Anda di halaman 1dari 19

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berakhirnya kekuasaan Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya kekuasaan baru yang
berpola dinasti atau kerajaan. bentuk pemerintahan dinasti atau kerajaan yang bersifat kekuasan
feodal dan turun temurun hanya untuk mempertahankan kekuasaan, adanya unsur otorider ,
kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi yang dibumbui dengan tipu daya, dan hilangnya
keteladanan Nabi Muhammad SAW. Untuk bermusyawarah dalam menentukan pemimpin
merupakan gambaran umum tentang kekuasaan dinasti sesudah khulafaur rasyidin.
Setelah masa khulafaur rasyidin benar-benar berakhir ( dengan terbunuhnya khalifah
terakhir, Ali bin Abi Thalib) maka dinasti- dinasti baru pun muncul. Sejak tahun 661 M,
kekuasaan politik mulai dipegang oleh dinasti- diansti tertentu, dimulai dari dinasti Umayyah di
Damaskus, diikuti dengan Abbasyah di Baghdad, dan sisa –sisa kekhalifahan Umayah Barat di
Kardoba.
Dinasti Umayyah merupakan kerajaan pertama yang didirikan oleh Muawwiyah bin Abi
sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara menolak pembaitan terhadap Ali bin Abi
Thalib. Meskipun kemudian tampak kekuaaan dipegang oelh pputrany, Hasan, namun tanpa
dukungan yang kuat dan konddisi politik yang kacau, akhirnya kepemimimpinanya pun hanya
bertahun sampai beberapa bulan.
Munculnya dinasti Umayyah telah memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban
islam. Hal itu dibuktikan dengan sumbangan-sumbangannya dalam perluasan wilayah, kemajuan
pendidikan, kebudayaan dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada materi ini
1. Bagaimana Perkembanagan Islam pada masa Bani Umayyah?
2. Bagaimana Perkembangan Islam Pada masa Bani abassyah?

C. Tujuan
Adapun tujuan pada materi ini
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan islam pada masa Bani Umayyah
2. Untuk mengetahui perkembangan islam pada mada bani abassyah
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal Dinasti Umayyah

Dinasti Umayyah adalah keturunan raja-raja yang memerintah, dan semuanya berasal dari
satu keturunan. Adapun istilah lain yang sering digunakan adalah kata “
daulah “ yang berarti kekuasaan, pemerintahan atau Negara. Dengan ungkapan lain, Daulah Bani
Umayyah adalah Negara yang diperintah oleh Dinasti Umayyah yang raja-rajanya berasal dari
bani Umayyah. Nama “Umayyah” dinisabatkan kepada Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi
Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin kabilah Quraisypada zaman jahiliah. Ia dan
pamannya, Hasyim bin Abdi Manaf, selalu bertarung dalam memperebutkan kekuasaan dan
kedudukan.

Bani Umayyah baru masuk agama islam setelah mereka tidak menemukan jalan lain selain
memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad Saw beserta beribu-ribu pengikutnya ( yang benar-
benar percaya terhadap kerasulan dan kepemimpinan) menyerbu masuk ke dalam Kota Makkah.
Kekuasaan Dinasti Umayyah pada masa keemasannya menandingi Alexandar Agung. Dinasti ini
berdiri di Damaskus, Suriah, setelah masa khulafaur rasyidin berakhir. Pendirinya bernama
Mu’awwiyah bin Abi Sufyan.

Pada Masa dinasti Umayyah, Kaum Muslimin berhasil menaklukan Afrika Utara, Khurasan,
Bukhara, Indus, Perbatasan Tiongkok, dan Spanyol. Dinasti Ini bertahan hampir seratus tahun
lamanya. Sebagimana telah dijelaskan sebelumnya Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh
Mu’awwiyah bin Abi Sufyan pada Tahun 41 H/661M di Damaskus dan berlangsung hingga
tahun 132 H/ 750 M. Mu;awwiyah bin Abi Sufyan adalah seorang Politisi ; pengalaman
3

politiknya sebagai Gubernur Syam pada Zaman Utsman bin Affan mengantarkan dirinya mampu
mengambil alih kekuasaan dari genggaman keluarga Ali bin Abi Thalib. Tepatnya, setelah Hasan
bin Ali bin Abi Thalib menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Mu’awwiyah bin
Abi Sufyan dalam peristiwa ‘Ammul jama’ah’. Oleh karena itu, Mu’awwiyah bin Abi Sufyan
dinyatakan sebagai pendiri Dinasti Bani Umayyah.

Bani Umayyah memang begitu kental dengan kekuasaanya, terutama pada masa jahiliah.
Dalam setiap persaingan, ternyata Bani Umayyah selalu lebih Unggul dibandingkan Keluarga
Bani Hasyim. Hal ini dikarenakan Bani Umayyah memiliki unsure-unsur berikut

1. Bani Uamyyah berasal dari keturunan keluarga bangsawan


2. Bani Umayyah mempunyai harta yang cukup banyak
3. Bani Umayyah memiliki 10 anak yang terhormat dan menjadi pemimpin di Masyarakat.
Diantaranya ialah Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan

Sebagaimana yang disebut dalam sejarah, Abu Sufyan merupakan pemimpin pasuka Quraisy
yang melawan Nabi Muhammad Saw pada perang Badar Kurba. Keluarga Bani Umayyah masuk
islam ketika terjadi Fathul Makkah pada tahun ke-8 H. Abu Sufyan diberi kehormatan untuk
mengumumkan pengamanan Nabi Muhammad Saw yang salah satunya adalah barang siapa yang
masuk kerumahnya maka amanlah ia, masuk kedalam Masjidil HAram, dan Rumahnya Nabi
Muhammad Saw, maka ia juga akan merasa aman. Dengan inilah, banyak kaum dari kalangan
Bani Umayyah yang berduyun-duyun masuk islam dan menyebarkan islam ke berbagai wilayah.

Mu’awwiyah bin Abi Sufyan dilahirkan sekitar 15 tahun sebelum Hijriah dan masuk islam
saat penaklukan kota Makkah bersama-sama penduduk kota Makkah lainnya. Setelah masuk
islam, Nabi Muhammad Saw mengangkatnya sebagai anggota siding dari penulis wahyu. Dalam
perjalanan sejarah hidupnya. Ia diangkat sebagai Gubernur Syam pada Masa Utsam bin Affan.

Dari sinilah, karier politik Mu’Awwiyah bin Abi Sufyan dimulai. Setelah kemenangannya
dalam peristiwa Takhim Daumatul Jandal dan proses perdamaian yang dilakukan oleh Hasan bin
Ali bin Abi Thalib dalam peristiwa “ Ammul jama’ah” , Mu’awwiyah bin Abi Sufyan menjadi
Khalifah dalam pemerintahan Islam. Sebenarnya, Mu’awwiyah bin Abi Sufyan berhasil
mendirikan Dinasti Ummayah bukan hanya dikarenakkan kemenangan diplomasi di Siffin dan
4

terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Thalib, melainkan sejak semula iya memiliki “Basis Rasional”
yang solid bagi landasan pembangunan politiknya dimasa depan.

Adapun langkah pertama yang dilakukan oleh Mu’Awwiyah bin Abi Sufyan adalah
memindahkan ibu kota pemerintahan Islam dari Madinah ke Kota Damaskus di wilayah Suriah.
Selain itu, ia juga mengatur tentara dengan cara baru, dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh
tentara di Byzantioum, membangun Administrasi pemerintahan, dan menetapkan aturan kiriman
Pos.

Mu’Awwiyah bin Abi Sufyan meninggal dunia dalam usia 80 tahun, dan dimakamkan di
Damaskus, diperkuburan Bab Al-Zhagier. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh
Mu’Awwiyah bin Abi Sufyan sangat bertolak belakang dengan system kepemimpinan pada masa
Khulafaur Rasyidin. Pada masa ini, system pemerintahan yang digunakan adalah system
demokrasi, yaitu sistem pemerintahan berdasarkan Musyawarah dalam mengambil keputusan
dan pemilihan pimpinan dilakukan oleh rakyat.

Selain system pemerintahan, adapun perubahan lainnya, seperti Baitul Mal. Pada masa
khulafaur Rasyidin, Baitul Mal berfungsi sebagai Harta kekayaan rakyat ; setiap warga Negara
memiliki hak yang sama terhadap harta tersebut. Akan tetapi, berbeda dengan masa
Mu’Awwiyah bin Abi Sufyan, lantaran Baitul Mal beralih kedudukan menjadi Harta kekayaan
keluarga raja .

Diantara kebijakan yang dilakukan oleh Mu’Awwiyah bin Abi Sufyan pada masa
pemerintahannya ialah sebagai berikut :

1. Pembentukan diwanul hijabah, yaitu sebuah lembaga yang bertugas memberikan


pengawalan kepada Kalifah
2. Pembentukan diwanul Khatam , yakni lembaga yang bertugas mencatat semua peraturan
yang dikeluarkaan oleh khalifah dalam berita acara pemerintahan,
3. Pembentukan diwanul Barid, yaitu depertemen Pos dan transportasi, yang bertugas
menjaga pos-pos perjalanan dan menyediakan kuda sebagai alat transportasi
4. Pembentukan Shahibul kharraj ( pemungut pajak)
.
B. Para Kahlifah Dinasti Umayyah
5

Masa kekuassan dinasti Umayyah hampir mencapai satu abad, tepatnya selama 90 tahun,
dengan 14 orang Khalifah.Berikut daftar nama 14 Khalifah dari Dinasti Umayyah ;

1. Mu’Awwiyah bin Abi Sufyan ( 41-60 H / 661-680 M )


2. Yasid bin Mu’awwiyah ( 60-64 H/ 680- 683 M)
3. Mu’awwiyah bin Yasid ( 64-64 H/683-683 M)
4. Marwan bin Hakam ( 64-65 H/ 683-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/ 685-705 M)
6. Al Walid bin Abdul Malik ( 86-96 H/ 705-715 M)
7. Sulaeman bin Abdul Malik ( 96-99 H/715-716 M)
8. Umar bin Abdul Aziz ( 99-101 H/ 716-720 M)
9. Yasid bin Abdul Malik ( 101-105 H/ 720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)
11. Walid bin Yasid ( 125-126 H/ 743-744 M)
12. Yasid bin Walid ( 126-127 H/ 744-744 M)
13. Ibrahim bin Walid ( 127-127 H/ 744-745 M)
14. Marwan bin Muhammad ( 127-132/ 745-750 M)

Diantara 14 orang Khalifah Bani Umayyah yang berkuasa sekitar 90 Tahun, terdapat
beberapa orang Kahlifah yang dianggap berhasil dalam mmenajalankan roda pemerintahan.
Adapun nama-nama kahlifah Bani Umayyah yang menonjol karena prestasinya masing-masing
adalah sebagai berikut

1. Mu’Awwiyah bin Abi Sufyan


2. Abdul Malik bin Marwan
3. Al Walid bin Abdul Malik
4. Umar bin Abdul Aziz
5. Hisyam bin Abdul Malik

C. Kemajuan yang dicapai pada Masa Dinasti Umayyah

Masa pemerintah Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif lantaran perhatian
tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak zaman Khulafaur
6

Rasyidin terakhir. Hanya dalam waktu 90 tahun, banyak bangsa di empat penjuru mata angin
beramai ramai masuk kedalam kekuasan Islam yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah
Afrika Utara, Jazirah Arab, Siriah, Palestina, sebagaian daerah Anatolia, Irak, Persia, Afganistan,
India dan negeri0- negeri sekarang yang dinamakan Turkmeniistan, Uzbekistan, dan kirgistan,
yang termasuk soviet Rusia.
Kemajuan yang dicapai oleh Dinasti Umayyah tidak hanya dalam bidang Militer dan
kekuasaan, melainkan juga dalam bidang lainnya, seperti, ilmu pengetahuan, sosial, budaya,
politik, dan pemerintahan.

1. Bidang Militer dan Kekuasaan

Dalam bidang Militer, Dinasti Umayyah berhasil melebarkan sayap ekspansinya dengan
menguasai wilayah yang hampir setara dengan kekuasaan Alaxender Agung. Menurut Ahmad
Syalabi, penaklukan militer pada Zaman Bani Umayyah mencakup tiga front penting.

a. Front melawan bangsa Romawi di Asia Kecil, dengan sasaran utama pengepunan ke ibu kota
Konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di Laut Tengah.
b. Front Afrika Utara. Selain menundukkan Afrika, pasukan muslim juga menyebrangi Selat
Gibralater, lalu masuk ke Spanyol
c. Front timur menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi di jalur ini dibagi
menjadi dua arah, yang satu menuju utara ke daerah-daerah di sebrang Sungai Jihun ( Ammu
Darya) sedangkan Lainnya kea rah selatan menyusuri Sind, wilayah India bagian barat.

Ketiga front Penting penaklukan militer Dinasti Umayyah prestasi lebih besar dicapai Dinasti
Umayyah pada masa Al-Walid I yaitu di front afrika Utara dan sekitarnya. Setelah segenap
tanahb Afrika bagian utara diduduki, pasukan muslim dibawah pimpinan Thariq bin ziyad
menyebrangi Selat Gibralater masuk ke Spanyol. Lalu, ibu kotanya, Kardoba, segera dapat
direbut menyusul kemudian kota-kota lain, seperti Sevilla, Elvira, dan Toledo, Gubernur Musa
bin Nushair pun menempurnakan penaklukan atas tanah Eropa ini dengan menyisir kaki
pegunungan Pyrenia dan menyerang Carolinhian Prancis.

2. Bidang Politik dan Pemerintahan


7

Dalam bidang Politik Bani Umayyah menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru,
untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi kenegaraan yang semakin
kompleks, selain mengangkat yang semakin kompleks. Selain menggangkat majelis penasihat
sebagai pendamping, khalifah Bani Umayyah juga dibantu oleh beberapa sekretaris guna
membantu pelaksanaan tugas.

Selain itu, jasa-jasa Bani Umayyah dalam bidang pemerintahan juga cukup banyak.
Mu’awwiyah mendirikan dinas pos, menertibkan angkatan bersenjata, mencetak mata uang, dan
jabatan qadhi ( hakim) mulai berkembang menjadi profesi sendiri.

Abdul Malik bin Marwan adalah khalifah yang pertama kali membuat mata uang dinar dan
menuliskan di atasnya ayat-ayat al-Qur’an . ia juga melakukan pembenahan administrasi
pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan.

Pada masa Al-Walid bin Abdul Malik, dibangun panti-panti untuk orang cacat, membangun
jalan-jalan raya, pabrik-pabrik, gedung pemerintahan, dan mesjid masjid yang megah.
Sedangkan Umar bin Abdul Aziz memprioritaskan pembanngunan dalam negeri.
Keberhasilannya antara lain menjalin hubungan baik dalam golongan Syiah, member kebebasan
kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya, pungutan pajak
diperingan, dan kedudukan mawali ( non-Arab) disejajarkan dengan muslim Arab. Dengan
keberhasilan dan keteladannya , ia sering disebut-sebut sebagai Khalifah Kelima setelah Ali bin
Abi Thalib.

3. Bidang Sosial dan Budaya


Dalam bidang Sosial dan Budaya, Bani Umayyah telah membuka terjadinya kontak
antarbangsa muslim ( Arab) dengan negeri-negeri taklukan yang terkenal memiliki tradisi yang
luhur, sperti Persia, mesir, Eropa, dan Lain sebagainya. Hubungan tersebut melahirkan
kreativitas baru yang menakjubkan dibidang seni dan ilmu pengetahuan.
Dibidang seni , terutama seni bangunan ( Arsitektur), Bani Umayyah mencatat suatu pencapaian
yang gemilang, seperti Dome of the Rock ( Qubah ash-Shakira) di jerussalem yang menjadi
monument terbaik yang hingga kini tak henti-hentinya dikagumi orang.
Dalam bidang Ilmu pengetahuan, pada masa Dinasti Umayyah, Ilmu pengetahuan terbagi
menjadi beberapa bagian yakni al- adab al – hadith ( ilmu-ilmu baru) yang meliputi al- ulum al-
ismlamiyah ( ilmu Al-Quran , haditsh,fiqh,al-lisaniyah,at-tarikh dan al-jughrafi) al-ulum ad-
8

dakhilahyah( ilmu yang diperlukan untuk kemajuan islam ) yang meliputi ilmu kedokteran,
filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta lainnya yang disalin dari Persia dan romawi, serta al-adab
al-Qadamah ( ilmu lama) yaitu ilmu yang telah ada pascazaman Jahiliah dan ilmu pada masa
Khalifah yang empat, seperti ilmu laughah, syair, khitabah, dan amthal.
Dinasti Umayyah meneruskan tradisi kemajuan dalam berbagai bidang yang telah dilakukan
pada masa kekuassaan sebelumnya (khulafaur Rasyidin) diantaranya, dalam boidang peradaban.
Dinasti Umayyah telah menemukan jalan yang lebig luas kearah pengembangan dan perluasan
berbagai ilmu pengetahuan, dengan bahasa Arab sebagai Media utamanya. Kemajuan dalam
bidang Pengembanagan dan pengetahuan ialah
1. Pengembangan Bahas Arab
2. Kota Pusat kegiatan Ilmu
3. Ilmu Qira’at
4. Ilmu Tafsir
5. Ilmu haditsh
6. Ilmu Fiqh
7. Ilmu Nahwu
8. Ilmu Jughrafi dan Tarikh
9. Usaha penerjemahan

D. Mengenal Dinasti Abbasiyah


Dinasti Abbasiyah merupakan keturunan Abbas, yakni paman Nabi Muhammad SAW., yang
memerintah pada tahun 750-1258, dari Baghdad, tempat yang dipilih khalifah Abbasiyah kedua
pada tahun 762, dan dari Samara pada abad ke-9. Nama Dinasti Abbasiyah diambilkan dari nama
salah seorang paman nabi Muhammad SAW., yakni Al-Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim.
Maka dari itu, Bani Abbasiyah merasa lebih berhak daripada Bani Umayyah atas kekhalifahan
Islam, karena mereka adalah cabang dari Bani Hasyim yang secara nasab merupakan keturunan
yang lebih dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Adapun khalifah pertama dari pemerintahan ini
adalah Abdullah ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul
Muthalib.

Di kota Mumaimah, bermukim keluarga Abbasiyah. Salah seorang pimpinannya bernama Al-
Imam Muhammad bin Ali, yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti
9

Abbasiyah. Para pengikut Abbasiyah berjumlah 150 orang, di bawah pimpinannya yang
berjumlah 12 orang, sedangkan puncak pimpinannya ialah Muhammad bin Ali.

Secara resmi, Abul Abbas ash-Shaffah mendirikan Dinasti Abbasiyah pada tahun 132 H/750
M. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung lama, yakni 5 abad, pada tahun 132-656 H (750-
1258 M). Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pikiran yang pernah
dinyatakan oleh Bani Hasyim (Alawiyun), setelah meninggalkan Nabi Muhammad SAW. Bagi
mereka yang berhak yang berhak berkuasa dalah keturunan Nabi Muhammad SAW., dan anak-
anak beliau.

Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah diawali dari tahap persiapan dan perencanaan yang
dilakukan oleh Ali bin Abdullah bin Abbas, zahid yang hidup pada masa Umar bin Abdul Aziz
(717-720 M). Persiapan yang dilakukan oleh Ali adalah melakukan propaganda terhadap umat
Islam (khususnya Bani Hasyim).

Propaganda Muhammad bin Ali mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat karena
beberapa faktor.

1. Meningkatnya kekecewaan kelompok mawali terhadap Dinasti Umayyah. Sebab selama


ini, Dinasti Umayyah berkuasa dan ditempatkan di posisi kelas dua dalam sistem sosial,
sedangkan orang-orang Arab menduduki kelas Bangsawan.
2. Pecahnya persatuan anrarsuku bangsa Arab dengan lahirnya fanatisme kesukuan antara
Arab Utara dengan Arab Selatan.
3. Timbulnya kekecewaan kelompok agama terhadap pemerintahan yang sekuler, karena
mereka menginginkan pemimpin negara yang memiliki pengetahuan dan integritas
keagamaan yang mumpuni.
4. Perlawanan dari kelompok Syi’ah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang
pernah dirampas oleh Bani Umayyah, karena mereka tidak mudah melupakan peristiwa
tersebut.

Masa pemerintahan Abbasiyah merupakan masa keemasan Islam, atau yang sering kali
disebut the golden age. Pada masa itu, umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam
bidang ekonomi, peradaban, maupun kekuasaan. Selain itu, berkembang pula berbagai cabang
ilmu pengetahuan ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing
10

ke bahasa Arab. Fenomena ini selanjutnya melahirkan cendekiawan-cendekiawan besar yang


menghasilkan beragam inovasi baru dalam aneka disiplin ilmu pengetahuan.

Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, wilayah Islam sangat luas, meliputi wilayah yang
dikuasai oleh Bani Umayyah, seperti Saudi Arabia, Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Uni
Emirat, Arab, Kuwait, Irak, Iran, Yordania, Palestina (Israel), Lebanon, Mesir, Libya, Tunisia,
Aljazair, Maroko, Spanyol, Afganistan, dan Pakistan.

Selama Bani Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda, sesuai
dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan
politik itu, para sejarawan membagi masa pemerintahan Abbasiyah dalam empat perioe berikut :

1. Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya masa pemerintahan Abbasiyahtahun 132 H


(750 M ) sampai meninggalnya Khalifah Al-Wasiq pada tahun 232 H (847 M).

2. Masa Abbasiyah II, yakni sejak Khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H (847 M) sampai
masa pemerintahan Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946 M).

3. Masa Abbasiyah III , yaitu sejak berdirinya pemerintahan Buwaihiyah pada tahun 334 H
(946 M) hingga masuknya kaum Saljuk ke Baghdad pada tahun 447 H (1055 M).

4. Masa Abbasiyah IV, yakni sejak masuknya orang-orang Saljuk ke baghdad pada tahun 477
H (1055 M) sampai jatuhnya baghdadke tangan bangsa mongol di bawah pimpinanHulagu
khan pada tahun 656 H (1258 M)

Namun, pendapat lain menerangkan bahwa berdasarkan pola perubahan pemerintahan dan
politik itu, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode
berikut:

1. Periode pertama (132-232 H atau 750-847 M yang disebut periode pengaruh Arab dan
Persia pertama.
2. Periode kedua (232-334 H atau 847-945 M ) yang dinamakan periode Turki pertama.
3. Periode ketiga ( 334-447H atau 945-1055 M ) yang disebut periode pengaruh Persia
kedua
4. Periode keempat (447-590 H atau 1055-1194 M ) yang dinamakan periode pengaruh
Turki kedua.
11

5. Periode kelima (590-656 H atau 1194-1258 M) ,yakni masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota baghdad.

E. Para Khalifah Dinasti Abbasiyah

Menurut asal usul penguasa selama masa 508 tahun, pemerintahanAbbasiyah mengalami tiga
kali pergantian penguasa, yakni Bani Abbasiyah, Bani Buwaihiyah, dan Bani Saljuk.

1. Khalifah-khalifah pada Masa Dinasti Abbasiyah


Berikut khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah yang terbagi ke dalamtiga kelompok tersebut,
yang berjumlah 37 khalifah:
a. Khalifah Abbasiyah
1. Khalifah Abul abbas ash-Shaffah (750-754 M).
2. Khalifah Abu ja’far al- Manshur (754-775 M).
3. Khalifah Al-Mahdi (775-785 M).
4. Khalifah Al-Hadi (785-786 M).
5. Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M).
6. Khalifah Al-Amin (809-813 M).
7. Khalifah Al-Makmun (813-833 M).
8. KhalifahAl-Muktasim (833-842 M).
9. Khalifah Al-Wasiq (842-847 M).
10. Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M).
11. Khalifah Al-Muntasir (861-862 M).
12. Khalifah Al-Mustain (862-866 M).
13. Khalifah Al-Muktazz (866-869 M).
14. Khalifah Al-muhtadi (869-870 M).
15. Khalifah Al-Muktamid (870-892 M).
16. Khalifah Al-Muktadid (892-902 M).
17. Khalifah Al-Muktafi (902-908 M).
18. Khalifah Al-muktadir (908-932 M).
b. Khalifah Bani Buwaihiyah
1. Khalifah Al-Kahir (932-934 M).
2. Khalifah Ar-Radi (934-940 M).
12

3. Khalifah Al-Mustagi (940-944 M).


4. Khalifah Al-Muktafi (944-946 M).
5. Khalifah Al-Mufi (946-974 M).
6. Khalifah At-Tai (974-991 M).
7. Khalifah Al-Kadir (991-1031 M).
8. Khalifah Al-Kasim (1031-1075 M).
c. Khalifah Bani Saljuk
1. Khalifah Al-Muqtadi (1075-1084 M).
2. Khalifah Al-Mustazhir (1084-1118 M).
3. Khalifah Al-Mustasid (1118-1135 M).
4. Khalifah Ar-Rasyid (11351136 M).
5. Khalifah Al-Mustafi (1136-1160 M).
6. Khalifah Al-Mustanjid (1160-1170 M).
7. Khalifah Al-Mustadi (1170-1180 M).
8. Khalifah An-Nasir (1180-1224 M).
9. Khalifah Az-Zahir (1224-1226 M).
10. Khalifah Al-Muntasir (1226-1242 M).
11. Khalifah Al-Muktasim (1242-1258 M).

F. Para Khalifah pada Masa Dinasti Abbasiyah yang Mencapai Masa Keemasan
Pada periode pertama pemerintahan , Bani Abbasiyahmencapai masa keemasan. Secara
politis, para khalifah betul-betul tokoh-tokoh yang kuat, sekaligus sebagai pusat kekuasaan ,
politik, dan agama. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini
juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
Islam.
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan di bawah
pimpinan Al-Mahdi, Al-Hadi, Harun ar-Rasyid, Al-Makmun, Al-Muktasim, Al-Wasiq, dan Al-
Mutawakkil. Berikut sekilas informasi mengenai khalifa pada masa keemasan Bani Abbasiyah
tersebut:
1. Al-Mahdi (775-785 M)
13

Al-Mahdi dilahirkan di Hamimah padatahun 126 H. Sewaktu ayahnya, Al-Manshur, menjadi


khalifah, Al-Mahdi berusia 10 tahun. Sementara itu, Isa bim Musa sebagai putra mahkota calon
pengganti Al-Manshur menurut perjanjian yang dibuat oleh Abul Abbas as-Shaffah.
Meskipun begitu, Al-Manshur berniat mencalonkan anaknya menjadi penggantinya kelak. Oleh
karena itu, ia mengambil langkah-langkah untuk mengasuh dan mengajari anaknya tentang
kepahlawanan dan cara-cara memimpin tentara.
Ketika Al-Mahdi menjadi khalifah, negara telah dalam keadaan stabil dan mantap,
dapatmengendalikan musuh-musuh, dan kondisi keuangan pun telah terjamin. Maka dari itu,
masa pemerintahan Al-Mahdi terkenal sebagai masa yang makmur dan hidup dalam kedamaian.
2. Al-Hadi (775-786 M)
Al-Hadi adalah khalifah pengganti Al-Mahdi, yangmerupakan anaknya sendiri. Pada tahun
166 H, Al-Mahdi melantik pula anaknya lainnya,yaitu harun Ar-Rasyid sebagai putra mahkota
calon pengganti Al-Hadi. Jikalau Al-Mahdi wafat Al-Hadi dilantik menjadi khalifah yang
menggantikannya secara resmi.
Khalifah Al-Hadi adalah pemimpinyang tegas, walaupun ia gemar bersenda gurau, tetapi ini
tidak melalaikannya dari memikul tanggung jawab. Seperti yang telah diketahui, ia berhati
lembut, berjiwa bersih, berakhlak baik, baik tutur katanya, senantiasa berwajah manis, dan jarang
menyakiti orang.
3. Harun ar-Rasyid (785-809 M)

Harun ar-Rasyid dilahirkan di Raiyi pada tahun 145 H. Ibunya adalah Khaizuran, mantan
seorang hamba dan juga ibunda Al-Hadi. Ia telah diasuh dengan baik agar berkepribadian kuat
dan berjiwa toleransi .

Harun ar-Rasyid dilantik oleh ayahnya, Al-Mahdi, sebagai amir di Saifah pada tahun 163 H.
Selanjutnya, pada tahun 164 H, Harun ar-Rasyid dilantik dan memerintah seluruh wilayah
Anbar serta negeri-negeridi Afrika Utara. Harun ar-Rasyid telah melantik pula beberapa orang
pegawai tinggi, yang bertugas mewakilinya di kawasan-kawasan tersebut.

Kepribadian dan akhlak Harun ar-Rasyid dinilai baik dan mulia, yang menyebabkannya
sangat dihormati dan disegani. Ia termasuk salah satu khalifah yang suka bercengkrama, alim,
dan dimuliakan. Selain iu juga, ia terkenal sebagai seorang pemimpin yang pemurah dan suka
14

berderma. Ia pun menyukai musik dan ilmu pengetahuan, serta dekat dengan para ulama dan
penyair.

Khalifah Harun ar-Rasyid mampu membawa negeri yang dipimpinnya ke masa kejayaan,
kemakmuran, dan kesejahteraan. Bahkan bisa dikatakan masa keemasan Dinasti Abbasiyah pada
masa Harun ar-Rasyid. Wilyah Irak pada masa kekuasaannya menjadi pusat ilmu pengetahuan
dan kebudayaan di dunia Timur Kota Baghdad menjadi ibu kota pemerintahan sekaligus kota
terpenting di Irak. Hinga masa kekuatan Al-Muktasim, Ibu Kota Dinasti Abbasiyah masih berada
di Baghdad. Berikut usaha-usaha Harun ar-Rasyid selama masa pemerintahannya:

a. Mengembangkan ilmupengetahuan dan seni,


b. Membngun gedung-gedung dan sarana sosial,
c. Memajukan bidang ekonomi dan industri, serta
d. Memajuka bidang politik pemerintahan dan perluasan wilayah Dinasti Abbasiyah.
4. Al-Makmun (813-833 M)
Nama lengkap Al-Makmun adalah Abdullah Abdul Abbasal-Makmun. Ia adalah anak dari
Khalifah Harun ar-Rasyid yang dilahirkan pada 15 Rabi’ul Awal tahun 170 H atau 786 M.
Kelahirannya bertetapatan dengan wafatnya sang kakek, yaitu Musa al-Hadi , juga bersamaan
dengan masa ayahnya diangkat menjadi khalifah. Sedangkan Ibunda al-Makmun adalah seorang
mantan hamba sahaya yang bernama Marajil.
Selain sebagai seorang pejuang yang pemberani, Al-Makmun juga sebagia seorang
pengusaha yang bijaksana. Semangat berkarya, bijaksana,pengampun, adil, dan cerdas
merupakan sifat-sifat yang menonjol dalam kepribadiannya.
Selama menjabat sebagai pemimpin Bani Abbasiyah, Al-Makmun telah berusaha melakukan
perbaikan-perbaikan berikut:
1. Menghentikan berbagai gerakan pemberontakan demi menciptakan stabilitas dalam
negeri.
2. Penertiban administrasi negara untuk penataan kembali sistem pemerintahan
3. Pembentukan badan negara
4. Pembentukan baitul hikmah dan majelis munazarah.baitul hikmah berfungsi sebagai
perpustakaan (daur al-kutub), yang didalamnya turut aktif para guru dan ilmuwan, yang
aktivitasnya berupa penerjemahan, penulisan, dan penjilidan.
15

5. Al-Muktasim (833-842 M)

Abu Ishak Muhammadal-Muktasim lahir pada tahun 187 H. Ibunya bernama Maridah. Ia
dibesarkan dalam suasana ketentaraan, karena sifat berani dan minatnya menjadi pahlawan. Pada
masa pemerintahan Al-Makmun, Al-Muktasim merupakan “tangan kanannya” dalam
menyelesaikan kesulitan dan memimpin peperangan. Selain itu, Al-Makmun juga melantik Al-
Muktasim sebagai pemerintah di negeri Syam dan Mesir, kemudian melantiknya pula sebagai
putra mahkota.

Al-Muktasim menyandang jabatan khalifah sesudah wafatnya Al-Makmun. Ia berpindah ke


Samara bersama angkatan tentaranya. Di sana, ia mendirikan istana, masjid, dan sekolah-
sekolah. Tidak lama kemudian, Samara semakin megah seperti Baghdad, tetapi ia tidak pernag
menggantikan Baghdad sebagai pusat intelektual yang besar. Hal ini juga didukung olah kondisi
perkembagan ilmu pengetahuan pada masa itu, yang turut berkembangdengan pesat; bukan
hanya ilmu pengetahuan umum, melainkan juga ilmu pengetahuan agama.

6. Al-Wasiq (842-847 M)

Al-Wasiq dilahirkan pada tahun 196 H. Ibunya adalah keturunan Roma bernama Qaratis. Al-
wasiq berkepribadian luhur, berpikiran cerdas, dan berpandangan jauh dalam mengurus segala
perkara. Ayahnya telah memberinya kekuasaan di Baghdad, ketika Al-Muktasim berpindah ke
Samara bersama-sama dengan angkatan tentaranya, kemudian melantiknya sebagai putra
mahkota calon khalifah.

Al-Wasiq telah menyandang jabatan khalifah setelah wafatnya Al-Muktasim, ayahnya. Al-
Wasiq adalah penguasa yang sangat cakap, pemerintahannya mantap, dan penuh perhatian. Ia
banyak memberikan uang dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahannya,
industri maju dan perdagangan lancar.

7. Al-Mutawakkil (847-861 M)
Al-Mutawakkil atau Ja’far Al-Mutawakkil adalah putra dari Al-Muktasim billah (833-842
M) dari seorang wanita Persia.ia menggantikan saudaranya Al-Wasiq. Selama masa
pemerintahannya, Al-Mutawakkil menunjukkan rasa toleran terhadap sesama. Ia mengandalkan
negarawan Turki dan pasukannya untuk meredam pemberontakan dan memimpin pasukan
menghadapi pasukan asing. Ia wafat pada 11 Desember 861 M.
16

G. Masa Kejayaan Dinasti Abbasiyah

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peradaban dan kebudayaan Islamtumbuh dan
berkembang, bahkan mencapai kejayaan pada masa Dinasti Abbasiyah, hal tersebut dikarenakan
Dinasti Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada
perluasan wilayah.

Abad X Masehi disebut abad pembangunan daulah islamiyah, ketika dunia islam, mulai
Kordobadi Spanyol sampai Multan di Pakistan, mengalami pembangunan dalam segala bidang,
terutama ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dunia Islam sewaktu itu dalam keadaan maju,
jaya, makmur, sebaliknya dunia Barat masih dalam keadaan tertinggal dan primitif. Dunia islam
telah sibuk mengadakan penelitian di laboratorium dan observatorium; dunia Barat masih asyik
dengan jampi-jampi dan dewa-dewa. Hal ini dikarenakan agama Islam yang dibawa oleh nabi
Muhammad SAW. Telah menimbulkan dorongan menumbuhkan suatu kebudayaan baru, yaitu
kebudayaan Islam. Berikut berbagai kemajuan yang dicapai Dinasti Abbasiyah dalam berbagai
bidang:

1. Gerakan penerjemahan
Peletak dasar gerakan penerjemahan adalah Bani Umayyah. Namun, usaha menerjemahkan
berbahasa asing, terutama bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab, mengalami masa
keemasan pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Para ilmuwan diutus ke daerah
Byzantium untuk mencari naskah-naskah dalam berbagai ilmu, khusunya filsafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah adalah Khalifah
Al-Manshur yang juga membangun ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan naskah yang
diterjemahkan terkait bidang astrologi, kimia, dan kedokteran. Selanjutnya, yang diterjemahkan
ialah naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato
Pada masa keemasan , karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu
pragmatis,seperti kedokteran. Sebenarnya, naskah astrolonomi dan matematika juga
diterjemahkan. Sedangkan, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang
diterjemahkan karena dianggap kurang bermanfaat. Sementara itu, dalam bidang bahasa Arab,
perkembangan ilmu-ilmu di bidang tersebut sudah sangat maju.
Pada masa ini, ada baitul hikmah, yaitu perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun ar-Rasyid, diganti namanya menjadi
17

khaizanah al-hikmah, yang dikembangkan dan diubah namanya menjadi baitul hikmah,
dipergunakan secara lebih maju, yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang
diperoleh dari, Persia, Byzantium, bahkan Etiopia dan India.
Sementara itu, direktur perpustakaannnya ialah seorang nasionalis Persia, yakni Sahl bin
Harun. Di bawah kekuasaan Al-Makmun, lembaga tersebut difungsikan sebagai perpustakaan
sekaligus pusat kegiatan studi serta riset astronomi dan matematika.

2. Bidang Ilmu Pengetahuan; Kebangkitan intelektual


Gerakan pengembangan imu secara besar-besaran dirintis oleh Khalifah Ja’far al-Manshur ,
setelah ia mendirikan kota baghdad (144 H atau 762 M), dan menjadikannya sebagai ibu kota
negara. Ia menarik banyak ulama dan ahli dari berbagai daerahuntuk datang dan tinggal di
baghdad. Ia merintis usaha pembukaan ilmu agama, seperti fiqh, tafsir, tauhid, maupun ilmu
lainnya, seperti bahasa dan ilmu sejarah.
Pada masa itu, hidup para filsuf, pujangga, ahli baca al-Qur’an , dan ulama di bidang agama.
Didirikan pula perpustakaan atau baitul hikmah, yang didalamnya orang-orang dapat membaca,
menulis, dan berdiskusi. Berkembang juga ilmu pengetahuan agama,seperti ilmu al-Qur’an,
qira’at, hadits, fiqh, ilmu kalam, bahasa, dan sastra.
Empat mazhab fiqh tumbuh dan berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah. Imam Abu
Hanifah (meninggal dunia di Baghdad pada tahun 150 H atau 667 M) adalah pendiri mazhab
Hanafi. Sedangkan Imam Malik bin Anas banyak menulis hadits sekaligus pendiri mazhab
Maliki (wafat di Madinah pada tahun 179 H atau 795 M). Adapun Muhammad bin Idris asy-
Syafi’i (wafat di Mesir pada tahun 204 H atau 819 M) adalah pendiri mazdhab Syafi’i.ss
sedangkan, Ahmad bin Hanbal ialah pendiri madzhab Hanbali (wafat pada tahun 241 H atau 855
M). Selain itu, berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam,
geografi, aljabar, aritmetika, astronomi, musik, kedokteran, serta kimia.
Dinasti Abbasiyah, dengan pusatnya di Baghadad sangat majusebagai pusat kota peradaban
dan ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dapat dibeda kan
menjadi dua, yakni perkembangan bidang ilmu naqli, dan aqli.
a) Perkemabangan Bidang Ilmu Naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (al-Qur’an dan hadits), atau ilmu yang
berhubungan dengan agama Islam. Ilmu ini mulai dimulai disusun perumusannya sekitar 200
18

tahun setelah hijrah nabi Muhammad SAW., sehingga menjadi ilmu yang kita kenal sekarang,
seperti ulumul qur’an, ilmu tafsir, hadits, ilmu kalam, bahasa, dan fiqh.
b) Perkembangan Bidang Ilmu Aqli
Para ahli di kalangan kaum muslimin mengembangkan penelitian dan pemikiran
mereka,menguasai semua ilmu dan pemikiran filsafat yang pernah berkembang pada masa itu,
serta melakukan penelitian secara empiris, dengan mengadakan eksperimen sekaligus
mengembangkan pemikiran spekulatif, dalam batas-batasyang tidak bertentangan dengan
kebenaran wahyu. Semenjak itu, dimulailah pembentukan ilmu-ilmu Islam di bidang aqli, yang
sering disebut Abad Keemasan, yang berlangsung pada tahun 900-1100 M.
Dalam bidang ilmu aqli, berkembang berbagai kajian dalam bidang filsafat, logika,
metafisika, ilmu alam, geometri, aljabar, aritmetika, farmasi, matematika, geografi, astronomi,
musik, kedokteran, kimia, sejarah, dan sastra.

3. Bidang Ekonomi
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan perdagangan. Ada berbagai industri yang
berkembang saat itu, seperti kain linen dari Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, serta kertas dari
samarkand, sekaligus beragam produk pertanian, seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Irak.
Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke brbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah
dan negara lain.
Karena industrialisasi yang muncul di perkotaan inilah, urbanisasi tak dapat di bendung lagi.
Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan
Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah. Perdagangan wilayah-wilayah lain
merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan pemerintahan
Abbasiyah, Dinasti tang di Tiongkok juga mengalami masa puncak kejayaan, sehingga hubungan
perdagangan di antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.

4. Bidang Keagamaan
Di bawah kekuasaan bani bbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan . pada masa
inilah, ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, yaitu tafsir bi
al-ra’yi, dan tafsir bi al-ma’tsur.
19

Dalam bidang hadits, masa ini hanya merupakan penyempurnaan, atau pembukuan dari
catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini pula, dimulai pengklasifikasian hadits, sehingga
muncul hadits dha’if, maudlu’, shahih, dan lain-lain.
Sedangkan, dalam bidang hukum islam, karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al-
Fiqh karya Zaid bin Ali (wafat pada tahun 122 Hatau 740 M), yang berisi tentang fiqh Syi’ah
Zaidiyah. Sementara itu, hakim agung yang pertama adalah Abu Hanifah (wafat pada tahun 150
H atau 767 M). Meskipun dianggap sebagai pendiri madzhab Hanafi,karya-karyanya sendiri
tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh al-Akbar(terutama berisi artikel
tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifa berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan
karena ditulis oleh para muridnya.
Berbagai kemajuan yang dicapai oleh Dinasti Abbasiyah tersebut tentu didukung oleh
berbagai faktor. Berikut beberapa faktor mendukung keberhasilan Bani Abbasiyah dalam
berbagai bidang:
1) Islam semakin meluas, tidak hanya di Damaskus, melainkan juga di baghdad.
2) Adanya perkembangan ilmu pengetauhuan.
3) Dalam hal penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbasiyah, ada jabatan wazir.
4) Ilmu pengetahuan dipandang sebgai sesuatu yang sangat mulia dan berharga. Para
khalifah membuka kesempatan pengembangan pengetahuan seluas-luasnya.
5) Rakyat bebas berpikir serta memperoleh hak asasi dalam segala bidang.
6) Pemerintahan Abbasiyah bersungguh-sungguh membangun dan meningkatkan
pereokonomian mereka. Meraka memiliki perbendaharaan yang berlimpah dikarenakan
penghematan dalam pengeluaran.
7) Para khalifah mendukung perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga banyak buku yang
dikarang dalam berbagai ilmu pengetahuan, serta buku-buku pengetahuan berbahasa
asing diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
8) Adanya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsalain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan ilmu pengetahuan. Asimilasi itu berlangsung efektif, dan
bangsa-bangsa tersebut memberi saham pengetahuan yang bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai