disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Kronis
Dosen pengampu : Alfrina hany, S.Kp, M.Ng
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kelompok 2 dapat menyelesaikan Makalah
Metode edukasi role play pada pasien stroke. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena telah menjadi pedoman bagi saya untuk
menyelesaikan makalah ini.
2. Alfrina Hany, S.Kp, M.Ng sebagai dosen pembimbing yang memberi
motivasi bagi kami.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
Sampul .................................................................................................... i
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 01
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 02
1.3 Tujuan ................................................................................... 02
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................... 33
4.2 Saran ................................................................................ 33
DAFTAR LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari stroke ?
2. Apa saja klasifikasi stroke ?
3. Apa etiologi dari stroke ?
4. Bagaimana patofisiologi stroke ?
5. Bagaimana pathway stroke ?
6. Apa saja manifestasi klinik dari stroke ?
7. Apa saja komplikasi yang disebabkan oleh stroke ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada stroke ?
9. Bagaimana penatalaksanaan medis pada stroke ?
1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana penerapan metode edukasi role playing pada
pasien dengan penyakit Stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui landasan teori/konsep dasar tentang Stroke
(Definisi stroke, Klasifikasi stroke, Etiologi stroke,
Patofisiologi stroke, Pathway, Manifestasi, Komplikasi,
Pemeriksaan penunjang, Penatalaksanaan medis).
b. Mengetahui landasan teori/konsep dasar Role Playing
c. Mengetahui bagaimana penerapannya pada edukasi pasien
stroke
d. Mengetahui landasan teori/konsep dasar Role Playing
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. KLASIFIKASI
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya,
yaitu: (Muttaqin, 2008)
a. Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua,
yaitu:
1) Perdarahan intraserebra
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama
karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam
jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak,
dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi
3
cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena
hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons
dan serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau
AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah
sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar
parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang
subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh
darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase,
gangguan hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,
biasanya terjad i saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:
a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang
terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala
yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam
waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang
dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah
buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah
menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit
dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
2.3. ETIOLOGI
4
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala
neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis
otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat
suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah
seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin,
2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah
serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding
pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis
bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi
trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/
hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah
serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada
umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
5
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-
30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli:
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik
Heart Desease (RHD).
2) Myokard infark
3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai
bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali
dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri,
menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada
endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga
otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark
otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
6
2.4. PATOFISIOLOGI
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,
emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan
umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik
sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang
stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan
otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
7
dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau
jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit
cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa
otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer
otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke
batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga
kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel
untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih
dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan
mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya
drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron
di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume
darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan
dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan
serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan
kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons
sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)
8
2.5. PATHWAY
9
2.6. MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan
gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau
hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya
hemiparesis) yang timbul mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.
2.7. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi,
komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung,
10
dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang
mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
11
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan
kemudian berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah
itu sendiri.
2.9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
6. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan,
Beberapa pengobatan konservatif yang dapat dilakukan dalam
menangani stroke adalah :
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/
memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem
kardiovaskuler.
12
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
BAB III
13
PENERAPAN METODE PADA PASIEN STROKE
14
3. Kekurangan dan Kelebihan metode role playing
Menurut Roestiyah (2001: 92-93) metode role playing memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
a. Kelebihan metode role playing
Meningkatkan keterampilan berbicara
dapat menciptakan sesuatu yang beratmosphere shingga
menghasilkan kesan yang baik
role play dapat memberikan kesenangan yang bermanfaat
dapat membangkitkan ketenangan dalam menyampaikan dan
mendengarkan penyampaian serta mengurangi ketegangan
membangkitkan rasa percaya diri dan keberanian
meningkatkan kualitas bahasa seseorang
membuat anggota kelompok lebih aktif
mengatasi rasa takut
merangsang imajinasi dan kemampuan verbal dalam kelompok
memberikan kemudahan dalam menagkap pesan-pesan yang
ada
b. kekurangan metode role playing
sedikit rumit dalam pelaksanaannya
perlu persiapan matang
waktu yang dibutuhkan cukup banyak
perlu keterampilan dalam mengkoordinasi pelaksanaannya
15
Siswa akan berlatih untuk berinisiatiff dan berkreatif. Pada
waktu bermain peran, para pemain dituntut untuk
mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang
tersedia.
Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk.
Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi
tanggung jawab dengan sesama
Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina
dengan sebaik-baiknya.
Bahasa lissan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih
baik agar mudah dipahami orang lain.
b. Kekurangan
Peserta yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif
Banyak memakan waktu
Memerlukan tempat yang cukup luas
16
d. Mengatur panggung atau lingkungan
e. Bermain peran
f. Diskusi dan evaluasi
g. Permainan berikutnya
h. Diskusi lebih lanjut
i. Generalisasi
17
lebih baik jika dari perawat untuk menilai jalannya kegiata
sehingga pasien dan keluarga semua ikut terlibat dalam kegiatan.
e. Peserta didik melakukan aksi sesuai perannya masing-masing.
Melakukan latihan fisik sesuai instruksi pengajar dan instruktur
yang telah ditentukan
f. Diskusi dan evaluasi dipimpin oleh pemateri untuk membahas
masalah-masalah serta pertanyaan yang muncul dari peserta.
Peserta latihan diberikan kesempatan untuk memberikan
pertanyaan serta kesulitan yang dihadapi dalam melakukan
kegiatan.
g. Pengambilan kesimpulan oleh pemateri.
18
bersangkutan. Range Of Motion dibagi menjadi dua jenis yaitu ROM
aktif dan ROM pasif. (Suratun, Heryati,Manurung, & Raenah, 2008).
Latihan ROM ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau memeperbaiki kemampuan menggerakkan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatan masa dan tonus otot sehingga
dapat mencegah kelainan bentuk, kekakuan, dan kontraktur
(Nurhidayat, et al, 2014)
Latihan range of motion adalah kegiatan latihan yang bertujuan
untuk memelihara fleksibilitas dan mobilitas sendi (Tseng,et all,
2007). Latihan ROM dapat menggerakkan persendian seoptimal dan
seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang dan tidak menimbulkan
rasa nyeri pada sendi yang digerakkan. Adanya pergerakan pada
persendian akan menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke
dalam kapsula sendi. Ketika sendi digerakkan, permukaan kartilago
antara kedua tulang akan saling bergesekan. Kartilago banyak
mengandung proteoglikans yang menempel pada asam hialuronat
yang bersifat hidrophilik. Adanya penekanan pada kartilago akan
mendesak air keluar dari matriks sinovial. Bila tekanan berhenti maka
air yang keluar ke cairan sinovial akan ditarik kembali dengan
membawa nutrisi dari cairan (Ulliya, et al., 2007).
2. Tujuan ROM
Menurut Tseng, et al. (2007), Rhoad & Meeker (2009), Smith, N.
(2009) dan Smeltzer & Bare (2008), tujuan latihan ROM adalah
sebagai berikut :
a. Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi
b. Mengembalikan kontrol motoric
c. Meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi dan
jaringan lunak
d. Membantu sirkulasi dan nutrisi synovial
e. Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas
yang mengalami paralisis.
19
f. Memaksimalkan fungsi ADL
g. Mengurangi atau menghambat nyeri
h. Mencegah bertambah buruknya system neuromuscular
i. Mengurangi gejala depresi dan kecemasan
j. Meningkatkan harga diri
k. Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan
3. Klasifikasi ROM
Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi
ROM sebagai berikut:
a. ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh
pasien tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang
dilakukan. Indikasi ROM aktif adalah semua pasien yang
dirawat dan mampu melakukan ROM sendii dan kooperatif
b. ROM pasif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang
mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa
latihan pada tulang maupun sendi dimana klien tidak dapat
melakukannya sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan
perawat atau keluarga. Indikasi ROM Pasif : Pasien yang
keterbatasan fisik, pasien yang termobilisasi ditempat tidur
maupun di kursi roda, kondisi yang tidak memungkinkan
melakukan ROM sendiri.
.
4. Prinsip Latihan ROM
Prinsip Dasar Latihan ROM antara lain :
a. ROM harus diullangi sekitar 8 kali dan dikerjakan 2 kali sehari
b. ROM dilakukan perlahan dan berhati-hati sehingga tidak
melelahkan pasien
c. Bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu tumit, kaki, dan pergelangan kaki
d. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit
20
e. Memperhatikan umur, diagnosa, TTV, dan tirah baring.
f. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, missal setelah manda
atau perawatan rutin telah dilakukan (Suratun et al, 2008)
5. Kontraindikasi ROM
a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
mengganggu proses penyembuhan cedera
b. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
c. PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,
sedangkan AROM pada persendian dan kaki untuk
meminimalisasi venous stasis dan pembentukan thrombus.
d. Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria,
dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat
diberikan dalam pengawasan yang ketat.
21
k. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
tangan pada tangan yang sama.
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada
persendian sebagai berikut:
a. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke rentang 45°
dada,
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi rentang 45°
tegak,
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-
mungkin, 45°
Fleksi Memiringkan kepala sejauh rentang 40-
lateral mungkin sejauh mungkin 45°
kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin rentang
dalam gerakan sirkuler, 180°
b. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di rentang
samping tubuh ke depan ke 180°
posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang
samping tubuh, 180°
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang rentang 45-
tubuh, siku tetap lurus, 60°
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping rentang
di atas kepala dengan telapak 180°
tangan jauh dari kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping rentang
dan menyilang tubuh sejauh 320°
mungkin,
Rotasi Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
22
dalam dengan menggerakan lengan
sampai ibu jari menghadap ke
dalam dan ke belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan rentang 90°
lengan sampai ibu jari ke atas
dan samping kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan rentang
lingkaran penuh, 360°
c. Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang
bahu bergerak ke depan sendi 150°
bahu dan tangan sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang
tangan, 150°
d. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-
sehingga telapak tangan 90°
menghadap ke atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga rentang 70-
telapak tangan menghadap ke 90°
bawah,
e. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke rentang 80-
sisi bagian dalam lengan 90°
bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan rentang 80-
sehingga jari-jari, tangan, 90°
lengan bawah berada dalam
23
arah yang sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan rentang 89-
dorsal ke belakang sejauh 90°
mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan rentang 30°
miring ke ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan rentang 30-
miring ke arah lima jari, 50°
g. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh rentang 90°
dari tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan rentang 30°
tangan,
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-
jari tangan pada tangan yang -
sama.
24
h. Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-
atas, 120°
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-
tungkai yang lain, 120°
Hiperekste Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°
nsi tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika rentang 30-50°
mungkin,
Rotasi Memutar kaki dan tungkai ke arah
rentang 90°
dalam tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai
rentang 90°
menjauhi tungkai lain,
Sirkumduk Menggerakan tungkai melingkar
-
si
i. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah rentang 120-
belakang paha, 130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-
130°
j. Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari- rentang 20-30°
jari kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari- rentang 45-50°
jari kaki menekuk ke bawah,
k. Kaki
25
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
dalam,
Eversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
luar,
l. Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke rentang 30-60°
bawah,
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu rentang 15°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°
26
tubuh terhadap latihan
j. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau
perubahan pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan
dan kontraktur
27
menghadap kearahnya.
7. Kembalikan ke posisi semula.
8. Catat perubahan yang terjadi.
d. Pronasi Fleksi Bahu.
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.
3. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
4. Angkat lengan pasien pada posisi semula.
5. Catat perubahan yang terjadi.
e. Abduksi dan Adduksi Bahu.
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
3. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
4. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah
perawat (Abduksi).
5. Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)
6. Kembalikan ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.
f. Rotasi Bahu.
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku
menekuk.
3. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat
siku dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lain.
4. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh
tempat tidur, telapak tangan menghadap ke bawah.
5. Kembalikan posisi lengan ke posisi semula. Gerakkan
lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke atas.
6. Kembalikan lengan ke posisi semula.
28
7. Catat perubahan yang terjadi.
g. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara
tang lain memegang kaki.
3. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
4. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
5. Kembalikan ke posisi semula.
6. Catat perubahan yang terjadi.
h. Infersi dan efersi kaki.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan
pegang pergelangan kaki dengan tangan satunya.
3. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke
kaki lainnya.
4. Kembalikan ke posisi semula
5. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi
kaki yang lain.
6. Kembalikan ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.
i. Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan
satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki
lurus dan rilek.
3. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada
pasien.
4. Kembalikan ke posisi semula.
5. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
6. Catat perubahan yang terjadi.
j. Fleksi dan Ekstensi lutut.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
29
2. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang
tumit pasien dengan tangan yang lain.
3. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
4. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
5. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat
kaki ke atas.
6. Kembali ke posisi semula.
7. Catat perubahan yang terjadi.
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Stroke merupakan salah satu penyakit kronis yang membutuhkan
perawatan yang lama. Sehingga dalam perawatanya kita perlu melakukan
pendekatan yang lebih spesifik. Salah satu model pendekatan yang dapat
digunakan pada pasien stroke adalah pendekatan dengan model cronic
care. Output yang diharapkan adalah adanya perawatan yang lama pada
pasien stroke tetap menunjukan progres atau pertahanan kesehatan yang
baik melalui komunikasi yang produktif antara tim kesehatan dan pasien.
Hal ini dipengaruhi oleh bebepa elemen. Salah satunya adalah
selfmanafement suport. Agar tercapainya self management yg baik kita
perlu memperhatiakan beberapa hal seperti peningkatkan pengetahuan sert
e perawatan mandiri yang bisa dilakukakan dirumah. Pada makalah diatas
telah dijelaskan mengenai edukasi untuk pasien stroke dengan pendekatan
cronic care model melalui pemberian Edukasi ROM aktif pasif . Hal
inilah yang kemuadian ditanggapi menjadi sebuah interaksi yang
produktive antara tim kesehatan dengan pasien. Edukasi dijadikan
sebagai salah satu media dalam meningkatkan pengetahuan pasien atau
keluarga dalam perawatan pasien stroke. Adanya wujud peningkatan
pengetahuan yang baik ini nanti akan mampu meningkatkan self
management suport pada pasien stroke sehinga Pasien dan keluarga akan
lebih mandiri dalam mempertahankan perawatan pasien stroke pada saat
dirumah
31
4.2 SARAN
Penyakit stroke merupakam penyakit kronis, dimana dalam
perawatanya membutuhkan waktu yang lama dan melibatkan banyak
pihak terutama keluarga. Sehingga diharapkan dengan adanya makalah ini
dapat menjadi referensi untuk kita sebagai perawat dalam memberikan
edukasi untuk peningkatan perwatanya dirumah.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Jakarta: Salemba Medika
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis
Missouri: Mosby-Year Book, Inc
Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC
Smeltzer et al, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Jakarta: EGC.
32
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standard Asuhan Keperawatan
Penyakit Saraf. Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo
Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C. (2007). Effects of a range-
of-motion exercise programme. Journal of Advanced Nursing, 57(2),
181-191.
A. Latar Belakang
Pasien yang mengalami perawatan tirah baring dengan waktu yang
lama tanpa melakukan aktivitas apapun sangat mudah mengalami
kontraktur pada otot-otot persendian. Gangguan pemenuhan aktivitas yang
dialami oleh pasien akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan pasien yang lain di mana semua itu akan menghambat proses
penyembuhan. Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang
untuk bergerak dengan bebas. Keperawatan klinik menghendaki perawat
untuk menggabungkan ilmu pengetahuan dan keterampilan ke dalam
praktik. Salah satu komponen keterampilan adalah mekanika tubuh. Salah
33
satu istilah untuk menggambarkan usaha untuk mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletal.
Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang mengapa dan
bagaimana otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan
mempertahankan pergerakan secara aman. Dalam mempergunakan
mekanika tubuh yang tepat, perawat perlu mengerti mengenai konsep
pergerakan, termasuk bagaimana mengkoordinasikan gerakan tubuh yang
meliputi fungsi integrasi dari sistem muskuloskeletal (otak, otot, skelet dan
syaraf yang berperan).
. Klien dapat kehilangan kemampuan dalam menggerakkan
ekstrimitasnya dan anggota gerak lainnya. Ekstrimitas yang tidak
digerakan dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan atrofi otot
atau pengecilan massa otot karena otot tidak pernah dipergunakan untuk
beraktivitas. Klien dengan gangguan mobilisasi harus menjadi perhatian
perawat untuk mencegah atrofi otot atau merawat jika telah terjadi atrofi
pada klien dengan gangguan mobilisasi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan perawat dalam mengintervensi gangguan mobilisasi dan
mencegah atrofi adalah dengan memberikan tindakan Range of Motion
(ROM).
D. Sasaran
34
F. Media :
G. Metode
H. Kegiatan Penyuluhan
2. 15 menit Pelaksanaan :
Penyampaian materi Mendengarkan
1. Menjelaskan definisi ROM
2. Menjelaskan tentang tujuan
ROM
3. Menjelaskan klasifikasi ROM
4. Menjelaskan Prinsip ROM
5. Menjelaskan Kontradiksi ROM
6. Menjelaskan tentang prosedur
tindakan ROM aktif dan ROM
pasif
Bertanya
35
Menanyakan kembali hal-hal yang Menjelaskan
sudah dijelaskan mengenai ROM
4. 5 menit Penutup :
Menutup pertemuan dengan Mendengarkan
menyimpulkan materi yang telah
dibahas Menjawab salam
Memberikan salam penutup
I. Evaluasi :
1. Peserta mampu mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh
perawat
2. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diajukan perawat
Lampiran Materi
1. Definisi ROM
ROM (Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital,
transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari
depan ke belakang membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan, contoh
gerakan fleksi dan ekstensi pada jari tangan dan siku serta gerakan
hiperekstensi pada pinggul. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi
dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang, contoh gerakannya
abduksi dan adduksi pada lengan dan tungkai serta eversi dan inversi pada
36
kaki. Sedangkan potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi
tubuh menjadi bagian atas dan bawah, contoh gerakannya supinasi dan pronasi
pada tangan, rotasi internal dan eksternal pada lutut, dan dorsofleksi dan
plantar fleksi pada kaki (potter & perry, 2006). Pengertian ROM lainnya adalah
latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan
otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan
normal baik secara aktif ataupun pasif. Range Of Motion (ROM), adalah
gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan. Range Of Motion dibagi menjadi dua jenis yaitu ROM aktif dan
ROM pasif. (Suratun, Heryati,Manurung, & Raenah, 2008). Latihan ROM
ialah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memeperbaiki
kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatan masa dan tonus otot sehingga dapat mencegah kelainan bentuk,
kekakuan, dan kontraktur (Nurhidayat, et al, 2014)
2. Tujuan ROM
37
Menurut Tseng, et al. (2007), Rhoad & Meeker (2009), Smith, N. (2009)
dan Smeltzer & Bare (2008), tujuan latihan ROM adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan fleksibilitas dan mobilitas sendi
2. Mengembalikan kontrol motoric
3. Meningkatkan/mempertahankan integritas ROM sendi dan jaringan lunak
4. Membantu sirkulasi dan nutrisi synovial
5. Menurunkan pembentukan kontraktur terutama pada ekstremitas yang
mengalami paralisis.
6. Memaksimalkan fungsi ADL
7. Mengurangi atau menghambat nyeri
8. Mencegah bertambah buruknya system neuromuscular
9. Mengurangi gejala depresi dan kecemasan
10. Meningkatkan harga diri
11. Meningkatkan citra tubuh dan memberikan kesenangan
3. Klasifikasi ROM
Menurut (Suratun,Heryati,Manurung, & Raenah, 2008) klasifikasi ROM
sebagai berikut:
a. ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami
kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang
maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga
klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.
b. ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa
bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif
adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendii
dan kooperatif.
38
3. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit
4. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, missal setelah manda atau
perawatan rutin telah dilakukan (Suratun et al, 2008)
5. ROM Aktif
Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1. Fleksi, yaitu berkurangnya sudut persendian.
2. Ekstensi, yaitu bertambahnya sudut persendian.
3. Hiperekstensi, yaitu ekstensi lebih lanjut.
4. Abduksi, yaitu gerakan menjauhi dari garis tengah tubuh.
5. Adduksi, yaitu gerakan mendekati garis tengah tubuh.
6. Rotasi, yaitu gerakan memutari pusat dari tulang.
7. Eversi, yaitu perputaran bagian telapak kaki ke bagian luar, bergerak
membentuk sudut persendian.
8. Inversi, yaitu putaran bagian telapak kaki ke bagian dalam bergerak
membentuk sudut persendian.
9. Pronasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke bawah.
39
10. Supinasi, yaitu pergerakan telapak tangan dimana permukaan tangan
bergerak ke atas.
11. Oposisi, yaitu gerakan menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada
tangan yang sama.
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian
sebagai berikut:
a. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke rentang 45°
dada,
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi rentang 45°
tegak,
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh rentang 40-
mungkin, 45°
Fleksi Memiringkan kepala sejauh rentang 40-
lateral mungkin sejauh mungkin 45°
kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin rentang
dalam gerakan sirkuler, 180°
b. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di rentang
samping tubuh ke depan ke 180°
posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di rentang
samping tubuh, 180°
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang rentang 45-
tubuh, siku tetap lurus, 60°
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping rentang
di atas kepala dengan telapak 180°
tangan jauh dari kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping rentang
dan menyilang tubuh sejauh 320°
mungkin,
40
Rotasi Dengan siku pleksi, memutar bahu rentang 90°
dalam dengan menggerakan lengan
sampai ibu jari menghadap ke
dalam dan ke belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan rentang 90°
lengan sampai ibu jari ke atas
dan samping kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan rentang
lingkaran penuh, 360°
c. Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan rentang
bahu bergerak ke depan sendi 150°
bahu dan tangan sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan rentang
tangan, 150°
d. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan rentang 70-
sehingga telapak tangan 90°
menghadap ke atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga rentang 70-
telapak tangan menghadap ke 90°
bawah,
e. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke rentang 80-
sisi bagian dalam lengan 90°
bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan rentang 80-
sehingga jari-jari, tangan, 90°
lengan bawah berada dalam
arah yang sama,
41
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan rentang 89-
dorsal ke belakang sejauh 90°
mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan rentang 30°
miring ke ibu jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan rentang 30-
miring ke arah lima jari, 50°
g. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang rentang 90°
permukaan telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh rentang 90°
dari tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan rentang 30°
tangan,
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-
jari tangan pada tangan yang -
sama.
h. Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan rentang 90-
42
atas, 120°
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping rentang 90-
tungkai yang lain, 120°
Hiperekste Mengerakan tungkai ke belakang rentang 30-50°
nsi tubuh,
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping rentang 30-50°
menjauhi tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika rentang 30-50°
mungkin,
Rotasi Memutar kaki dan tungkai ke arah
rentang 90°
dalam tungkai lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai
rentang 90°
menjauhi tungkai lain,
Sirkumduk Menggerakan tungkai melingkar
-
si
i. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah rentang 120-
belakang paha, 130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-
130°
j. Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari- rentang 20-30°
jari kaki menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari- rentang 45-50°
jari kaki menekuk ke bawah,
k. Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
dalam,
Eversi Memutar telapak kaki ke samping rentang 10°
43
luar,
l. Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke rentang 30-60°
bawah,
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu rentang 15°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°
6. ROM Pasif
Latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan
persendian klien sesuai dengan rentang geraknya. ROM pasif adalah suatu
kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan dimana pergerakan tersebut
dilakukan secara bebas.Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus
digerakkan pada ruang gerak yang dimilikinya secara periodik. Faktor-faktor
yang dapat menurunkan ROM, yaitu penyakit-penyakit sistematik, sendi,
nerologis ataupun otot: akibat pengaruh cedera atau pembedahan: inaktivitas
atau imobilitas. Dari sudut terapi, aktivitas ROM diberikan untuk
mempertahankan mobilitas persendian dan jaringan lunak untuk meminimalkan
kehilangan kelentukan jaringan dan pembentukan kontraktur. Teknik ROM
tidak termasuk perenganggan yang ditunjukkan memperluas ruang gerak sendi.
44
4. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan perawat dalam
bekerja, terhindar dari masalah pada penjajaran tubuh dan pergunakan
selalu prinsip-prinsip mekanika tubuh
5. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat dan buka
bagian tubuh yang akan digerakkan
6. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masing-masing sisi
tubuh
7. Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing gerakan. Ulangi
masing-masing gerakan 3 kali.
8. Selama latihan pergerakan, kaji
a) Kemampuan untuk menoleransi gerakan
b) Rentang gerak (ROM) dari masing-masing persendian yang
bersangkutan
9. Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan tubuh terhadap
latihan
10. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau perubahan
pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan dan kontraktur
45
c. Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekat
bahu.
d. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
e. Catat perubahan yang terjadi.
3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah.
a. Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku
menekuk.
c. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya.
d. Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap
kearahnya.
g. Kembalikan ke posisi semula.
h. Catat perubahan yang terjadi.
4. Pronasi Fleksi Bahu.
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.
c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya
d. Angkat lengan pasien pada posisi semula.
e. Catat perubahan yang terjadi.
5. Abduksi dan Adduksi Bahu.
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
c. Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
d. Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat
(Abduksi).
e. Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)
f. Kembalikan ke posisi semula.
46
g. Catat perubahan yang terjadi.
6. Rotasi Bahu.
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
c. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan
pegang tangan pasien dengan tangan yang lain.
d. Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke bawah.
e. Kembalikan posisi lengan ke posisi semula. Gerakkan lengan bawah
ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke atas.
f. Kembalikan lengan ke posisi semula.
g. Catat perubahan yang terjadi.
7. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari.
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan, sementara tang lain
memegang kaki.
c. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
d. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Catat perubahan yang terjadi.
8. Infersi dan efersi kaki.
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang
pergelangan kaki dengan tangan satunya.
c. Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.
d. Kembalikan ke posisi semula
e. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang
lain.
f. Kembalikan ke posisi semula.
g. Catat perubahan yang terjadi.
9. Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki.
47
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan
yang lain di atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
c. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.
d. Kembalikan ke posisi semula.
e. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
f. Catat perubahan yang terjadi.
10. Fleksi dan Ekstensi lutut.
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain.
c. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
d. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
e. Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas.
f. Kembali ke posisi semula.
g. Catat perubahan yang terjadi.
11. Rotasi pangkal paha.
a. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan
yang lain di atas lutut.
c. Putar kaki menjauhi perawat.
d. Putar kaki ke arah perawat.
e. Kembalikan ke posisi semula.
f. Catat perubahan yang terjadi.
12. Abduksi dan Adduksi pangkal paha.
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan
pada tumit.
3. Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari
tempat tidur, gerakkan kaki menjauhi badan pasien.
4. Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
5. Kembalikan ke posisi semula.
48
6. Catat perubahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, A.P., & Perry, A. (2006). Fundamental of nursing. 4th edition. St.Louis
Missouri: Mosby-Year Book, Inc
Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC
Suratun, Heryati, Manurung, S.,Raenah. 2008. Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal.Jakarta: EGC.
Tseng, C.-N., Chen, C. C.-H., Wu, S.-C., & Lin, L.-C. (2007). Effects of a range-
of-motion exercise programme. Journal of Advanced Nursing, 57(2), 181-
191.
49
Lampiran 2 : Leaflet
50
51