Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NOMOR : ..../PER/RSIA-MB/XII/2016
TENTANG
M EM UTUSKAN:
Menetapkan :
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Definisi kematian maternal menurut WHO (World Health Organization), ialah kematian
seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab
apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri
kehamilan.
Perkembangan ini terlihat pula pada semua negara-negara maju; umumnya angka kematian
maternal kini di Negara-negara itu berkisar antara 1,5 dan 3,0 per 10.000 kelahiran hidup.
Angka kematian yang tinggi setengah abad yang lalu umumnya mempunyai dua sebab pokok:
(1) masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab-musabab dan penanggulangan komplikasi-
komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan serta nifas; (2) kurangnya pengertian dan
pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi; dan (3) kurang meratanya pelayanan kebidanan
yang baik bagi semua yang hamil (Prawirohardjo, 2005).
Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung resiko bagi ibu hamil.
Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai komplikasi lainnya pada umumnya terjadi
pada masa persalinan, setelah melahirkan dan 1 minggu setelah melahirkan.
Pelayanan kebidanan yang bermutu ditentukan oleh faktor input dan proses dari pelayanan itu
sendiri. Faktor input dari pelayanan diantaranya meliputikebijakan, tenaga yang melayani,
sarana dan prasarana,standar asuhan kebidanan dan standar lain atau metode yang di sepakati.
Sedangkan faktor proses adalah suatu kinerja dalam mendayagunakan input yang ada dalam
interaksi antara bidan dengan pasien yang meliputi penampilan kerja sesuai dengan standar
dan etika kebidanan.
Untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang bermutu di RSIA MUTIARA BUNDA maka
disusunlah Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan ini dengan harapan dapat menjadi acuan
dalam melaksanakan pelayanan kebidanan.
1. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan di RSIA MUTIARA BUNDA dalam
menentukan sikap menghadapi perkembangan pelayanan kesehatan global, nasional
maupun regional.
2. Tujuan Khusus
a) Sebagai acuan dalam memberikan pelayan asuhan kebidanan secara
professional.
b) Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan kebidanan dan
organisasi profesi bidan.
c) Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan dan asuhan kebidanan
2. Kamar Bersalin
- Melayani ibu bersalin normal maupun patologis
- Melayani ibu post partum sebelum di pindah ke rawat gabung atau rawat inap khusus
- melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
- Melakukan asuhan post kuretase
2. Batasan Operasional
- Administrasi dan pengelolaan pelayanan kebidanan
- Sumber daya manusia, staf dan pimpinan
- Kebijakan dan prosedur
- Pengendalian mutu
3. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor : 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor : 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1575/Menkes/XI/2005
Tentang Organisasi dan Tata kerja departemen Kesehatan.
4. Keputusan mentri kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1457 Tahun 2003 tentang
standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan/Kota
5. Keputusan mentri kesehatan Republik IndonesiaNomor : 836/Menkes/SK/VI/ 2005
Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
6. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 369/Menkes/SK/VIII/2007
Tentang Standar Asuhan Kebidanan.
STANDAR KETENAGAAN
k. Tanggung Jawab :
1) Secara fungsional bertanggung Jawab kepada Kepala Bagian Pelayanan
2) Membuat jadwal konsulan dokter spesialis kebidanan dan kandungan
3) Melakukan koreksi terhadap jadwal bidan kamar bersalin
4) Kecepatan dan ketetapan pelayanan di kamar bersalin
l. Tugas Pokok :
Mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan pelayanan perawatan di ruang
Kebidanan.
m. Uraian Tugas :
1) Melaksanakan fungsi kebidanan meliputi
- Menyusun rencana kegiatan berdasarkan jenis, jumlah, mutu tenaga
kebidanan serta tenaga lainnya sesuai kebutuhan di Kamar bersalin.
- Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga bidan yang berlaku
tiap minggu.
- Membagi tugas harian dengan memperhatikan jumlah dan tingkat
kemampuan bidan.
- Merencanakan jumlah dan jenis peralatan di Kamar Bersalin.
- Menyusun program pengembangan staf di Kamar Bersalin.
- Bersama staf menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan di ruang
perawatan Kamar bersalin.
2) Melaksanakan fungsi penggerakan pelaksanaan, meliputi :
- Memantau seluruh staf dalam penerapan dan pelaksanaan tugas yang
dibebankan.
- Mengadakan pelatihan untuk pegawai secara berkesinambungan.
- Memberi orientasi kepada karyawan baru.
- Mengadakan pengadaan, pemeliharaan dan penggunaan alat-alat
maupun obat-obatan.
- Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
- Menilai hasil kerja pegawai dan memberikan penghargaan yang
berprestasi baik.
3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian, meliputi :
- Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai.
- Mengawasi penggunaan alat-alat agar digunakan secara tepat
- Mengatur supaya alat-alat tetap dalam keadaan siap pakai.
- Mengawasi pelaksanaan inventaris secara periodik.
7. Pengaturan Jaga
1) Pengaturan jadwal dinas dibuat oleh penanggungjawab Kamar
Bersalin dan dipertanggungjawabkan oleh kepala bidan kamar bersalin
2) Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan disosialisasikan kepada
bidan pelaksana.
STANDAR FASILITAS
1. Denah Ruang
2. Standar Fasilitas
1) Sarana dan Prasarana di Instalasi Kamar Bersalin RSIA Mutiara Bunda
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB IV
I. Ketentuan Umum
2. Penerimaan Dan Perawatan Pasien Rawat Inap Sehari (One Day Care)
a. Prosedur yang dilakukan pada kasus HEG
Prosedur yang dilakukan bidan pelaksana Kamar Bersalin
- Menerima pasien di kamar bersalin (VK)
- Bidan kamar bersalin melengkapi berkas rekam medis pasien
- Mengobservasi tanda-tanda vital, Melaporkan pada dokter DPJP tentang hasil
pemeriksaan dan tindaklanjut tindakan yang akan dilakukan.
- Setelah tindakan dilaksanakan, pasien diobservasi kondisi umum dan tanda-tanda
vitalnya
- Jika keadaan umum pasien baik maka bidan memberi tahu keluarga pasien untuk
menyelesaikan administrasi
- Keluarga pasien menyerahkan kartu izin pulang dari penata rekening pada bidan
- Bidan menjelaskan pada keluarga pasien mengenai perawatan paska tindakan
dirumah, menyerahkan obat pulang dan kartu kontrol dengan menggunakan formulir
resume keperawatan
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan
LOGISTIK
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai perencanaan dn
penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan
materi atau alat. Lebih lanjut, logistik diartikan bagian dari instansi yang bertugas menyediakan bahan
atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional suatu instansi dalam jumlah, kualitas dan
pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin (Adiatama, 2002).
Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur manajemen di proses melalui fungsi
manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi
logistik.
Rumah sakit merupakan suatu usaha yang melakukan produksi jasa sehingga logistik dalam
rumah sakit bukan logistik pendistribusian barang, tetapi hanya menyangkut manajemen persediaan
bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi jasa tersebut.
Logistik dalam rumah sakit bermula dari perolehan (procurement) dan berakhir dengan
dokumen penuh dari usaha pembedahan dan pengobatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit adalah suatu proses pengolahan secara strtegis
terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pemantauan persediaan barang (stock,
material, supplies, inventory, etc) yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.
Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di rumah sakit dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam proses
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Obat merupakan salah satu komponen utama pendapatan
rumah sakit. Tantangan dalam melaksanakan logistik obat di rumah sakit secara baik tergolong
tinggi. Berbagai pihak terlibat dalam logistik obat di rumah sakit.
b. Logistik Alat Kesehatan
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Masalah utama yang sering terjadi adalah manajemen
inventaris yang kurang baik, sehingga mengakibatkan alat kesehatan yang disimpan berlebihan.
c. Logistik Peralatan Medis dan Non Medis
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan peralatan medis dan non medis yang
digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Masalah yang sering dihadapi adalah
penyimpanan alat dan persediaan suku cadang.
d. Logistik Linen
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan kelompok linen. Masalah yang
dihadapi adalah sediaan yang berlebihan dan proses yang bervariasi.
e. Logistik Bahan Habis Pakai
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang dikategorikan sebagai
bahan habis pakai. Masalah yang paling sering dihadapi adalah sediaan bahan habis pakai yang
berlebihan,
BAB VI
I. Ketentuan Umum
A. Pelayananan Kamar Bersalin buka 24 jam
B. Pelayananan di Kamar Bersalin yaitu :
- Persalinan Normal
- Persalinan Normal dengan ILA
- Persalinan Normal dengan Penyulit seperti : Vakum Ekstraksi, Induksi, dsb
- Kuretase
- Tindakan Insisi kista Bartholini
- Tindakan reparasi Vagina
- Tindakan Pemasangan Laminaria
- One day Care yaitu : HEG & Infus Venofer
- Tindakan Persiapan pra operasi
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
Assesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
H. Kesalahan Medis
Medical errors :
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya, dapat merupakan akibat dari
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission).
J. Kejadian Sentinel
Sentinel event :
Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera serius. Biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi
pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang
terjadi sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang
serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman tersebut menjadi lebih tinggi dan
berbahaya karena penderita HIV/AIDS tidak menampakan gejala dan yang lebih
mengkhawatirkan hal tersebut banyak terjadi di negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan berbagai kegiatan pencegahan dan penanggulangan secara memadai.
Penderita penyakit HIV/AIDS terus meningkat sejalan dengan semakin tingginya potensi
penularan dimasyarakat. Hal ini di tunjang dengan perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan
baik dan penggunaan bersama peralatan yang menembus kulit, tato, tindik dan lain-lain.
Selain HIV/AIDS, juga wajib diwaspadai Penyakit Hepatitis B dan C yang keduanya
potensial menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Kedua penyakit ini sering tidak
dapat terkenali secara klinis karena tidak menampakan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit-penyakit tersebut di atas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “Universal
Precaution”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang melakukan kontak 24 jam dengan
pasien mempunyai resiko terpajan lebih besar, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan dapat melindungi dirinya sendiri, pasien,dan masyarakat dari
penularan infeksi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
2. Petugas kesehatan harus menerapkan prinsip universal precaution dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengurangi resiko terpajan atau terinfeksi
penyakit menular.
PENGENDALIAN MUTU
BAB X
PENUTUP
Rumah sakit merupakan sistem pelayanan yang komplek, terdiri dari beberapa profesional
pemberi pelayanan, sehingga diperlukan peran, fungsi, dan tugas yang jelas untuk masing masing
profesi, namun diperlukan kerjasama yang kohesif antar profesi pemberi pelayanan.
Pelayanan kebidanan adalah salah satu pelayanan di rumah sakit yang diberikan oleh dokter
spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan tenaga lain di kamar bersalin.
Keberhasilan pelayanan kebidanan tergantung pada kesiapan ruangan, alat dan SDM. Untuk
pelayanan rujukan kebidanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh keberadaan dan kesiapan tenaga
pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang pro aktif dan kompeten dalam penanganan pertama
sebelum kedatangan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
Pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini diharapkan dapat mendukung
keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan kebidanan di kamar bersalin. Standar pelayanan
kebidanan di kamar bersalin yang actual dapat dikembangkan di masing-masing rumah sakit dengan
kondisi dan kebutuhan masing masing daerah. Disamping itu diperlukan juga dedikasi serta rasa
tanggung jawab yang tinggi dari setiap tenaga pelayanan kebidanan di kamar bersalin untuk
menyebar-luaskan informasi tentang pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini serta
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang telah diuraiakan dalam buku ini.
Harapan dan tujuan penyusunan buku ini dapat terwujud dalam rangka membangun sistem
pelayanan kebidanan dan perinatal risiko tinggi melalui penerapan standar dan pembinaan tenaga
pelayanan kebidanan.