Anda di halaman 1dari 30

PERATURAN DIREKTUR

NOMOR : ..../PER/RSIA-MB/XII/2016

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALIN RSIA MUTIARA BUNDA

DIREKTUR RSIA MUTIARA BUNDA CILEDUG

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelayanan Kamar Bersalin di RSIA


Mutiara Bunda agar sesuai dengan arah pembinaan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, perlu didukung dengan pelayanan yang
efektif dan efisien;
b. bahwa sehubungan dengan butir a tersebut di atas perlu adanya Pedoman
Pelayanan Kamar Bersalin sebagai pedoman dalam penyelenggaraan tata
kelola Instasi Kamar Bersalin di RSIA Mutiara Bunda;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b,
perlu Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Kamar Bersalin di
Instalasi Kamar Bersalin RSIA Mutiara Bunda Ciledug.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1014/MENKES/PER/XI/2008, Tentang Standar Pelayanan Radioloogi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1045/MENKES/PER/XI/2006, Tentang Pedoman Organisasi Rumah Skit Di
Lingkungan Departemen Kesehatan

M EM UTUSKAN:

Menetapkan :

KESATU : Pedoman Pelayanan Kamar Bersalin RSIA Mutiara Bunda sebagaimana


tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Kamar Bersalin RSIA
Mutiara Bunda dilaksanakan oleh Kepala Bagian PelayananRSIA Mutiara Bunda
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan akan dilakukan evaluasi
setiap tahunnya.
KEEMPAT : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perbaikan maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Tangerang, 20 Desember 2016

Direktur RSIA Mutiara Bunda

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 1

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 1

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 1


dr. Mukmin, M. Kes

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RSIA MUTIARA BUNDA


NOMOR : ...../PER/RSIA-MB/XII/2016
TANGGAL : 20 Desember 2016

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Definisi kematian maternal menurut WHO (World Health Organization), ialah kematian
seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab
apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri
kehamilan.
Perkembangan ini terlihat pula pada semua negara-negara maju; umumnya angka kematian
maternal kini di Negara-negara itu berkisar antara 1,5 dan 3,0 per 10.000 kelahiran hidup.
Angka kematian yang tinggi setengah abad yang lalu umumnya mempunyai dua sebab pokok:
(1) masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab-musabab dan penanggulangan komplikasi-
komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan serta nifas; (2) kurangnya pengertian dan
pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi; dan (3) kurang meratanya pelayanan kebidanan
yang baik bagi semua yang hamil (Prawirohardjo, 2005).
Masa persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung resiko bagi ibu hamil.
Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai komplikasi lainnya pada umumnya terjadi
pada masa persalinan, setelah melahirkan dan 1 minggu setelah melahirkan.
Pelayanan kebidanan yang bermutu ditentukan oleh faktor input dan proses dari pelayanan itu
sendiri. Faktor input dari pelayanan diantaranya meliputikebijakan, tenaga yang melayani,
sarana dan prasarana,standar asuhan kebidanan dan standar lain atau metode yang di sepakati.
Sedangkan faktor proses adalah suatu kinerja dalam mendayagunakan input yang ada dalam
interaksi antara bidan dengan pasien yang meliputi penampilan kerja sesuai dengan standar
dan etika kebidanan.
Untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang bermutu di RSIA MUTIARA BUNDA maka
disusunlah Pedoman Pelayanan Ruang Kebidanan ini dengan harapan dapat menjadi acuan
dalam melaksanakan pelayanan kebidanan.

1. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan di RSIA MUTIARA BUNDA dalam
menentukan sikap menghadapi perkembangan pelayanan kesehatan global, nasional
maupun regional.
2. Tujuan Khusus
a) Sebagai acuan dalam memberikan pelayan asuhan kebidanan secara
professional.
b) Sebagai bahan dasar pengembangan pelayanan asuhan kebidanan dan
organisasi profesi bidan.
c) Sebagai pedoman menilai mutu pelayanan dan asuhan kebidanan

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 2

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 2

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 2


2. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Poliklinik Kebidanan
- Melaksanakan pemeriksaan kehamilan, seleksi dan pencegahan kehamilan resiko
tinggi.
- Melaksanakan pelayanan post partum lanjutan
- Melakukan deteksi dini terhadap kejadian infeksi luka opersi

2. Kamar Bersalin
- Melayani ibu bersalin normal maupun patologis
- Melayani ibu post partum sebelum di pindah ke rawat gabung atau rawat inap khusus
- melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
- Melakukan asuhan post kuretase

2. Batasan Operasional
- Administrasi dan pengelolaan pelayanan kebidanan
- Sumber daya manusia, staf dan pimpinan
- Kebijakan dan prosedur
- Pengendalian mutu

3. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor : 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor : 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1575/Menkes/XI/2005
Tentang Organisasi dan Tata kerja departemen Kesehatan.
4. Keputusan mentri kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1457 Tahun 2003 tentang
standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan/Kota
5. Keputusan mentri kesehatan Republik IndonesiaNomor : 836/Menkes/SK/VI/ 2005
Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
6. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 369/Menkes/SK/VIII/2007
Tentang Standar Asuhan Kebidanan.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 3

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 3

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 3


PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 4

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 4

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 4


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kepala Instalasi Kamar bersalin
a. Nama Unit Organisasi : Ruang Kebidanan
b. Nama Jabatan Atasan Langsung : Kepala Bagian Pelayanan
c. Pengertian : Tenaga Dokter Spesialis Kebidanan profesional
yang bertanggung jawab dan berwenang dalam mengelola kegiatan pelayanan
kebidanan di Kamar Bersalin.
d. Pendidikan dan Kualifikasi :
1) Pendidikan Formal : Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi ,
berpengalaman 2 tahun.
2) Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Kamar Bersalin
minimal 1 tahun.
3) Ketrampilan : Memiliki kemampuan dan kepemimpinan.
4) Berbadan sehat jasmani dan rohani
e. Tanggung Jawab :
1) Secara fungsional bertanggung Jawab kepada Direktur RSIA Mutiara Bunda
f. Uraian Tugas :
1) Menyusun program kerja kamar bersalin
2) Memimpin, mengkoordinir, dan mengevaluasi operasional kamar bersalin
secara efektif, efisien dan bermutu.
3) Bersama kepala bidan kamar bersalin membuat perencanaan ketenagaan dan
fasilitas yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan yang berkualitas di kamar
bersalin.
4) Memberikan penilaian kinerja staf kamar bersalin

2. Kepala Bidan Kamar bersalin


g. Nama Unit Organisasi : Ruang Kebidanan
h. Nama Jabatan Atasan Langsung : Kepala Bagian Pelayanan
i. Pengertian : Tenaga Kebidanan profesional yang bertanggung
jawab dan berwenang dalam mengelola kegiatan pelayanan kebidanan di Kamar
Bersalin.
j. Pendidikan dan Kualifikasi :
5) Pendidikan Formal : D – III Kebidanan, berpengalaman 5 tahun.
6) Pendidikan Non Formal :
- Memiliki Sertifikat Manajemen Kepala Ruangan Kebidanan
- Memiliki Sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal)
- Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
- Memiliki Sertifikat Resusitasi Neonatus
7) Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Kamar Bersalin
minimal 5 tahun.
8) Ketrampilan : Memiliki kemampuan dan kepemimpinan.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 5

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 5

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 5


9) Berbadan sehat jasmani dan rohani

k. Tanggung Jawab :
1) Secara fungsional bertanggung Jawab kepada Kepala Bagian Pelayanan
2) Membuat jadwal konsulan dokter spesialis kebidanan dan kandungan
3) Melakukan koreksi terhadap jadwal bidan kamar bersalin
4) Kecepatan dan ketetapan pelayanan di kamar bersalin

l. Tugas Pokok :
Mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan pelayanan perawatan di ruang
Kebidanan.

m. Uraian Tugas :
1) Melaksanakan fungsi kebidanan meliputi
- Menyusun rencana kegiatan berdasarkan jenis, jumlah, mutu tenaga
kebidanan serta tenaga lainnya sesuai kebutuhan di Kamar bersalin.
- Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga bidan yang berlaku
tiap minggu.
- Membagi tugas harian dengan memperhatikan jumlah dan tingkat
kemampuan bidan.
- Merencanakan jumlah dan jenis peralatan di Kamar Bersalin.
- Menyusun program pengembangan staf di Kamar Bersalin.
- Bersama staf menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan di ruang
perawatan Kamar bersalin.
2) Melaksanakan fungsi penggerakan pelaksanaan, meliputi :
- Memantau seluruh staf dalam penerapan dan pelaksanaan tugas yang
dibebankan.
- Mengadakan pelatihan untuk pegawai secara berkesinambungan.
- Memberi orientasi kepada karyawan baru.
- Mengadakan pengadaan, pemeliharaan dan penggunaan alat-alat
maupun obat-obatan.
- Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
- Menilai hasil kerja pegawai dan memberikan penghargaan yang
berprestasi baik.
3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian, meliputi :
- Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai.
- Mengawasi penggunaan alat-alat agar digunakan secara tepat
- Mengatur supaya alat-alat tetap dalam keadaan siap pakai.
- Mengawasi pelaksanaan inventaris secara periodik.

3. Penangungjawab Kamar Bersalin


a. Tanggung Jawab
- Bertanggungjawab kepada kepala bidan kamar bersalin
- Membuat jadwal dinas bidan kamar bersalin dan diserahkan untuk dikoreksi
oleh kepalan bidan kamar bersalin
- Mengkoorinir pelaksanaan tugas bidan pelaksana kamar bersalin

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 6

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 6

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 6


- Melaporkan setiap kejadian yang berkaitan dengan keselamatan pasien
- Membantu kepala kamar bersalin dalam pembuatan laporan bulanan
- Membantu kepala kamar bersalin alam inventarisasi alat medis

4. Penanggungjawab Ruang Nifas


b. Tanggung Jawab
- Mengkoorinir pelaksanaan tugas pelaksana keperawatan kamar bersalin
- Menghitung kebutuhan bulanan terhadap obat, alkes dan bahan habis pakai
- Melakukan pemesanan obat, alkes dan bahan habis pakai kepada instalasi
Farmasi
- Melaporkan setiap kejadian yang berkaitan dengan keselamatan pasien
- Membantu kepala kamar bersalin dalam pembuatan laporan bulanan
- Membantu kepala kamar bersalin alam inventarisasi alat medis

5. Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)


a. Nama Unit Kerja : Ruang Kebidanan
b. Nama Jabatan : Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)
c. Pengertian : Seorang bidan profesional yang diberi wewenang
dan tanggung jawab dalam mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kebidanan di
Kamar Bersalin dan turut melaksanakan pelayanan keperawatan pada satu unit
ruangan perawatan pada shift sore, malam dan hari libur.
d. Tujuan :
1) Agar kegiatan pelayanan Asuhan Kebidanan dapat berjalan sesuai dengan
standar kebidanan.
2) Agar mutu pelayanan asuhan kebidanan selalu terjaga, selalu diupayakan,
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan/tuntutan masyarakat.
e. Pendidikan dan Kualifikasi :
1) Pendidikan Formal : D – III Kebidanan, berpengalaman 2 tahun.
2) Pendidikan Non Formal :
- Memiliki Sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal)
- Memiliki Sertifikat MU (Midwifery Update)
- Memiliki Sertifikat Resusitasi Neonatus
3) Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Kamar Bersalin
minimal 2 tahun.
4) Ketrampilan : Memiliki kemampuan kepemimpinan, berwibawa, rajin, dan
jujur.
5) Berbadan sehat jasmani dan rohani
f. Tanggung Jawab : Secara organisasi bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Bidan Kamar Bersalin
g. Tugas Pokok :
1) Sebagai koordinator shift dinas pagi, sore, malam dan hari libur sesuai
jadwal yang telah ditetapkan.
2) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan Asuhan Kebidanan Kepada Kepala
Ruang.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 7

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 7

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 7


3) Bersama-sama pelaksana perawatan melakukan kegiatan pelayanan Asuhan
Kebidanan.
4) Bertanggung jawab dalam kebenaran isi laporan/penulisan asuhan
kebidanan.
h. Uraian Tugas Penanggung Jawab Shift :
1) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan diruang rawat
pada shift sore, malam dan hari libur.
2) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga pelaksana perawatan
untuk melaksankan Asuhan Kebidanan sesuai ketentuan/standar yang berlaku
pada shift sore, malam dan hari libur.
3) Bertanggung jawab atas pelaksanaan inventarisasi peralatan pada shift sore,
malam dan hari libur.
4) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
5) Membantu melaksanakan program orientasi kepada petugas baru meliputi
penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib dan fasilitas yang ada.
6) Memelihara dan mengembangkan system pencatatan dan pelaporan Asuhan
Kebidanan secara tepat dan benar untuk tindakan kebidanan selanjutnya.
7) Memberi motivasi tenaga non perawatan dalam memelihara kebersihan
ruangan dan lingkungan pada shift sore, malam dan hari libur.
8) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien pada shift malam.
9) Memelihara buku register dan berkas catatan medik pada shift sore, malam
dan hari libur.
10) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada shift sore, malam dan hari libur
dan melaksanakan tindakan kebidanan.
11) Bersama-sama pelaksana perawat lainnya, melaksanakan Asuhan Kebidanan
kepada pasien pada shift sore, malam dan hari libur.
12) Membuat laporan harian pada shift sore, malam dan hari libur.
13) Melaksanakan serah terima tugas kepada penanggung jawab shift berikutnya
secara lisan maupun tertulis pada saat penggantian dinas.
14) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Kepala Ruang.

6. Bidan Pelaksana Kamar Bersalin


a. Nama Unit Kerja : Ruang Kebidanan
b. Nama Jabatan : Bidan Pelaksana kamar Bersalin
c. Pengertian : Seorang bidan profesional yang diberi wewenang
dan ditugaskan di kamar bersalin.
d. Pendidikan dan Kualifikasi :
1) Berijazah Kebidanan dari semua jenjang yang disyahkan oleh pemerintah
atau yang berwenang.
2) Pendidikan Non Formal :
- Memiliki Sertifikat APN (Asuhan Persalinan Normal)
3) Pengalaman Kerja : Mempunyai pengalaman kerja di Kamar Bersalin.
4) Ketrampilan : Memiliki bakat dan minat serta berdedikasi tinggi,
berkepribadian mantap dan emosional yang stabil.
5) Berbadan sehat jasmani dan rohani
PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 8

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 8

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 8


e. Tanggung Jawab :
1) Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada kepala ruang
Kamar Bersalin.
2) Secara teknis medis operasional bertanggung jawab kepada Dokter Jaga/
Kamar Bersalin.
f. Tugas Pokok : Melaksanakan Asuhan Kebidanan di Kamar Bersalin.
g. Uraian Tugas :
1) Menyiapkan fasilitas dan lingkungan Kamar Bersalin untuk kelancaran
pelayanan
2) Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan darurat
secara tepat dan cepat
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada pasien gawat darurat dan
melaksanakan evaluasi tindakan perawatan yang telah dilakukan
4) Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku
serta melaksanakan orientasi kepada pasien
5) Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan
anggota tim (dokter, ahli gizi, analis, pekarya, pekarya rumah tangga)
6) Melaksanakan tugas jaga sore, malam dan hari libur secara bergiliran sesuai
dengan jadwal dinas
7) Mengikuti pertemuan ilmiah dan penataran untuk meningkatkan
pengetahuan serta ketrampilan.
8) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh dokter
9) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang tepat dan
benar
10) Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan /
tertulis pada saat pergantian dinas
11) Menyiapkan pasien yang akan pulang lengkap dengan administrasinya
12) Memberikan health education kepada penderita dan keluarga
13) Membantu merujuk pasien ke instansi yang lebih mampu
14) Memantau dan menilai kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan yang
tepat berdasarkan hasil pemantauan.
15) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara pasien,
keluarga, dokter serta sesama tenaga medis.
h. Uraian Wewenang :

1) Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan.

2) Memberikan asuhan kebidanan pada pasien sesuai kemampuan dan batas


kewenangannya.

7. Pengaturan Jaga
1) Pengaturan jadwal dinas dibuat oleh penanggungjawab Kamar
Bersalin dan dipertanggungjawabkan oleh kepala bidan kamar bersalin
2) Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan disosialisasikan kepada
bidan pelaksana.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 9

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 9

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 9


3) Untuk bidan yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu dapat
mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan
dengan kebutuhan ruangan. Apabila tenaga mencukupi dan berimbang serta tidak
mengganggu pelayanan maka permintaan akan disetujui.
4) Setiap tugas jaga/shift harus ada bidan penanggung jawab shift dengan syarat
dan kualifikasi yang telah ditetapkan.
5) Jadwal dinas terdiri dari dinas pagi, sore, malam dan libur.
6) Jadual shift bidan dibagi tiga yaitu
Shift Pagi : Jam 08.00- 15.00
Shift Sore : Jam 15-00 – 22.00
Shift Malam : Jam 22.00- 08.00
7) Apabila ada bidan yang oleh karena satu dan lain hal tidak dapat menjalankan
tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan maka yang bersangkutan harus
memberitahu atasan minimal 4 jam sebelum jam dinas berlangsung untuk dicarikan
pengganti dinasnya tersebut.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 10

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 10

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 10


BAB III

STANDAR FASILITAS

1. Denah Ruang

2. Standar Fasilitas
1) Sarana dan Prasarana di Instalasi Kamar Bersalin RSIA Mutiara Bunda

NO. NAMA BARANG JUMLAH


1. Partus set 3 set
2. Hecting set 3 set
3. Perdarahan Partus set 1 set
4. Alat vacuum 3 set
5. Alat forceps 1 set
6. Alat kuret 3 set
7. Alat resusitasi ibu dan bayi 2 set
8. Infus set 5 set

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 11

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 11

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 11


Perlengkapan bayi baru
9. lahir 1 set
10. Bengkok 3 buah
11. Emergensi Set 1 set
12. HPP SET 1 set
13. Eklamsi Set 1 set

2) Kebutuhan alat Tenun dan Linen

NO. NAMA BARANG JUMLAH


BAJU PASIEN 10
1.
BAJU ON LOOP 10
2
LAKEN BIASA 10
3
LAKEN BOLONG 10
4
JAS OK 10
5
DUK 10
6
HANDUK GOOD
MORNING 10
7
LAKEN TUK
BUNGKUS 10
8
PERLAK KAMAR
BERSALIN 5
9
SPREY PASIEN 5
10
STIK LAKEN 5
11
PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 12

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 12

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 12


SARUNG BANTAL 5
12
SARUNG BANTAL
KAMAR BERSALIN 5
13
SARUNG
TIMBANGAN BAYI 3
14
SARUNG INFANT
WARMER 1
15
BAJU TIM OK 20
16
CELANA TIM OK 20
17
BAJU PASIEN 10
18
BAJU ON LOOP 10
19

3) Kebutuhan Alat Medis dan Rumah Tangga

NO NAMA BARANG JUMLAH


1 TROLI KAMAR BERSALIN 4
TEMPAT TIDUR
5
2 TINDAKAN
3 KAKI GINEKOLOGI 2
4 LAMPU SOROT 2
5 PARTUS SET 3
6 SET HPP 1
7 SET CURET 3
8 DINGKLIK 4
9 ALAT CTG 1
10 TIANG INFUS 3
11 MONITOR 2
12 EMERGENSI KIT 1
13 SET EKLAMSI 1
14 SET GANTI VERBAND 1
15 SUCTION 1

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 13

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 13

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 13


16 MEJA BBL 1
17 TIMBANGAN BAYI 1
18 WASKOM UNTUK MANDI 2
19 LEMARI OBAT 1
20 LEMARI ALAT TENUN 1
21 KULKAS 1
22 MEJA TULIS 1
TEMPAT SAMPAH
1
23 INFEKSIUS
TEMPAT SAMPAH NON
1
24 INFEKSIUS
25 KURSI SENDER BIRU 1
26 KURSI BAKSO 3
27 AC 2
28 JAM DINDING 1
29 TROLI ALKES 1

4) Kebutuhan Alat Pencatatan dan Pelaporan dengan Kapasitas 10 orang pasien

NO. NAMA BARANG Jumlah

1. Formulir asesmen ruang bersalin 10


Formulir pemberian informasi dan rencana
2. pengobatan 10
3. Formulir Lembar masuk dan keluar 10
4. Formulir risiko jatuh morse 10
5. Formulir Ikhtisar Kasus 10
6. Formulir Grafik keadaan pasien 10
7. Formulir daftar kontrol 24 jam 10
8. Formulir Catatan perkembang pasien terintegrasi 10
9. Formulir Pemberian Edukasi 10
10. Formulir permintaan darah Ke UTD PMI 10
11. Formulir permintan Pemeriksaan Laboratorium 10
Formulir Asesmen Awal pasien Keperawatan
12. Rawat Inap 10
Formulir Asesmen Resiko Jatuh Harian Pasien
13. Dewasa 10
14. Formulir keterangan kelahiran 10
15. Formulir Pemakaian Obat / Alkes Kamar Bersalin 10
16. Formulir Resume Medis 10

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 14

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 14

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 14


17. Formulir Persetujuan Tindakan Tranfusi Darah 10
Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran/
18. Operasi 10
Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran/
19. Operasi 10
20. Formulir Asesmen Prasedasi 10
21. Formulir Asesmen Pra Operasi 10
22. Formulir Daftar Tilik Keselamatan Bedah 10
23. Formulir Laporan Operasi 10
24. Formulir Catatan Anestesi 10
25. Formulir Penggunaan Obat-obatan OK 10
26. Formulir Persiapan Tindakan Operasi 10
27. Formulir Penolakan Rawat Inap 10
28. Formulir Penolakan Tindakan Kedokteran 10
29. Formulir keterangan kematian 10
30. Buku register pasien 10
31. Formulir Bukti Tindakan 10
32. Formulir Partograf 10
33. Formulir Observasi Inpartu 10
34 Steples 2
35. Pensil 2
36. Label 10
37. Spidol white board 2
38. Stempel Dokter 7
5) Jenis Peralatan di Instalasi Kamar Bersalin RSIA Mutiara Bunda

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang


Standar Pelayanan Kamar Bersalin Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.

PERLENGKAPAN KESELAMATAN KAMAR BERSALIN

1.
2.
3.
4.
5.
6.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 15

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 15

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 15


No. JENIS KELENGKAPAN JUMLAH
1. Desinfektan Sesuai Kebutuhan
2. Perlengkapan PPPK Sesuai Kebutuhan
3. Gel USG Sesuai Kebutuhan
4. Film Ukuran 24 X 30 Sesuai Kebutuhan
5. Film Ukuran 35 X 35 Sesuai Kebutuhan
6. Film Ukuran 30 X 40 Sesuai Kebutuhan
7. Box Viewer 1 Unit
8. Kaset Ukuran 30 X 40 1 Unit
9. Kaset Ukuran 35 X 35 1 Unit
10. Marker R, L 2 Unit

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

I. Ketentuan Umum

Kebijakan Dan Prosedur

1. Penerimaan Pasien Baru


Prosedur yang dilakukan oleh bidan
- Menerima pasien baru dan melakukan serah terima dengan perawat/bidan dari IGD
atau poliklinik
- Mencocokkan gelang identitas pasien, meyakinkan ketepatan identitas pasien dengan
bertanya langsung kepada pasien. Setelah identitas sesuai, gelang dikenakan ke tangan
pasien.
- Menambahkan gelang pasien dengan tanda alergi atau resiko tinggi sesuai dengan
ketentuan.
- Melakukan pengkajian kebidanan.
- Melakukan observasi tanda-tanda vital.
- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien.
- Melaporkan hasil pengkajian kepada dokter penanggung jawab dan melakukan
tindakan sesuai instruksi dokter.
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan.

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 16

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 16

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 16


- Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yang akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan.
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan

2. Penerimaan Dan Perawatan Pasien Rawat Inap Sehari (One Day Care)
a. Prosedur yang dilakukan pada kasus HEG
Prosedur yang dilakukan bidan pelaksana Kamar Bersalin
- Menerima pasien di kamar bersalin (VK)
- Bidan kamar bersalin melengkapi berkas rekam medis pasien
- Mengobservasi tanda-tanda vital, Melaporkan pada dokter DPJP tentang hasil
pemeriksaan dan tindaklanjut tindakan yang akan dilakukan.
- Setelah tindakan dilaksanakan, pasien diobservasi kondisi umum dan tanda-tanda
vitalnya
- Jika keadaan umum pasien baik maka bidan memberi tahu keluarga pasien untuk
menyelesaikan administrasi
- Keluarga pasien menyerahkan kartu izin pulang dari penata rekening pada bidan
- Bidan menjelaskan pada keluarga pasien mengenai perawatan paska tindakan
dirumah, menyerahkan obat pulang dan kartu kontrol dengan menggunakan formulir
resume keperawatan
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


- Dokter menerima hasil laporan pemeriksaan yang dilakukan bidan pelaksana.
- Dokter DPJP Memberikan instruksi penataksanaan HEG
- Dokter DPJP menerima hasil penatalaksanaan ODC HEG pada bidan pelaksana yang
melakukan observasi dan tindakan.
- Dokter menjadwalkan kapan kontrol kembali.

b. Prosedur yang dilakukan pada kasus Kuretase


Prosedur yang dilakukan bidan pelaksana Kamar Bersalin
- Menerima pasien di kamar bersalin (VK)
- Bidan kamar bersalin melengkapi berkas rekam medis pasien
- Melaporkan pada dokter DPJP tentang hasil pemeriksaan dan tindaklanjut tindakan
yang akan dilakukan.
- Bidan kamar bersalin melaporkan dokter anastesi bahwa pasien sudah di kamar
bersalin
- Bidan kamar bersalin melakukan persiapan tindakan seperti memasang infus,
membersihkan lipstik dan melepaskan perhiasan pasien, observasi tanda-tanda vital,
anjurkan pasien buang air kecil terlebih dahulu dan lain-lain
PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 17

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 17

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 17


- Setelah tindakan dilaksanakan, pasien diobservasi kondisi umum dan tanda-tanda
vitalnya
- Jika keadaan umum pasien baik maka bidan memberi tahu keluarga pasien untuk
menyelesaikan administrasi
- Keluarga pasien menyerahkan kartu izin pulang dari penata rekening pada bidan
- Bidan menjelaskan pada keluarga pasien mengenai perawatan paska tindakan
dirumah, menyerahkan obat pulang dan kartu kontrol dengan menggunakan formulir
resume keperawatan
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan.
- Pasien dilakukan anastesi oleh dokter anestesi/Penata Anastesi
- Melakukan tindakan curretage
- Membuat resep dan jadwal kontrol
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan

c. Prosedur yang dilakukan pada kasus Infus Venofer


Prosedur yang dilakukan bidan pelaksana Kamar Bersalin
- Menerima pasien di kamar bersalin (VK)
- Bidan kamar bersalin melengkapi berkas rekam medis pasien
- Mengobservasi tanda-tanda vital, Melaporkan pada dokter DPJP tentang hasil
pemeriksaan dan tindaklanjut tindakan yang akan dilakukan.
- Setelah tindakan dilaksanakan, pasien diobservasi kondisi umum dan tanda-tanda
vitalnya
- Jika keadaan umum pasien baik maka bidan memberi tahu keluarga pasien untuk
menyelesaikan administrasi
- Keluarga pasien menyerahkan kartu izin pulang dari penata rekening pada bidan
- Bidan menjelaskan pada keluarga pasien mengenai perawatan paska tindakan
dirumah, menyerahkan obat pulang dan kartu kontrol dengan menggunakan formulir
resume keperawatan
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan

Prosedur yang dilakukan oleh dokter

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 18

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 18

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 18


- Dokter menerima hasil laporan pemeriksaan yang dilakukan bidan pelaksana.
- Dokter DPJP Memberikan instruksi penataksanaan Infus Venofer yang sesuai dengan
instruksi tertulis pada status rekam medik pasien sebelumnya
- Dokter DPJP menerima hasil penatalaksanaan Infus Venofer dan hasil ODC Infus
Venofer dari bidan pelaksana yang melakukan observasi dan tindakan.
- Dokter menjadwalkan kapan kontrol kembali.

3. Persiapan Pasien Pre Op Sectio Cesarea


Petugas yang melaksanakan : bidan yang bertanggung jawab kepada pasien
Prosedur :
- Memastikan bahwa pasien telah mendapatkan penjelasan dari dokter penanggung
jawab dan anestesi mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan
- Meminta pasien atau keluarga mengisi formulir surat persetujuan tindakan section
cesarea dan surat ijin tindakan anestesi
- Melakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai
anjuran dokter (hematologi, masa perdarahan, PT/APTT)
- Siapkan pasien, puasa, cukur daerah operasi, persiapkan darah bila diperlukan dan
lain-lain
- Lengkapi formulir check list pre operasi yang terdapat di dalam pendokumentasian
- Menghubungi dokter spesialis anak untuk memberitahukan pasien sudah siap diantar
ke kamar operasi
- Hubungi ruang operasi untuk memastikan bahwa pasien akan diantar
- Antar pasien ke ruang operasi sesuai jadwal, minimal 30 menit sebelum jadwal
operasi
- Cek Denyut Jantung Janin (DJJ) dengan disaksikan perawat kamar operasi
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan
- Melakukan tindakan di kamar operasi
- Membuat resep dan protap perawatan selanjutnya
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan

4. Asistensi Dokter Dalam Menolong Persalinan Normal


Petugas yang melaksanakan : bidan yang bertanggung jawab kepada pasien
Prosedur :
- Kontrol his, monitor denyut jantung janin dan perhatikan keadaan umum pasien

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 19

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 19

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 19


- Mengkaji adanya faktor resiko pada ibu dan janin sebelum proses persalinan,
laporkan pada dokter
- Periksa dalam untuk menentukan diagnosis sudah memasuki kala II
- Monitor denyut jantung bayi sesuai dengan partograf
- Lakukan perawatan kala III
- Bantu dokter dalam proses penjahitan luka perineum
- Lakukan perawatan kala IV
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh bidan yang melakukan tindakan

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan
- Melakukan tindakan pertolongan persalinan
- Melakukan jahit perineum dengan didampingi oleh bidan
- Membuat resep dan membuat protap perawatan selanjutnya
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan

5. Asistensi Tindakan Curretage


Prosedur :
- Memastikan pasien telah mendapatkan penjelasan tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter operator
- Mempersiapkan surat izin tindakan curettage dan surat izin tindakan anestesi yang
telah ditandatangani oleh pasien atau keluarga pasien
- Persiapkan pasien seperti puasa, pasang infuse, pakaian pasien, kosongkan kandunng
kemih dan lain-lain
- Masukan jaringan dalam bokal berisi formalin 10% dan diberi identitas pasien untuk
jaringan yang akan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi, untuk jaringan yang tidak
akan dilakukan pemeriksaan patologi anatomi, jaringan dapat dimasukan dalam
bokal/plastik tanpa formalin dan diberikan pada keluarga (dicek apakah boleh jaringan
yanng sudah diambil tidak di PA)
- Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan perdarahan sampai dengan 3-4
jam pasca tindakan curretage
- Jika keadaan umum pasien baik, tanda-tanda vital normal, tidak ada perdarahan dan
keluhan, pasien diperbolehkan pulang setelah menunjukkan surat ijin pulang.
- Mempersiapkan pasien pulang

Prosedur yang dilakukan oleh dokter


- Melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan keadaan pasien sesuai dengan
kondisi pasien
PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 20

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 20

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 20


- Dokter memberikan informed consent tentang tindakan yanng akan dilakukan beserta
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi baik selama tindakan maupun setelah selesai
tindakan.
- Pasien dilakukan anastesi oleh dokter anestesi/Penata Anastesi
- Melakukan tindakan curretage
- Membuat resep dan jadwal kontrol
- Mencatat tindakan yang telah dilakukan dalam berkas rekam medis pasien yang
ditandatangani oleh dokter penanggung jawab yang melakukan tindakan

II. Pengelolaan Limbah


Pengelolaan limbah non infeksius dan limbah infeksius dari Kamar Bersalin dilakukan oleh
Bagian Sanitasi RSIA Mutiara Bunda Ciledug.
Limbah non infeksius (yang tidak terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh pasien)
misalnyai : kertas, sisa makanan, plastik, kardus, botol aqua bekas, dan sebagainya. Sedangkan
limbah infeksius (yang terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh pasien) misalnyai : verban,
spuit, jarum suntik, cateter, infus set, kassa, betadin, dan sebagainya.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 21

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 21

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 21


BAB V

LOGISTIK

Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai perencanaan dn
penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan
materi atau alat. Lebih lanjut, logistik diartikan bagian dari instansi yang bertugas menyediakan bahan
atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional suatu instansi dalam jumlah, kualitas dan
pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin (Adiatama, 2002).
Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur manajemen di proses melalui fungsi
manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat terselenggaranya fungsi
logistik.
Rumah sakit merupakan suatu usaha yang melakukan produksi jasa sehingga logistik dalam
rumah sakit bukan logistik pendistribusian barang, tetapi hanya menyangkut manajemen persediaan
bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi jasa tersebut.
Logistik dalam rumah sakit bermula dari perolehan (procurement) dan berakhir dengan
dokumen penuh dari usaha pembedahan dan pengobatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit adalah suatu proses pengolahan secara strtegis
terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pemantauan persediaan barang (stock,
material, supplies, inventory, etc) yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit.
Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di rumah sakit dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam proses
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Obat merupakan salah satu komponen utama pendapatan
rumah sakit. Tantangan dalam melaksanakan logistik obat di rumah sakit secara baik tergolong
tinggi. Berbagai pihak terlibat dalam logistik obat di rumah sakit.
b. Logistik Alat Kesehatan
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Masalah utama yang sering terjadi adalah manajemen
inventaris yang kurang baik, sehingga mengakibatkan alat kesehatan yang disimpan berlebihan.
c. Logistik Peralatan Medis dan Non Medis
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan peralatan medis dan non medis yang
digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Masalah yang sering dihadapi adalah
penyimpanan alat dan persediaan suku cadang.
d. Logistik Linen
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan kelompok linen. Masalah yang
dihadapi adalah sediaan yang berlebihan dan proses yang bervariasi.
e. Logistik Bahan Habis Pakai
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang dikategorikan sebagai
bahan habis pakai. Masalah yang paling sering dihadapi adalah sediaan bahan habis pakai yang
berlebihan,

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 22

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 22

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 22


Bahan Habis Pakai (BHP) di Ruang Kebidanan di amprah ke bagian logistik RSIA MUTIARA
BUNDA sebelum habis. Jika BHP yang digunakan sehari-hari cepat habis, maka amprah dilakukan
setiap 1 minggu sekali dan untuk BHP yang tidak cepat habis akan diamprah 1 bulan sekali.

BAB VI

JENIS PELAYANAN KAMAR BERSALIN

I. Ketentuan Umum
A. Pelayananan Kamar Bersalin buka 24 jam
B. Pelayananan di Kamar Bersalin yaitu :
- Persalinan Normal
- Persalinan Normal dengan ILA
- Persalinan Normal dengan Penyulit seperti : Vakum Ekstraksi, Induksi, dsb
- Kuretase
- Tindakan Insisi kista Bartholini
- Tindakan reparasi Vagina
- Tindakan Pemasangan Laminaria
- One day Care yaitu : HEG & Infus Venofer
- Tindakan Persiapan pra operasi

II. Prosedur Pendaftaran


A. Pasien Rawat Jalan
B. Pasien Rawat Inap
1. Perawat Poli atau IGD menghubungi bidan kamar bersalin via telepon bahwa akan
mengirim pasien ke kamar bersalin.
2. Selanjutnya bidan kamar bersalin menjemput pasien yang akan masuk dari unit awal
dengan memastikan status rekam medik pasien.
3. Bidan pelaksana menerima instruksi dari dokter DPJP atau dr IGD, serta rencana
Pengobatan ke depan dengan persetujuan dr DPJP serta meminta persetujuan pada
pasien dan keluarga pasien.
4. Jika instruksi awal dari dr IGD maka saat sudah transfer ke kamar bersalin maka
bidan pelaksana akan melaporkan kembali kepada dr DPJP untuk instruksi lebih lanjut
dengan metode terintegrasi SBAR.
5. Bidan pelaksana menuliskan data pasien di buku register kamar bersalin .
6. Bidan Pelaksana melakukan tindakan sesuai dengan instruksi dr DPJP.
7. Bidan pelaksana Kamar bersalin menghubungi bidan perawatan nifas saat pasien
sudah stabil dan siap untuk transfer intra RS. Bidan Perawatan nifas akan menjemput
pasien sambil melengkapi status rekam medik pasien.
.
C. Pasien Kegawatdaruratan Kebidanan
1. Untuk pasien seperti kasus Eklamsia, HAP, HPP, Inpartu dalam fase aktif dilatasi
maksimum dan Deselerasi maka akan langsung masuk ke Instalasi kamar bersalin.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 23

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 23

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 23


2. Tindakan kegawatdaruratan kebidanan akan segera dilakukan sesuai dengan standar
operasional yang berlaku.

BAB VII

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
 Assesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan

C. Standar Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
progam peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. 7 Langkah Keselamatan Pasien


Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf anda
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 24

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 24

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 24


6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

E. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


Adverse event :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil suatu tindakan yang seharusnya diambil dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan
medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
F. Kejadian Tidak Diharapkan Yang Tidak Dapat Dicegah
Unpreventable adverse event :
Suatu kejadian tidak diharapkan akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan yang mutakhir.

G. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


Near miss :
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission) yang dapat menciderai pasien tetapi cedera serius
tidak terjadi karena keberuntungan (misalnya pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi obat) karena pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan tetapi
staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan) atau peringanan (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan tetapi diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).

H. Kesalahan Medis
Medical errors :
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau
menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya, dapat merupakan akibat dari
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission).

I. Insiden Keselamatan Pasien


Patient safety incident :
Setiap kejadian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

J. Kejadian Sentinel
Sentinel event :
Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan kematian atau cedera serius. Biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti operasi
pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang
terjadi sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang
serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

K. Tata Laksana Kerja Untuk Keselamatan Pasien


1. Semua Pasien yang datang baik dalam kondisi inpartu maupun observasi kebidanan
harus dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 25

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 25

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 25


2. Memperhatikan identitas pasien khususnya nama dan nomor rekam medis
3. Memastikan pasien telah mendapatkan informed consent dari dokter penanggung
jawab pasien atau dokter konsulen sebelum pasien mendapatkan penatalaksanaan medis
4. Seluruh persalinan normal wajib ditolong oleh dokter spesialis kebidanan, bidan
boleh menolong persalinan dalam kondisi emergensi, disaat tidak ada dokter atau dokter
spesialis kebidanan
5. Pemeriksaan pervaginam dalam proses persalinan dilakukan setiap 4 jam sekali atau
bila ada indikasi
6. Observasi pasien ODC dilakukan selama 3-4 jam pasca tindakan, pasien baru
diperbolehkan pulang setelah sadar penuh dan keadaan umumnya baik
7. Seluruh pemeriksaan penunjang medis harus disertai dengan identitas pasien yang
lengkap, benar dan jelas
8. Setiap bayi yang lahir, langsung dilakukan pemeriksaan fisik, dicap kaki dan
diberikan peneng untuk identitas
9. Penghalang tempat tidur pasien selalu dalam keadaan terpasang bila ada pasien di
atas tempat tidur
10. Selalu memperhatikan prinsip benar pemberian obat
11. Kuku petugas harus pendek
12. Mencuci tangan sesuai prosedur sebelum dan sesudah tindakan
13. Mempertahankan sterilitas dan menjaga kebersihan
14. Sarung tangan yang digunakan harus sesuai dengan ukuran

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 26

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 26

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 26


BAB VIII

KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman tersebut menjadi lebih tinggi dan
berbahaya karena penderita HIV/AIDS tidak menampakan gejala dan yang lebih
mengkhawatirkan hal tersebut banyak terjadi di negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan berbagai kegiatan pencegahan dan penanggulangan secara memadai.
Penderita penyakit HIV/AIDS terus meningkat sejalan dengan semakin tingginya potensi
penularan dimasyarakat. Hal ini di tunjang dengan perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan
baik dan penggunaan bersama peralatan yang menembus kulit, tato, tindik dan lain-lain.
Selain HIV/AIDS, juga wajib diwaspadai Penyakit Hepatitis B dan C yang keduanya
potensial menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Kedua penyakit ini sering tidak
dapat terkenali secara klinis karena tidak menampakan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit-penyakit tersebut di atas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “Universal
Precaution”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak pelayanan yang melakukan kontak 24 jam dengan
pasien mempunyai resiko terpajan lebih besar, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
1. Petugas kesehatan dapat melindungi dirinya sendiri, pasien,dan masyarakat dari
penularan infeksi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
2. Petugas kesehatan harus menerapkan prinsip universal precaution dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengurangi resiko terpajan atau terinfeksi
penyakit menular.

C. Tindakan Yang Beresiko Terpajan


Ada beberapa hal yang dapat membuat seseorang tenaga kesehatan dapat terpajan
dengan infeksi menular yaitu:

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 27

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 27

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 27


1. Cuci tangan yang tidak benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang kurang benar
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama dari prosedur universal precaution dalam kaitannya dengan keselamatan kerja
khususnya di Instalasi Kamar Bersalin adalah menjaga higine sanitasi individu, higine dan
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.

Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam kegiatan yaitu:


1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) yaitu pelindung kaki/sandal sepatu khusus
kamar bersalin, apron/gaun pelindung, topi, masker, goggle/kaca mata dan sarung tangan.
3. Pengelolaan instrumen bekas pakai dan alat kesehatan lainnya
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam lainnya untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
6. Pengelolaan alat tenun bekas pakai
7. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kesehatan dan pemberian imunisasi

E. Hal-Hal Yang Harus Diketahui Oleh Petugas Terpapar


Sebagai petugas kesehatan wajib mengetahui hal-hal yang harus dilakukan jika
terpajan/terpapar dengan infeksi menular sehingga dapat ditanggulangi dengan tepat dan cepat.
Hal-hal yang harus diketahui petugas kesehatan yang terpapar adalah :
1. Tindakan sesuai dengan jenis paparan
2. Status kesehatan petugas terpapar
3. Status kesehatan sumber paparan
4. Kebijakan yang ada
5. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
6. Tindakan pasca tertusuk jarum bekas pakai atau benda tajam bekas pakai lainnya

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 28

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 28

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 28


BAB IX

PENGENDALIAN MUTU

A. Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan


Indikator mutu pelayanan kebidanan yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Minggu diambil dari Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang ditetapkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/ Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, yaitu:
1. Kejadian kematian ibu karena persalinan
 Perdarahan ≤ 1 %
 Pre –Eklamsia ≤ 30%
 Sepsis ≤ 0,2 %
2. Pemberi pelayanan persalinan normal
 Dokter spesialis kebidanan
 Dokter umum terlatih asuhan persalinan normal
 Bidan
3. Pemberi pelayanan dengan persalinan penyulit : Tim PONEK yang terlatih.
4. Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi
 Dokter spesialis kebidanan
 Dokter spesialis anak
 Dokter spesialis anastesi
5. Pertolongan persalinan melalui sectio cesaria ≤ 20%
6. Keluarga berencana :
 Persentase keluarga berencana vasektomi dan tubektomi yang dilakukan oleh
tenaga kompeten dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis bedah umum, dokter
spesialis urologi dan dokter umum terlatih 100%
 Persentase peserta keluarga berencana mantap yang mendapatkan konseling
keluarga berencana mantap oleh bidan terlatih 100%
7. Kepuasan pelanggan ≥ 80%

B. Evaluasi Dan Pengendalian Mutu

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 29

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 29

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 29


Merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui capaian mutu pelayanan berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan, dapat dilakukan dengan cara :
1. Audit pelayanan Kebidanan
2. Audit pendokumentasian
3. Audit prosedur pelayanan kebidanan

BAB X

PENUTUP

Rumah sakit merupakan sistem pelayanan yang komplek, terdiri dari beberapa profesional
pemberi pelayanan, sehingga diperlukan peran, fungsi, dan tugas yang jelas untuk masing masing
profesi, namun diperlukan kerjasama yang kohesif antar profesi pemberi pelayanan.

Pelayanan kebidanan adalah salah satu pelayanan di rumah sakit yang diberikan oleh dokter
spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan tenaga lain di kamar bersalin.
Keberhasilan pelayanan kebidanan tergantung pada kesiapan ruangan, alat dan SDM. Untuk
pelayanan rujukan kebidanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh keberadaan dan kesiapan tenaga
pelayanan kebidanan di kamar bersalin yang pro aktif dan kompeten dalam penanganan pertama
sebelum kedatangan dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

Pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini diharapkan dapat mendukung
keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan kebidanan di kamar bersalin. Standar pelayanan
kebidanan di kamar bersalin yang actual dapat dikembangkan di masing-masing rumah sakit dengan
kondisi dan kebutuhan masing masing daerah. Disamping itu diperlukan juga dedikasi serta rasa
tanggung jawab yang tinggi dari setiap tenaga pelayanan kebidanan di kamar bersalin untuk
menyebar-luaskan informasi tentang pedoman standar pelayanan kebidanan di kamar bersalin ini serta
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang telah diuraiakan dalam buku ini.

Harapan dan tujuan penyusunan buku ini dapat terwujud dalam rangka membangun sistem
pelayanan kebidanan dan perinatal risiko tinggi melalui penerapan standar dan pembinaan tenaga
pelayanan kebidanan.

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 30

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 30

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR BERSALINPage 30

Anda mungkin juga menyukai