Anda di halaman 1dari 18

1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bumi yang kita tempati memiliki banyak rahasia alam yang tidak kita ketahui. Kita tidak pernah
mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi di muka bumi ini. Banyak kejadian-kejadian alam yang
mendatangkan pertanyaan bagi manusia. Salah satu kejadian alam yang sudah tidak asing di telinga
masyarakat yaitu gempa bumi.
Gempa bumi merupakan suatu peristiwa yang sangat sering terjadi di muka bumi ini. Salah
satunya di Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat rawan bencana alam
yang sangat tinggi. Indonesia sendiri memiliki titik-titik gempa yang tersebar diseluruh wilayah di
Indonesia.
Mungkin kita merasa biasa saja dengan bencana alam tersebut di Indonesia, tapi bencana
tersebut sudah sangat sering terjadi berulang-ulang di negara kita. Gempa bumi sudah menghancurkan
sebagian dari wilayah Indonesia. Dan sudah banyak sekali korban-korban yang berjatuhan akibat
bencana tersebut. Berarti gempa bumi sudah menjadi suatu ancaman bagi masyarakat di muka bumi ini.
Dan banyak dari masyarakat tidak mengerti akan apa sebenarnya yang terjadi di muka bumi ini. Maka
sangatlah perlu bagi mereka untuk tahu dan mengerti serta memahami peristiwa-peristiwa gempa bumi
yang terjadi.
Kota Palu sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tengah terletak pada kawasan dataran lembah Palu
dan teluk Palu. Wilayahnya terdiri dari lima dimensi yaitu wilayah pegunungan, lembah, sungai, teluk dan
lautan. Secara astronomis, Kota Palu berada antara 0°,36”-0°,56” Lintang Selatan dan 119°,45” – 121°,1”
Bujur Timur, sehingga tepat berada digaris Khatulistiwa dengan ketinggian 0-700 meter dari permukaan
laut. Luas wilayah Kota Palu mencapai 395,06 kilometer persegi yang terbagi menjadi delapan
kecamatan.

2. GEMPA BUMI
A. Pengertian Gempa Bumi
Gempa Bumi atau seisme banyak diartikan sebagai getaran atau guncangan yang timbul di
permukaan bumi yang terjadi karena adanya pergerakan lempeng bumi. Gempa bumi juga diartikan
sebagai suatu pergeseran lapisan secara tiba-tiba yang berasa dalam bumi. Karena gempa bumi
dikatakan bersumber dari dalam bumi atau lapisan bawah bumi berarti gempa bumi adalah getaran pada
kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari dalam bumi. Getaran gempa biasa dinyatakan dalam
skala richter. Ilmuwan yang mempelajari tentang gempa bumi disebut seismologist dan alat yang
digunakan sisemologist untuk mengukur setiap getaran yang terjadi disebut siesmograf.

B. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi


Gempa bumi banyak disebabkan oleh gerakan-gerakan lempeng bumi. Bumi kita ini memiliki
lempeng-lempeng yang suatu saat akan bergerak karena adanya tekanan atau energi dari dalam bumi.
Lempeng-lempeng tersebut bisa bergerak menjauh (divergen), mendekat (konvergen) atau melewati
(transform). Gerakan lempeng-lempeng tersebut bisa dalam waktu yang lambat maupun dalam waktu
yang cepat. Energi yang tersimpan dan sulit keluar menyebabkan energi tersebut tersimpan sampai
akhirnya energi itu tidak dapat tertahan lagi dan terlepas yang menyebabkan pergerakan lempeng secara
cepat dalam waktu yang singkat yang menyebabkan terjadinya getaran pada kulit bumi.
Gempa bumi bukan hanya disebabkan oleh pergerakan lempeng tetapi juga disebabkan oleh
cairan magma yang ada pada lapisan bawah kulit bumi. Magma dalam bumi juga melakukan pergerakan.
Pergerakan tersebut yang menimbulkan penumpukan massa cairan. Cairan tersebut akan terus bergerak
hingga akhirnya menimbulkan energi yang kuat yang memaksa cairan tersebut untuk keluar dari dalam
kulit bumi. Energi tersebut menimbulkan kulit bumi mengalami pergerakan divergen sebagai saluran
untuk cairan tersebut keluar. Pergerakan tersebut yang mengakibatkan terjadinya gempa bumi.
Gempa bumi juga dapat disebabkan oleh manusia sendiri. Seperti yang disebabkan oleh
peledakan bahan peledak yang dibuat oleh manusia. Selain itu juga pembangkit listrik tenaga nuklir atau
senjata nuklir yang dibuat oleh manusia juga dapat menimbulkan guncangan pada permukaan bumi
sehingga terjadi gempa.

C. Proses Terjadinya Gempa


Dalam proses gempa bumi ada yang dikenal dengan hiposentrum dan episentrum. Hiposentrum
adalah titik pusat gempa yang berada dibawah permukaan bumi sedangkan episentrum adalah titik pusat
gempa yang berada di atas permukaan bumi. Pusat gempa atau hiposentrum berada pada pertamuan
lempeng benua dan lempeng samudra yang saling bertumbukan dan menimbulkan gelombang getaran.
Lempeng samudra Gelombang getaran tersebut merambat sampai pada episentrum dan terus merambat
ke segala arah di permukaan bumi dengan cepat.

D. Macam-macam Gelombang Gempa


1). Gelombang Longitudinal (Gelombang Primer)
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang pertama kali tercatat pada seismograf.
Gelombang ini dirambatkan dari hiposentrum melalui lapisan litosfer dan dirambatkan secara menyebar
dan cenderung cepat. Jenis gelombang longitudinal ini sifatnya sama seperti gelombang suara yang bisa
merambat melalui zat padat, cair dan padat.
2). Gelombang Transversal (Gelombang Sekunder)
Gelombang transversal muncul setelah gelombang longitudinal dan tercatat pada seismograf
setelah gelombang longitudinal. Gelombang ini dirambatkan dari hiposentrum ke segala arah dalam
lapisan litosfer dan kecepatannya lebih rendah dibandingkan gelombang longitudinal dan bergerak tegak
lurus dengan arah rambatannya. Gelombang transversal hanya dapat merambat melalui zat padat. Jika
ia merambat melalui medium cair dan gas maka gelombang ini akan hilang dan tidak tercatat lagi pada
seismograf.
3). Gelombang Panjang (Gelombang Permukaan)
Gelombang panjang adalah gelombang yang merambat melalui episentrum dan menyebar ke
segala arah di permukaan bumi. Gelombang ini melanjutkan perjalanannya di permukaan bumi dan
merupakan gelombang pengiring setelah gelombang transversal. Gelombang transversal adalah
gelombang yang bersifat merusak karena gelombang ini berjalan terus melalui wilayah sekitar pusat
gempa bumi.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Gempa Bumi


Gempa bumi yang terjadi pada suatu daerah bisa merupakan gempa yang berskala besar
maupun gempa yang berskala kecil. Besar kecilnya gempa itu dikarenakan beberapa faktor yaitu:
1. Skala atau magnitude gempa. Yaitu kekuatan gempa yang terjadi yang bukan berdasarkan lokasi
observasi pada suatu daerah . Magnitude gempa biasa dihitung tiap gempa terjadi dan dicatat oleh
seismograf yang dinyatakan dalam satuan Skala Ricther.
2. Durasi dan kekuatan gempa. Yaitu lamanya guncangan gempa yang terjadi pada suatau daerah dan
kekuatan gempa yang terjadi dengan melihat kerusakan pada daerah tempat terjadinya gempa bumi.
3. arak sumber gempa terhadap perkotaan. Jarak sumber gempa yang jauh dari perkotaan akan
memungkinkan intensitas gempa semakin rendah.
4. Kedalaman sumber gempa. Yaitu kedalaman pusat terjadinya gempa diukur dari permukaan bumi.
Semakin dalam pusat gempa maka semakin rendah kekuatan gempa yang terjadi.
5. Kualitas tanah dan bangunan. Kualitas tanah yang buruk akibat bangunan dapat mengakibatkan
serangan gempa bumi yang kuat.
7. Lokasi perbukitan dan pantai. Pantai atau daerah perbukitan merupakan daerah rawan gempa karena
perbukitan dan pantai merupakan daerah pertemuan lempeng. Sehingga dapat mempengaruhi besar
kecil kekuatan gempa berdasarkan hiposentrumnya.

F. Klasifikasi Gempa Bumi


1) Berdasarkan Penyebabnya
a). Gempa Tektonik: gempa yang terjadi karena perubahan kedudukan lapisan batuan yang
mengakibatkan adanya pergerakan lempeng-lempeng pada lapisan kulit bumi.
b). Gempa Vulkanik: gempa yang terjadi karena adanya aktivitas magma dalam lapisan bawah
permukaan bumi.
c). Gempa Runtuhan: gempa yang terjadi karena adanya runtuhan pada terowongan bawah
tanah akibat aktivitas pertambangan. Runtuhan terowongan yang besar tersebut dapat
mengakibatkan getaran yang kuat.

2) Berdasarkan Kedalaman Hiposentrum


a). Gempa Dangkal: gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya rendah. Titik
hiposentrum ini dihitung dari permukaan laut sampai pada titik pusat gempa berada.
b). Gempa Menengah: gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya tidak terlalu dalam
dan jauh dari permukaan bumi. Berada sekitar 100-300 km di bawah permukaan laut.
c). Gempa Dalam: gempa yang memiliki kedalaman titik hiposentrumnya sangat jauh dari
permukaan laut. Titik hiposentrum > 300 km di bawah permukaan air lut.
3) Berdasarkan Jarak Episentrum
a). Gempa Setempat: gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan bumi namun
hanya pada daerah tempat titik pusat gempa berada. Biasanya gempa semacam ini memiliki
kekuatan yang sangat rendah sehingga hanya dirasakan oleh wilayah setempat saja.
b). Gempa Jauh: gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan bumi dan getarannya
dirasakan hingga daerah yang jauh dari titik pusat gempa berada. Gempa ini dapat terjadi
apabila memiliki kekuatan yang cukup besar sehingga mengakibatkan guncangan yang kuat.
c). Gempa Sangat Jauh: gempa yang guncangannya dirasakan pada permukaan bumi dan
getarannya dapat dirasakan hingga daerah yang sangat jauh dari daerah asal gempa terjadi.
Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar sehingga menimbulkan guncangan yang
dahsyat dan mencakup wilayah yang sangat luas.
4) Berdasarkan Bentuk Episentrum
a). Gempa Sentral: gempa yang episentrumnya berupa suatu titik. Gempa yang dirasakan pada
daerah setempat.
b). Gempa Linier: gempa yang episentrumnya berupa suatu garis. Gempa ini dirasakan oleh
daerah-daerah yang berada disebelah daerah pusat gempa dan terus merambat hingga daerah
berikutnya sehingga membentuk suatu garis.
5) Berdasarkan Letak Episentrum
a). Gempa Laut: gempa yang episentrumnya berada di bawah dasar laut. Gempa ini terjadi
karena hiposentrumnnya berada di bawah dasar laut sehingga guncangan dan getarannya
berada di dasar laut. Biasanya gempa ini dapat mengakibatkan tsunami apa bila kekuatannya
sangat besar.
b). Gempa Darat: gempa yang episentrumnya berada di permukaan bumi atau daratan. Gempa
ini terjadi apabila hiposentrumnya berada di bawah permukaan bumi dan berada pada lempeng
benua.

G. Aktivitas Gempa Bumi Di Indonesia


Bumi kita memiliki dua jalur pegunungan muda yaitu sirkum pasifik dan sirkum mediterania. Jalur
pegunungan tersebut merupakan salah satu dari proses pembentukan batuan dan dampak dari gempa
yang sering terjadi sehingga mengakibatkan tumbukan antar lempeng terus terjadi dan membentuk suatu
pegunungan yang panjang. Sirkum pasifik dan sikum mediterania ini bertemu di wilayah Asia dan
Indonesia merupakan salah satu negara yang berada diantara jalur tersebut. Di dunia ada 7 lempeng
yang besar yaitu Pasifik, Amerika Utara, Amerika Selatan, Australia, Antartika, dan Eurasia, tempat
Indonesia berada. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng yaitu lempeng Eurasia, Indo-
Australia, dan Pasifik.
Lempeng Eurasia merupakan lempeng yang keadaannya stabil, sedangkan lempeng Indo-
Autralia adalah lempeng yang cenderung bergerak ke utara dan lempeng Pasifik yang cenderung
bergerak ke barat. Itulah yang membuat Indonesia berada pada daerah rawan bencana gempa bumi.
Wilayah-wilayah di Indonesia yang merupakan daerah rawan yaitu Sumatra terutama bagian pesisir
barat, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua. Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktivitas
gempa bumi di Indonesia dibagi menjadi 6 daerah aktivitas:
1. Daerah sangat aktif. Magnitude lebih dari 8 SR mungkin terjadi di daerah ini. Yaitu di
Halmahera, pantai utara Irian.
2. Daerah aktif. Magnitude 8 SR mungkin terjadi dan magnitude 7 SR sering terjadi. Yaitu di
lepas pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Banda.
3. Daerah lipatan dan retakan. Magnitude kurang dari 7 SR mungkin terjadi. Yaitu di pantai barat
Sumatra, kepulauan Suna, Sulawesi tengah.
4. Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan. Magnitude kurang dari 7 SR bisa terjadi. Yaitu di
Sumatra, Jawa bagian utara, Kalimatan bagian timur.
5. Daerah gempa kecil. Magnitude kurang dari 5 SR jarang terjadi. Yaitu di daerah pantai timur
Sumatra, Kalimantan tengah.
6. Daerah stabil, tak ada catatan sejarah gempa. Yaitu daerah pantai selatan Irian, Kalimantan
bagian barat.
Indonesia memiliki banyak sejarah gempa yang terjadi. Salah satu gempa yang terdahsyat yaitu
di tahun 2004 pada bulan desember yang mengguncang Aceh dan sekitarnya dengan gempa yang
berkekuatan 9,8 SR. Gempa ini mengakibatkan timbulnya tsunami karena hiposentrumnya yang berada
pada dasar laut.

H. Dampak Terjadinya Gempa Bumi


Gempa bumi memiliki dampak negatif bagi manusia diantaranya kerusakan berat pada tempat
tinggal warga yang bertempat tinggal ditempat kejadian. Terutama apabila gempa yang terjadi memiliki
kekuatan yang besar. Banyak dari korban bencana kehilangan tempat tinggal dan tempat berlindung.
Selain itu gempa yang menyebabkan banyaknya bangunan yang runtuh akan mengakibatkan banyak
korban jiwa berjatuhan akibat tertindih bangunan.
Selain kerusakan fisik, gempa juga memiliki dampak negative bagi psikologis korban yang
mengalami bencana. Beberapa dari korban juga akan mengalami trauma atas kejadian yang dialaminya.
Ini juga dapat berdampak bagi perekonomian negara karena secara tidak langsung negara perlu
mengeluarkan banyak biaya untuk mengatasi korban-korban bencana alam baik dari pangan maupun
sandang. Tenaga medis dan fasilitasnyapun sangat diperlukan untuk mengatasi dampak dari bencana
tersebut.
Gempa juga dapat mengakibatkan timbulnya gelombang besar tsunami apabila gempa tersebut
hiposentrumnya berada pada dasar laut dan memiliki kekuatan yang besar. Gelombang trunami tersebut
dapat merusak semua benda yang dilaluinya dan membawa semua material-material kedalam laut.

SKALA RICTHER

Pada tahun 1935, ahli seismologi Amerika, Charles F. Richter (1900 – 1985)
mengembangkan sistem pengukuran kekutan gempa. Setiap angka pada skala Richter
menggambarkan 10 kali peningkatan gerakan tanah yang tercatat oleh seimograf. Jadi pada
gempa bumi dengan kekuatan 7, tanah bergerak 100 kali lebih banyak dari pada gempa
berkekuatan 5 pada skala Richter.

Skala Richter pertama kali dikembangkan oleh ahli seismografi asal Institut Teknologi
California bernama Charles Richter yang dibantu koleganya Beno Guttenberg di tahun 1935.
Skala Richter ini didasarkan pada pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh alat yang
bernama seismograf yang paling idealnya (menurut salah seorang ahli geologi Jepang yang
saya lihat di sebuah acara di stasiun TV NHK World lewat jaringan TV kabel) diletakkan sekitar
100 km atau 62 mil dari pusat gempa (epicentre). Skala Richter ini merupakan skala logaritmik,
bukan skala aritmatik. Jadi misalnya ada dua buah gempa, yang satu berkekuatan 2 skala
Richter, yang satu lagi berkekuatan 4 skala Richter, bagi mereka yang belum tahu mungkin
akan mengira bahwa gempa yang berkekuatan 4 skala Richter ini berkekuatan 2 kali dari
gempa yang berkekuatan 2 pada skala Richter. Perkiraan itu salah, pada kenyataannya gempa
yang berkekuatan 4 pada skala Richter tersebut berkekuatan 100 kali dari gempa yang
berkekuatan 2 pada skala Richter. Lha, dari mana angka 100 itu? Mudah saja, untuk mengerti
skala logaritma tidak memerlukan keahlian matematika khusus, cukup hanya bekal ilmu
matematika setingkat SMP saja. Sayapun bukan ahli matematika dan dapat mengerti dengan
cukup baik skala Richter ini, anda tentu juga akan mudah untuk mengerti skala Richter ini.

Akhir-akhir ini di berbagai media massa seperti televisi, koran dan radio banyak sekali
berita yang membahas mengenai gempa bumi. Seperti gempa bumi yang baru-baru ini terjadi
di daerah Sumatera Barat dan sekitarnya dengan kekuatan 7,6 Skala Ritchter. Nah, tahu kah
kalian apa itu Skala Ritchter? Yuks kita simak penjelasan berikut ini.

Sebelumnya, satuan gempa dinyatakan dengan skala Mercalli. Satuan ini ditemukan
tahun 1902 oleh orang Italia, bernama G. Mercalli. Skala Mercalli terbagi menjadi 12 skala
berdasarkan informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa bumi. Skala ini dimodifikasi
pada tahun 1931 oleh ahli gempa H. Wood dan F. Neumann. Skala MMI (Mercalli Modify
Intensity) hingga kini masih digunakan terutama jika tidak ada peralatan seismograf (masih
ingat kan apa itu seismograf?) yang digunakan.

Skala yang diukur oleh alat seismograf umumnya adalah Richter. Skala Richter mengukur
kuatnya gelombang kejut yang ditimbulkan gempa bumi. Skala ini diciptakan pada tahun 1935
oleh Charles F. Richter, seorang ahli ilmu gempa bumi (seismologi) asal Institut Teknologi
California, Amerika. Pada waktu itu Charles Richter dibantu koleganya yang bernama Beno
Guttenberg.

Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah California
Selatan, Amerika Serikat saja. Dalam perkembangannya, skala ini kemudian digunakan secara
luas setelah dimodifikasi terlebih dahulu. Skala Richter ini didasarkan pada pengukuran-
pengukuran yang dilakukan oleh alat yang bernama seismograf yang diletakkan sekitar 100 km
atau 62 mil dari pusat gempa (epicentre).

SETIAP kali terjadi bencana gempa bumi, nama “richter” dipastikan akan muncul. Ini
memang wajar. Sebagai salah satu skala yang mengukur besaran kekuatan gempa, richter
memang sudah kadung dikenal orang. Meski ada skala lain seperti mercalli atau moment
magnitude yang lebih dianjurkan karena lebih cermat pengukurannya, orang lebih “senang”
mengukur kekuatan gempa dengan skala richter.

Nama lengkapnya Charles Francis Richter. Dilahirkan di sebuah peternakan di Ohio, Amerika
Serikat, pada 26 April 1900. Pada usia relatif muda, 16 tahun, bersama ibunya ia pindah ke Los
Angeles, California. Di kota inilah Richter menjalani pendidikan seismologi di University of
Southern California (1916-1917). Setelah itu, ia pindah ke Standford University untuk belajar
fisika teori dan lulus tahun 1920. Di almamater pertamanya, tahun 1927 ia bekerja di
laboratorium seismologi di Pasadena, California. Setahun kemudian ia menikah dengan Lilian
Brand.

Di tahun 1928, Richter meraih doktor dari Universitas California Institute of Technology
(Caltech). Di universitas inilah Richter mencapai ketenaran. Di Caltech pula, bersama Beno
Guetenburg, pada tahun 1935 Richter mengembangkan suatu cara untuk mengukur besaran
gempa bumi, yakni apa yang kemudian dikenal dengan skala richter. Yaitu berdasarkan
besarnya amplitudo gempa bumi yang terekam oleh alat seismometer tipe Wood-Anderson
pada jarak tertentu dari sumber gempa. Prinsipnya, besarnya skala magnitudo gempa
berbanding lurus dengan besar amplitudo dan berbanding terbalik dengan jarak alat ke sumber
gempa.

Skala richter menguraikan kekuatan gempa bumi dengan angka-angka pada kisaran antara 0 –
9. Artinya, angka 9, seperti yang terjadi pada gempa bumi yang menyebabkan tsunami di Aceh
pada tanggal 26 Desember 2004, merupakan angka tertinggi dan jarang terjadi.

Meski pada mulanya, di tahun 1930-an, belum pernah terjadi gempa bumi berkekuatan lebih
besar dari magnitudo 8,9, skala tersebut hingga sekarang masih digunakan. Angka magnitudo
gempa diperoleh dengan mengukur amplitudo terbesar dalam mikron ( 10-6 m = 10 pangkat
minus enam) pada seismogram. Jarak seismograf dirancang dengan standar sejauh 100 km
dari pusat gempa. Dari situ diperoleh logaritma gempa.

Selain membuat skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan suatu gempa, Richter juga
menuliskan buku teks untuk seismik. Antara lain Elementary Seismology (1958) dan Seismicity
of The Earth (1954) yang dituliskan bersama koleganya, Beno Gutenberg. Bersama Frank
Presso, Beno Gutenburg, dan Hugo Benioff–tiga ilmuwan dan ahli seismologi dari California
Institute of Technology (Caltech), Amerika Serikat–Richter dikenal sebagai Bapak Seismologi
(The Fathers of Seismology).

Richter mengaku bahwa skala yang ia kembangkan didapat secara tak sengaja ketika sedang
mengerjakan tugas doktoral untuk fisika teori di bawah Dr. Robert Millikan. “Ia (Millikan)
menawarkan saya bekerja di laboratorium seismik di bawah Harry Wood,” katanya. Akhirnya di
sanalah ia mendapatkan data-data yang dijadikannya dalam penentuan skala richter yang
legendaris itu. Pada mulanya skala richter digunakan untuk mengukur kekuatan relatif gempa
bumi di California. Kini, skala itu (dalam bentuk yang sudah dimodifikasi) digunakan untuk
mengukur gempa bumi di seluruh dunia.

Richter memang bukan orang pertama yang membuat skala penentuan besaran kekuatan
gempa. Sebelumnya sudah ada Giuseppe Mercalli, ilmuwan asal Italia, yang mempelajari
gunung api dan menciptakan skala mercalli. Pada skala mercalli, intensitas gempa bumi diukur
dengan skala yang terdiri dari 12 poin. Skala Mercalli ini mengukur suatu gempa bumi dari
laporan orang-orang yang melihat kerusakan dan mewawancarai mereka yang selamat. Karena
itu, skala mercalli sangat subjektif dan tidak seakurat skala richter sehingga untuk mengukur
kekuatan gempa hingga kini tetap digunakan skala richter. Sejak tahun 1960-an juga mulai
diperkenalkan skala moment magnitude yang lebih akurat.

Jauh sebelum Richter lahir, sebuah prototipe skala gempa dengan skala kerusakan 10 tingkat,
telah dikembangkan Rossi dan Forel tahun 1883. Setelah itu, pada tahun 1897 muncul pula
skala mercalli—saat itu masih menggunakan skala yang sama dengan Rossi dan Forel, 10
tingkatan. Cancani pada tahun 1904 lebih mengembangkan lagi kisaran skala menjadi 12
angka. Setelah itu, Sieberg melanjutkan dengan menganalisis efek dan deskripsi kerusakan
bangunan dan menjadikannya diterima sebagai skema internasional pada 1917. Sejak saat
itulah, skala tersebut dinamakan skala mercalli-cancani-sieberg dan digunakan di seluruh
dunia. Namun, sejak 1964, para ahli lebih banyak menggunakan skala mercalli yang sudah
diperbaharui.

Skala gempa juga dibuat bangsa Jepang. Karena posisi dan kondisi geologinya, negeri tersebut
sering dilanda gempa yang merusak. Tak heran jika kemudian para ahli gempa Jepang secara
kreatif menciptakan skala gempa tersendiri, yang berbeda dengan skala gempa mercalli. Tahun
1900 muncul skala Omori yang mengukur kekuatan gempa pada tujuh tingkat kerusakan.
Namun, skala tersebut kemudian dimodifikasi menjadi hanya enam tingkat saja. Skala Omori
mengukur gempa berdasarkan tingkat kerusakannya. Angka satu untuk mengukur gempa yang
terlihat jelas, namun tak berbahaya. Sementara angka enam untuk mengukur gempa yang
bersifat merusak.

Richter meninggal dunia di Pasadena, California, AS, pada tanggal 30 September 1985.
Meski sudah tiada, nama dan jasanya akan tetap dikenang orang. Sebagai bentuk
penghargaan kepada para peneliti di bidang kegempabumian, mulai tahun 2005 diberikan
penghargaan berupa Richter Award. Dr. Emily Brodsky dari Universitas California, Los Angeles,
terpilih menjadi orang pertama penerima Richter Award. Upacara penganugerahan kepada
Emily akan dilakukan dalam sebuah pertemuan tahunan tahun 2006. Panitia memilih Emily atas
pertimbangan bahwa risetnya mengenai bagaimana gempa bumi, gunung api, dan longsor
terjadi, dinilai sangat inovatif dan menonjol.

Menurut skala Richter, kekuatan gempa bumi digambarkan dengan pecahan desimal
dan ada hubungan dengan energi gempa . Sebagai contoh, gempa dengan kekuatan 2.0 atau
lebih kecil dianggap gempa mikro, biasanya tidak dapat dirasakan oleh manusia dan hanya
tercatat pada seismograf terdekat. Gempa bumi dengan kekuatan 4.5 dapat tercatat pada
seismograf di seluruh dunia dan terjadi ribuan kali dalam setahun termasuk gempa kecil.
Kekuatan 5.3 dikelompokkan sebagai gempa bumi sedang atau menengah dan kekuatan 6.3
termasuk kelas gempa bumi kuat. Karena skala Richter menggunakan kelipatan logaritma,
maka setiap angka mewakili kekuatan yang 10 kali lebih kuat dibandingkan angka sebelumnya.

Sebenarnya, masih banyak satuan lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur
gempa bumi. Kesemuanya menyatakan seberapa besar kekuatan dan dampak yang
ditimbulkan dari gempa bumi tersebut. Namun yang terpenting adalah upaya kita untuk
meminimalisir kerusakan dan korban jiwa akibat dari gempa bumi.

Skala Richter atau SR didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo
maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen
pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak 100 km dari pusat gempanya.
Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai rekaman gempa bumi (seismogram) dari
seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya, amplitudo maksimumnya
sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama
dengan 3,0 skala Richter. Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles Richter.
Untuk memudahkan orang dalam menentukan skala Richter ini, tanpa melakukan
perhitungan matematis yang rumit, dibuatlah tabel sederhana seperti gambar di samping ini.
Parameter yang harus diketahui adalah amplitudo maksimum yang terekam oleh seismometer
(dalam milimeter) dan beda waktu tempuh antara gelombang-P dan gelombang-S (dalam detik)
atau jarak antara seismometer dengan pusat gempa (dalam kilometer). Dalam gambar di atas
dicontohkan sebuah seismogram mempunyai amplitudo maksimum sebesar 23 milimeter dan
selisih antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik maka dengan menarik garis dari
titik 24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di sebelah kanan maka garis tersebut akan memotong
skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut sebesar 5,0 skala Richter.

Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah
Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk
gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya.

skala Richter ini hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo
gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi tidak
representatif lagi.

Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik Richter
seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media tentang
magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam pemberitaan
di media, sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang lainnya
mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama.

Skala Richter adalah skala yang digunakan untuk memperlihatkan besarnya kekuatan gempa.
Alat yang digunakan untuk mencatat Skala Richter disebut SEISMOGRAPH. Skala Richter
pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah Kalifornia Selatan saja.
Namun dalam perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk gempa-gempa yang terjadi di
tempat lainnya.
3. PERISTIWA GEMPA PALU (SULAWESI)

Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018 adalah peristiwa gempa bumi berkekuatan
7,4 SR diikuti dengan tsunami yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi, Indonesia, bagian utara pada
tanggal 28 September 2018, pukul 18.02 WITA. Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan
80 km barat laut kota Palu[8] dengan kedalaman 10 km. Guncangan gempa bumi dirasakan di Kabupaten
Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten
Tolitoli, Kabupaten Mamujubahkan hingga Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Makassar.
Gempa memicu tsunami hingga ketinggian 5 meter.
Pusat gempa bumi (episentrum) berada di darat, sekitar Kecamatan Sirenja, Kabupaten
Donggala. Guncangan gempa bumi ini dilaporkan telah dirasakan cukup kuat di sebagian besar
provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan sebagian Kalimantan Timur serta Sulawesi
Selatan, Gorontalo, dan Sulawesi Utara. Di Makassar misalnya, getaran sempat dirasakan beberapa
detik. Di Menara Bosowa, karyawan berlarian meninggalkan gedung. Di Palopo, Sulawesi Selatan,
guncangan membuat warga berlarian meninggalkan rumah. Di Samarinda, gempa turut dirasakan
sampai warga keluar berhamburan dari gedung dan pusat perbelanjaan. Di Balikpapan, guncangan
gempa turut dirasakan di rusunawa, dan hotel. Secara umum gempa dirasakan berintensitas kuat selama
2-10 detik. Dengan memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman hiposenttrum gempa bumi, tampak
bahwa gempa bumi dangkal ini terjadi akibat aktivitas di zona sesar Palu Koro. Sesar ini merupakan
sesar yang teraktif di Sulawesi, dan bisa pula disenut paling aktif di Indonesia dengan pergerakan 7 cm
pertahun. Sesar yang diteliti di LIPI baru sampai sesar darat. Sedangkan sesar di laut sama sekali nihil
dari penelitian. Menurut Sutopo Purwo Nugroho, gempa bumi yang terjadi "merupakan jenis gempa bumi
dangkal akibat aktivitas sesar Palu Koro, yang dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme
pergerakan dari struktur sesar mendatar mengiri (slike-slip sinistral)". Sehubungan gempa ini, Wahyu W.
Pandoes dari pihak BPPT menyatakan bahwa gempa ini berkekuatan 2,5 × 10 20 Nm atau setara 3 ×
106 ton TNT. Ini serupa 200 kali bom Hiroshima.

Likuefaksi
Akibat guncangan gempa bumi, beberapa saat setelah puncak gempa terjadi muncul
gejala likuefaksi (pencairan tanah) yang memakan banyak korban jiwa dan material [19]. Dua tempat yang
paling nyata mengalami bencana ini adalah Kelurahan Petobo dan Perumnas Balaroa di Kota Palu.
[20]
Balaroa ini terletak di tengah-tengah sesar Palu-Koro. Saat terjadinya likuifaksi, terjadi kenaikan dan
penurunan muka tanah. Beberapa bagian amblas 5 meter, dan beberapa bagian naik sampai 2 meter.
[21]
Di Petobo, ratusan rumah tertimbun lumpur hitam dengan tinggi 3-5 meter. Terjadi setelah gempa,
tanah di daerah itu dengan lekas berubah jadi lumpur yang dengan segera menyeret bangunan-
bangunan di atasnya. Di Balaroa, rumah amblas, bagai terisap ke tanah. [8] Adrin Tohari, peneliti LIPI, ada
menyebut bahwa di bagian tengah zona Sesar Palu-Koro, tersusun endapan sedimen yang berumur
muda, dan belum lagi terkonsolidasi/mengalami pemadatan. Karenanya ia rentan mengalami likuefaksi
jika ada gempa besar.
Laporan dan rekaman likuefaksi juga muncul dari perbatasan Kabupaten Sigi dengan Kota
Palu. Lumpur muncul dari bawah permukaan tanah dan menggeser tanah hingga puluhan meter dan
akhirnya menenggelamkan bangunan dan korban hidup-hidup. Menurut data, likuefaksi yang terjadi di
Perumnas Balaroa menenggelamkan sekitar 1.747 unit rumah; sementara di Kelurahan Petobo sekitar
744 unit rumah tenggelam. Jumlah korban jiwa belum dapat dikumpulkan hingga 2 Oktober 2018. [20]
Sebagai akibat dari likuefaksi ini, sampai 3 Oktober, tim SAR menemukan korban di Perumnas Balaroa
48 orang meninggal dunia, dan di Petobo 36 orang, juga meninggal dunia. Di Jono Oge, Kabupaten Sigi,
mencapai 202 hektar, 36 bangunan rusak, dan 168 lain juga kemungkinan rusak. Di Petobo, Palu, luasan
mencapai 180 hektar, bangunan rusak 2.050, dan bangunan mungkin rusak 168. Di Petobo, tujuh alat
berat dikerahkan. Di wilayah Balaroa luasan mencapai 47,8 hektar, menyebabkan 1.045 bangunan
rusak, lima alat berat dikerahkan. Di luar Petobo dan Balaroa, terjadi pula kerusakan parah di Desa
Tosale, Desa Towale, dan Desa Loli, Kabupaten Donggala.[21] Adapun dalam bidang infrastruktur,
daerah Kecamatan Sigi Biromaru, Sigi, ada Jalur Palu-Napu yang jadi akses untuk ke Poso,
terutama lembah Napu. Terlihat, jalan aspal terbuka menganga, didapati kebun jagung dan kelapa
terseret ke kampung itu. Tanah retak, bergelombang. Aspal terperosok hingga kedalaman lebih dari 3
meter. Lahan juga terlihat bergelombang.

Tsunami

Gambar Hasil simulasi BMKG tentang potensi tsunami di kawasan Teluk Palu, yang dipublikasikan dalam
4 menit pasca awal Gempa Donggala-Palu 2018. Angka-angka dalam warna hitam menunjukkan
prakiraan tinggi tsunami dalam cm dpl. Sementara angka berwarna merah adalah hasil observasi tinggi
tsunami sesungguhnya dari stasiun pasangsurut Majene. Sumber: BMKG, 2018.

Gempa bumi ini dinyatakan berpotensi tsunami oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) sehingga dikeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah pesisir pantai Kabupaten
Donggala, Kota Palu dan sebagian pesisir utara Kabupaten Mamuju. Tsunami diprediksi memiliki
ketinggian 0,5 – 3 meter dengan waktu tiba di Kota Palu pukul 18.22 WITA. Pukul 18.27 WITA terjadi
kenaikan air muka laut 6 cm di pesisir Kabupaten Mamuju. BNPB mengeluarkan asbab daripada
terjadinya tsunami ini. Menurut BNPB, tsunami ini sebabnya adalah adanya kelongsoran sedimen dalam
laut yang mencapai 200-300 meter. Sutopo Purwo Nugroho, pihak Humas BNPB lebih lanjut menyatakan
bahwa sendimen tersebut belum terkonsolidasi dengan kuat sehingga ketika diguncang gempa terjadi
longsor. Di lain tempat selain Donggala, adanya gempa lokal yang membuat tsunami tak sebesar di
Donggala. Di Teluk Palu yang jaraknya lebih dekat dengan pusat gempa diperkirakan terlebih dahulu
mengalami tsunami setinggi 1,5 meter. Pukul 18.37 WITA, BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami
akibat gempa ini. Fakta terbaru menyebut bahwa titik tertinggi tsunami tercatat 11,3 meter, terjadi di Desa
Tondo, Palu Timur, Kota Palu. Sedangkan titik terendah tsunami tercatat 2,2 meter, terjadi di Desa
Mapaga, Kabupaten Donggala. Baik di titik tertinggi maupun titik terendah, tsunami menerjang pantai,
menghantam permukiman, hingga gedung-gedung dan fasilitas umum.
Kompas melaporkan sebuah survei gabungan tim Indonesia-Jepang. Abdul Muhari dari Kementerian
KKP dan Fumihiko Imamura dari Universitas Tohoku menyebut landaan tsunami (inundation distance)
hanyalah 200-300 meter dari bibir pantai, dan tinggi tsunami di darat (inundation depth) hanya 2-5 meter.
Karakter ini menunjukkan bahwa tsunami ini bergelombang pendek. Ini berbeda dengan apa yang
dinyatakan oleh hasil pernyataan BMKG, bahw atsunami di Palu mencapai 6-7 meter, dan bahkan ada
yang menyebut bahwa sampai 11,31 meter. Data juga mengonfirmasi, bahwa tsunami terjadi kurang
sebelum 10 menet.[28] Selain itu pula, survei mengonfirmasi bahwa tsunami terjadi setelah adanya
longsoran bawah laut pasca gempa. Melihat keberulangan tsunami yang rata-rata terjadi 30 tahun sekali,
maka hasil survei ini pula merekomendasikan agar pesisir Palu jadi ruang terbuka saja, tidak tempat
hunian. Survei ini melibatkan Kapal Baruna Jaya BPPT, dan Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AU.
Diharapkan, hasil survei berguna untuk pembelajaran dan pembangunan kembali Kota Palu.

Dampak dan Korban


Pada awalnya, 1 orang tewas dan 10 orang luka-luka dikabarkan akibat gempa pertama
berkekuatan 6,0 SR pukul 15.00 WITA. Namun begitu, angka begitu cepat meningkat, sampai
diketahuilah jumlah korban telah sampai 420 orang meninggal. Pada Selasa 2 Oktober, Sutopo
mengabarkan bahwa, korban meninggal telah mencapai 1234 orang. Adapun jumlah orang tertimbun
yang dilaporkan masyarakat telah mencapai 152 orang. Orang yang terluka dibawa ke rumah sakit untuk
cepat mendapatkan perawatan. Korban yang tewas maupun yang terluka, merupakan korban tertimpa
bangunan yang roboh. BPBD Kabupaten Donggala juga menyatakan bahwa puluhan rumah rusak
karena adanya gempa ini.[32]
Sementara akibat gempa 7,4 Mw yang disusul Tsunami di Kota Palu hingga Sabtu, 29 September
2018, pukul 15.00 WITA korban tewas mencapai 844 jiwa, lebih dari 500 orang luka berat, 29 orang
hilang dan sebanyak 65.733 rumah rusak menurut Kapendam Kodam XIII Merdeka Kolonel (Inf) M
Thohir. Dari antara orang-orang yang hilang itu, sebanyak satu keluarga sebanyak 5 orang hilang di
tengah tsunami di Pantai Talise. Dari antara 400 lebih orang yang meninggal itu, baru teridentifikasi
sebanyak 97 orang. Sejumlah tempat rata dengan tanah. Sepanjang cakrawala, ternampaklah kayu yang
bersepah di mana-mana, pepuingan, dan atap-atap yang terserak. Jalan raya juga terkena longsor akibat
gempa ini. Menurut laporan Kompas mengutip dari seorang saksi, bahwa banyak sekali mayat yang
tewas bergelimpangan di pantai. Dilaporkan bahwa kondisi korban meninggal dunia sangat
memprihantinkan. Jenazah dilaporkan bercampur dengan puing-puing material yang beserakan. Seorang
warga Korsel dilaporkan hilang dalam bencana ini. Dikabarkan bahwa ia ditelpon pada pukul 16.50, dan
telpon itu tidak diangkatnya. Orang Indonesia yang pergi bersamanya juga tak dapat ditelpon.
Terakhir, setelah diumumkan oleh BNPB pada 10 Oktober bahwa korban meninggal gfempa itu
mencapai 2.045 orang, didapati paling banyak ada di Palu sebesar 1.636 orang dan disusul Sigi
kemudian Parigi. Sementara itu, korban yang mengungsi sebanyak 82.775 orang, dan 8.731 orang
pengungsi berad di luar Sulawesi.[39]
Sebagai akibat dari guncangan gempa ini, Hotel Roa-Roa yang ada di Jalan Pattimura Palu, juga
Rumah Sakit Anuntapura di Jalan Kangkung, yang berlantai 4, juga roboh. Mal terbesar di Palu, Mal
Tatura, juga roboh. Ada puluhan sampai ratusan orang yang terjebak di dalamnya. [40] Tsunami di Palu
sampai membuat KM Sabuk Nusantara terhempas puluhan meter dari Pelabuhan Wani. Pelabuhan itu
sendiri rusak pula dermaga dan bangunannya. Pelabuhan Pantoloan rusak paling parah di sana. Quay
crane atau keran peti kemas yang biasa digunakan untuk bongkar muat peti kemas juga roboh. Dari
sejumlah foto yang beredar, gempa Palu tergolong dahsyat. Kios-kios di pesisir Teluk Palu atau Pantai
Talise tersapu gelombang besar. Jembatan Kuning yang merupakan ikon kota Palu turut ambruk. Terlihat
di Teluk Talise, reruntuhan jembatan yang memisah antara Palu Barat dan Palu Utara. Selain itu, terlihat
juga Masjid Arqam Al Rahman atau Masjid Apung Palu yang roboh masuk ke dalam laut. Terlihat pula
reruntuhan menara ATC Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu serta kerusakan di pelabuhan. Sebagai akibat
daripada kerusakan pada Bandara Palu pula, bandara ini telah ditutup pada hari Jumat pukul 07.26
malam sampai 7.20 malam. Dilaporkan, Sigi, Parigi Moutong dan Donggala juga terdampak gempa ini.
Jaringan air bersih, listrik, dan bahan bakar minyak menjadi sulit diakses.[44]Perhubungan komunikasi
antara Donggala dan Palu menjadi sulit diakses akibat tak berfungsinya ratusan BTS
tersebut. Kemenkominfo menyatakan bahwa dari antara 3007 BTS, ada 431 BTS yang tak berfungsi,
yakni 14,31%nya. Ini disebakan oleh karena mereka tidak mendapatkan akses listrik. ada beberapa
jaringan telekomunikasi dari Palu ke Santigi, Mamuju, dan Poso terputus akibat gempa bumi berkekutan
7,4 skala richter itu. Menurut sumber Kumparan.com, apa-apa sudah mulai pada susah. BBM ada yang
dijual Rp 100 ribu perbotol mineral. Kondisi lalu lintas pun menjadi semrawut, macet pun tak
terhindarkan. Mobil dan motor tertahan di jalan raya karena mogok kehabisan bahan bakar. Selain itu, air
bersih mulai sulit dicari dan listrikpun padam. Pada Jumat malam, ratusan warga Mamuju telah pergi
mengungsi karena khawatir akan datangnya tsunami. Kemudian akibat dari bencana ini, sekitar 16000
korban gempa mengungsi, pada 24 titik di kota Palu.

Pendidikan
Sebagaimana yang diketahui mengenai akibat gempa ini, kehidupan masyarakat terdampak
karena adanya gempa ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebut bahwa ada
2736 sekolah di Sulawesi Tengah yang rusak, serta 20.000 guru dan 100.000 pelajar yang terdampak
karena bencana gempa dan tsunami ini. Angka itu merupakan jumlah keseluruhan yang mengalami
kerusakan tetapi belum diklasifikasi tingkat keparahannya, mulai dari hancur total hingga rusak ringan.
Sigi mencatat jumlah kerusakan tertinggi dibandingkan dengan Palu, Donggala dan Parigi Moutong. Di
Balaroa, ada 3 sekolah dasar yang rusak semua. Mendikbud Muhadjir Effendy pada Rabu 3 Oktober
2018, memastikan akan dibangunnya kelas darurat dan pendidikan tak boleh berhenti karena bencana
ini. Kegiatan ini dirasa penting untuk menghapus trauma anak-anak. Selain itu, akan diadakan tunjangan
khusus untuk para guru. Sekolah darurat akan dibangun sesuai standar UNICEF. Serta pembangunan
sekolah permanen, perlu waktu setahun.
Pada lain kesempatan, Menteri Muhadjir menyatakan bahwa akan relokasi sekitar 80% sekolah di Palu.
Mengingat ada 9 unit sekolah yang amblas, dari mulai TK sampai SMA. Selain itu pula, ia menyatakan
pihak Kemendikbud akan mengirimkan berbagai bantuan dan aset pendidikan. Sebab, banyak aset
pendidikan seperti komputer hilang pascagempa. [53] Selain itu pula, dari pihak Kemendikbud telah
menyediakan 333 unit sekolah darurat dengan 7 ruang. UNICEF juga akan memberi ratusan tenda dan
20 tenda sedang dipersiapkan.
Total jumlah peserta didik Kabupaten Donggala, Sigi, Parigi Moutong, dan Palu adalah 256.836.
Namun, untuk jumlah keseluruhan peserta didik yang terdampak masih dalam penghitungan. Ada 422
sekolah terdampak berdasarkan data per 6 Oktober 2018 yakni lima sekolah PAUD, 161 SD, 45 SMP, 89
SMA, 74 SMK, dan empat sekolah luar biasa (SLB). Selain itu, 79 guru dan tenaga pendidik terdampak
berdasar pada data 8 Oktober 2018, dan 59 siswa terdampak. Yakni 23 siswa meninggal, 35 siswa
hilang, dan 1 luka berat.
Pasca Gempa
Bantuan
Adapun bantuan sebesar 6-8 ton telah dibagikan oleh pesawat Hercules TNI.[60] Di lain tempat,
bantuan gempa disalurkan melalui jalur laut dari Bitung, Sulawesi Utara, dan Samarinda, Kalimantan
Timur.[61] Menurut laporan Anadolu Agency Indonesia, sebanyak 32 relawan dengan spesialisasi
evakuasi, logistik, pertolongan pertama, perawat, sanitasi air dan kesehatan, posko, dan dapur umum.
PMI juga telah mengirimkan logistik darurat berupa 200 selimut, 200 tikar, 500 jeriken, dan 200 sarung
dan dana tanggap darurat sebesar Rp100 juta. Mensos Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan
bahwa bantuan mulai dikirim juga dari daerah penyangga seperti Gorontalo dan Makassar. Adapun yang
dikirimkan adalah velbed, tenda, kasur dan matras. Selain itu, 6 mobil umum turut dikirim yang dapat
memasak 2000 nasi bungkus. Sehingga, dalam 3 kali sehari, dapat dimasak 36.000 buah nasi bungkus.
[63]
Di luar itu pula, Satgas penanganan bencana mulai dibentuk dengan pimpinan langsung Danrem
dan Gubernur Sulawesi Tengah. Di tingkat pusat, satgas itu dikoordinator oleh Menkopolhukam.[64]
Di luar bantuan dalam negeri, Joko juga mulai membuka keran bantuan dari luar negeri. Sudah
ada 18 negara yang mulai menawarkan diri, termasuk Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Perancis.
Menurut Menkopolhukam Wiranto, termasuk negara ASEAN mulai menawarkan diri.[65] Menurut
laporan Astro Awani, Wakil Perdana Menteri Malaysia yaitu Datuk Sri Dr Wan Azizah Wan
Ismail mengirimkan bantuan sebanyak 500 ribu RM dan mengantarkan Pasukan Mencari Dan
Menyelamat Khas Malaysia (Smart) ke Sulawesi, guna membantu penyelamatan di Sulawesi. [66]
[67]
Lembaga ARC atau Palang Merah Australia, mulai mengumpulkan bantuan untuk Sulawesi. Tim pakar
mulai diterbangkan ke Indonesia. Hal serupa dilakukan Palang Merah Singapura yang telah menyalurkan
dana senilai 50.000 Dolar Singapura dan sebuah tim pakar ke Palu. [68] Winston Peters, Menlu dan Wakil
PM Selandia Baru menawarkan bantuan, selain Uni Eropa yang memberikan bantuan 1,5
miliar Euro[69] atau 25 miliar Rupiah untuk gempa Palu selain bantuan pemantauan satelit untuk
mengetahui kerusakan dan lokalisasi korban. [68] Ini dilakukan setelah Presiden Joko Widodo menugaskan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Thomas Lembong, untuk mengorganisir bantuan.
[68]
Dari Inggris, Ratu mengirimkan pesan kedukacitaan kepada Joko yang terjadi "tiba-tiba saja baru
terjadi setelah gempa Lombok (happened so soon after the recent earthquake in Lombok)".[70] Turki,
lewat Departemen Luar Negerinya, Turki menyatakan siap memberikan bantuan kepada Indonesia, di
mana gempa bumi dan tsunami menyebabkan banyak nyawa hilang. [71]
Bantuan yang diadakan oleh masyarakat, dan organisasi-organisasi amal dalam negeri pun mulai
terlihat. Korban gempa Lombok dari Gumantar, Kabupaten Lombok Utara, menyumbangkan uang dari
penjualan hasil bumi untuk meringankan derita korban gempa Palu. Padahal, desa ini termasuk desa
yang paling parah terdampak gempa karena hampir semua tembok rumah roboh. Di Banyumas, Jawa
Tengah, SD Negeri Kracak dan SMP Negeri 5 Purwokerto menggalang dana dan aksi keprihatinan pada
hari Jumat, 5 Oktober 2018. Sebanyak 6.490.000 Rp terkumpul dari SMP itu untuk meringankan derita
gempa Palu dan Donggala. Organisasi amal, seperti ACT mulai mengirimkan bantuan dalam kapal
kemanusiaan. Isinya berupa 1.000 ton beras dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, 500 ton logistik
campur dari Pelabuhan Tanjung Priok, dan bantuan-bantuan lain dari cabang-cabang ACT lainnya. Dari
perwakilan institusi juga mulai ada yg mengirim bantuan. ITB mengirimkan bantuan makanan, handuk,
perlengkapan bayi, dan obat-obatan kepada korban bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala,
pada 1 Oktober 2018. ITB juga mulai mempersiapkan bantuan teknologi penyediaan air bersih, rumah
tahan gempa, sistem peringatan dini, dan mitigasi bencana.
Bantuan yang sampai ke lokasi bencana berada di bawah pengawalan TNI. Panglima TNI
Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan bahwa, personel TNI akan menjaga bantuan sejak dari jalur masuk
sampai ke pengungsian. Para personel yang akan berjaga di sebelah utara, yakni di Kabupaten Parigi
Moutong, dan di sebelah selatan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
4. KESIMPULAN

Gempa Bumi atau seisme banyak diartikan sebagai getaran atau guncangan yang timbul di permukaan
bumi yang terjadi karena adanya pergerakan lempeng bumi.
Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018 adalah peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,4 SR diikuti
dengan tsunami pada tanggal 28 September 2018. Terakhir, setelah diumumkan oleh BNPB pada 10
Oktober bahwa korban meninggal gfempa itu mencapai 2.045 orang, didapati paling banyak ada di Palu
sebesar 1.636 orang dan disusul Sigi kemudian Parigi. Sementara itu, korban yang mengungsi sebanyak
82.775 orang, dan 8.731 orang pengungsi berada di luar Sulawesi. Sebanyak 65.733 rumah rusak
menurut Kapendam Kodam XIII Merdeka Kolonel (Inf) M Thohir.
Selain gempa dan tsunami, juga terjadi fenomena likuifaksi yaitu terjadi kenaikan dan penurunan muka
tanah. Beberapa bagian amblas 5 meter, dan beberapa bagian naik sampai 2 meter. Di Petobo, ratusan
rumah tertimbun lumpur hitam dengan tinggi 3-5 meter.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_dan_tsunami_Sulawesi_2018
LANTAI 5 (ATAP)

Tebal plat atap = 0.12 m


Ring Balok
Lebar Ring Balok (b rb) = 0.2 m
Tinggi Ring Balok (h rb) = 0.3 m
Panjang total Ring Balok = 110 m
Balok Anak
Lebar Balok Anak = 0.15 m
Tinggi Balok Anak = 0.2 m
Panjang total Balok Anak = 29 m

Tebal genangan air = 0.05 m


Tinggi lantai = 4 m

Anda mungkin juga menyukai