Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 10 / No.

2 / Agustus 2015

Analisis Niat Donor Darah Sukarela (DDS) untuk Konseling Menerima


Hasil Test di Unit Donor Darah (UDD) PMI Kabupaten Semarang
Siti Wulandari *), Bagoes Widjanarko**), Kusyogo***)
*)
UPTD Puskesmas Ungaran
Korespondensi : swulandari66@ymail.com
**)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang
***)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Setiap tahun jumlah donasi darah di PMI Kabupaten Semarang terdapat peningkatan. Darah
yang disumbangkan di PMI akan dilakukan skrining darah. Skrining darah yang di lakukan
adalah 4 parameter (HIV, Syphillis, Hepatitis B, Hepatitis C). DDS dalam menyumbangkan
darahnya berpendapat bahwa mereka dalam keadaan sehat sehingga pada saat dilakukan
skrining dan hasilnya adalah reaktif maka sikap dari DDS akan berbeda-beda ada yang mau
hadir untuk di lakukan konseling dan ada yang tidak mau hadir. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui niat DDS melakukan konseling di UDD PMI Kabupaten Semarang. Jenis
penelitian dengan Explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Subyek
penelitian adalah pendonor darah di PMI Kabupaten Semarang dengan jumlah sampel 297
orang. Hasil penelitian menunjukkan 70,0% sebagian besar DDS tidak niat untuk melakukan
konseling hasil skrining. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel sikap DDS bila
hasil skrining darah reaktif memiliki hubungan yang signifikan dengan niat melakukan
konseling skrining. Sedangkan hasil dari multivariat menunjukkan ketersediaan fasilitas dan
sarana di UDD PMI akan membuat niat DDS melakukan konseling lebih baik sebesar 3,506
kali daripada ketersediaan fasilitas dan sarana UDD PMI yang kurang tersedia.
Kata Kunci : DDS, Konseling, Skrinig darah

ABSTRACT
Bold Blood Donor are Present On The UDD PMI Semarang Reactive Screening Result For
Counseling?
Every year the number of blood donations in PMI Semarang district there is an increase.
Donated blood at the Red Cross will do blood screening. Blood screening will be undertaken
are 4 parameters (HIV, Syphillis, Hepatitis B, Hepatitis C). DDS in donating their blood
found that in a healthy state at the time of screening and the result is reactive, the attitudes of
different DDS would anyone want to do is present for counseling and some do not want to
attend. The purpose of this research is to know the intentions of doing counselling in UDD
PMI Semarang. This type of research is Explanatory research with cross sectional approach.
The subject of research is the blood donors in PMI Semarang with a total sample of 297
people. The results showed 70,0% most of the DDS is not the intention to undertake
counseling screening results. Results of the analysis show that variable attitude bivariat DDS
when results of blood screening has significant relationship reactive with the intention of
doing a counseling screening. While the results of the multivariate shows availability of
facilities and means in UDD PMI will make intentions DDS did better counseling of 3,506
times rather than the availability of facilities and means of UDD PMI which is less available.
Keywords: DDS, counseling, blood screening

144
Analisis Niat Donor Darah……… (Siti Wulandari, Bagoes W, Kusyogo C)

PENDAHULUAN rutin melakukan donor darah maka secara


Unit Donor Darah (UDD) rutin pula darahnya akan terkontrol
merupakan unit usaha PMI yang (Depkes, 2001). Darah dari DDS yang
menyelenggarakan upaya kesehatan sehat sangat dibutuhkan dalam kegiatan
transfusi darah. Kegiatan pelayanan darah pelayanan darah. Pengambilan darah di
di UDD PMI meliputi kegiatan UDD PMI dapat dilakukan didalam
perencanaan, pelestarian pendonor darah, gedung atau diluar gedung yang disebut
penyediaan darah, pendistribusian darah, dengan kegiatan Mobile Unit (MU).
dan tindakan medis pemberian darah Kegiatan MU sangat menunjang dalam
kepada pasien untuk penyembuhan pemenuhan kebutuhan darah di UDD PMI
penyakit dan pemulihan kesehatan karena kegiatan pengambilan darah yang
(Presiden RI, 2011). Kegiatan penyediaan dilakukan didalam gedung jumlahnya
darah di UDD adalah rangkaian kegiatan masih sangat kurang dibandingkan dengan
mulai dari rekrutmen pendonor sukarela, pengambilan diluar gedung/MU,
seleksi donor, pengolahan darah, uji saring rekapitulasi Donor Darah yang diterima
darah/skrining, penyimpanan darah sampai UDD PMI Kabupaten Semarang sampai
dengan distribusi darah (Presiden RI, dengan Desember tahun 2013 adalah
2011). 10.927 pengambilan darah dari Mobile
Darah yang digunakan dalam Unit 9.990 (91%) di UDD sebesar 870
kegiatan UDD adalah darah dari DDS (9%) (UDD PMI, 2013).
(Donor Darah Sukarela). DDS adalah DDS melakukan kegiatan donor
orang yang memberikan darah, plasma darah tanpa menyadari sebelumnya bahwa
atau komponen darah lainnya atas kerelaan apakah mereka kemungkinan mengidap
sendiri dan tidak menerima uang atau suatu penyakit yang dapat ditularkan
bentuk pembayaran lainnya (Depkes, melalui transfusi darah. Untuk
2001). DDS mempunyai resiko rendah menghindari Infeksi Menular Lewat
dibandingkan dengan Donor Darah Transfusi Darah (IMLTD) sesuai dengan
Pengganti (DDP) ataupun Donor Darah Peraturan Pemerintah tentang tindakan
Komersial/bayaran karena DDS pengamanan darah yaitu dilakukan uji
menyumbangkan darahnya secara teratur saring darah/skrining dan konseling pasca
setiap 2,5- 3 bulan, setiap menyumbangkan uji saring darah (Presiden RI, 2011). UDD
darah akan dilakukan pemeriksaan PMI harus melakukan konseling sebelum
darah/skrining darah sehingga bila DDS pengambilan darah dilakukan yaitu

145
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 10 / No. 2 / Agustus 2015

memberikan informasi mengenai darah terjadi peningkatan jumlah donasi DDS di


yang didonorkan akan dilakukan PMI Kabupaten Semarang (UDD PMI
pemeriksaan uji saring/skrining antar lain Kab. Semarang, 2013). PMI merupakan
HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, dan Sifilis ujung tombak pemerintah dalam penemuan
dan apabila hasil reaktif maka DDS di kasus baru HIV karena kegiatan yang rutin
harapkan kesediaannya untuk hadir melakukan skrining darah pada DDS baik
melakukan konseling hasil. yang rutin donor ataupun DDS yang baru
Permasalahannya dalam kegiatan donor sekali melakukan donor darah terlebih
darah karena bersifat sukarela UDD PMI kegiatan pengambilan darah dengan cara
tidak dapat memaksa kehadiran DDS untuk jemput bola atau Mobile Unit (MU)
melakukan konseling hasil skrining. Faktor sehingga penemuam kasus baru HIV akan
resiko penularan kasus AIDS di Indonesia lebih besar didapatkan.
secara kumulatif karena kasus transfusi Darah yang telah dilakukan uji
darah adalah 0,6%, Jawa Tengah 1993 s/d saring darah/skrining apabila reaktif,
30 Juni 2013 adalah 0,2% (Kemenkes RI, maka darah tersebut tidak memenuhi
2013). syarat untuk didonorkan dan wajib
Unit Donor Darah PMI Jawa dimusnahkan sesuai standart pelayanan di
Tengah memiliki 36 Unit Donor Darah, di UDD PMI (Depkes RI, 2001). Reaktif
tahun 2013 UDD PMI Jawa Tengah dapat adalah jika darah dari pendonor diduga
mengumpulkan 488.625 kantong darah terinfeksi berdasarkan satu kali
atau 1.357 kantong darah per hari, yang pemeriksaan uji saring darah (Initial
berasal dari Donor Darah Sukarela Reactive), maka diperlukan pemeriksaan
473.853 kantong darah (97%), Donor konfirmasi (Presiden RI, 2011). Hasil
Darah Pengganti sebesar 13.863 kantong reaktif HIV pada pemeriksaan skrining
darah (3%) (PMI, 2013). Unit Donor Darah akan dilakukan rujukan/ konfirmasi ke
PMI Kabupaten Semarang merupakan Unit Donor Darah Daerah Jawa Tengah
salah satu unit donor darah di Propinsi atau Unit Donor Darah Pusat di Jakarta
Jawa Tengah dengan jumlah donasi darah dengan pemakaian reagen yang berbeda
dalam tahun 2013 sebesar 10.927 kantong dari Kabupaten Semarang. UDD PMI
darah dengan rata-rata perhari 30 bukan merupakan laboratorium yang
pendonor, darah yang berasal dari DDS menentukan diagnosa tetapi sebagai
sebesar 10.860 kantong darah (99%) dan skrining darah yang menentukan apakah
yang berasal dari DDP sebesar 67 kantong darah tersebut layak didonorkan atau tidak,
darah (1%) (UDD PMI, 2013), setiap tahun selain itu kesiapan UDD PMI sebagai

146
Analisis Niat Donor Darah……… (Siti Wulandari, Bagoes W, Kusyogo C)

PITC (Provider Initiated HIV Testing and mengganggu hasil produksi dari
Counselling ) telah dapat dilaksanakan perusahaan tersebut.
oleh UDD PMI atau belum untuk Tujuan dari penelitian ini adalah
memberitahukan hasil skrining darah yang menganalisis niat DDS untuk melakukan
reaktif terutama dengan hasil reaktif HIV. konseling di UDD PMI Kabupaten
Sebelum Petaruran Pemerintah tahun 2011 Semarang.
diberlakukan yaitu mengenai Dengan beberapa Peraturan
pemberitahuan hasil reaktif pada DDS, Pemerintah tentang Penanggulangan HIV
UDD PMI Kabupaten Semarang telah dan AIDS yakni pendonor harus diberi
mengadakan kerjasama dengan dokter informasi terlebih dahulu mengenai resiko
pelaksana di VCT Rumah Sakit Kabupaten pengambilan serta hasil pemeriksaan
Semarang untuk melakukan konseling darahnya (Permenkes RI, 2013), maka
pada DDS yang dilakukan rujukan UDD PMI harus melakukan konseling
konfirmasi hasil test reaktif HIV yang pasca skrining darah tidak hanya Hepatis
sebelumnya tanpa pemberitahuan hasil B, Hepatitis C, dan Syphillis yang selama
skrining di UDD PMI. ini telah dilakukan tetapi juga melakukan
DDS setelah mendapatkan konseling untuk reaktif HIV. DDS dalam
informasi harus dapat mengambil menyumbangkan darahnya berpendapat
keputusan untuk melakukan konseling bahwa mereka dalam keadaan sehat
pasca skrining atau tidak, UDD tidak sehingga pada saat dilakukan skrining dan
berhak untuk melakukan pemaksaan hasilnya adalah reaktif maka sikap dari
kepada pendonor. Hasilnya akan berbeda DDS akan berbeda-beda ada yang mau
apabila UDD PMI telah menjadi VCT atau hadir untuk di lakukan konseling dan ada
mempunyai petugas konselor sehingga yang tidak mau hadir walau dalam
dapat melakukan konseling terlebih dahulu pengisian Informed consent mereka
ke DDS yang bertujuan untuk menerima bersedia untuk dilakukan konseling apabila
hasil dan mau melakukan rujukan ke VCT. hasil skrining darahnya ada yang reaktif.
Hal tersebut tidak dapat dilakukan karena Dalam penelitian ini kami meneliti DDS
dilapangan dalam kegiatan pengambilan yang mau hadir untuk melakukan
darah misal dilakukan di perusahaan konseling
dibutuhkan waktu yang singkat dalam
kegiatan donor darah sehingga tidak

147
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 10 / No. 2 / Agustus 2015

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN


Metode penelitian yang digunakan Karakteristik Responden
dalam penelitian ini adalah metode Umur
Explanatory Research. dengan pendekatan Berdasarkan mayoritas umur DDS
Cross Sectional serta cross check secara yaitu 96,6% berusia ≥ 19 tahun sedangkan
kualitatif kepada DDS dalam menerima sisanya 3,4 % berusia ˂ 19 tahun.
hasil skrining. Hasil jawaban secara Berdasarkan analisis bivariat diperoleh
kualitatif akan direkapitulasi dan dianalisis nilai p value 0,727 yang menyatakan
secara deskriptif sebagai pendukung hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
dari analisis kuantitatif. .Populasi dalam antara umur dengan niat DDS melakukan
penelitian ini adalah semua DDS (Donor konseling di UDD PMI Kabupaten
Darah Sukarela) di Unit Donor Darah Semarang. Konseling yang dilakukan di
(UDD) PMI Kabupaten Semarang yang UDD PMI meliputi konseling hasil
akan mendonorkan darahnya secara rutin skrining darah yang reaktif dari 4
pada Bulan Juni-Juli 2014, adapun besar parameter meliputi HIV, Syphilis,
sampel adalah 297 orang. Variabel Hepatitis B dan Hepatitis C. Penelitian
independen adalah karakteristik DDS, tersebut hampir sama dengan penelitian
sikap DDS bila hasil skrining darah reakif sebelumnya di Kelurahan Bandaharjo dan
dan persepsi dukungan tenaga kesehatan di Tanjung Mas Kota Semarang, hubungan
UDD PMI Kabupaten Semarang. umur dengan perilaku ibu hamil untuk tes
Sedangkan variabel dependen adalah niat HIV secara statistik tidak ada hubungan
DDS melakukan konseling di UDD PMI antara umur dengan perilaku ibu hamil
Kabupaten Semarang. Untuk membuktikan untuk tes HIV (Legiati, T. 2012),
keabsahan kuisioner yang digunakan Penelitian lain yang dilakukan di
dalam penelitian ini perlu dilakukan uji Kabupaten Lombok Timur yaitu meneliti
coba kuisioner pada 30 DDS di UDD PMI niat melakukan test HIV pada eks pekerja
Kota Salatiga. Uji validitas dilakukan migrain menunjukkan bahwa tidak ada
dengan uji korelasi product moment, hubungan signifikan antara umur dengan
sedangkan uji reliabilitas menggunakan niat melakukan tes HIV (Satar, 2010).
alfha cronbach. Analisis data yang Hasil penelitian menunjukkan
digunakan analisis univariat, bivariat persentase DDS yang mempunyai niat
dengan uji Chi – square dan multivariat melakukan konseling lebih banyak pada
dengan uji regresi logistik dengan metode kelompok ≥ 19 tahun (30,3 %)
Enter. dibandingkan dengan kelompok DDS yang

148
Analisis Niat Donor Darah……… (Siti Wulandari, Bagoes W, Kusyogo C)

˂ 19 tahun (20,0%) menguatkan dari hasil perilaku ibu hamil untuk tes HIV, namun
penelitian bahwa kesiapan seseorang untuk responden yang berumur dewasa lebih
melakukan konseling berpengaruh pada banyak melakukan tes HIV dibandingkan
umur yang lebih dewasa walau hasil responden yang berumur muda (Legiati, T.
analisis menunjukkan tidak berhubungan 2012).
antara umur dengan niat melakukan
konseling. Teori Green menyatakan bahwa Jenis Kelamin
umur termasuk faktor pemudah yang Berdasarkan hasil penelitian mayoritas
berpengaruh langsung terhadap terjadinya DDS berjenis kelamin laki-laki yaitu
perilaku seseorang (Green, L.W. 2000) sebesar 53.9% dan Jenis kelamin
Perubahan perilaku dapat disebabkan oleh perempuan sebesar 46.1%. Jenis kelamin
proses pendewasaan. Semakin banyak adalah kelompok yang terbentuk dalam
umur seseorang, diharapkan individu yang suatu spesies sebagai sarana atau sebagai
bersangkutan telah mampu beradaptasi akibat digunakannya proses reproduksi
terhadap lingkungan (Brotosaputro, 1988). seksual untuk mempertahankan
Semakin dewasa seseorang berarti semakin keberlangsungan spesies (Danang S, 2011).
banyak pengalaman dan semakin matang Hasil tabulasi silang antara variabel jenis
dalam menanggapi suatu masalah sesuai kelamin dengan niat melakukan konseling
dengan penelitian tersebut responden yang pacsa skrining, prosentase DDS yang
diteliti sebagian besar umur ≥ 19 tahun berjenis kelamin laki-laki (33,8%) lebih
dan pada kelompok tersebut yang besar dibandingkan dengan kelompok
mempunyai keinginan lebih banyak dalam DDS yang berjenis kelamin perempuan
niat untuk melakukan konseling. (25,5%). Berdasarkan hasil Chi square
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan p value sebesar 0,158 yang
sebelumnya di Kelurahan Bandaharjo dan berarti tidak ada hubungan antara jenis
Tanjung Mas Kota Semarang, hubungan kelamin DDS dengan niat melakukan
umur dengan perilaku ibu hamil untuk tes konseling pasca skrining di UDD PMI
HIV menunjukkan bahwa hasil analisis Kabupaten Semarang..
bivariat menunjukkan bahwa p value Meskipun hasil analisis menunjukkan
0,106, yang berarti secara statistik tidak tidak ada hubungan antara jenis kelamin
ada hubungan antara umur dengan perilaku dengan niat melakukan konseling pasca
ibu hamil untuk tes HIV. Walaupun umur skrining, hal ini dapat disebabkan oleh
tidak mempunyai hubungan dengan faktor lain seperti yang mendukung seperti

149
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 10 / No. 2 / Agustus 2015

tingkat pendidikan, riwayat donor rutin Menurut Notoatmojo tingkat pendidikan


atau tidak rutin. Wanita mempunyai nilai seseorang juga menentukan orang dalam
yang lebih tinggi dalam skala gaya hidup memahami suatu pengetahuan (Muhibbin,
untuk peningkatan kesehatan dan memiliki 2002). Tingkat pendidikan seseorang turut
tanggung jawab lebih tinggi terhadap menentukan mudah tidaknya seseorang
kesehatan (Muklas, 1997). Berdasarkan menyerap dan memahami pengetahuan
penelitian sebelumnya di Kabupaten yang mereka peroleh (Muklas, 1997).
Lombok Timur yaitu meneliti niat Tingkat pendidikan responden dibagi
melakukan test HIV pada eks pekerja menjadi 2 kelompok menengah keatas
migrain menunjukkan niat responden (SMA, Perguan Tinggi) dan tingkat dasar
untuk melakukan tes HIV lebih besar pada (SD, SMP) sesuai dengan Peraturan
laki-laki (30,1%) dibandingkan perempuan pemerintah bahwa Sekolah Dasar sampai
(25,0%) pada uji chi square hasil p value dengan 9 tahun (Undang Undang RI,
0,776 berarti niat utntuk melakukan tes 2003).
HIV tidak ada hubungan yang signifikan Dari hasil penelitian dapat diketahui
dengan perbedaan jenis kelamin responden bahwa persentase DDS yang mempunyai
(Satar, 2010). Penelitian tersebut sesuai niat melakukan konseling pasca skrining
dengan hasil penelitian kami yaitu tidak lebih banyak pada pada kelompok DDS
ada hubungan yang signifikan antara niat yang berpendidikan menengah keatas
dengan perbedaan jenis kelamin. (31,8%) dibandingkan dengan kelompok
Pendidikan DDS yang mempunyai pendidikan dasar
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas yaitu (22,4 %) berdasarkan hasil uji chi
DDS berpendidikan menengah ke atas square didapatkan p value 0,215 yang
(SMA ke atas) yaitu 80.5% dan hanya berarti tidak ada hubungan antara
19.5% yang berpendidikan dasar (SD dan pendidikan dengan niat melakukan
SMP). Pendidikan secara umum menurut konseling pasca skrining. DDS dengan
Lowrence Green adalah segala upaya yang pendidikan tinggi lebih mampu memahami
direncanakan untuk mempengaruhi orang dengan benar informasi-informasi yang
lain baik individu, kelompok atau diberikan dokter dan informed consent
masyarakat sehingga mereka melakukan sehingga apabila seorang DDS kurang
apa yang diharapkan oleh pelaku berkenan terhadap tindakan medis yang
pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang dilakukan oleh tim medis, maka DDS
juga menentukan orang dalam memahami dapat menolak kegiatan tersebut. Hal ini
suatu pengetahuan (Green, L.W. 2000). dimungkinkan mereka yang mempunyai

150
Analisis Niat Donor Darah……… (Siti Wulandari, Bagoes W, Kusyogo C)

pendidikan dasar kurang mampu yang signifikan antara riwayat donor darah
memahami keterangan yang diberikan oleh dengan niat melakukan konseling pasca
dokter atau paramedis PMI pada saat skrining. Hasil tabulasi silang antara
dilakukan pemberian informasi awal riwayat donor DDS dengan niat melakukan
sebelum pengambilan darah dilakukan. konseling pasca skrining lebih banyak pada
Sesuai dengan penelitian sebelumnya kelompok DDS yang mempunyai riwayat
di Kabupaten Lombok Timur yaitu rutin donor (34,8%) dibandingkan dengan
meneliti niat untuk melakukan tes HIV kelompok DDS yang mempunyai riwayat
pada responden tidak sekolah/ tidak tamat donor tidak rutin (25,8%). Dengan hasil uji
SD (11,1%), tamat SMP (25,9%), tamat uji chi square didapatkan p value 0,119
SMA (31,4%) dengan hasil uji chi square yang berarti tidak ada hubungan antara
0,452 berarti tidak ada hubungan yang riwayat donor dengan niat melakukan
signifikan antara pendidikan dengan niat konseling pasca skrining. Riwayat donor
melakukan konseling pasca skrining (Satar, merupakan kegiatan rutinitas donor darah
2010). Dengan adanya penelitian tersebut yang dilakukan oleh DDS setiap 3 bulan
sesuai dengan penelitian yang kami teliti sekali atau Interval penyumbang darah
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan minimal 8 minggu dengan maximal bagi
antara pendidikan DDS dengan niat pendonor laki-laki lima kali dalam setahun
melakukan konseling pasca skrining, tetapi (Depkes, 2001). DDS yang rutin
tidak sesuai dengan teori Notoatmojo melakukan kegiatan donor darah dengan
bahwa tingkat pendidikan seseorang turut sendirinya akan terpantau kesehatannya
menentukan mudah atau tidaknya secara periodik setiap 3 bulan, karena
seseorang memahami suatu pengetahuan setiap dilakukan donor darah dengan DDS
(Notoatmodjo, 1997) . yang sama prosedurnya sama seperti donor
baru tetap dilakukan pemeriksaan
Riwayat Donor serologi/uji saring darah kembali.
Berdasarkan hasil penelitian Sesuai peraturan pemerintah tentang
menunjukkan bahwa sebagian kecil DDS pelayanan darah dilakukan uji saring
mempunyai riwayat donor darah yang rutin darah/skrining dari penyakit infeksi
(45,6%) sedangkan DDS yang tidak rutin menular melalui transfusi darah (IMLTD)
melakukan donor darah yaitu (53,5%) . antara lain Hepatitis B, Hepatitis C,
Hasil uji chi square diperoleh nilai p value Syphillis dan HIV (PP , 2011). Peraturan
0,059 yang berarti tidak ada hubungan Menteri Kesehatan RI Nomor 21 Tahun

151
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 10 / No. 2 / Agustus 2015

2013 Tentang Penanggulangan HIV dan pertama kali donor atau tidak rutin donor
AIDS, Tes HIV pada darah pendonor, dikatakan rutin donor minimal 3 kali dalam
produk darah dan organ tubuh dilakukan setahun maksimal 5 kali dalam setahun
untuk mencegah penularan HIV melalui bagi (laki-laki) Sedangkan pemberitahuan
transfusi darah dan produk darah serta untuk konseling pasca skrining darah bagi
transplantasi organ tubuh (Permenkes, pendonor yang reaktif telah dilakukan
2013). Berdasarkan Peraturan Pemerintah UDD PMI Kabupaten Semarang baik
tersebut setiap melakukan kegiatan donor melalui surat/ short message service (SMS)
darah akan dilakukan pemeriksaan 4 sebesar (208) 90%, pendonor yang
parameter. Selama ini di UDD PMI bersedia datang untuk melakukan
Kabupaten Semarang telah melakukan konseling pasca skrining pada tahun 2013
konseling pasca skrining untuk reaktif sekitar 42 (20%) (UDD PMI Kab.
Hepatitis B, Hepatitis C dan Syphillis Semarang, 2013).
sedang khusus untuk hasil skrining reaktif Sesuai dengan teori Teory Reasoned
HIV dilakukan rujukan ke Rumah Sakit Action (TRA) keyakinan, sikap, kehendak
yang mempunyai VCT tanpa dan perilaku dapat terjadi akibat dari latar
pemberitahuan hasil. Dengan adanya belakang seseorang antara lain seperti
peraturan pemerintah terbaru tentang umur, pendidikan, riwayat donor
konseling maka untuk hasil skrining reaktif ((Fishbein, M. 1975).
HIV pun akan dilakukan konseling oleh
UDD PMI kepada pendonor yaitu Sikap DDS Bila Hasil Skrining Darah
menerima hasil, confidential untuk Reaktif
dilakukan rujukan ke Rumah Sakit yang Berdasarkan hasil penelitian
mempunyai pelayanan VCT, serta menunjukkan bahwa sebagian besar DDS
menerima untuk tidak melakukan kegiatan mempunyai sikap yang tidak menerima
donor darah kembali apabila hasil positif terhadap hasil skrining reaktif yaitu sebesar
pada pemeriksaan konfirmasi hasil di 66,0% sedangkan DDS yang bersikap
VCT. Bagi DDS yang mempunyai riwayat menerima terhadap hasil skrining reaktif
donor rutin mereka telah paham dengan hanya 34%. Hasil uji statistik dengan
peraturan tersebut karena setiap kali donor menggunakan uji chi square diperoleh
mereka akan selalu membuat informed nilai p value sebesar 0,000 yang berarti ada
consent untuk bersedia melakukan hubungan yang signifikan antara sikap
konseling pasca skrining apabila hasil DDS terhadap hasil skrining reaktif dengan
skrining ada yang reaktif . DDS baru atau niat melakukan konseling pasca skrining.

152
Analisis Niat Donor Darah……… (Siti Wulandari, Bagoes W, Kusyogo C)

Berdasarkan hasil penelitian antara seleksi donor, dokter/paramedis UDD akan


sikap DDS terhadap hasil skrining reaktif memberikan penjelasan tentang skrining
dengan niat melakukan konseling darah dan apabila hasil ditemukan reaktif
menunjukkan lebih banyak kelompok maka akan dilakukan pemanggilan untuk
DDS yang bersikap menerima hasil dilakukan konseling hasil skrining darah
skrining reaktif yaitu sebesar 44,6% dan apabila donor bersedia melakukan
dibanding pada kelompok DDS yang konseling sehingga dalam informed
bersikap tidak menerima hasil skrining consent akan dilakukan persetujuan dengan
reaktif yaitu sebesar 22,4%. Skrining menyertakan tanda tangan akan kesediaan
darah atau serologi darah merupakan salah dilakukan pemanggilan melalui sms,
satu kegiatan yang dilakukan di UDD PMI apabila pendonor tidak bersedia untuk
dimana kegiatan tersebut dilakukan pada melakukan konseling maka UDD tidak
semua darah yang didonorkan oleh DDS melakukan pemanggilan konseling
tanpa terkecuali. Peraturan pemerintah sehingga DDS tidak tahu hasil darahnya
telah menyebutkan bahwa darah harus dan untuk selanjutnya DDS diminta tidak
terbebas dari penyakit IMLTD yaitu 4 melakukan kegiatan donor darah. Pada saat
parameter HIV, Syphillis, Hepatitis B dan ini DDS telah memahami apabila ada
Hepatitis C (Presiden RI, 2011). Di tingkat undangan untuk melakukan konseling baik
Jawa Tengah UDD PMI melakukan melalui sms/telephone/surat dari UDD
skrining darah dengan cara ELISA. PMI berarti hasil darah mereka ada yang
Sedang pemeriksaan dengan menggunakan reaktif.
NAT dilakukan oleh sebagian besar UDD Suatu penelitian tentang layanan VCT
type statuta A karena pemeriksaan dengan di Provinsi Chiang Mai, Thailand oleh
menggunakan NAT membutuhkan biaya Kawichai, S , dkk menyatakan bahwa
yang cukup tinggi. UDD PMI alasan tidak mengikuti testing HIV antara
mengutamakan hasil pengelolaan darah lain bersamaan dengan waktu bekerja
yang aman sehingga setiap tahun secara (42,3%), tidak mempunyai risiko terinfeksi
rutin dilakukan pertemuan dan seminar HIV (34,9%), tidak mengerti dengan jelas
tentang pengelolaan darah oleh PMI Pusat tentang layanan VCT (24,2%) dan telah
dan Perhimpunan Dokter Transfusi Darah melakukan testing HIV (5,0%). Alasan
Indonesia (PDTDI) . lainya adalah takut bila hasil tes HIV
Pada saat pemberian informasi awal positif dan takut akan stigma yang muncul
untuk melakukan kegiatan donor darah/ dari masyarakat (Legiati, T. 2012).

153
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 10 / No. 2 / Agustus 2015

Berdasarkan penelitian kualitatif dengan menyatakan tidak mengetahui faktor resiko


wawancara pada DDS yang mempunyai penyebab IMLTD tersebut . Satu DDS
hasil skrining reaktif . dengan reaktif HCV menyatakan tidak
mengetahui adanya Hepatitis C yang dia
Bagaimana perasaan anda ketika ketahui adalah Hepatitis type A dan B.
menerima undangan dari UDD PMI?
Bagaimana kalau anda menderita salah
“saya merasa cemas dok. Semalam saya satu penyakit IMLTD (Infeksi Menular
sampai ngga bisa tidur” Melalui Transfusi Darah)?
(Indepth Interview DDS)
“saya tidak tahu dok resiko terhadap saya
Pada penelitian kualitatif semua DDS pada mohon untuk dijelaskan penyakit tersebut
dasarnya setuju untuk diberitahu hasil dan saya harus bagaimana?”
skrining. (Indepth interview DDS)

Mengapa anda memenuhi undangan Sedang DDS dengan reaktif HIV


UDD PMI untuk melakukan konseling pengetahuan tentang HIV cukup karena
pasca skrining ? menyadari tertular HIV disebabkan dari
hubungan badannya dengan senior yang
“karena saya ingin segera tahu hasilnya berperilaku menyukai hubungan dengan
dok dengan mendapat panggilan dari sesama jenis, pada saat melakukan
UDD PMI semalam saja sudah tidak dapat hubungan badan mereka melakukan tanpa
tidur makanya ingin segera tahu hasil saya menggunakan pengaman (kondom).
sebenarnya sakit apa? Biar segera cepat Hasil peneltian sebelumnya
terobati “ dilokalisasi Sunan Kuning Semarang yaitu
(Indepth Interview DDS) meneliti praktek wanita pekerja seks
(WPS) dalam VCT Ulang menunjukkan
Hasil skrining rektif antara lain 5 DDS sebesar 75,6 % responden menilai baik jika
reaktif HbSAg, 1 DDS reaktif HBc, 1 DDS WPS mengetahui status HIV dirinya tetapi
reaktif HIV. Semua DDS menyatakan masih terdapat 24,4 % responden yang
tidak mengetahui kalau mereka menilai kurang baik jika WPS mengetahui
mempunyai sakit karena tidak mempunyai status HIV dirinya. Masih adanya nilai
keluhan fisik. Pengetahuan DDS tentang yang kurang baik jika WPS mengetahui
penyakit IMLTD kurang , 7 DDS status HIV dirinya diuraikan sebagai

154
Analisis Niat Donor Darah……… (Siti Wulandari, Bagoes W, Kusyogo C)

berikut. Sebesar 45,6 % responden yang memenuhi undangan


menyatakan bahwa tidak akan mampu (Telephone/sms) tersebut sebesar 7 (tujuh)
merubah perilaku pelanggan untuk DDS. Menurut pengungkapan 7 DDS
melakukan seks yang aman meskipun telah sebagian besar menyatakan ingin segera
melakukan VCT. Hal ini menunjukkan mengetahui hasil skrining darah agar
bahwa WPS belum mempunyai segera dapat diobati, 1 (satu) DDS
kemampuan untuk mempengaruhi menyatakan ingin tahu hasil karena tidak
pelanggan untuk berperilaku seks yang merasakan sakit fisik, DDS yang lain
aman. Selain itu, juga menggambarkan menyatakan kehadirannya karena tidak
bahwa pengetahuan pelanggan tentang tahu dipanggil oleh UDD PMI karena
penularan IMS masih kurang sehingga dalam kegiatan perektutan donor darah
masih tetap melakukan perilaku seks yang tidak dijelaskan akan ada undangan untuk
tidak aman (S. Gunawan, 2008 ) . Hasil melakukan konseling apabila hasil skrining
penelitian kami setara dengan hasil darah yang didonasikan hasilnya reaktif.
penelitian tersebut mengetahui status HIV Semua DDS menyatakan bersedia
pada WPS pada umumnya sebagian besar melakukan konseling pasca skrining darah,
bisa menerima hasil apabila darahnya ada DDS yang menyatakan bersedia
positif HIV pada pemeriksaan VCT . melakukan konseling karena yakin dirinya
tidak pernah melakukan kegiatan beresiko
Niat DDS Melakukan Konseling dan ingin mengetahui tentang penyakit
Responden yang paling banyak IMLTD, Dua DDS menyatakan ingin
mempunyai niat melakukan konseling membandingkan hasil apakah sama dengan
yaitu 84.5% daripada responden yang hasil dari pemeriksaan kesehatan yang
kurang niat untuk melakukan konseling telah dilakukan oleh instansi tempat
yaitu 15.5%, hasil ini menunjukkan bahwa mereka bekerja. Semua DDS menyatakan
DDS di UDD PMI Kabupaten Semarang sangat perlu dilakukan pemberitahuan hasil
banyak yang mempunyai niat untuk skrining darah karena untuk mengetahui
melakukan konseling pasca skrining. status penyakitnya dan cepat tertangani
Hasil penelitian dengan jumlah sampel 297 bila ada penyakit IMLTD.
DDS yang hasil skriningnya reaktif Dalam kurun waktu satu bulan setelah
berjumlah 13 DDS. UDD mengundang 13 dilakukan kegiatan pengambilan darah
DDS dengan hasil skrining darah reaktif pihak UDD melakukan pemanggilan
untuk dilakukan konseling pasca skrining pertama untuk DDS yang hasil skriningnya

155
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 10 / No. 2 / Agustus 2015

reaktif , pemanggilan melalui sms perilaku adalah keinginan berperilaku


bilamana satu minggu tidak ada respon (behavioral intention) seseorang. Teori ini
maka pihak UDD melakukan pemanggilan menghubungkan antara keyakinan
melalui telephone dari 13 DDS yang hadir (beliefs), sikap (attitude),
memenuhi undangan hanya 7 DDS, semua kehendak/(intention) dan perilaku.
DDS menyatakan merasa cemas saat Kehendak merupakan prediktor terbaik
mendapat panggilan dari UDD beberapa perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa
DDS menyatakan tidak dapat tidur yang akan dilakukan seseorang cara terbaik
semalam sebelum memenuhi panggilan. adalah dengan mengetahui kehendak orang
Untuk menganilisis Niat DDS untuk tersebut. Namun seseorang dapat membuat
melakukan konseling pasca skrining dan pertimbangan berdasarkan alasan-alasan
menerima hasil terhadap penyakit IMLTD yang sama sekali berbeda (tidak selalu
di UDD PMI Kabupaten Semarang, berdasarkan kehendak). Konsep penting
peneliti menunjuk pada Teori Reasoned dalam teori ini adalah perhatian (salience)
Action (TRA). mengemukakan teori yaitu mempertimbangkan sesuatu yang
Tindakan Beralasan (theory of reasoned dianggap penting. Dalam mengaplikasi
action), teori ini mengatakan bahwa sikap teori tersebut dengan permasalahan yang
mempengaruhi perilaku lewat suatu proses akan diteliti yaitu dimulai dari Latar
pengambilan keputusan yang teliti dan belakang responden (Background
beralasan, serta dampaknya terbatas hanya personal) turut menentukan niat dari
pada tiga hal, yaitu (Fishbein, M. 1975). responden untuk melakukan konseling
1. Perilaku tidak banyak ditentukan mencakup umur, jenis kelamin,
oleh sikap umum, tetapi oleh sikap spesifik pendidikan, dan riwayat donor (Fishbein,
terhadap sesuatu; M. 1975)
2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya Latar belakang responden
oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma (background personal) menentukan sikap
subjektif; responden dalam menerima hasil dan
3. Sikap terhadap suatu perilaku konseling pasca skrining mencakup Sikap
bersama-sama norma-norma subjektif DDS bila hasil skrining darah reaktif.
membentuk suatu intensi atau niat untuk Dalam berperilaku untuk melakukan
berperilaku tertentu. konseling pasca skining telah dinilai
Teori aksi beralasan (theory of untung dan rugi serta konsekuensinya
reasoned action) menjelaskan bahwa apabila melakukan konseling pasca
faktor paling penting dalam mempengaruhi skrining dan apabila dilakukan bagaimana

156
Analisis Niat Donor Darah……… (Siti Wulandari, Bagoes W, Kusyogo C)

dengan norma norma yang ada di penelitian kami yaitu meneliti niat
masyarakat apakah dapat diterima oleh responden untuk melakukan tes HIV
masyarakat atau tidak. didapatkan sikap responden yang tidak
Hasil analisis bivariat menunjukkan mendukung (17,9%) sedang responden
dari variabel yang diuji secara bivariat yang mendukung (38,5%) , hasil uji
terdapat variabel yang berhubungan secara statistik dengan menggunakan uji chi
signifikan dengan niat DDS untuk square didapatkan p value 0,022 berarti
melakukan konseling yaitu sikap DDS bila sikap responden terhadap tes HIV ada
hasil skrining darah reaktif . Sedang hubungan yang signifikan dengan niat
variabel yang tidak berhubungan adalah untuk melakukan tes HIV ( Satar, 2010).
umur DDS, jenis kelamin, pendidikan,
riwayat donor. Menurut penelitian S KEPUSTAKAAN
Gunawan Widiyanto untuk Wanita Pekerja Brotosaputro, B. 1988. Pengantar
Seks (WPS) yang telah mendapatkan Pendidikan Penyuluhan Kesehatan
pengetahuan tentang perilaku seks beresiko Masyarakat. Fakultas Kesehatan
sekalipun untuk tidak melakukan Masyarakat Universitas
pemeriksaan VCT berulang sebesar 42,2% Diponegoro. Semarang.
WPS , sedangkan yang melakukan VCT Sunyoto, D. 2011. Analisis untuk
ulang adalah 57,8%. Bila dilihat dari data Penelitian Kesehatan. Nuha
tersebut untuk WPS yang sadar berperilaku Medika. Yogyakarta
beresiko untuk tdak melakukan Departemen Kesehatan RI. 2001. Buku
pemeriksaan VCT ulang adalah 42,% , Pedoman Pelayanan Transfusi
WPS untuk mengetahui hasil tes HIV Darah. Departemen Kesehatan RI.
75,6% responden menilai baik tetapi Jakarta.
24,4% responden menilai kurang baik jika Departemen Kesehatan RI. 2007.
WPS mengetahui status HIV. mengingat Direktorat Bina Pelayanan
VCT kegiatannya antara lain konseling pra Kesehatan Jiwa. Direktorat
tes, tes HIV, konseling pasca tes bisa Jend.Bina Pelayanan Medik.
dijelaskan penelitian tersebut sejalan Jakarta
dengan penelitian kami (S Gunawan. Ditjen PP&PL Kemenkes RI. 2013.
2008). Statistik Kasus HIV/AIDS di
Penelitian sebelumnya di Indonesia dilaporkan s/d
Kabupaten lombok Timur sesuai dengan

157
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 10 / No. 2 / Agustus 2015

Desember 2013. Ditjen PP&PL Satar. 2010. Faktor-faktor yang


Kemenkes RI. Jakarta . mempengaruhi niat melakukan test
Fishbein, M dan Ajzen, I. Belief, Attitude, HIV pada eks pekerja migran di
Intention, and Behavior : An Kabupaten Lombok Timur.
Introduction to Theory and Magister Promosi Kesehatan
Research. Addison-Wesley, 1975. Program Pasca Sarjana Universitas
Menteri Kesehatan RI. 2013. Peraturan Diponegoro. Semarang.
Menteri Kesehatan RI No. 21 Titi L, 2012. Perilaku Ibu Hamil Untuk Tes
Tahun 2013 tentang HIV diKelurahan Bandarjo dan
Penanggulangan HIV/AIDS. Tanjung Mas Kota Semarang,
Menteri Kesehatan RI. Jakarta. Jurnal Promosi Kesehatan
Muklas. 1997. Perilaku Organisasi I Indonesia. Semarang
Magister Management RS. UDD PMI Kabupaten Semarang. 2013.
Universitas Gajah Mada (UGM). Laporan Program Kerja UDD PMI
Yogyakarta Kabupaten Semarang. UDD PMI
Muhibbin, S. 2002. Psikologi Pendidikan Kabupaten Semarang. Ungaran.
dengan Pendekatan Baru. Rosda Presiden RI. Undang-Undang RI No.20
Karya. Bandung. Tahun 2003 Tentang Sistim
Notoatmojo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Pendidikan Nasional. Presiden RI.
Masyarakat (Prinsip-prinsip Jakarta.
Dasar). Rineka Cipta. Jakarta. S Gunawan Widiyanto. 2008. Faktor-
PMI Jawa Tengah. 2013. Laporan Faktor yang Berhubungan dengan
Pelaksanaan Upaya Kesehatan Praktek Wanita Pekerja Seks
Transfusi Darah (UKTD). PMI (WPS) dalam VCT Ulang di
Jawa Tengah . Semarang. Lokalisasi Sunan Kuning
PMI. 2011. Statuta Unit Donor Darah PMI. Semarang. Magister Promosi
Musyawarah Kerja Nasional PMI. Kesehatan Program Pasca Sarjana
Jakarta. Universitas Diponegoro.
Presiden Republik Indonesia. 2011. Semarang
Peraturan Pemerintah No.7 Green, L.W. & Marshall, W.K. Health
Tentang Pelayanan Darah. Promotion Planning And
Presiden Republik Indonesia. Educational and Environmental
Jakarta Approach. USA Mayfield

158
Analisis Niat Donor Darah……… (Siti Wulandari, Bagoes W, Kusyogo C)

Publishing Company. California.


2000

159

Anda mungkin juga menyukai