Keseimbangan
Keseimbangan
KESEIMBANGAN
Contoh
a. Kesetimbangan, cair (air) uap air
C = 1,P = 2 (cair dan uap), maka F = 1
Hanya satu variabel dapat diubah bebas, jika dipilih tekanan tertentu maka suhu
keseimbangan akan tertentu atau sebaliknya, jika dipilih suhu tertentu maka tekanan
keseimbangan akan tertentu.
b. Campuran biner (Metanol — air) dalam kesetimbangan uap — cair
C = 2 (metanol = 1; air = 1), P = 2 (cair dan uap), maka F = 2
Jadi untuk komposisi (konsentrasi) dan tekanan keseimbangan tertentu, maka suhu
keseimbangan akan tertentu pula. Untuk komposisi (konsentrasi) dan suhu keseimbangan
tertentu, maka tekanan keseimbangan akan tertentu pula. Jika dipilih suhu dan tekanan
keseimbangan tertentu, maka konsentrasi keseimbangan akan tertentu pula.
dengan:
= koefisien aktivitas komponen ‘i’ di fasa cair
= fraksi mole ‘i’ di fasa cair
= fugasitas komponen ‘i’ murni pada keadaan standar
i = koefisien fugasitas komponen ‘i’ di fasa uap
yi = fraksi mole ‘i’ di fasa uap
Pt = tekanan sistem
Jika tekanan uap murni komponen ‘i’ rendah dan Pt 1 atm, maka Untuk
dapat diganti
ini persamaan (3) dapat dituliskan menjadi:
Nilai yang menyatakan sifat ketidak-idealan sistem perlu diketahui, yang dapat dilakukan
dengan:
a. Melihat data pendekatan dari berbagai pustaka, untuk keadaan-keadaan tertentu.
b. Melakukan pendekatan dengan berbagai model:
Two-Suffix Margules
Van Laar
Wilson’s, dan lain-lain
Teori Termodinamika
Disamping itu hubungan keseimbangan suatu campuran, banyak yang sudah diteliti
berdasarkan percobaan di laboratorium. Hasil pengamatan laboratorium biasanya
memberikan nilai yang lebih baik daripada nilai pendekatan, tetapi percobaan di laboratorium
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal, sehingga merupakan alternatif akhir
suatu tahapan pengukuran.
Bila suatu campuran memenuhi sifat ideal, baik fasa gas dan fasa cairannya, maka
hubungan keseimbangannya dapat dinyatakan dengan Hukum Raoult dan Dalton:
dengan = tekanan uap murni yang dapat dicari dengan:
Dengan A, B, dan C adalah suatu tetapan yang berlaku untuk suatu komponen (kisaran
daerah suhu yang sempit) dengan suhu < 100° C, t = °C.
Dalam perhitungan teknik, korelasi keseimbangan dapat dinyatakan dengan:
Dengan : i = komponen I
yi = mol fraksi ‘i’ dalam fase uap
= mol fraksi ‘i’ dalam fase cair
Ki = tetapan seimbang
Hukum Henry menyatakan bahwa korelasi keseimbangan untuk sistem ideal dan
larutan yang cukup encer dapat dinyatakan dengan:
PA= HCA
Dengan : PA = tekanan parsial ‘A’ di fasa uap
CA = konsentrasi ‘A’ di fasa cair
H = tetapan Henry
Beberapa kurva keseimbangan untuk sistem dengan AB yang konstan dan sistem
dengan AB yang fungsi konsentrasi, pada Pt = 1 atm
Pada tekanan (P) yang tertentu, untuk komposisi yang berbeda maka suhu
keseimbangannya juga berbeda.
Superheated Vapor = daerah uap lewat panas
Saturated Liquid + Saturated Vapor = daerah dua fasa
Sub-cooled Liquid = daerah air lewat dingin
Bubble point = suhu tertentu dimana suatu campuran cairan mulai menguap
Dew point = suhu tertentu dimana suatu campuran gas mulai mengembun
Boiling point = sama dengan Dew atau Bubble Point untuk senyawa murni
Sistem Non
Ideal
Larutan non ideal akan membentuk kurva antara suhu dan komposisi yang berbeda
dengan bentuk kurva ideal (Gambar II.2.). Hal tersebut disebabkan karena larutan non-ideal
pada kondisi tertentu akan membentuk campuran azeotrop. Campuran azeotrop adalah
suatu keadaan dimana komposisi uap sama dengan komposisi cairannya atau dapat
dikatakan Dew Point = Bubble Point.
Azeotrop deviasi positif terjadi bila suhu didih campuran Iebih rendah daripada suhu
didih masing-masing komponen penyusunnya atau disebut dengan Minimum Boiling
Mixtures. Misalnya adalah campuran isopropanol dan propilen khlorida (gambar II.3.a)
Azeotrop deviasi negatif yaitu bila suhu didih campuran lebih tinggi daripada suhu didih
masing-masing komponen penyusunnya atau dapat disebut sebagai Maximum
Boiling Mixtures. Contohnya adalah campuran aseton dan kloroform (gambar II.3.b)
Contoh Soal :
Campuran n-oktan dan etilbensen pada tekanan 200 mmHg mempunyai kondisi ideal
pada kedua fasanya (cair — uap). Tentukan data yang menyatakan hubungan antara t - Y, t
- X, x - Y, pada keadaan tersebut.
Antoine Constants
Komponen
A B C
n-oktan 6,92377 1355,13 209,52
etil benzen 6,95719 1424,255 213,206
Tekanan, mmHg
Suhu, C 200 – P2 P1 – P2 Yi
n-oktan etil benzen
82,62 200,0 144,2 55,8 55,8 1 1
85 210,2 150,6 49,4 59,6 0,83 0,871
87 225,8 162,1 37,9 63,7 0,595 0,672
89 242,3 175,5 24,5 66,8 0,3668 0,445
91 259,7 188,5 11,5 71,2 0,1615 0,21
9267 275,1 200,0 0 75,1 0 0
Penyelesaian :
Titik didih pada tekanan 1 atm untuk metanol (A) = 64,7 °C dan untuk air (B) = 100
C. berdasarkan data ini maka perhitungan dibuat pada suhu di antara kedua titik didih
komponen penyusun campuran tersebut. Sebagai contoh pada suhu 80 °C, = 1362,5
mmHg, dan = 760 mmHg.
Selanjutnya, dengan cara yang sama data dari tabel berikut ini dapat dihitung:
t (C) pa pb x y
64,7 760 175,0 1,000 1,000 4,34
70 968,7 233,7 0,716 0,913 4,15
75 1165,6 289,1 0,537 0,834 4,03
80 1362,5 355,1 0,402 0,721 3,84
85 1600 433,6 0,280 0,590 3,69
90 2000 525,8 0,159 0,428 3,80
95 2400 633,9 0,071 0,224 3,79
100 2800 760 0,000 0,000 3,68
Nilai volatilitas relatif rata-.rata adalali 3,916 sehingga persamaan hubungan ‘x’ dan
‘y’ dapat dituliskan sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan ini dapat digambarkan kurva keseimbangan antara ‘x’ dan ‘y’.
Aplikasi sederhana
1. Flash distillation
2. Batch distillation
B. Keseimbangan Cair – Cair
Persetujuan bersama lambang yang digunakan (lambang ini bisa berbeda untuk
pustaka yang lain):
A = zat yang terlarut, zat yang terdistribusi (Solute)
B = pelarut I, pelarut umpan mula-mula (Diluent)
C = pelarut II, separating agent (Solvent)
Fase yang kaya diluent disebut rafinat, sedangkan fase yang kaya solvent disebut
ekstrak.
Hubungan keseimbangan antara konsentrasi-konsentrasi komponen di fase ekstrak
dan rafinat dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk kurva.
Di daerah heterogen
Di daerah 2 fasa
Mengandung ekstrak dan rafinat
̅
R E̅ ̅ ; R, E akan terletak pada garis lurus ̅ ̅ melalui ‘m’
Garis = garis seimbang = tie line = equilibrium line
E (ekstrak) banyak komponen (solvent)
R (rafinat) banyak komponen (diluent)
Disini juga berlaku persamaan:
Neraca massa total R + E = m
Neraca massa komponen solut RxR + ExE = mZm
Dan hubungan keseimbangan antara komposisi komponen di fase ekstrak dan rafinat.
Kurva keseimbangan di atas berlaku untuk suhu tetap. Pada suhu isoterm yang lain,
T1, T2, T3, ... dan seterusnya, maka bentuk kurvanya dapat berubah, sehingga daerah
hererogennya dapat menyempit atau bertambah luas. Selanjutnya suhu ekstraksi perlu diplih
sehingga daerah heterogennya cukup luas.
Koordinat siku –
siku
Koordinat siku-siku mempunyai bentuk yang lebih sederhana karena dalam menggambarkan
kurva tidak memperhitungkan komposisi diluent. Bila komposisi solut dan solven dalam fase
tersebut tertentu berarti komposisi diluent dalam fase tersebut dapat ditentukan (= 1- fraksi
solut-fraksi solven)
Koordinat atas dasar ‘Solvent Free’
Apabila kurva cabang ekstrak hanya pendek (Gambar II.8), sehingga untuk kalkulasi
kebutuhan stage idealnya menjadi kurang teliti. Untuk mengatasi hal ini dapat dicoba dasar
‘Solvent Free’ (Gambar II.9)
Misal A = styrene; B = ethylbenzen dan C = disthylene glycol, maka solvent
free basisnya adalah :
Universitas Gadjah Mada 1
Data Keseimbangan Sistem Cair — Cair
Campuran chloroform — asam asetat — air pada suhu 18 °C dan tekanan 1 atm (101,3 k
Pa).
Heavy phase (% berat) Light phase (% berat)
CH3CL H2O CH3COOH CH3CL H2O CH3COOH
99,01 0,99 0,00 0,84 99,16 0,00
91,85 1,38 6,77 1,21 73,69 25,10
80,00 2,28 17,72 7,30 48,58 44,12
70,13 4,12 25,75 15,11 34,71 50,18
67,15 5,20 27,65 18,33 31,11 50,56
59,99 7,93 32,08 25,20 25,39 49,41
55,81 9,58 34,61 28,85 23,38 47,87
XB XC XA XB XC XA
2. ‘A’ larut dalam ‘B’ Contoh Gambar 3.8. (Foust, et.al., 1980)
‘A’ larut dalam ‘C’
‘B’ sedikit larut dalam ‘C’