Anda di halaman 1dari 20

A.

PENGERTIAN EKOLOGI
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungannya dan yang lainnya. Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Erns
Heackel, seorang ahli ilmu hayat, dalam pertengahan dasawarsa 1860-an. Istilah ini
berasal dari bahasa yunani, yaitu Oikos yang berarti rumah dan Logos yang berarti
ilmu.

Secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya.

B. JENIS-JENIS EKOLOGI
1. Ekologi Hutan
Ekologi Hutan adalah Ilmu yang mempelajari hubungan antara mahluk hidup
dengan lingkungan. Hubungan ini sangat erat dan komplek sehingga menyatakan
bahwa ekologi adalah biologi lingkungan (Eviromental biology).
Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan
mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan diluar hutan.
Hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan hutan, margasatwa dan alam
lingkungannya begitu erat sehingga hutan dapat dipandang sebagai suatu system
ekologi atau ekosistem.
Ekologi hutan adalah cabang ekologi yang khusus mempelajari masyarakat atau
ekosistem hutan. Hutan dapat dipelajaridari segi autekologi dan synekologi. Autekologi
mempelajari ekologi suatu jenis pohon atau pengaruh sesuatu faktor lingkungan
terhadap hidup atau tumuhnya satu atau lebih jenis-jenis pohon. Sifat penyelidikanya
mendekati fisiologi tumbuh-tumbuhan. Synekologi mempelajari hutan sebagai
masyarakat atau ekositem misalnya penelitian tentang pengaruh keadaan tempat
tmbuh terhadap komposisi dan produksi hutan.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu,
air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup
yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan
erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas,
dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan.
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan
botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan
ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan
tingkat tropik. Ekowilayah bumi dan riset perubahan iklim ialah dua wilayah di mana
ekolog (orang yang mempelajari ekologi) kini berfokus.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada
tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang
biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan
kehidupannya dengan mengadakan hubungan atarmakhluk hidup dan dengan benda
tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.
Para ahli ekologi mempelajari hal berikut:
 Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang
lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
 Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang
menyebabkannya
 Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
2. Ekologi Laut
Ekologi laut merupakan ilmu yang mempelajari tentang Ekosistem air laut.
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang, dan
padang lamun. Berikut penjelasan tentang ekologi laut.
Habitat air laut (oceanic) ditandai oleh salinitas tinggi dengna ion Cl- mencapai
55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di
daerah tropik, suhu laut sekitar 25oC. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi.
Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan bagian air yang dingin di
bagian bawah disebut daerah thermocline.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka
daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari
pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya,
sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik.
a. Ekosistem terumbu karang
 Luas terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai 60.000 km2, namun hanya 6,2%
saja yang kondisinya baik.
 Tekanan terhadap keberadaan terumbu karang sebagian besar diakibatkan oleh
kegiatan manusia
 Kerusakan terumbu karang banyak ditentukan oleh aktivitas di daratan
 Manfaat terumbu karang
 Berperan penting bagi pertumbuhan sumberdaya perikanan (sebagai feeding ground,
fishing ground, spawning ground dan nursery ground)
 Mencegah terjadinya pengikisan pantai (abrasi)
 Sebagai daya tarik wisata bahari
 Secara global terumbu karang berfungsi sebagai pengendap kalsium yang mengalir dari
sungai ke laut
 Sebagai penyerap karbondioksida dan Gas Rumah Kaca (GRK) lainnya
b. Ekosistem padang lamun
 Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidupnya terbenam di dalam laut
 Padang lamun ini merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik
yang tinggi
 Fungsi ekologi yang penting yaitu sebagai feeding ground, fishing ground, spawning
ground dan nursery ground beberapa jenis hewan yaitu udang dan ikan baranong,
sebagai peredam arus sehingga perairan dan sekitarnya menjadi tenang
c. Ekosistem mangrove
 Hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara
sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut
 Luas hutan mangrove di Indonesia merupakan yang terluas di dunia (2,5-3,5 juta Ha,18-
23 % luas mangrove di dunia dan lebih luas dari Brasil)
Fungsi
 Sebagai peredam gelombang (termasuk gelombang tsunami), angin dan badai
 Melindungi daerah pantai dari bahaya abrasi
 Sebagai penyerap nutrien organik, penahan lumpur dan perangkap sedimen
 Penghasil yang merupakan hasil dekomposisi dari serasah mangrove
 Sebagai daerah asuhan, mencari makan dan berkembangbiak ikan, udang dan hewan
liar lainnya
3. Ekologi Tanaman
Ekologi tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
tanaman dengan lingkungannya. Tanaman membutuhkan sumberdaya kehidupan dari
lingkungannya, danmempengaruhi lingkungan begitu juga sebaliknya lingkungan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ekologi dibagi atas dua
bagian yaitu Sinekologi dan Autekologi. Pembagian ekologi, tingkatan organisasi
makhluk hidup, tujuan dan perkembangan ekologi tanaman, pembagian ilmu ekologi.
Pada prinsipnya ditinjau dari biologi, makhluk hidup dapat dibagi atas dua bagian
besar yaitu, hewan dan tumbuhan. Kedua kelompok ini sangat tergantung kepada
faktor-faktor yang ada diluar dirinya baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan kata lain tidak ada satu makhluk hidup pun di dunia ini yang dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung dengan faktor lainnya. Faktor luar yang mempengaruhi
kehidupan makhluk hidup ini disebut dengan lingkungan.
Manusia sebagai makhluk hidup telah terlibat dan tertarik dengan masalah-
masalah lingkungan sejak dahulu kala walaupun mereka tidak mengerti perkataan
ekologi itu sendiri. Dalam masyarakat primitif setiap individu untuk dapat bertahan
hidup memerlukan pengetahuan terhadap alam lingkungannya. Alam lingkungan
(environment) ialah alam diluar organisma yang efektif mempengaruhi kehidupan
organisma tersebut. Setiap tanaman menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Penyesuaian ini berguna untuk mempertahankan hidupnya.
Ekologi merupakan gabungan dari dua kata dalam Bahasa Yunani yaitu oikos
berarti rumah dan logos berarti ilmu atau pelajaran. Secara etimologis ekologi berarti
ilmu tentang makhluk hidup dan rumah tangganya. Dengan kata lain defenisi dari
ekologi ialah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Berdasarkan defenisi di atas maka yang dimaksud dengan
Ekologi Tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara tanaman
(tumbuhan yang dibudidayakan) dengan lingkungannya. Lingkungan hidup tanaman
dibagi atas dua kelompok yaitu lingkungan biotik dan abiotik. Dari lingkungan inilah
tanaman memperoleh sumberdaya cahaya, hara mineral, dan sebagainya. Kekurangan,
kelebihan atau ketidakcocokkan akan menyebabkan terjadinya cekaman (stress) pada
tanaman.
Berdasarkan makna ekologi di atas maka jelaslah bahwa ekologi merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu biologi. Oleh karenanya Ilmu Biologi sering
disebut dengan biologi lingkungan. Ekologi merupakan bagian kecil dari Biologi. Yang
termasuk dalam ruang lingkup biologi ialah organisma, populasi, komunitas, ekosistem,
dan biosfir. Jika kita perhatikan bahasanbahasan dalam mempelajari ekologi ternyata
masing-masing ilmu yang membahas suatu individu/grup tidak terlepas dari membahas
masalah ekologi. Dari penjelasan ini dapat dilihat ternyata ekologi merupakan ilmu
yang cakupannya amat luas.
Pelajaran mengenai lingkungan hidup organisma sudah dipelajari sebelum kata
ekologi itu sendiri diperkenalkan oleh ahlinya. Nenek moyang kita pada jaman dahulu
telah berupaya untuk memelihara lingkungan, yang terbukti dari mitos mitos yang
muncul seperti ”jangan menebang pohon yang rindang karena ada penghuninya”. Ini
adalah salah satu upaya mereka untuk memelihara ketersediaan air. Mitos-mitos
mengenai pemeliharaan lingkungan ini relatif cukup banyak, karena masing-masing
suku yang ada di Indonesia memilikinya. Gambaran ini memperlihatkan bahwa
manusia merupakan organisma yang memiliki kekekuatan penuh yang mempengaruhi
lingkungan dan sebaliknya. Pengetahuan Ekologi berkembang sejalan dengan
perkembangan peradaban manusia itu sendiri.
Tujuan utama mempelajari ekologi tanaman adalah memperoleh hasil yang
optimal dari teknik budidaya yang dilakukan dan menjaga lingkungan agar terhindar
dari kerusakan sebagai warisan untuk anak cucu kita
Lingkungan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan tanaman dan
organisme lain yang hidup di muka bumi. Oleh sebab itu pengetahuan tentang
lingkungan tumbuh tanaman sangat dibutuhkan agar budidaya tanaman yang
dilakukan dapat menghasilkan produksi yang optimum. Dalam agroekosistem
lingkungan tumbuh tanaman menjadi bahan pertimbangan dalam rancang bangun
aktivitas budidaya yang akan dilakukan. Desain lanskap dari budidaya tanaman juga
sangat tergantung pada lingkungan. Lingkungan akan mempengaruhi jenis tanaman
yang sesuai untuk dibudidayakan pada kawasan, penjadwalan dan teknik budidaya
yang digunakan. Oleh karenanya pengetahuan tentang lingkungan sangat penting
artinya bagi sektor pertanian.
4. Ekologi Serangga
Ekologi serangga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan
kelimpahan serangga. Pengetahuan tentang ekologi serangga hama pascapanen
merupakan dasar penerapan pengendalian hama terpadu (PHT). Saat ini, pemodelan
dengan komputer untuk pengendalian hama pascapanen telah banyak
dikembangkan. Kesemuanya berbasis pada pengetahuan ekologi serangga.
Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil
dibandingkan lingkungan alami dan ketersediaan pangan yang melimpah. Karakter
penyimpanan ini menguntungkan hama gudang, walaupun adakalanya terjadi
kelangkaan sumber makanan. Serangga hama di penyimpanan, terutama hama-hama
penting adalah serangga yang telah teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan
baik, karena:
 Habitat penyimpanan merupakan reservoir alaminya
 Toleransinya yang tinggi terhadap faktor fisik di penyimpanan
 Keragaman perilaku makan pada berbagai bahan simpan
 Laju reproduksi yang tinggi
 Kemampuan yang tinggi dalam menemukan lokasi sumber makanan
 Kemampuan bertahan hidup dalam kondisi tanpa pangan
 Adaptasi morfologi (ukuran kecil, bentuk pipih, gerakan cepat dll.)
Studi ekologi yang dilakukan pada kondisi yang mirip dengan tempat
penyimpanan lebih berguna untuk mengembangkan program pengendalian. Dengan
demikian dapat diperoleh lebih banyak gambaran tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi distribusi dan kelimpahan hama pada kondisi nyata.
Interaksi antarindividu dan antar spesies
a. Intraspesifik (antarindividu)
Interaksi antarindividu dalam satu spesies menentukan distribusi dan kelimpahan
serangga. Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena
kesulitan untuk menemukan pasangan seksual misalnya. Ketika populasi bertambah,
laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan
dan kesesuaian lingkungan. Sejalan dengan pertambahan populasi yang tinggi, terjadi
kompetisi/persaingan untuk makan dan perkawinan sehingga menimbulkan efek
negatif bagi populasi. Pada spesies tertentu bahkan terjadi kanibalisme terhadap
serangga dalam stadium inaktif (telur dan pupa). Walaupun demikian, tekanan
populasi seperti ini jarang terjadi karena kecenderungan migrasi bila populasi
meningkat. Kompetisi umumnya terjadi pada populasi di penyimpanan yang kosong,
sarana transportasi maupun peralatan pengolahan di mana jumlah makanan relatif
sedikit.
b. Interspesifik (antarspesies)
Interaksi antarspesies juga mempengaruhi laju pertumbuhan suatu spesies
serangga. Berbagai pola interaksi ditemukan di penyimpanan, yaitu:
 Suksesi, yaitu pergantian dominansi spesies pada pernyimpanan kerena perubahan
lingkungan dan sumber makanan. Pada saat awal yang dominan adalah hama primer,
kemudian digantikan hama sekunder, selanjutnya mungkin serangga pemakan
cendawan atau sisa-sisa.
 Kompetisi, terjadi bila dua spesies hama memiliki relung ekologis yang sama
(bandingkan dengan suksesi dimana masing-masing spesies memiliki peran berbeda.)
 Predasi, bisa oleh spesies predator (misal kepik Xylocoris sp.) atau spesies hama yang
menjadi karnivor fakultatif pada kondisi ekstrim.
 Parasitisme, kebanyakan Hymenoptera famili Trichogrammatidae, Bethylidae, dan
Pteromalidae menjadi parasitoid hama gudang. Termasuk parasitisme adalah
serangan mikroorganisme seperti protozoa, bakteri dan cendawan entomophaga
penyakit terhadap hama pascapanen.
5. Ekologi Air Tawar
Ekologi air tawar sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Air tawar
sendiri penting karena ia adalah sumber air rumah tangga dan industri yang murah,
komponen air tawar merupakan merupakan daur hidrologis, dan ekosistem air tawar
merupakan sistem disporsal / pembuangan yang mudah dan murah
Beberapa faktor pembatas dalam Ekosistem air tawar diantaranya :
 Kejernihan.
 Temperatur.
 Arus.
 Oksigen.
 Garam biogenik dalam air.
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi
cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang
terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua
filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada
umumnya telah beradaptasi
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir.
1. Air tergenang/ lentik (asal kata lenis = tenang) contoh : danau, kolam, dan
rawa dan mangrove.
2. Air mengalir / lotik (asal kata lotus = tercuci) contohnya: mata air, aliran
air/sungai dan selokan.
C. KOMPONEN EKOSISTEM
1. Komponen Abiotik
Beberapa komponen abiotik diuraikan sebagai berikut:
a. Udara
Udara di atmosfer tersusun atas Nitrogen (N2, 78%), Oksigen (O2, 21%),
Karbondioksida (CO2, 0,03%) dan gas lainya. Unsur nitrogen merupakan gas yang
diperlukan oleh mahluk hidup untuk membentuk protein dan persenyawaan lainya.
Oksigen (O2) merupakan gas pembakar dalam proses pernapasan (respirasi) yang
terjadi di dalam sel dalam menghasilkan energi. Karbondioksida sangat diperlukan
untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis adalah gula dan oksigen.
b. Air
Sekitar 80-90% tubuh mahluk hidup tersusun atas air. Zat ini digunakan
sebagai pelarut dalam sitoplasma, untuk menjaga tekanan osmosis sel, mencegah sel
dari kekeringan, sebagai bahan dalam proses fotosintesis, dan sebagai media hidup dari
berbagai mahluk hidup.
c. Mineral
Mineral yang diperlukan tumbuhan diperoleh dalam bentuk ion-ion yang larut
dalam air tanah. Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme
tubuh dan untuk menyusun tubuh. Selain itu, mineral-mineral juga berfungsi untuk
menjaga keseimbangan asam basa tubuh dan mengatur fungsi faal tubuh.
d. Cahaya
Cahaya matahari digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis. Tanpa cahaya
matahari tumbuhan tidak dapat hidup dan selanjutnya mahluk hidup yang lain tidak
dapat hidup, karena karena mendapat makanan.
e. Suhu
Mahluk hidup rata-rata dapat hidup dalam kisaran suhu 00C-400C. Hanya
mahluk hidup tertentu dapat hidup dibawah suhu 00C atau diatas 400C. Suhu rendah
tidak mematikan sebagian mahluk hidup, namun menyebabkan mahluk hidup itu
seolah-olah terhenti hidupnya atau disebut mengalami hibernasi.
2. Komponen Biotik
a. Produser
Semua organisme berhijau daun (berklorofil) tergolong produser. Karena
memiliki klorofil organisme produser dapat mengubah zat anorganik menjadi organik
melalui proses fotosintesis. Organisme yang mampu menyusun zat organik untuk
makanannya sendiri disebut organisme autotrof.
6H2O + 6 CO2 C6H12O6 + 6 O2 + 6 H2O
b. Konsumer
Makhluk hidup yang tidak memiliki klorofil tidak mampu membuat
makanannya sendiri. Mahluk hidup ini disebut sebagai heterotrof atau konsumer.
Hewan-hewan yang secara langsung memakan tumbuhan disebut herbivor. Hewan
pemakan herbivor disebut karnivor. Hewan yang menangkap dan memangsa hewan
lain disebut predator. Diantara konsumer terdapat beberapa tingkatan, yaitu herbivor
atau konsumen I sebagai pemakan tumbuhan, konsumen II sebagai pemakan
konsumen I, konsumen III sebagai konsumen II dan seterusnya.
c. Pengurai
Pengurai atau dekomposer adalah mikroorganisme yang berperan untuk
menguraikan tubuh mahluk hidup lain yang telah mati atau sampah. Mahluk hidup
yang tergolong pengurai adalah jamur dan bakteri. Pengurai dapat mengubah zat
organik menjadi zat anorganik yang pada nantinya dimanfaatkan kembali oleh
tumbuhan.

d. Detritivor
Sisa-sisa tumbuhan dan hewan dapat berupa serpihan-serpihan kecil yang
disebut detritus. Hewan-hewan pemakan detritus disebut detritivor. Contohnya cacing
tanah, rayap, kutu kayu, dan kluwing. Di dalam ekosistem terdapat juga hewan
kelompok lain, yaitu scavenger, merupakan hewan pemakan bangkai.
D. Peranan Komponen Ekosistem
Pola-pola interaksi melibatkan melibatkan faktor-faktor biotik dan abiotik,
rantai makanan dan jaring-jaring makanan, aliran energi, piramida ekologi, dan daur
biogeokimia yang berlangsung pada tingkat individu, populasi dan komunitas.
Interaksi komponen biotik dalam suatu lingkungan akan membentuk rantai makanan
dan berkembang menjadi jaring-jaring makanan. Keduanya akan menentukan
terjadinya aliran energi dan daur materi yang berupa daur biogeokimia.
1. Rantai Makanan
Jalur makan dan dimakan dari organisme pada suatu tingkat trofik ke tingkat
trofik berikutnya membentuk urutan dan arah tertentu disebut rantai makanan.
Semua mahluk hidup yang hidup secara heterotof memakan tumbuhan atau hewan
lain. Sebagai produser, tumbuhan menyediakan makanan bagi mahluk hidup lainnya.
Rantai makanan dapat dimulai bukan dari produsen, tetapi dapat dimulai dari
detritus. Sisa organisme seperti kotoran hewan, dedaunan, dan ranting yang gugur
diuraikan oleh organisme pengurai (dekomposer).
2. Aliran Energi
Produser mendapatkan energi dari cahaya matahari untuk menyusun zat
organik. Energi ini digunakan untuk menyusun gula. Jadi energi diubah dari energi
cahaya menjadi energi kimia. Jadi energi mengalir dari matahari ke produser, ke
konsumer I, ke konsumer II, ke konsumer III, dan seterusnya. Aliran energi berakhir
pada pengurai. Di dalam proses penguraian, energi dilepaskan dalam bentuk panas
yang tersebar ke lingkungan, dan tidak dapat dimanfaatkan. Energi yang masuk ke
dalam tubuh hewan dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk glikogen dan
persenyawaan lainnya untuk bergerak, metabolisme tubuh, menanggapi rangsang,
berkembang biak, berubah dalam bentuk panas dilepaskan ke lingkungan, dan
disimpan dalam bentuk jaringan tubuh.
3. Jaring-jaring Makanan
Proses makan dan dimakan yang terjadi di alam sangat kompleks. Karena itu,
selain digambarkan dalam bentuk rantai makanan, juga digambarkan dalam bentuk
jaring-jaring makanan. Satu jenis konsumer II mungkin memiliki mangsa lebih dari
satu jenis hewan.
Jaring-jaring makanan memperlihatkan hubungan populasi satu dengan
populasi lainnya. Jaring-jaring yang menggambarkan hubungan makan dan dimakan
tersebut agar kelangsungan hidup setiap populasi terjamin. Semakin kompleks jaring-
jaring makanan menunjukkan semakin kompleks aliran energi dan aliran makanan.
Hal inilah yang menyebabkan kestabilan komunitas dan kestabilan ekosistem.
4. Piramida Ekologi
Para ahli ekologi menggambarkan struktur trofik suatu ekosistem dalam bentuk
piramida ekologi. Jika digambarkan, piramida memiliki bentuk yang ujungnya
semakin meruncing. Piramida ekologi terdiri dari piramida energi, piramida biomassa,
dan piramida jumlah.
Piramida energi, dapat memberikan gambaran lebih akurat tentang aliran
energi pada suatu ekosistem. Piramida energi menggambarkan banyaknya energi yang
tersimpan dalam bentuk senyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan
makanan. Energi yang tersimpan tersebut disebut sebagai produksi primer.
Piramida biomassa , Biomassa adalah berat total komponen biotik pada area
tertentu pada suatu saat. Biomassa tumbuhan diukur dari berat akar, batang, daun,
bunga, dan buah. Biasanya diukur berat kering per-m2. Piramida biomassa dibuat
berdasarkan berat total populasinya pada suatu waktu. Piramida biomassa pada
umumnya juga berbentuk menyempit dari dasar ke puncak karena perpindahan energi
antara tingkat trofik sangat tidak efesien. Untuk mengukur biomassa dilakukan dengan
teknik sampling (cuplikan) guna memperkirakan berat secara keseluruhan. Sebagai
contoh, sebidang padang rumput mampu menghasilkan 1000 kg rumput kering.
Rumput kering tersebut dapat dipergunakan untuk menghasilkan 100 kg daging sapi,
yang selanjutnya akan dipergunakan untuk menambah 10 kg berat tubuh seorang
manusia. Di beberapa ekosistem, misalnya ekosistem akuatik, piramida biomassa dapat
berbentuk terbalik. Pada ekosistem ini, biomassa konsumen dapat melebihi biomassa
produsen karena ganggang sebagai produsen berreproduksi sangat cepat. Puncak
piramida biomassa memiliki biomassa terendah yang berarti jumlah individunya
sedikit, karena individu karnivora puncak umumnya bertubuh besar.
Piramida jumlah individu menggambarkan jumlah individu dalam populasi
yang menempati tingkat trofik tertentu. Jumlah organisme yang menempati tingkat
trofik I memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan tingkat trofik II, tingkat trofik II
memiliki jumlah individu lebih banyak dibandingkan tingkat trofik III, dan demikian
seterusnya. Tingkat trofik yang paling tinggi memiliki jumlah paling kecil. Piramida
jumlah umumnya berbentuk menyempit ke atas. Namun dapat terjadi piramida
terbalik (atau sebagian terbalik), yaitu dasar piramida lebih kecil daripada tingkat di
atasnya. Kondisi tersebut terjadi jika ukuran tubuh konsumen lebih kecil daripada
ukuran tubuh produsen.
5. Daur Biogeokimia
Zat karbon, air, nitrogen, belerang, dan zat-zat lainnya yang diperlukan mahluk
hidup secara terus menerus didaur ulang dalam ekosistem. Di dalam daur ulang
materi, zat-zat tersebut menjadi bagian tubuh mahluk hidup. Mahluk hidup kemudian
mati dan zat-zat tersebut masuk ke dalam tanah karena pengurai. Zat-zat terssebut
selanjutnya dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk membentuk makanan dan tubuh
mahluk hidup. Secara singkat, daur ulang materi itu adalah sebagai berikut.
Tubuh hewan/tumbuhan → mati, diuraikan → masuk ke tanah → diserap
tumbuhan → reaksi-reaksi kimia menjadi zat makanan → dimakan hewan → tubuh
hewan → mati, diuraikan
Dengan demikian materi tersebut telah melalui daur yang dikenal sebagai daur
biogeokimia, karena berlangsungnya melalui tubuh mahluk hidup, tanah, dan reaksi-
reaksi kimia. Daur biogeokimia itu diperlukan untuk kelestarian mahluk hidup dan
ekosistem. Daur biogeokimia meliputi daur nitrogen, daur zat karbon, oksigen, daur
belerang, daur fosfor, dan lain-lain.
a. Daur Air
Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari air di
daratan dan laut yang menguap karena panas cahaya matahari. Uap air di atmosfer
terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan dan laut dalam bentuk hujan. Air
hujan di daratan masuk ke dalam tanah membentuk air permukaan tanah dan air
tanah. Tumbuhan darat menyerap air yang ada di dalam tanah. Kemudian melalui
transpirasi, uap air dilepaskan oleh tumbuhan ke atmosfer. Hewan memperoleh air
langsung dari air permukaan serta dari tumbuhan dan hewan yang dimakan,
sedangkan manusia menggunakan sekitar seperempat air tanah. Air tanah dan air
permukaan sebagian mengalir ke sungai, Kemudian ke danau dan ke laut.
b. Daur Karbon
Unsur karbon terdapat di atmosfer dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2).
Karbon dioksida masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen. Produsen di
darat dan akuatik menggunakan karbon dioksida untuk membentuk bahan organik
berupa senyawa karbon, yaitu glukosa. Glukosa dihasilkan oleh produsen melalui
proses fotosintesis. Bahan organik yang mengandung unsur karbon tersebut ditransfer
ke hewan dan manusia secara langsung maupun tidak langsung melalui rantai
makanan. Respirasi oleh organisme autotrof dan heterotrof menghasilkan karbon
dioksida. Pada tumbuhan, bahan organik yang mengandung banyak karbon terdapat
dalam batang atau kayu. Pada hewan dan manusia, bahan organik yang mengandung
karbon terdapat pada tulang. Tumbuhan, hewan, dan manusia yang mati akan
diuraikan antara lain menjadi karbon dioksida. Di kerak bumi terdapat karbon dalam
bentuk batu bara dan minyak bumi (bahan bakar fosil). Jumlah karbon dioksida di
atmosfer bervariasi bergantung musim dan penggunaan bahan bakar oleh manusia,
sehingga memungkinkan terjadi ketidakseimbangan. Pada perairan, karbon dioksida
dapat larut dalam air dan diserap langsung oleh organisme autotrof. Karbon dioksida
yang dihasilkan oleh respirasi organisme perairan dapat membentuk ion bikarbonat.
Ion bikarbonat merupakan sumber karbon dioksida bagi organisme perairan.
Beberapa organisme akuatik seperti kelompok moluska, menggunakan karbon dioksida
terlarut di air dengan kalsium membentuk kalsium karbonat (CaCO 3). Kalsium
karbonat merupakan bahan penyusun cangkang. Jika mati, cangkang yang hancur oleh
air dapat menghasilkan karbon dioksida.
c. Daur Nitrogen
Unsur nitrogen sebagian besar terdapat di atmosfer dalam bentuk gas Nitrogen
(N2). Gas nitrogen mencakup 78% dari berbagai gas yang ada di atmosfer. Hanya
sedikit organisme yang dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk N2. Organisme
yang dapat mengikat (fiksasi) nitrogen adalah bakteri. Bakteri pengikat nitrogen yang
hidup bebas misalnya Azotobacter sp. yang bersifat aerob (memerlukan O2) dan
Clostridium sp. yang bersifat anaerob (tidak memerlukan O2). Nitrogen yang diikat oleh
bakteri tersebut diubah menjadi amonia (NH3). Nitrogen dapat diserap oleh tumbuhan
dalam bentuk amonia. Penguraian nitrogen menjadi amonia disebut amonifikasi.
Amonia kemudian dirombak oleh bakteri nitrit Nitrosomonas dan Nitrosococcus
menjadi ion nitrit (NO2-). Ion nitrit selanjutnya dirombak oleh bakteri nitrat
Nitrobacter menjadi ion nitrat (NO3-). Nitrogen dalam bentuk ion nitrat selain diserap
oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan nitrogennya, juga digunakan oleh bakteri
tanah untuk memperoleh oksigen. Proses perombakan ion nitrat oleh bakteri
denitrifikasi menghasilkan nitrogen. Nitrogen yang dihasilkan akan kembali ke
atmosfer.
d. Daur Belerang (Sulfur)
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri
menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau
hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali mematikan mahluk hidup di perairan
dan pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang mati.
Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat terjadi
melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan
komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur,
antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi
sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri
fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur
dioksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.
e. Daur Fosfor
Fosfor merupakan elemen penting dalam kehidupan karena semua makhluk
hidup membutuhkan fosfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber
energi untuk metabolisme sel. Fosfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO 43-).
Ion Fosfat terdapat dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan
menyebabkan fosfat terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya
pergerakan dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke
permukaan. Seluruh hewan mengeluarkan fosfat melalui urin dan feses. Bakteri dan
jamur mengurai bahan-bahan anorganik di dalam tanah lalu melepaskan fosfor
kemudian diambil oleh tumbuhan.

E. Interaksi Antar Komponen dalam Ekosistem


Suatu makhluk tunggal dalam ekosistem disebut individu. Interaksi antar
individu yang satu dengan yang lain dalam spesies yang sama dalam suatu ekosistem
membentuk populasi. Interaksi antar populasi dalam suatu ekosistem membentuk
komunitas. Interaksi antar populasi dapat berupa Simbiosis Mutualisme (hubungan
saling menguntungkan), misalnya bunga dengan kupu-kupu. Simbiosis Parasitisme
(hubungan populasi yang satu untung dan yang lain dirugikan) misalanya kutu dan
anjing, Simbiosis Komensalisme (yang satu diuntungkan dan yang lain tidak
dirugikan), Amensalisme (yang satu dirugikan yang lain tidak diuntungkan atau tidak
dirugikan), Predatorisme (yang satu memakan yang lain), Netralisme (tidak
diuntungkan dan tidak dirugikan), dan Kompetisi (berebut untuk mendapatkan
sumber daya).
Lingkungan tempat hidup organisme tersebut disebut habitat. Sementara
peranan suatu organisme dalam lingkungannya disebut nisia (niche). Perbedaan antara
habitat dengan nisia, dapat dikatakan bahwa habitat adalah alamat suatu organisme,
sedangkan nisia adalah pekerjaan suatu organisme dalam lingkungannya. Interaksi
antara komponen abiotik membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem. Contohnya
ekosistem pantai, sungai, sawah, hutan, dan lain-lain. Interaksi antara ekosistem di
permukaan bumi ini membentuk biosfer atau ekosfer.

F. Hubungan Kegiatan Manusia dengan Masalah Perusakan dan Pemeliharaan


Lingkungan
Manusia terus berupaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan, untuk itu
mereka perlu sumber daya dari lingkungan. Sering kali kegiatan manusia yang
bertujuan mulia, baik langsung maupun tidak langsung berpotensi untuk merusak
keseimbangan lingkungan. Keseimbangan lingkungan yang bergeser ke arah negatif
disebabkan oleh pengerusakan terhadap lingkungan secara terus menerus. Parahnya
kerusakan lingkungan di suatu wilayah dapat berdampak pada wilayah lainya akibat
interaksi antar komponen lingkungan. Dampak berantai ini tidak hanya terjadi pada
lingkungan lokal saja namun dapat menimbulkan dampak pada lingkungan yang lebih
luas.
Selain mengambil sumber daya alam secara berlebihan manusia juga kerap
melakukan pencemaran terhadap lingkungan, yang sangat berpotensi untuk
mengakibatkan gangguan kesehatan, punahnya spesies baik tumbuhan maupun hewan,
kerusakan lingkungan, serangan hama dan penyakit, terjadi hujan asam, rusaknya
lapisan ozon dan pemanasan global.
Lingkungan yang seimbang memiliki daya lenting yang tinggi, keseimbangan
lingkungan ini ditentukan oleh seimbangnya energi yang masuk dan yang digunakan,
seimbangnya antara bahan makanan yang terbentuk dengan yang digunakan,
seimbangnya antara faktor abiotik dan biotik. Gangguan terhadap salah satu faktor itu
dapat mengakibatkan keseimbangan terganggu.

G. Daya Lenting dan Daya Dukung Lingkungan


Suatu ekosistem (sistem lingkungan) dapat berkembang mencapai klimaks
(keadaan ekosistem yang paling stabil dan seimbang). Ekosistem memiliki daya lenting,
berarti ekosistem memiliki kemampuan untuk pulih dari kerusakan. Namun bila
melebihi daya lenting, maka akan membentuk kestabilan baru yang kualitasnya lebih
rendah dari keadaan lingkungan sebelumnya.
Di samping memiliki daya lenting, lingkungan juga memilki daya dukung
berarti lingkungan memiliki kemampuan untuk menjaga kehidupan agar mahluk yang
hidup dapat hidup dan tumbuh secara wajar. Jika daya dukung lingkungan lebih
rendah dari populasi, maka akan terjadi kompetisi dan menyebabkan ada mahluk
hidup yang mati. Sehingga berdampak terbentuknya keseimbangan baru.
Daya dukung lingkungan dapat ditingkatkan oleh manusia dengan
memanfaatkan teknologi. Misalnya suatu areal hanya mendukung 500 ekor sapi, daya
dukung tersebut dapat ditingkatkan 750 ekor sapi. Misalnya dengan pemupukan,
pemberian rumput agar lebih subur. Penyemprotan, pemupukan pemilihan bibit
unggul, pengairan yang baik, pemberantasan hama dan penyakit merupakan usaha
manusia untuk meningkatnya daya dukung lingkungan. Namun daya dukung terbatas
sehingga tidak dapat ditingkatkan tanpa batas.
Kerusakan lingkungan lebih disebabkan karena penambahan populasi yang
cepat, sehingga meningkatnya kebutuhan akan sumber daya seperti: tempat tinggal,
pertanian, dan fasilitas umum. Sehingga lingkungan akan lebih banyak dirusak untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Perkembangan IPTEK memacu industri untuk memenuhi kebutuhan populasi
yang terus meningkat. Akibatnya adalah sebagai berikut.
1. SDA yang diambil dari lingkungan lebih besar baik macam maupun jumlah.
2. Industri mengeluarkan limbah yang mencemari lingkungan.

3. Konsumsi rumah tangga menghasilkan limbah rumah tangga yang mencemari


lingkungan.

4. Munculnya bahan sintentik dalam lingkungan seperti: pestisida, dan obat yang
meracuni lingkungan.

Semua akibat tersebut mempengaruhi daya lenting dan dukung lingkungan.


Semakin kecilnya daya lenting, artinya waktu yang diperlukan untuk lingkungan pulih
dari kerusakan akan semakin lama. Karena terjadinya kerusakan lingkungan maka
daya dukung lingkungan semakin besar, artinya lingkungan tidak lagi menyediakan
sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan organisme yang ada di
dalamnya.
Perubahan pada lingkungan akibat kerusakan dan pencemaran lingkungan
ialah beberapa spesies yang tumbuhan dan hewan yang punah, adanya bahan
pencemar pada daging dan tumbuhan yang dikonsumsi. Dampak pencemaran tidak
hanya dirasakan secara lokal maupun regional, melainkan juga dirasakan secara
global. Contoh, munculnya pemanasan global adalah sebagai akibat meningkatnya
kadar CO2 di udara yang dihasilkan dari proses pembakaran, uap air (H 2O), Nitrat
Oksida (NO2), Metana (CH4) yang dihasilkan dari kotoran ternak dan
ChlorofluoroCarbon (CFC) yang dihasilkan dari bahan pendingin kulkas dan AC,
penggunaan aerosol pada hairspray, parfum dan obat nyamuk, styrofoam. Kandungan
bahan tersebut semakin tinggi didukung pula oleh banyaknya hutan yang ditebang,
sehingga tidak dapat menyerap CO2. Karena meningkatnya kadar bahan tersebut di
atmosfer, cahaya yang masuk ke bumi tidak dapat dipantulkan lagi ke angkasa, sebab
terperangkap oleh gas tersebut..Akibatnya suhu udara di permukaan bumi meningkat.
Inilah yang disebut efek rumah kaca. Jika hal ini terjadi terjadi terus-menerus es di
kutub akan mencair yang berakibat naiknya permukaan air laut yang
menenggelamkan daerah pantai.

H. Pemanfaatan Sumber Daya Alam


Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang tersedia di alam dan
dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. SDA dibagi menjadi dua yaitu SDA yang
dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui.
Persebaran sumber daya alam tidak selamanya melimpah. Ada beberapa
sumber daya alam yang terbatas jumlahnya. kadang-kadang dalam proses
pembentukannya membutuhkan jangka waktu yang relatif lama dan tidak dapat di
tunggu oleh tiga atau empat generasi keturunan manusia.
SDA juga dapat dibagi menjadi dua yaitu SDA hayati dan SDA non-hayati.
1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati (Biotik)
SDA hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk hidup (biotik) seperti hasil
pertanian, perkebunan, pertambakan, dan perikanan. Sumber daya hayati adalah salah
satu sumber daya dapat pulih atau terbarukan (renewable resources) yang terdiri atas
flora dan fauna. Sumber daya hayati secara harfiah dapat diartikan sebagai sumber
daya yang mempunyai kehidupan dan dapat mengalami kematian. Jenis-jenis sumber
daya hayati di antaranya adalah pohon, ikan, rumput laut, plankton, zooplankton,
fitoplankton, harimau, semut, cacing, rumput laut, terumbu karang, dan sebagainya
a. Hewan
Hewan di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu hewan liar dan hewan
piaraan. Hewan liar ialah hewan yang hidup di alam bebas dan dapat mencari makan
sendiri, misalnya dari jenis burung, ikan dan serangga. Hewan piaraan ialah hewan
yang dipelihara untuk sekadar hobi atau kesenangan semata, misalnya burung
perkutut, marmut, kucing dan kakaktua. Hewan ternak ialah hewan yang
dikembangbiakkan untuk kemudian dimanfaatkan atau diperjualbelikan.
b. Tumbuhan
 Hutan
Hutan merupakan sebuah areal luas yang ditumbuhi beraneka ragam pepohonan.
Hasil hutan yang dapat dimanfaatkan oleh kita yaitu: kayu (jati, pinus, cemara,
cendana), damar, rotan, bambu dll.
 Pertanian
Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan, antara lain
padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, bawang dan berbagai macam buah-
buahan, seperti jeruk, apel, mangga, dan durian. Indonesia dikenal sebagai negara
agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai pencaharian di bidang
pertanian atau bercocok tanam.
 Perkebunan

Jenis tanaman perkebunan yang ada di Indonesia meliputi karet, cokelat, teh
tembakau, kina, kelapa sawit, kapas, cengkih dan tebu. Berbagai jenis di antara
tanaman tersebut merupakan tanaman ekspor (kegiatan mengirim barang ke luar
negeri) yang menghasilkan devisa (tabungan bagi negara).

2. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Non-Hayati


SDA non-hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk tak hidup (abiotik). Seperti:
air, tanah, barang-barang tambang.

a. Air
Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain
untuk minum, mandi dan mencuci, air bermanfaat juga:
 sebagai sarana transportasi
 sebagai sarana wisata/rekreasi
 sebagai sarana irigasi/pengairan
 sebagai PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
b. Udara
Udara yang bergerak dan berpindah tempat disebut angin. Lapisan udara yang
menyelimuti bumi disebut atmosfer. Lapisan Ozon berfungsi untuk melindungi bumi
dari sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. Angin dapat dimanfaatkan juga
sebagai sumber energi dengan menggunakan pembangkit listrik kincir angin.
c. Tanah
Tanah adalah lapisan kulit bumi bagian atas yang terbentuk dari pelapukan
batuan dan bahan organik yang hancur oleh proses alamiah. Tanah banyak
dimanfaatkan untuk menanam sumber daya alam pertanian. Pertanian meliputi
tanaman untuk makanan pokok, seperti padi, jagung dan sagu. Palawija terdiri dari
ubi-ubian dan kacang-kacangan; dan holtikultura yang meliputi berbagai jenis sayuran
dan buah-buahan.
d. Batu Bara
Batu bara berasal dari tumbuhan purba yang telah mati berjuta-juta tahun
yang lalu. Batu bara banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan industri
dan rumah tangga.
e. Minyak Bumi
Minyak bumi berasal dari hewan (plankton) dan jasad-jasad renik yang telah
mati berjuta-juta tahun. Berikut ini jenis-jenis minyak bumi:
 Avtur untuk bahan bakar pesawat terbang;
 Bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor;
 Kerosin untuk bahan baku lampu minyak;
 Solar untuk bahan bakar kendaraan diesel;
 LNG (Liquid Natural Gas) untuk bahan bakar kompor gas;
 Oli ialah bahan untuk pelumas mesin;
 Vaselin ialah salep untuk bahan obat;
 Parafin untuk bahan pembuat lilin; dan
 Aspal untuk bahan pembuat jalan (dihasilkan di Pulau Buton)
f. Besi
Berasal dari bahan yang bercampur dengan tanah, pasir dan sebagainya. Besi
merupakan bahan endapan dan logam yang berwarna putih. Timah berasal dari bijih-
bijih timah yang tersimpan di dalam bumi.
Selain itu adapun hasil tambang lainnya seperti :
1. Tembaga: Merupakan jenis logam yang berwarna kekuning-kuningan, lunak dan
mudah ditempa.
2. Bauksit: Sebagai bahan dasar pembuatan alumunium.
3. Emas dan Perak: Untuk perhiasan
4. Marmer: Untuk bahan bangunan rumah atau gedung
5. Belerang: Untuk bahan obat penyakit kulit dan korek api
6. Yodium: Untuk obat dan peramu garam dapur beryodium
7. Nikel: Untuk bahan pelapis besi agar tidak mudah berkarat.
8. Gas Alam: Untuk bahan bakar kompor gas
9. Mangan: Untuk pembuatan pembuatan besi baja
10. Grafit: Bermanfaat untuk membuat pensil

Anda mungkin juga menyukai