian alat tanggal 18 Mei 2015 sampai dengan 20 Juni 2015 di
bantu nafas dan periode apnea pada bayi. Pemilihan ruangan NICU RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau.
yang dilakukan terhadap sampel, berdasarkan Berikut gambaran penerapan penggunaan nesting
kriteria bayi dengan riwayat kelahiran prematur yang dilakukan:
68
Jurnal Ners Indonesia, Vol.6 No.1, September 2016
69
Murniati Noor, Oswati Hasanah, Rumina Ginting, Penggunaan Nesting Dengan Fiksasi Mampu Menjaga Stabilitas
Saturasi Oksigen, Frekuensi Pernafasan, Nadi Dan Suhu Pada Bayi Prematur Dengan Gawat Napas: Studi Kasus
70
Jurnal Ners Indonesia, Vol.6 No.1, September 2016
71
Murniati Noor, Oswati Hasanah, Rumina Ginting, Penggunaan Nesting Dengan Fiksasi Mampu Menjaga Stabilitas
Saturasi Oksigen, Frekuensi Pernafasan, Nadi Dan Suhu Pada Bayi Prematur Dengan Gawat Napas: Studi Kasus
72
Jurnal Ners Indonesia, Vol.6 No.1, September 2016
73
Murniati Noor, Oswati Hasanah, Rumina Ginting, Penggunaan Nesting Dengan Fiksasi Mampu Menjaga Stabilitas
Saturasi Oksigen, Frekuensi Pernafasan, Nadi Dan Suhu Pada Bayi Prematur Dengan Gawat Napas: Studi Kasus
74
Jurnal Ners Indonesia, Vol.6 No.1, September 2016
75
Murniati Noor, Oswati Hasanah, Rumina Ginting, Penggunaan Nesting Dengan Fiksasi Mampu Menjaga Stabilitas
Saturasi Oksigen, Frekuensi Pernafasan, Nadi Dan Suhu Pada Bayi Prematur Dengan Gawat Napas: Studi Kasus
Bobak, I. M, Lowdermilk, D.J., &Jensen, M.D. MacGregor, J. (2008). Introduction to the Anatomy
(2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, and Phsyology of Children: A guide for
(Edisi 4). Jakarta: EGC. students of nursing, child care ang healt (2nd
Chang, Y., Anderson, G. C., & Lin, C. (2002). edition). New York: Routledge.
Effect of Prone and Supine Positions on Sleep Moller, J,H., Hoffman, J, I., Benson, D, W.,
State and Stress Responses in Mechanically Vanhare, G, F., Wren, C. (2012). Pediatric
Ventilated Preterm During the First Postnatal. Cardiovascular Medicine, 2 nd ed. United
Journal of Advenced Nursing. Di unduh Kingdom: Wlley-Blackwell.
tanggal 19 Mei 2015 dari http://www.ui.ac.id. Nur, A., Risa, E., Damanik, S. M., Indarso, I., &
Davis, L, D., & Stein, M. T. (2004). Parenting your Harianto, A. (2008). Pemberian Surfaktan
Premature Baby: The Emotional Journey. Pada Bayi Prematur dengan Respiratiry
Colorado: Table Mountaine Drive. Distress Syndrome. Di unduh tanggal 19
Dewi, R, S. (2014). Studi Kasus: Penggunaan Mei 2015 dari http://www.pediatrik.com/
Nesting Dengan Fiksasi Sebagai Bagian buletin/06224113905-76sial.doc.
Dari Developmental Care Terhadap Fungsi Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan BBLR (Berat
Fisiologis dan Tidur-Terjaga Bayi Berat Lahir Badan Lahir Rendah). Nuha Medika.
Rendah di RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau. Russel, C. D., Kriel, H., Joubert, G., & Goosen,
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Y. (2009). Prone Positioning and Motor
Riau. Development in the First 6 Weeks of Life.
Frankel, L. (2007). Respiratory distress and failure. South African Journal of Occupational
Dalam: Kliegman R, Behrman R, Jenson H, Therapy. Di unduh tanggal 19 Mei 2015 dari
Stanton B. nelson Textbook of pediatrics. Edisi http://www.ui.ac.id.
18. Philadelphia: sunders Elsevier. Toney, A.M.,& Alligood, M. R. (2006). Nursing
Goldsmith, J., & Karotkin, E, H. (2003). Assisted Theory. Missauri: Mosby. Inc.
Ventilation of the Neonatal. Philadelphia: World Health Organitation. (2012). Trends and
saunders Inc. Maternal Mortality: 1990 to 2010 WHO,
Indriansari, A. (2011). Pengaruh Developmental UNICEF, UNFPA and the World Bank
Care Terhadap Fungsi Fisiologis dan Prilaku Estimates the World. Geneva: WHO
Tidur- Terjaga Bayi Berat Lahir Rendah Di Wong, D, L., Honkenberry-Eaton, M., Wilson, D.,
RSUP Fatmawati Jakarta. Fakultas Ilmu Winkelstein, M.L & Schawartz, P. (2009).
Keperawatan Universitas Indonesia. Tesis. Wong, s: Buku Ajar Keperawatan Pediatric,
Kusumaningrum, A. (2009). Pengaruh Posisi (edisi 6). Jakarta: EGC.
Pronasi Terhadap Status Oksigenasi Bayi Wilawan, P., Patcharee, W., & Chavee, B. (2009).
Yang Menggunakan Ventilasi Mekanik di Poisitioning of Preterm Infants for Optimal
NICU RSUPN Cipto Mangunkusumo. Depok: Physiological Development: A systemic
Universitas Indonesia. Tidak di Publikasikan. Review. JBI Library of Systemic Review. Di
unduh tanggal 19 Mei 2015 dari http://www.
ui.ac.id.
76