Anda di halaman 1dari 7

Peningkatan Unjuk Kerja Motor Diesel dengan Penambahan Pemanas Solar (Rahardjo Tirtoatmodjo)

Peningkatan Unjuk Kerja Motor Diesel dengan


Penambahan Pemanas Solar

Rahardjo Tirtoatmodjo, Willyanto


Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin − Universitas Kristen Petra

Febrian Willyanto
Alumnus Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin − Universitas Kristen Petra

Abstrak

Tidak sempurnanya proses pembakaran merupakan masalah yang akan dijumpai dalam
usaha peningkatan kinerja motor diesel. Proses pencampuran udara dan bahan bakar yang
kurang baik menjadi salah satu faktor penyebab ketidak sempurnaan tersebut.
Dengan melakukan pemanasan terhadap solar sampai temperatur tertentu sebelum masuk
ke dalam pompa tekanan tinggi akan menyebabkan penurunan density dan viskositas solar,
sehingga bila diinjeksikan ke dalam ruang bakar akan membentuk butiran kabut bahan bakar
yang lebih halus yang akan menyebabkan proses pencampuran bahan bakar dan udara menjadi
lebih homogen. Disamping itu, dengan temperatur yang lebih tinggi akan membuat solar menjadi
lebih mudah terbakar sehingga dapat mengimbangi singkatnya waktu yang tersedia untuk
pembakaran pada putaran tinggi.
Pemanasan solar dapat dipergunakan sebagai salah satu cara untuk menyempurnakan proses
pembakaran sehingga dihasilkan peningkatan daya dan penurunan konsumsi bahan bakar yang
optimal.

Kata kunci : peningkatan daya, penurunan konsumsi bahan bakar, motor diesel, proses
pembakaran

Abstract

The imperfect combustion process will be a problem in the development effort of diesel engine’s
performance. Nonhomogen air–fuel mixing process is one of the factors which cause the imperfect
combustion.
By heating up the diesel fuel up to a certain temperature before it goes through the high pressure
injection pump will lower its density and viscosity. Therefore, when injected in the combustion
chamber, it will formed smaller droplets of fuel spray which result in a more homogenious air–fuel
mixture. Also by using higher temperature will make the diesel fuel easier to ignite in order to
compensate the limited time which is available in high speed operating conditions.
Diesel fuel heating can improve the combustion process to increase the power and decrease the
fuel consumption optimally.

Keywords: increase power, decrease fuel consumption, diesel engine, combustion process

1. Pendahuluan
Dalam kenyataannya pembakaran dalam
Kendaraan dengan tenaga penggerak motor motor diesel tersebut sering tidak dapat
diesel menjadi salah satu pilihan yang banyak berlangsung dengan sempurna. Jumlah bahan
disukai di Indonesia mengingat kemampuan bakar dalam ruang bakar yang tidak sesuai
yang dimilikinya dan terutama karena harga dengan kebutuhan, proses penginjeksian bahan
bahan bakarnya (solar) yang lebih murah bakar yang kurang baik atau kurang baiknya
dibanding dengan bahan bakar motor bensin. proses pencampuran bahan bakar dengan udara
dalam ruang bakar seringkali menjadi penyebab
ketidak sempurnaan proses pembakaran.
Catatan : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Untuk mengatasi permasalahan tersebut
Januari 2000. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada dilakukan pemanasan terhadap solar sebelum
Jurnal Teknik Mesin Volume 2 Nomor 1 April 2000. dinjeksikan ke dalam ruang bakar dengan

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra 127
http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 1999 : 127 - 133

tujuan untuk menurunkan viskositasnya agar pada sebuah multimeter digital yang digunakan
nantinya setelah diinjeksikan ke dalam ruang sebagai display.
bakar dapat membentuk butiran-butiran yang Elemen pemanas yang digunakan dihubung-
lebih halus dan menghasilkan campuran bahan kan dengan suplai listrik arus bolak-balik
bakar–udara yang lebih homogen. Setelah itu namun sebelumnya dilewatkan dulu ke sebuah
dilakukanlah pengujian pada motor diesel rangkaian potensiometer yang digunakan untuk
untuk melihat bagaimana perubahan yang mengatur besarnya panas yang dihasilkan oleh
terjadi pada unjuk kerja motor jika dilakukan elemen pemanas tersebut.
pemanasan terhadap bahan bakar yang Alat ini dipasang antara filter solar dan
digunakan dengan tujuan untuk menghasilkan pompa tekanan tinggi, sehingga dengan
daya yang lebih besar dan konsumsi bahan demikian solar yang akan masuk ke pompa
bakar yang lebih hemat dibandingkan dengan tekanan tinggi ini dapat diatur temperaturnya.
sebelum modifikasi.

2. Alat-alat Percobaan

2.1 Motor diesel dengan spesifikasi :

Motor diesel Isuzu - Direct Injection :


Model / tipe : 4JA1, 4 cylinder, OHV
diesel
Tipe mesin : Empat langkah, katup
atas, pendingin air
Tipe ruang bakar : Pengabutan langsung
Tipe silinder liner : Tipe kering dilapisi
chrome, stainless steel
Gambar 1. Rangkaian Peralatan yang Digunakan
Sistem gigi timing : Penggerak gigi dalam Percobaan
Jumlah silinder : 4
Garis tengah x langkah : 93 mm x 92 mm
(3,66 in x 3,62 in) 3. Teori Dasar
Jumlah ring piston : 2 ring kompresi dan 1
ring oli. 3.1. Pengukuran Daya
Isi silinder : 2499 cm3 ( 152,4 in3 )
Daya yang diukur oleh dynamometer dapat
Perbandingan dingin kompresi ( terhadap 1 ) :
dihitung dengan menggunakan rumus :
18,4
Tekanan kompresi : 31 kg/cm2 / 441 psi
2π P R Nd
Urutan pengabutan bahan bakar : BHP = (dk )
1 - 3 - 4 - 2 X
Timing pengabutan bahan bakar : di mana :
12 ° sebelum TMA BHP = brake horse power (dk)
Tipe bahan bakar yang digunakan : P = gaya aksi dynamometer (Newton)
SAE No. 2 diesel fuel R = panjang lengan dynamometer (m)
Putaran stasioner : 750 rpm Nd = putaran motor (rpm)
Daya maksimum : 86 Ps / 3900 rpm X = faktor pengonversi
Torsi maksimum : 17,5 kg.m / 2300 rpm
 ft.lb / det 
2.3 Alat pemanas solar = 33000  
 dk 
Pemanas solar ini terdiri dari sebuah tabung  kg.m / det 
yang mempunyai 1 saluran masuk dan 1 = 4500  
saluran keluar, dan terdapat elemen pemanas
 dk 
yang dipasang pada bagian bawahnya serta  N .m / det 
= 45000  
dilengkapi juga dengan sensor pengukur tem-  dk 
peratur yang diletakkan di dekat saluran pipa
keluar dalam tabung yang kemudian dihubung- Sedangkan tekanan efektif rata-rata (Brake
kan pada sebuah rangkaian pengkondisi sinyal Mean Effective Pressure) yang merupakn te-
supaya besarnya pengukuran dapat terbaca kanan rata-rata yang bekerja pada piston

128 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
Peningkatan Unjuk Kerja Motor Diesel dengan Penambahan Pemanas Solar (Rahardjo Tirtoatmodjo)

selama langkah kerja dapat dihitung ber- 641,567


dasarkan rumus : ηth = x 100 %
sfc . LHV
bmep =
0,45 N Z
A L i Nd
(kg / cm ) 2
di mana : ηth = Effisiensi thermis ( % )
LHV = Kalor Pembakaran Bawah
di mana : (Low Heating Value) dalam
N = tenaga kuda poros (dk) kkal / kg.
A = luas penampang torak(m2)
L = panjang langkah torak (m) Nilai kalor pembakaran bawah dapat dihitung
i = jumlah silinder dengan persamaan :
Z = 1 untuk motor 2 langkah
2 untuk motor 4 langkah kal
LHV = ( 16610 + 40. °API ) . 555,361552
Hubungan antara BHP dan bmep adalah kg
sebagai berikut :
bmep Vsil Np 141 ,5
BHP = di mana : °API = − 131 ,5
X SG SOLAR ( 60° F )
di mana :
Vsil = Volume pergeseran piston dengan SGSOLAR = specific gravity solar
= 0,815
π 2
= D L
4
Np = jumlah langkah kerja permenit 4. Prosedur Percobaan
= i. Nd/Z
Prosedur percobaan yang ditempuh dalam
3.2 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik pengambilan data :
(Specific Fuel Consumption) 1. Sebelum motor dihidupkan dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu terhadap
Merupakan ukuran pemakaian bahan bakar minyak pelumas, air pendingin, bahan
oleh suatu motor, biasanya diukur dalam sa- bakar dan semua perlengkapan percobaan
tuan massa bahan bakar per satuan keluaran yang lain.
daya. Atau juga bisa didefinisikan sebagai jum- 2. Menghidupkan motor pada putaran idle
lah bahan bakar yang dipakai oleh motor untuk 850 rpm selama 5 menit agar motor
menghasilkan tenaga satu HP selama satu jam. mencapai kondisi kerjanya.
Besarnya Specific Fuel Comsumption dapat 3. Membuka kran pemasukan air ke dynamo-
dihitung dengan persamaan : meter dengan tekanan air antara 3 – 4 bar,
 kg Bahan bakar  posisi pengereman pada 0 %.
3600 . m
sfc =   4. Melakukan pencatatan data mengenai
BHP . t  HP . jam  putaran motor, temperatur solar, jumlah
di mana : sfc = Specific Fuel Consumption return flow solar pada gelas ukur 2, dan
m = massa bahan bakar yang di- waktu konsumsi bahan bakar untuk 50 ml
konsumsi (kg) pada gelas ukur 1 dan gaya aksi dynamo-
= ρ . v meter.
BHP = daya yang dihasilkan motor 5. Meningkatkan posisi pengereman hingga 30
(HP) % dan dibiarkan konstan.
t = waktu yang diperlukan oleh 6. Menaikkan putaran motor secara bertahap
motor untuk mengkonsumsi 1000 rpm, 1250 rpm, 1500 rpm, 1750 rpm,
bahan bakar sebanyak m kg . 2000 rpm, 2250 rpm dan 2500 rpm.
(detik) 7. Sekali lagi melakukan pencatatan data
mengenai putaran motor, temperatur solar,
3.3 Effisiensi Thermis (Brake Thermal jumlah return flow solar pada gelas ukur 2,
Efficiency) waktu konsumsi bahan bakar untuk 50 ml
pada gelas ukur 1 dan gaya aksi dynamo-
Effiensi thermis didefinisikan sebagai efi- meter untuk setiap perubahan putaran
siensi pemanfaatan panas dari bahan bakar motor.
untuk diubah menjadi kerja mekanis. 8. Setelah langkah 7 selesai, beban diturunkan
Effiensi thermis dapat dihitung dengan per- hingga mencapai 0 %, dan putaran motor
samaan : diturunkan hingga putaran idle-nya, kemu-

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra 129
http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 1999 : 127 - 133

dian mematikan pompa saluran air


dynamometer lalu motor dimatikan dan Grafik daya fungsi putaran motor untuk beberapa
temperatur solar.
dibiarkan hingga temperaturnya turun 40
menjadi 40°C.
9. Setelah temperatur motor 40°C, motor
dihidupkan kembali dan percobaan diulangi
35
lagi mulai dari langkah 3 dengan tem-
peratur solar dinaikkan 10°C dan dijaga
konstan.
10. Penambahan temperatur ini dilakukan 30

sampai terlihat adanya penurunan daya


motor atau bila sampai temperatur yang

Daya motor / Brake Horse Power ( HP )


cukup tinggi tetapi masih belum menunjuk- 25

kan adanya penurunan daya.


11. Setelah pengujian selesai, beban dibebaskan
dengan mengembalikan posisi pengereman 20

ke 0%, kemudian putaran motor dikem-


balikan ke putaran idle lagi.
15

4. Hasil Percobaan Dan Analisa


10
Grafik torsi fungsi putaran motor untuk beberapa
temperatur solar.
120

100 0
850

1000

1250

1500

1750

2000

2250

2500
Putaran motor ( rpm )

T = 30°C T = 40°C T = 50°C T = 60°C T = 70 °C


80

Gambar 3. Grafik Daya Fungsi Putaran Motor


untuk Beberapa Temperatur Solar
Torsi ( N.m )

60
Dari grafik di atas (gambar 2 dan gambar 3)
tampak bahwa perubahan temperatur solar
akan diiringi dengan perubahan torsi serta daya
motor, dan terlihat bahwa dengan meningkat-
40 nya temperatur solar akan meningkatkan torsi
dan daya motor. Secara teoritis dapat dijelaskan
bahwa peningkatan ini disebabkan oleh
pemanasan solar yang mengakibatkan
kekentalan/viskositas solar akan menurun
20
sehingga saat diinjeksikan ke dalam ruang
bakar dapat membentuk butiran-butiran kabut
bahan bakar yang lebih halus, dengan kondisi
seperti ini maka proses pencampuran bahan
0 bakar dengan udara akan lebih homogen
850

1000

1250

1500

1750

2000

2250

2500

sehingga bahan bakar akan lebih mudah


Putaran motor ( rpm ) terbakar dan menyebabkan persentase bahan
T = 30°C T = 40°C T = 50°C T = 60°C T = 70 °C bakar yang terbakar akan meningkat.
Dengan semakin besarnya jumlah bahan
bakar yang terbakar maka peningkatan
Gambar 2. Grafik Torsi Fungsi Putaran Motor tekanan yang terjadi dalam ruang bakar akibat
untuk Beberapa Temperatur Solar pembakaran akan membesar yang pada

130 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
Peningkatan Unjuk Kerja Motor Diesel dengan Penambahan Pemanas Solar (Rahardjo Tirtoatmodjo)

akhirnya akan meningkatkan torsi dan daya maka dapat menyebabkan kerusakan pada
yang dihasilkan oleh motor bakar. motor itu sendiri, kenaikan tekanan yang
Peningkatan daya yang terjadi ini tidak terlalu besar ini dapat terjadi karena ledakan
berlanjut seiiring dengan peningkatan tem- bahan bakar terjadi dalam ruangan yang
peratur, seperti yang terlihat pada tabel bahwa semakin menyempit karena gerakan piston ke
peningkatan daya motor hanya terjadi sampai TMA. Oleh karena itu diharapkan dengan
solar mencapai temperatur 50°C dan selebihnya penyesuaian antara temperatur solar yang
bila solar terus dinaikkan temperaturnya maka disuplai dengan saat penginjeksian bahan
daya yang dihasilkan motor lebih kecil jika bakar akan dapat menghindari kerugian tenaga
dibandingkan dengan saat menggunakan solar yang terbuang sehingga tenaga yang tersedia
yang bertemperatur 50°C. untuk langkah kerja akan semakin besar.
Penurunan ini dapat terjadi karena dengan Bahkan mungkin saja dengan kombinasi
meningkatnya temperatur solar akan menye- temperatur solar dan pengaturan saat
babkan solar menjadi lebih mudah terbakar penginjeksian yang tepat dapat dihasilkan
sehingga akan mempersingkat periode per- tenaga yang lebih besar dibanding percobaan
siapan pembakaran (ignition delay). Periode saat menggunakan solar dengan temperatur
persiapan pembakaran dapat didefinisikan 50°C (yaitu peningkatan daya sebesar 4,1%).
sebagai waktu persiapan bahan bakar yang
Grafik sfc fungsi putaran motor untuk beberapa temperatur
diukur dari saat penginjeksian bahan bakar solar.
sampai bahan bakar tersebut mencapai kondisi 0.6000

penyalaan sendirinya (220 °C). Dengan mening-


0.5000
katkan temperatur solar akan menyebabkan
solar lebih cepat untuk mencapai kondisi 0.4000
sfc ( kg/HP.jam )

penyalaan sendirinya.
Perubahan daya ini tidak terlalu nampak
0.3000

pada putaran motor di bawah 1750 rpm terlihat 0.2000

dari kurva-kurvanya yang berimpitan, namun


untuk putaran motor yang lebih tinggi dari
0.1000

1750 rpm perubahan ini nampak semakin besar 0.0000

ditandai dengan kecenderungan kurva-kurva


850

1000

1250

1500

1750

2000

2250

2500
yang semakin berjauhan. Hal ini menunjukkan Putaran motor ( rpm )

kecenderungan bahwa pemakaian solar yang T = 30 °C T = 40 °C T = 50 °C T = 60 °C T = 70 °C

telah dipanasi akan lebih berpengaruh pada


putaran motor yang lebih tinggi, mengingat Gambar 4. Grafik Sfc Fungsi Putaran Motor untuk
pada putaran motor yang lebih tinggi Beberapa Temperatur Solar
diperlukan bahan bakar yang lebih cepat
terbakar karena keterbatasan waktu yang Dari grafik di atas nampak adanya pening-
tersedia untuk pembakaran yang semakin katan sfc bila solar dipanaskan lebih dari
singkat. temperatur 50°C (penurunan sfc rata-rata
Dalam hal ini perlu juga diperhatikan saat sebesar 23,4%). Peningkatan ini dapat terjadi
dimulainya penginjeksian bahan bakar pada karena pada temperatur yang lebih tinggi
saat mendekati akhir langkah kompresi, dan periode persiapan pembakaran akan semakin
hal ini harus disesuaikan dengan lamanya singkat. Dan bila terlalu singkat maka periode
periode persiapan pembakaran. Jika periode pembakaran cepat akan terjadi jauh sebelum
persiapan pembakaran terlalu singkat sedang- piston mencapai TMA (pada langkah kompresi)
kan saat penginjeksian bahan bakar cukup jauh sehingga tekanan puncak juga terjadi saat
sebelum piston mencapai Titik Mati Atas (TMA) piston belum mencapai TMA dan ini merupakan
maka tekanan puncak akibat pembakaran kerugian karena tekanan tersebut seharusnya
bahan bakar akan terjadi sebelum piston digunakan untuk langkah kerja. Dengan demi-
mencapai TMA, hal ini merupakan suatu kian daya yang dihasilkan akan berkurang dan
kerugian karena tenaga ledakan yang seharus- meningkatkan konsumsi bahan bakar spesifik.
nya digunakan untuk mendorong piston pada Bila motor bekerja pada putaran yang
langkah ekspansi/kerja menjadi berkurang semakin tinggi harga sfc-nya cenderung sema-
karena sebagian terbuang saat piston belum kin membesar, hal ini dapat disebabkan karena
mencapai TMA, selain itu bila kenaikan semakin tinggi putaran motor maka semakin
tekanan dalam ruang bakar terlalu besar singkat pula waktu yang tersedia untuk
melebihi kekuatan konstruksi motor tersebut pembakaran, singkatnya waktu yang tersedia

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra 131
http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 1999 : 127 - 133

ini menyebabkan sebagian bahan bakar tidak Efisiensi thermis suatu motor bakar dapat
sempat terbakar dan akhirnya terbuang begitu didefinisikan sebagai besarnya pemanfaatan
saja, dengan demikian maka semakin mening- panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan
katlah harga sfc yang terukur. bakar menjadi kerja mekanis. Panas/tenaga
Sedangkan pada saat motor bekerja pada yang diberikan oleh bahan bakar dapat dilihat
putaran yang semakin rendah harga sfc-nya melalui besarnya konsumsi bahan bakar,
juga cenderung membesar hal ini dapat sedangkan besarnya kerja mekanis dapat dili-
disebabkan karena adanya beban motor untuk hat dari daya motor yang dihasilkan. Sehingga
menjalankan peralatan penunjang misalnya harga dari efisiensi thermis ini akan di-
pompa injeksi bahan bakar, dimana besarnya pengaruhi oleh perubahan daya motor dan
beban ini adalah konstan. Pada saat putaran perubahan laju bahan bakar yang dikonsumsi
motor masih rendah maka daya yang dihasilkan oleh motor tersebut. Dimana peningkatan daya
juga masih kecil sehingga jika diberi beban yang disertai dengan penurunan laju konsumsi
maka akan semakin kecil lagi daya yang dapat bahan bakar suatu motor akan meningkatkan
digunakan dan pada akhirnya akan mening- efisiensi thermis, sebaliknya penurunan daya
katkan konsumsi bahan bakar spesifik. Pada serta peningkatan laju konsumsi bahan bakar
saat putaran motor sudah cukup tinggi maka akan menyebabkan penurunan efisiensi thermis
daya yang dihasilkan juga semakin tinggi motor bakar tersebut.
sedangkan besarnya beban ini tetap konstan Dengan demikian sesuailah bila dalam
sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap grafik nampak bahwa garis-garis sfc mem-
harga konsumsi bahan bakar spesifik. punyai bentuk yang berbalikan dengan garis–
Pada grafik sfc terhadap juga nampak garis efisiensi thermis, garis-garis sfc
adanya kecenderungan garis sfc untuk solar membentuk parabola yang terbuka ke atas
yang dipanasi mempunyai harga yang lebih sedangkan garis-garis efisiensi thermis
rendah untuk putaran motor yang tinggi (>2000 membentuk parabola yang terbuka ke bawah.
rpm) bila dibandingkan dengan solar yang tidak Dan dari grafik diatas terlihat bahwa efisiensi
dipanasi. maksimum terjadi pada termperatur solar 500 C
Kecenderungan ini dapat disebabkan karena (dengan kenaikan efisiensi rata-rata sebesar
dengan pemanasan akan membuat solar men- 36,67%).
jadi lebih mudah terbakar sehingga mem-
butuhkan waktu yang lebih singkat untuk
mencapai kondisi penyalaan sendirinya dan hal 6. Kesimpulan dan Saran
inilah yang nantinya akan mengkompensasi
keterbatasan waktu yang tersedia untuk pem- Setelah dilakukan pemanasan solar pada
bakaran pada saat putaran motor yang tinggi motor diesel Isuzu tipe 4JA1 ternyata mem-
sehingga persentase bahan bakar yang tidak bawa beberapa perubahan terhadap torsi, daya,
terbakar dapat dikurangi dan daya yang konsumsi bahan bakar spesifik dan efisiensi
dihasilkan juga lebih besar yang pada akhirnya thermis.
akan menurunkan harga sfc. Perubahan temperatur solar yang akan
diinjeksikan ke dalam ruang bakar sebuah
Grafik efisiensi thermis fungsi putaran motor untuk beberapa
motor diesel akan mempengaruhi torsi, daya,
temperatur solar. konsumsi bahan bakar spesifik serta efisiensi
70 thermisnya.
Temperatur solar yang paling ideal untuk
Brake Thermal Efficiency ( % )

60
motor diesel Isuzu tipe 4 JA 1 supaya meng-
50 hasilkan peningkatan daya dan penurunan
harga sfc yang optimal berdasarkan penelitian
40
ini yaitu dengan range putaran dari 850 rpm
30 sampai 2500 rpm adalah 50°C, dimana
dihasilkan peningkatan daya rata–rata sebesar
4,1 % dan penurunan sfc rata–rata sebesar 23,4
20

10 % bila dibandingkan dengan tanpa pe-


manasan solar (T solar = 30°C)
850

1000

1250

1500

1750

2000

2250

2500

Putaran motor ( rpm ) Saat ini jenis alat pemanas solar yang
T = 30°C T = 40°C T = 50°C T = 60°C T = 70°C
banyak terdapat di pasaran ialah dengan
memanfaatkan panas dari air radiator. Masalah
Gambar 5. Grafik Efisiensi Thermis Fungsi Putaran yang dapat timbul ialah jika alat tersebut tidak
Motor untuk Beberapa Temperatur Solar dapat menghasilkan output solar dengan

132 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra
http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
Peningkatan Unjuk Kerja Motor Diesel dengan Penambahan Pemanas Solar (Rahardjo Tirtoatmodjo)

temperatur seperti yang diharapkan. Sehingga 10. Sorensen, H. A., Energy Conversion System,
perlu ada suatu perubahan terhadap desain Canada : John Wiley & Sons, 1983
dari alat tersebut. Salah satu cara yang bisa
dilakukan ialah dengan membuat saluran by– 11. Stone, R., Introduction to Internal Combus-
pass air radiator sebelum masuk ke alat tion Engine, Warrendale, Pennsylvania:
SAE, 1993.
pemanas. Kemudian dengan memasang kran
pada saluran tersebut maka dapat diatur 12. Tirtoatmodjo, R., Penggerak Mula, Sura-
seberapa besar laju aliran volume air panas baya : Penerbit Universitas Kristen Petra,
yang melalui alat pemanas sehingga temperatur 1996.
keluaran dari solar dapat diubah–ubah sesuai
dengan kebutuhan. 13. Tirtoatmodjo, R., Teknik Pembakaran dan
Kelemahan sistem pemanas seperti ini ialah Bahan Bakar, Surabaya : Jurusan Teknik
pemanasan solar hanya dapat terjadi bila air Mesin UK Petra, 1995.
radiator telah cukup panas, sehingga bila air 14. Willyanto, F., “Analisis Pengaruh Pemanas-
radiator masih belum panas sistem ini belum an Solar Terhadap Unjuk Kerja Motor
dapat berfungsi. Hal ini dapat diatasi dengan Diesel Isuzu 2500 CC Tipe 4JA1”. Surabaya:
penggunaan pemanas solar elektrik (mengguna- U.K. Petra, 1999.
kan elemen pemanas), dengan demikian pema-
nasan solar dapat dilakukan tanpa tergantung
pada temperatur air radiator. Dan akan lebih
baik lagi bila dilengkapi juga dengan sistem
kontrol yang dapat mengatur keluaran tem-
peratur solar agar sesuai dengan keinginan.

Daftar Pustaka

1. Arismunandar, W., Motor Diesel Putaran


Tinggi, Bandung : Pradnya Paramita,
1975.
2. Arismunandar, W., Penggerak Mula – Motor
Bakar Torak, Bandung : Penerbit ITB,
1977.
3. Bosch, Diesel Fuel Injection, Germany :
Robert Bosch GmbH, 1994.
4. Gill, P. W., Fundamentals of Internal
Combustion Engine, New Delhi : Oxford &
IBH Publishing Company, 1967.
5. Haupais, A., Contribution à l’étude de la
combustion dans un moteur Diesel , Lyon :
Universite Claude Bernard, 1981.
6. Heywood, J. B., Internal Combustion Engine
Fundamentals, Singapore : Mc Graw Hill,
1989.
7. Maleev, V. L., Internal Combustion Engine,
Singapore : Mc Graw Hill, 1985.
8. Nursuhud, D., Diktat Pengantar Mesin
Mesin Konversi Energi , Surabaya : Fakultas
Teknologi Industri ITS, 1990.
9. Obert, E. F., Internal Combustion Engine
and Air Pollution, New York : Harper and
Row Publisher, 1973.

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra 133
http://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/

Anda mungkin juga menyukai