Pedoman Kamar Bersalin DIKA 2019

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 29

Pedoman Pelayanan Kamar Bersalin

RSIA Mutiara Bunda

Jl. Dr. Cipto mangunkusumo no.3 (H.Mencong)


Ciledug -Tangerang

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah SWT buku Pedoman RS bersalin 24 jam dapat diselesaikan.Pedoman ini
diharapkan menjadi acuan bagi bagi RS Kabupaten/Kota maupun rumah sakit lainnya dalam
menyelenggarakan pelayanan kamar bersalin 24 jam sesuai dengan standar, karena memuat
beberapa hal yang seharusnya ada dan dilaksanakan sehingga penanganan kasus emergensi
maternal dan neonatal dapat terlaksana secara maksimal. Penurunan kematiandan
peningkatan kualitas hidup ibu dan anak tidak terlepas dari penanganan kasus emergensi di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
Sehingga kamar bersalin di Rumah Sakit sebagai suatu kesatuan sistem rujukan mempunyai
peran yang sangat penting. Upaya peningkatan kamar bersalin di Rumah Sakit dilakukan
melalui berbagai upaya antara lain peningkatan pengetahuan dan keterampilan
tim,pemenuhan tenaga kesehatan, pemenuhan ketersediaan peralatan, obat dan bahanhabis
pakai, terlaksananya manajemen pelayanan keperawatan dan pelayanan darah yang aman,
serta bimbingan teknis yang dilaksanakan oleh multidisipliner dalam penyelenggaraan kamar
bersalin. Buku ini tersusun atas kerjasama antara lintas program terkait di Kementerian
Kesehatan dengan POGI, IDAI, IBI, PPNI dan JNPK-KR. Kami mengucapkan terimakasih
pada semua pihak yang telah berkontribusi hingga selesainya buku ini. Kami menyadari
pedoman ini belum sepenuhnya sempurna sehingga masukan yang bersifat membangun
sangat kami harapkan.

Tangerang, 29 Juli 2017

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


DAFTAR ISI
Judul..................................................................................................
Kata pengantar...................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN:
a. Latar Belakang.............................................................................................
b. Pengertian ....................................................................................................
c. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran ...................................................................
BAB 2 LINGKUP PELAYANAN KAMAR BERSALIN 24 JAM
BERDASARKAN STANDAR KINERJA KLINIS:
a. A Kamar Bersalin Rumah Sakit Kelas D dan C……………………………
b. B. Kamar Bersalin Rumah Sakit Kelas B.........................................................
c. C. Kamar Bersalin Rumah Sakit Kelas A ........................................................
BAB 3 KRITERIA KAMAR BERSALIN 24 JAM
BERDASARKAN STANDAR KINERJA MANAJEMEN:
a. Kriteria Umum kamar bersalin ..................................................................
b. Kriteria Khusus ...........................................................................................
I. kamar bersalin RS Kelas D dan C
II. kamar bersalin RS Kelas B …………………………………………….
III. Kamar bersalin RS Kelas .......................................................................
BAB 4 PENINGKATAN KUALITAS KAMAR BERSALIN :
a. On The Job Training ..................................................................................
b. In House Training .......................................................................................
c. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja ..............................................................
BAB 5 REGIONALISASI RUJUKAN MATERNAL NEONATAL
a. Pengertian ...................................................................................................
b. Berbagai Langkah Regionalisasi Rujukan Maternal Neonatal ...................

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


TATA LAKSANA PELAYANAN

Kebijakan Dan Prosedur


1. Penerimaan Pasien Baru
Prosedur yang dilakukan oleh bidan
- Menerima pasien baru dan melakukan serah terima dengan perawat/bidan
dari ruangan sebelumnya.
- Mencocokkan gelang identitas pasien, meyakinkan ketepatan identitas
pasien dengan bertanya langsung kepada pasien. Setelah identitas sesuai,
gelang dikenakan ke tangan pasien.
- Menambahkan gelang pasien dengan tanda alergi atau resiko tinggi sesuai
dengan ketentuan.
- Melakukan pengkajian kebidanan.
- Melakukan observasi tanda-tanda vital.
- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai
dengan kondisi pasien.
- Melaporkan hasil pengkajian kepada dokter penanggung jawab dan
melakukan tindakan sesuai instruksi dokter.
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan.
Prosedur yang dilakukan oleh dokter
- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan
dilakukan beserta kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama
tindakan maupun setelah selesai tindakan.
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan
tindakan

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


1. Penerimaan Dan Perawatan Pasien Rawat Inap Sehari (two Day Care)
Prosedur yang dilakukan oleh bidan
- Menerima pasien di kamar bersalin (VK)
- Bidan kamar bersalin melengkapi berkas rekam medis pasien
- Bidan kamar bersalin melaporkan ke dokter operator dan dokter anastesi
bahwa pasien sudah di kamar bersalin
- Bidan kamar bersalin melakukan persiapan tindakan seperti mengganti baju
pasien, membersihkan lipstik dan melepaskan perhiasan pasien, observasi
tanda-tanda vital, anjurkan pasien buang air kecil terlebih dahulu dan lain-
lain
- Setelah tindakan dilaksanakan, pasien diobservasi kondisi umum dan tanda-
tanda vitalnya
- Jika keadaan umum pasien baik maka bidan memberi tahu keluarga pasien
untuk menyelesaikan administrasi
- Keluarga pasien menandatangani Persetujuan Peraturan RSMI.
- Bidan menjelaskan pada keluarga pasien mengenai perawatan paska
tindakan dirumah, menyerahkan obat pulang dan kartu kontrol dengan
menggunakan formulir resume keperawatan
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan
Prosedur yang dilakukan oleh dokter
- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan
dilakukan beserta kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama
tindakan maupun setelah selesai tindakan
- Melakukan tindakan di ruang tindakan
- Membuat resep dan menjadwalkan kontrol
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan
tindakan

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


2. Persiapan Pasien Pre Op Sectio Cesarea
Petugas yang melaksanakan : bidan yang bertanggung jawab kepada
pasien
Prosedur :
- Memastikan bahwa pasien telah mendapatkan penjelasan dari dokter
penanggung jawab dan anestesi mengenai tindakan operasi yang akan
dilakukan
- Meminta pasien atau keluarga mengisi formulir surat persetujuan tindakan
section cesarea dan surat ijin tindakan anestesi
- Melakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya
sesuai anjuran dokter (hematologi, masa perdarahan, PT/APTT)
- Siapkan pasien, puasa, cukur daerah operasi, persiapkan darah bila
diperlukan, melepas protese dan lain-lain
- Lengkapi formulir check list pre operasi yang terdapat di dalam
pendokumentasian
- Menghubungi dokter spesialis anak untuk memberitahukan pasien sudah
siap diantar ke kamar operasi
- Hubungi ruang operasi untuk memastikan bahwa pasien akan diantar
- Antar pasien ke ruang operasi sesuai jadwal, minimal 30 menit sebelum
jadwal operasi
- Cek Denyut Jantung Janin (DJJ) dengan disaksikan perawat kamar operasi
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan
-
Prosedur yang dilakukan oleh dokter
- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan
dilakukan beserta kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama
tindakan maupun setelah selesai tindakan
- Melakukan tindakan di kamar operasi

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


- Membuat resep dan protap perawatan selanjutnya
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan
tindakan
3. Asistensi Dokter Dalam Menolong Persalinan Normal
Petugas yang melaksanakan : bidan yang bertanggung jawab kepada
pasien

Prosedur :
- Kontrol his, monitor denyut jantung janin dan perhatikan keadaan umum
pasien
- Mengkaji adanya faktor resiko pada ibu dan janin sebelum proses
persalinan, laporkan pada dokter
- Periksa dalam untuk menentukan diagnosis sudah memasuki kala II
- Monitor denyut jantung bayi sesuai dengan partograf
- Lakukan perawatan kala III
- Bantu dokter dalam proses penjahitan luka perineum
- Lakukan perawatan kala IV
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan
Prosedur yang dilakukan oleh dokter
- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan
dilakukan beserta kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama
tindakan maupun setelah selesai tindakan
- Melakukan tindakan pertolongan persalinan
- Melakukan jahit perineum dengan didampingi oleh bidan
- Membuat resep dan membuat protap perawatan selanjutnya
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan
tindakan

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


4. Asistensi Tindakan Curretage
Prosedur :
- Memastikan pasien telah mendapatkan penjelasan tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter operator
- Mempersiapkan surat izin tindakan curettage dan surat izin tindakan
anestesi yang telah ditandatangani oleh pasien atau keluarga pasien
- Persiapkan pasien seperti puasa, pasang infuse, pakaian pasien, kosongkan
kandung kemih dan lain-lain.
- Masukan jaringan dalam bokal berisi formalin 10% dan diberi identitas
pasien untuk jaringan yang akan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi,
untuk jaringan yang tidak akan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi,
jaringan dapat dimasukan dalam bokal/plastik tanpa formalin dan diberikan
pada keluarga (dicek apakah boleh jaringan yanng sudah diambil tidak di
PA)
- Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan sampai
dengan 3-4 jam pasca tindakan curretage
- Jika keadaan umum pasien baik, tanda-tanda vital normal, tidak ada
perdarahan dan keluhan, pasien diperbolehkan pulang setelah menunjukkan
surat ijin pulang.
- Mempersiapkan pasien pulang

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai
dengan kondisi pasien
- Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan
dilakukan beserta kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama
tindakan maupun setelah selesai tindakan.
- Pasien dilakukan anastesi oleh dokter anestesi/Penata Anastesi
- Melakukan tindakan curretage
- Membuat resep dan jadwal kontrol

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien
yang ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan
tindakan

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


BAB V
LOGISTIK

Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dn penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan serta penghapusan materi atau alat. Lebih lanjut, logistik diartikan
bagian dari instansi yang bertugas menyediakan bahan atau barang yang dibutuhkan
untuk kegiatan operasional suatu instansi dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang
tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin (Adiatama, 2002).
Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur manajemen di proses melalui
fungsi manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat
terselenggaranya fungsi logistik.
Rumah sakit merupakan suatu usaha yang melakukan produksi jasa sehingga
logistik dalam rumah sakit bukan logistik pendistribusian barang, tetapi hanya
menyangkut manajemen persediaan bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan
untuk memproduksi jasa tersebut.
Logistik dalam rumah sakit bermula dari perolehan (procurement) dan berakhir
dengan dokumen penuh dari usaha pembedahan dan pengobatan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit adalah suatu
proses pengolahan secara strtegis terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian,
serta pemantauan persediaan barang (stock, material, supplies, inventory, etc) yang
diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.
Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di
rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi :
a. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam
proses pelayanan kesehatan di rumah sakit. Obat merupakan salah satu
komponen utama pendapatan rumah sakit. Tantangan dalam melaksanakan
logistik obat di rumah sakit secara baik tergolong tinggi. Berbagai pihak terlibat
dalam logistik obat di rumah sakit.
b. Logistik Alat Kesehatan
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang
digunakan dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Masalah utama yang

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


sering terjadi adalah manajemen inventaris yang kurang baik, sehingga
mengakibatkan alat kesehatan yang disimpan berlebihan.
c. Logistik Food and Baverages
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan pelayanan gizi, baik untuk
pasien atau untuk karyawan rumah sakit. Masalah yang sering muncul adalah
barang hilang atau berkurang dan mutu proses yang bervariasi.
d. Logistik Barang Kuasi
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan barang kelengkapan
administrasi rumah sakit. Masalah yang sering terjadi adalah sediaan barang
kuasi ynag terlalu banyak.
e. Logistik Peralatan Medis dan Non Medis
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan peralatan medis dan non
medis yang digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Masalah yang
sering dihadapi adalah penyimpanan alat dan persediaan suku cadang.
f. Logistik Sarana dan Prasarana Gedung
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan sarana dan prasarana gedung
rumah sakit. Nilai sarana dan prasarana gedung rumah sakit dapat mencapai
sekitar 40% dari nilai aset total rumah sakit. Masalah yang sering muncul :
1) Pembangunan sarana dan prasarana yang tidak efisien
2) Pemeliharaan saran dan prasarana yang tidak sesuai standar yang tidak
ditentukan.
g. Logistik Linen
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan kelompok linen.
Masalah yang dihadapi adalah sediaan yang berlebihan dan proses yang
bervariasi.

h. Logistik Bahan Habis Pakai


Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang
dikategorikan sebagai bahan habis pakai. Masalah yang paling sering dihadapi
adalah sediaan bahan habis pakai yang berlebihan,
Bahan Habis Pakai (BHP) di Ruang Kebidanan di amprah ke bagian
logistik RS Mulia insani sebelum habis. Jika BHP yang digunakan sehari-hari
cepat habis, maka amprah dilakukan setiap 1 minggu sekali dan untuk BHP yang
tidak cepat habis akan diamprah 1 bulan sekali.

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
 Assesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan

C. Standar Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan progam peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. 7 Langkah Keselamatan Pasien


Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf anda
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

E. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


Adverse event :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil suatu tindakan
yang seharusnya diambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah.

F. Kejadian Tidak Diharapkan Yang Tidak Dapat Dicegah


Unpreventable adverse event :
Suatu kejadian tidak diharapkan akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan yang mutakhir.

G. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


Near miss :
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission) yang dapat menciderai
pasien tetapi cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan (misalnya pasien

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat) karena
pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan) atau peringanan (suatu
obat dengan overdosis lethal diberikan tetapi diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya).
H. Kesalahan Medis
Medical errors :
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien termasuk gagal melaksanakan
sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai
tujuannya, dapat merupakan akibat dari melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).
I. Insiden Keselamatan Pasien
Patient safety incident :
Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

J. Kejadian Sentinel
Sentinel event :
Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera
serius. Biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata
sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan
dan prosedur yang berlaku.
K. Tata Laksana Kerja Untuk Keselamatan Pasien
1. Semua Pasien yang datang baik dalam kondisi inpartu maupun observasi
kebidanan harus dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
2. Memperhatikan identitas pasien khususnya nama dan nomor rekam medis
3. Memastikan pasien telah mendapatkan informed consent dari dokter
penanggung jawab pasien atau dokter konsulen sebelum pasien mendapatkan
penatalaksanaan medis
4. Seluruh persalinan normal wajib ditolong oleh dokter spesialis kebidanan,
bidan boleh menolong persalinan dalam kondisi emergensi, disaat tidak ada
dokter atau dokter spesialis kebidanan

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


5. Pemeriksaan pervaginam dalam proses persalinan dilakukan setiap 4 jam
sekali atau bila ada indikasi
6. Observasi pasien TDC dilakukan selama 3-4 jam pasca tindakan, pasien baru
diperbolehkan pulang setelah sadar penuh dan keadaan umumnya baik
7. Seluruh pemeriksaan penunjang medis harus disertai dengan identitas pasien
yang lengkap, benar dan jelas
8. Setiap bayi yang lahir, langsung dilakukan pemeriksaan fisik, dicap kaki dan
diberikan peneng untuk identitas
9. Penghalang tempat tidur pasien selalu dalam keadaan terpasang bila ada
pasien di atas tempat tidur
10. Selalu memperhatikan prinsip benar pemberian obat
11. Kuku petugas harus pendek
12. Mencuci tangan sesuai prosedur sebelum dan sesudah tindakan
13. Mempertahankan sterilitas dan menjaga kebersihan
14. Sarung tangan yang digunakan harus sesuai dengan ukuran

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan

HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman tersebut menjadi lebih


tinggi dan berbahaya karena penderita HIV/AIDS tidak menampakan gejala dan

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


yang lebih mengkhawatirkan hal tersebut banyak terjadi di negara-negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan berbagai kegiatan
pencegahan dan penanggulangan secara memadai.
Penderita penyakit HIV/AIDS terus meningkat sejalan dengan semakin
tingginya potensi penularan dimasyarakat. Hal ini di tunjang dengan perilaku seks
bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik dan penggunaan bersama
peralatan yang menembus kulit, tato, tindik dan lain-lain.
Selain HIV/AIDS, juga wajib diwaspadai Penyakit Hepatitis B dan C yang
keduanya potensial menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Kedua
penyakit ini sering tidak dapat terkenali secara klinis karena tidak menampakan
gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit-penyakit tersebut di atas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran
infeksi dikenal melalui “Universal Precaution”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang melakukan kontak 24
jam dengan pasien mempunyai resiko terpajan lebih besar, oleh sebab itu tenaga
kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular
penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
1. Petugas kesehatan dapat melindungi dirinya sendiri, pasien,dan masyarakat
dari penularan infeksi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
2. Petugas kesehatan harus menerapkan prinsip universal precaution dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengurangi resiko
terpajan atau terinfeksi penyakit menular.
C. Tindakan Yang Beresiko Terpajan
Ada beberapa hal yang dapat membuat seseorang tenaga kesehatan dapat
terpajan dengan infeksi menular yaitu:
1. Cuci tangan yang tidak benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang kurang benar
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai
D. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama dari prosedur universal precaution dalam kaitannya dengan
keselamatan kerja khususnya di Instalasi Kamar Bersalin adalah menjaga higine
sanitasi individu, higine dan sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam kegiatan yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) yaitu pelindung kaki/sandal sepatu
khusus kamar bersalin, apron/gaun pelindung, topi, masker, goggle/kaca
mata dan sarung tangan.
3. Pengelolaan instrumen bekas pakai dan alat kesehatan lainnya
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam lainnya untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
6. Pengelolaan alat tenun bekas pakai
7. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kesehatan dan pemberian
imunisasi

E. Hal-Hal Yang Harus Diketahui Oleh Petugas Terpapar


Sebagai petugas kesehatan wajib mengetahui hal-hal yang harus dilakukan jika
terpajan/terpapar dengan infeksi menular sehingga dapat ditanggulangi dengan
tepat dan cepat. Hal-hal yang harus diketahui petugas kesehatan yang terpapar
adalah :
1. Tindakan sesuai dengan jenis paparan
2. Status kesehatan petugas terpapar
3. Status kesehatan sumber paparan
4. Kebijakan yang ada
5. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
6. Tindakan pasca tertusuk jarum bekas pakai atau benda tajam bekas pakai

lainnya.

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan
Indikator mutu pelayanan kebidanan yang digunakan di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Minggu diambil dari Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/
Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, yaitu:
1. Kejadian kematian ibu karena persalinan
 Perdarahan ≤ 1 %
 Pre - Eklamsia ≤ 30%
 Sepsis ≤ 0,2 %
2. Pemberi pelayanan persalinan normal
 Dokter spesialis kebidanan
 Dokter umum terlatih asuhan persalinan normal
 Bidan
Pemberi pelayanan dengan persalinan penyulit : Tim Kamar bersalin Rumah
Sakit yang terlatih.

3. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi


 Dokter spesialis kebidanan
 Dokter spesialis anak
 Dokter spesialis anastesi
4. Pertolongan persalinan melalui sectio cesaria ≤ 20%
5. Keluarga berencana :
 Persentase keluarga berencana vasektomi dan tubektomi yang dilakukan
oleh tenaga kompeten dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis bedah
umum, dokter spesialis urologi dan dokter umum terlatih 100%
 Persentase peserta keluarga berencana mantap yang mendapatkan
konseling keluarga berencana mantap oleh bidan terlatih 100%

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


6. Kepuasan pelanggan ≥ 80%

B. Evaluasi Dan Pengendalian Mutu


Merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui capaian mutu pelayanan
berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, dapat dilakukan dengan cara :
1. Audit pelayanan Kebidanan
2. Audit pendokumentasian
3. Audit prosedur pelayanan kebidanan
4. Survey kepuasan pasien

C. Tata Hubungan Kerja Kamar Bersalin RSIA Mutiara Bunda

IRNA GIZI IRJ KASIR

Logistik Umum Logistik Farmasi

Administrasi
Kamar Operator
Bersalin
Umum/Tehnisi Umum/Supir

Kamar Operasi Rekam Medik Radiologi Laboratotium Umum/Keamanan

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 10


D. Keterkaitan Hubungan Kerja Kamar Bersalin RSIA Mutiara Bunda

1. Logistik Farmasi
Kebutuhan obat dan alat medis di Kamar bersalin, diperoleh dari bagian logistik
farmasi dengan prosedur permintaan sesuai SPO terlampir.
2. Logistik Umum
Kebutuhan alat-alat rumah tangga dan alat tulis kantor di Kamar Bersalin,
diperoleh dari logistik umum dengan prosedur permintaan sesuai dengan SPO.
3. Kamar Operasi (OK)
Pasien Kamar Bersalin yang memerlukan tindakan operasi, akan dibuatkan surat
pengantar operasi oleh dokter, kemudian penanggung jawab/keluarga pasien
dianjurkan ke bagian administrasi untuk dijelaskan biaya operasi serta perawat
Kamar Bersalin memberitahu bagian OK tentang rencana operasi (bila
keluarga/penanggung jawab sudah setuju). (prosedur pasien Kamar Bersalin yang
akan operasi sesuai dengan SPO terlampir).
4. Laboratorium
Pasien Kebidanan yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium akan dibuatkan
formulir permintaan laboratorium oleh dokter dan formulir diserahkan kepada
petugas laboratorium oleh bidan Kamar Bersalin (prosedur pemeriksaan
laboratorium pasien kebidanan sesuai SPO terlampir).
5. Umum/IPSRS

Kerusakan alat medis dan non medis di Kamar Bersalin akan dilaporkan dan
diajukan perbaikan ke bagian umum dengan prosedur permintaan perbaikan
sesuai dengan SPO yang berlaku.
6. Rekam Medis
Pasien yang berobat di Kamar Bersalin ke RSMI akan diberikan nomor rekam
medis dan status medis pasien, dan yang sudah selesai berobat disimpan di bagian
rekam medis serta bila pasien berobat kembali, status medis pasien diminta

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 31


kembali ke bagian rekam medis oleh petugas administrasi (prosedur permintaan
dan penyerahan status ke bagian rekam medis sesuai dengan SPO terlampir).
7. Administrasi
Setiap pasien yang berobat ke Kamar Bersalin selalu didaftarkan ke bagian
administrasi, dari bagian admisson disiapkan status dan slip pembayaran pasien,
kemudian status dan slip pembayaran diantarkan oleh petugas administrasi ke
Kamar Bersalin (pendaftaran pasien ke bagian administrasi sesuai dengan SPO
terlampir).

8. Radiologi
Pasien Kamar bersalin yang membutuhkan pemeriksaan radiologi, akan dibuatkan
formulir permintaan pemeriksaan radiologi oleh dokter, dan formulir diserahkan
ke petugas radiologi oleh bidan Kamar Bersalin (prosedur pemeriksaan radiologi
pasien Kamar Bersalin sesuai SPO terlampir).
9. Operator
Apabila Kamar Bersalin membutuhkan sambungan telepon keluar RSIA Mutiara
Bunda maka bagian Kamar bersalin akan menelpon ke RS lain dengan
menggunakan telepon Kamar Bersalin.
10. Kasir

Pasien yang telah selesai berobat ke Kamar Bersalin akan menginformasikan


kepada keluarga pasien untuk ke bagian kasir oleh Bidan Kamar Bersalin untuk
menyelesaikan administrasi.
11. IRNA
Pasien Kebidanan yang akan dirawat, dibuatkan surat pengantar rawat oleh dokter
Obgyn, penanggung jawab/keluarga pasien dianjurkan ke bagian administrasi
untuk memilih kamar perawatan bila pasien dengan status Umum. diantar oleh
bidan Kamar Bersalin ke bagian IRNA. (Prosedur pasien Kamar Bersalin yang
akan rawat inap sesuai dengan SPO terlampir).

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 31


12. Gizi
a) Pasien Kebidanan yang memerlukan kebutuhan nutrisi segera, akan
dimintakan langsung ke bagian gizi melalui telephone dengan
memberitahukan nama pasien dan makanan / minuman (teh manis) yang
diperlukan.
b) Dokter Obgyn yang praktek akan mendapat snack dan makan malam dari
bagian gizi sesuai dengan jadwal jaga dokter Jaga yang diserahkan ke bagian
gizi.
13. Intensive Care Unit (ICU)
Apabila ada pasien dari Kamar Bersalin yang memerlukan perawatan intensif,
maka pasien akan dibuatkan surat Rujukan ICU oleh dokter ke RS lain yang
memiliki fasilitas ICU, penanggung jawab / keluarga pasien di informed consen
untuk memilih RS sesuai dengan peraturan, setelah penanggung jawab / keluaraga
pasien menyetujui , maka pasien diantar oleh bidan Kamar Bersalin ke RS lain
yang memiliki fasilitas ICU dengan diantar oleh Ambulance.

14. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)


Pasien Kebidanan yang memerlukan tindakan lanjut/konsul ke dokter spesialis
pada jam kerja, perawat akan menghubungai dokter konsulen dan bila kondisi
pasien memungkinkan untuk tindak lanjut di poliklinik, maka pasien diantar oleh
bidan jaga ke bagian IRJ, ( Prosedur konsul pasien Kamar Bersalin ke dokter
spesialis yang sedang praktek sesuai SPO terlampir).
15. Umum/Supir
Pasien Kebidanan yang memerlukan rujukan ke RS lain dapat menggunakan
ambulance , bila keadaan memungkinkan (prosedur merujuk pasien sesuai dengan
SPO terlampir).

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 31


16. Umum /Keamanan
Bila ada pasien Kebidanan yang meninggal, maka setelah jenazah dirapikan akan
diantar ke kamar jenazah dengan terlebih dahulu menginformasikan kebagian
Umum/Keamanan (prosedur pasien meninggal sesuai SPO terlampir).

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 31


BAB IX
PERTEMUAN / RAPAT

A. Pengertian
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang
memiliki kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan
suatu masalah tertentu.
B. Tujuan
1) Umum : Dapat membantu terselenggaranya pelayanan Kamar bersalin yang
profesional di RSIA Mutiara Bunda
2) Khusus :
a. Dapat menggali segala permasalahan terkait dengan pemberian pelayanan di
Kamar bersalin
b. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait dengan
pelayanan di Kamar bersalin
C. Kegiatan Rapat
Rapat dilakukan dan diadakan oleh Kebidanan yang dipimpin oleh Sub Bidang
Pelayanan Keperawatan dan Kepala Ruang (Ka Ru) dan diikuti oleh seluruh stafnya.
Rapat yang diadakan ada 2 macam yaitu :
1) Rapat Terjadwal :
Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh Sub Bidang Pelayananan
Keperawatan dan kepala ruang di Kamar bersalin setiap bulan 1 kali dengan
perencanaan yang telah dibuat selama 1 tahun dengan agenda rapat yang telah
ditentukan oleh Ka ru.

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 31


2) Rapat Tidak Terjadwal :
Rapat tidak terjadwal merupakan rapat yang sifatnya insidentil dan diadakan
oleh kepala ruang untuk membahas atau menyelesaikan permasalahan di Kamar
bersalin dikarenakan adanya permasalahan yang ditemukan bersifat insiden.

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 31


BAB X
PELAPORAN
A. Pengertian
Pelaporan merupakan sistim atau metode yang dilakukan untuk melaporkan segala
bentuk kegiatan yang ada terkait dengan pemberian pelayanan Kamar bersalin.
B. Jenis Laporan
Laporan dibuat oleh kepala ruang Kamar bersalin. Adapun jenis laporan yang
dikerjakan terdiri dari :
1. Laporan Harian
Laporan yang dibuat oleh Penanggung Jawab Shift dalam bentuk tertulis setiap
hari.
Adapun hal – hal yang dilaporkan adalah :
a. Laporan kunjungan pasien Kamar bersalin
b. Laporan SDM Kamar bersalin
c. Laporan keadaan sarana dan fasilitas Kamar bersalin
d. Laporan mutu pelayanan
2. Laporan Bulanan
Laporan yang dibuat oleh Karu Kamar bersalin dalam bentuk tertulis setiap
bulannya dan diserahkan kepada Sub Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan
setiap tanggal 1 - 10. Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah :
a. Laporan kunjungan pasien Kamar bersalin yang
meliputi :
1. Jumlah kunjungan pasien Kamar bersalin berdasarkan kasus (Gawat
darurat, gawat tidak darurat/darurat tidak gawat, tidak gawat darurat).
2. Jumlah kunjungan pasien Kamar bersalin berdasarkan kasus (Pulang,
Rawat, Konsul, Rujuk, Observasi dan menolak rawat).
3. Jumlah Pasien Meninggal.
4. Jumlah kasus penyakit terbanyak di Kamar bersalin
5. Jumlah pemeriksaan penunjang pasien Kamar bersalin

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 31


b. Laporan SDM Kamar bersalin yang meliputi :
1. Kuantitas SDM (Dokter dan Perawat Kamar bersalin)
2. Kualitas SDM (Dokter dan Perawat Kamar bersalin)
c. Laporan keadaan fasilitas dan sarana Kamar bersalin yang meliputi :
1. Kelengkapan Alat dan Fasilitas.
2. Kondisi alat dan Fasilitas.
d. Laporan Mutu Pelayanan Kamar bersalin meliputi :
1. Sensus harian ruangan (jumlah penderita gawat darurat yang dilayani > 5
menit).
2. Angka keterlambatan pelayanan gawat darurat (emergency respon time
rate).
e. Laporan pemasukan dan pengeluaran Kamar bersalin meliputi:
1. Laporan pendapatan Kamar bersalin
2. Laporan pengeluaran biaya SDM, ATK, ART, Floor stock Kamar bersalin.

3. Laporan Tahunan
Laporan yang dibuat oleh Karu dalam bentuk tertulis setiap tahun dan diserahkan
kepada Sub Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan Per tiap tanggal yang
telah ditentukan. Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah :
1. Laporan kunjungan pasien Kamar bersalin dan Evaluasi dalam 1 tahun.
2. SDM / Ketenagaan di Kamar bersalin dan evaluasi dalam 1 tahun.
3. Laporan keadaan fasilitas dan sarana Kamar bersalin dan evaluasi dalam
1 tahun.
4. Laporan mutu pelayanan Kamar bersalin.

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 31


BAB XI
PENUTUP

Rumah sakit merupakan sistem pelayanan yang komplek, terdiri dari beberapa
profesional pemberi pelayanan, sehingga diperlukan peran, fungsi, dan tugas yang jelas
untuk masing masing profesi, namun diperlukan kerjasama yang kohesif antar profesi
pemberi pelayanan.
Pelayanan kebidanan adalah salah satu pelayanan di rumah sakit yang diberikan oleh
dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan tenaga lain di kamar
bersalin. Keberhasilan pelayanan kebidanan tergantung pada kesiapan ruangan, alat dan
SDM. Untuk pelayanan rujukan kebidanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh
keberadaan dan kesiapan tenaga pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang pro aktif
dan kompeten dalam penanganan pertama sebelum kedatangan dokter spesialis
kebidanan dan kandungan.
Pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini diharapkan dapat
mendukung keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan kebidanan di kamar
bersalin. Standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang actual dapat dikembangkan
di masing-masing rumah sakit dengan kondisi dan kebutuhan masing masing daerah.
Disamping itu diperlukan juga dedikasi serta rasa tanggung jawab yang tinggi dari setiap
tenaga pelayanan kebidanan di kamar bersalin untuk menyebar-luaskan informasi tentang
pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini serta melaksanakannya
sesuai dengan ketentuan yang telah diuraiakan dalam buku ini.
Harapan dan tujuan penyusunan buku ini dapat terwujud dalam rangka membangun
sistem pelayanan kebidanan dan perinatal risiko tinggi melalui penerapan standar dan
pembinaan tenaga pelayanan kebidanan.

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 31


DAFTAR PUSTAKA

Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksar; 1996

Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta; 2009

Depkes RI. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2015.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2009.

Depkes RI. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan. Jakarta; 2001.

Juni, Tri, Angkasawati, dkk. Kajian Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Alat
Kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas. Web Page [Online] 2006. Dari
http://www.p3skk.litbang.depkes.go.id [diakses tanggal 15 September 2016].

Prasetyo, Adi. Peralatan Kesehatan. Bandung: Angkasa; 2002.

Setia Putra, Abdi. Manajemen Logistik.Padang: PSIKM FK Unand; 2010.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011.

SDKI. 2012. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia. Diakses tanggal 15 September
2016.

WHO. 2009. Indonesia Country Profile. Tersedia


http://www.who.int/making_pregnancy_safer/co.untries/ino.pdf. diakses tanggal 14
September 2016.

Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan Page 31

Anda mungkin juga menyukai