CIDERA KEPALA
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat Tugas Praktik Klinik Gawat Darurat
NIM. P1337420214059
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA KEPALA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi
trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada benturan, beberapa mili
detik akan terjadi depresi maksimal dan diikuti osilasi. Trauma pada kepala dapat
menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau kulit seperti
kontusio/memar otak, oedem otak, perdarahan dengan derajat yang bervariasi tergantung
pada luas daerah trauma.
Sehingga apabila terjadi cedera kepala memerlukan penatalaksanaan yang cepat, tepat dan
asuhan keperawatan yang benar. Sehingga efek sekunder dari cedera kepala dapat
diminimalkan dan penyembuhan dapat maksimal.
C. Etiologi
Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
1. Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera setempat.
2. Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/
kekuatan diteruskan kepada otak.
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama
1. Tanda dan gejala fisik/somatik: nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus
2. Tanda dan gejala kognitif: gangguan memori, gangguan perhatian dan berfikir
kompleks
3. Tanda dan gejala emosional/kepribadian: kecemasan, iritabilitas
Gambaran klinis secara umum pada trauma kapitis :
1. Pada kontusio segera terjadi kehilangan kesadaran.
2. Pola pernafasan secara progresif menjadi abnormal
3. Respon pupil mungkn lenyap.
4. Nyeri kepala dapat muncul segera/bertahap seiring dengan peningkatan TIK.
5. Dapat timbul mual-muntah akibat peningkatan tekanan intrakranial.
6. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
dapat timbul segera atau secara lambat.
E. Patofisiologi
Berat ringannya daerah otak yang mengalami cedera akibat trauma kapitis bergantung
pada :
1. Besar dan kekuatan benturan
2. Arah dan tempat benturan
3. Sifat dan keadaan kepala sewaktu menerima benturan
Sehubungan dengan berbagai aspek benturan tersebut maka dapat mengakibatkan lesi otak
berupa :
1. Lesi bentur (Coup)
2. Lesi antara (akibat pergeseran tulang, dasar tengkorak yang menonjol/falx dengan
otak, peregangan dan robeknya pembuluh darah dan lain-lain = lesi media)
3. Lesi kontra (counter coup)
Lesi benturan otak menimbulkan beberapa kejadian berupa :
1. Gangguan neurotransmitter sehingga terjadi blok depolarisasi pada sistem ARAS
(Ascending Reticular Activating System yang bermula dari brain stem)
2. Retensi cairan dan elektrolit pada hari pertama kejadian
3. Peninggian tekanan intra kranial ( + edema serebri)
4. Perdarahan petechiae parenchym ataupun perdarahan besar
5. Kerusakan otak primer berupa cedera pada akson yang bisa merupakan peregangan
ataupun sampai robeknya akson di substansia alba yang bisa meluas secara difus ke
hemisfer sampai ke batang otak
6. Kerusakan otak sekunder akibat proses desak ruang yang meninggi dan komplikasi
sistemik hipotensi, hipoksemia dan asidosis
F. Komplikasi
1. Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal
atau dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang temporal.
2. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini, minggu
pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).
3. Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis
meyulitkan penghentian sekresi hormone antidiupetik.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto polos tengkorak (skull X-ray), mendeteksi adanya perubahan struktur tulang
(faktur pergeseran struktur dan garis tengah karena perdarahan edema dan adanya
frakmen tulang).
2. Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.
3. CT –Scan : indikasi ct scan nyeri kepala atau muntah-muntah,penurunan GCS lebih 1
point, adanya lateralisasi, bradikardi (nadi < 60 x/menit), fraktur impresi dengan
lateralisasi yang tidak sesuai, tidak ada perubahan selam 3 hari perawatan dan luka
tembut akibat benda tajam atau peluru.
4. Pemeriksaan MRI : sama dengan CT –Scan dengan atau tanpa kontraks.
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang lazim muncul:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis kontraktur (terputusnya
jaringan tulang)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif,
terapi pembatasan/kewaspadaan keamanan.
3. Kerusakan memori berhubungan dengan hipoksia, gangguan neurologis.
4. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kadar elektrolit serum
(muntah)
6. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan trauma jaringan otak
7. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma
D. Evaluasi
Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Docherman, Joanne M., & Wagner, Cheryl
M. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) (Edisi 6) Terjemahan oleh
Intansari Nurjannah & Roxana Devi Tumanggor. Singapore: Elseiver
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Maridean L., & Swanson, Elizabeth. (2016).
Nursing Outcomes Classification (NOC) (Edisi 5). Terjemahan oleh Intansari
Nurjanah & Roxana Devi Tumanggor. Oxford: Elseiver
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
MediAction