Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AKHIR RC09-1380

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA PROYEK


PEMBANGUNAN JALAN TOL SURABAYA-MOJOKERTO
SEKSI IA

DIPO SURYAPRAJA
NRP 3106 100 010

Dosen Pembimbing :
Ir. Fifi Sofia
Ir. Anggrahini, MSc

JURUSAN TEKNIK SIPIL


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2011
2
3

Perencanaan Sistem Drainase pada Proyek yang terjadi di permukaan jalan told an
Pembangunan Jalan Tol Surabaya- kawasan-kawasansekitar jalan tol yang
Mojokerto Seksi IA membebani saluran-saluran drainase yang
direncanakan. Selain itu, diharapkan
Nama Mahasiswa : Dipo Suryapraja
NRP : 3106 100 010 adanya Jalan Tol Surabaya-Mojokerto
Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS (SUMO) tidak menjadi permasalahn banjir
Dosen Pembimbing : Ir. Fifi Sofia di masa-masa yang akan dating.
Ir. Anggrahini, MSc.

Kata Kunci : Drainase Jalan Tol


Surabaya-Mojokerto Seksi IA, Jalan Tol
ABSTRAK Surabaya-Mojokerto Seksi IA
Proyek Pembangunan Jalan Tol
Surabaya-Nojokerto (SUMO) adalah
perencanaan pembangunan jalan tol yang
akan menghubungkan dua kota besar di BAB I
Provinsi Jawa Timur yaitu Kota Surabaya
dan Kota Mojokerto. Dalam studi ini PENDAHULUAN
membahas perencanaan sistem drainase
jalan tol yang mampu menangani air
limpasan hujan yang terjadi. Lokasi studi
ini bertempat pada proyek pembangunan 1.1. Latar Belakang
Jalan Tol Surabaya-Mojokerto untuk Seksi
IA di wilayah Waru-Sepanjang. Proyek Pembangunan Jalan Tol
Surabaya-Mojokerto (SUMO) bertujuan
Banjir dan genangan air sangat
tidak diharapkan terjadi, oleh karena untuk menghubungkan 2 (dua) kota besar
itupada awal perencanaan sistem drainase di Provinsi Jawa Timur yaitu Kota
perlu direncanakan skema drainasenya. Surabaya dan Kota Mojokerto.
Pada skema drainase, direncanakan arah Pembangunan jalan tol ini rencananya akan
aliran dan tempat pembuangan akhir memiliki panjang jalan 36,270 Km dan
(outlet) yang dalam lokasi studi adalah terbagi menjadi 5 (lima) seksi yaitu Seksi
Kali Menanggal dan Kali Buntung.
IA (Waru-Sepanjang), Seksi IB
Pada umunya ketinggian elevasi (Sepanjang-Western Ring Road), Seksi II
permukaan jalan tol berada di atas (Western Ring Road-Driyorejo), Seksi III
timbunan setinggi kurang lebih 8 meter. (Driyoreja- Krian), Seksi IV (Krian-
Supaya air limpasan hujan tidak Mojokerto Utara-Mojokerto Kota). Dalam
menggerus permukaan timbunan, perlu penulisan ini yang ditinjau adalah
dibuat saluran yang menuruni timbunan perencanaan sistem drainase pada Seksi
dan mengalirkan air dari permukaan jalan
IA saja.
menuju kaki timbunan yang selanjutnya
dialirkan menuju saluran-saluran drainase.
Selain itu, air limpasan hujan yang
terjebak di antara timbunan juga perlu
diperhatikan supaya tidak menggenang dan
merusak timbunan jalan.

Perencanaan sistem drainase pada


Jalan Tol Surabaya-Mojokerto (SUMO)
harus mampu melayani air limpasan hujan
4

Mojokerto Seksi IA dan sekitarnya


yang akan membebani saluran drainase
jalan ?.
2) Bagaimana dengan sistem drainasenya
agar tidak terjadi genangan dan
bagaimana kaitannya dengan sistem
drainase kawasan ?.
3) Bagaimana rencana bentuk dan dimensi
penampang saluran serta bangunan
Gambar 1.1. Rencana Proyek Jalan Tol Surabaya- pelengkap pada sistem drainasenya ?.
Mojokerto (SUMO)
Pada perencanaan sistem drainase
1.3. Ruang Lingkup Penulisan
jalan akan berkaitan erat dengan site plan
jalan, aligment vertical-horizontal jalan,
Penulisan Tugas Akhir ini, lokasi
superelevasi jalan, dan elevasi permukaan
studi adalah di Proyek Pembangunan Jalan
jalan. Tujuannya adalah untuk mengalirkan
Tol Surabaya-Mojokerto (SUMO) khusus
limpasan air yang terjadi di permukaan
untuk Seksi IA di kawasan Waru-
jalan secara grafitasi dan dibuang melalui
Sepanjang. Dimana letak geografis
saluran drainase yang telah ada (eksisting)
lokasinya adalah :
atau yang belum ada (non-eksisting)
Utara : Kelurahan Sepanjang
menuju saluran pembuang akhir (outlet).
Selatan : Jalan Dukuh Menanggal
Timur : Kelurahan Bebekan
Untuk saat ini, kondisi sistem
Barat : Kelurahan Bungurasih
drainase pada kawasan Jalan Tol SUMO
belum terhubung dengan baik. Masih
adanya saluran-saluran drainase yang rusak 1.4. Batasan-Batasan Masalah
akibat termakan usia atau ada yang rusak
akibat tertutup oleh pekerjaan timbunan Yang menjadi batasan masalah
proyek. dalam penulisan Tugas Akhir ini, antara
lain :
Oleh karena itu, perlu direncanakan 1) Studi ini hanya meninjau perencanaan
suatu system pengelolaan air limpasan yang sistem drainase di kawasan Proyek
terjadi, sehingga air limpasan tidak Pembangunan Jalan Tol Surabaya-
menggenangi daerah sekitar dan langsung Mojokerto Seksi IA di wilayah Waru-
masuk ke saluran-saluran drainase yang Sepanjang.
ada. 2) Debit yang ditinjau hanyalah dari air
hujan saja.
3) Daerah tangkapan hujan (catchment
1.2. Perumusan Masalah
area) ditinjau hanya pada kawasan
yang air limpasannya kemungkinan
Perumusan masalah pada penulisan
akan membebani saluran drainase jalan
Tugas Akhir (TA) ini adalah :
tol.
1) Berapa besar debit limpasan yang
terjadi di kawasan Proyek
Pembangunan Jalan Tol Surabaya-
5

4) Data yang digunakan adalah data BAB II


sekunder yang diperoleh dari instansi
terkait.
TINJAUAN PUSTAKA
5) Tidak memperhitungkan Rencana
Anggaran Biaya (RAB) dalam
pengerjaan saluran drainasenya. 2.1. Survey Lapangan

Data saluran eksisting (saluran


yang yang telah ada) diperoleh dari hasil
survey di sekitar kawasan Jalan Tol SUMO
Seksi IA. Ada 7 (tujuh) saluran eksisting
yang akan mempengaruhi hidrologi dan
hidrolika saluran. Daftar saluran eksisting
terlampir pada table berikut.

Gambar 1.2. Proyek Jalan Tol Surabaya- Mojokerto


(SUMO) Seksi IA Tabel 2.1. Daftar Saluran Eksisting di sekitar
Kawasan Jalan Tol SUMO Seksi IA
No. Nama Asal Aliran
1.5. Tujuan Penulisan Saluran
1 S Ex Pgs A Perumahan
Tujuan penulisan ini, antara lain : Pagesangan
1) Merencanakan debit limpasan yang 2 S Ex Swh IA Persawahan
terjadi di kawasan Proyek Pagesangan
3 S Ex Swh I Persawahan
Pembangunan Jalan Tol Surabaya-
Pagesangan
Mojokerto Seksi IA dan sekitarnya 4 S Ex Swh II3 Persawahan
yang akan membebani saluran drainase A Pagesangan
jalan. S Ex Swh II3
2) Merencanakan sistem drainase Jalan B
Tol Surabaya- Mojokerto Seksi IA 5 S Ex 11+100 Ramp 11+100
3) Membuat perencanaan detail 6 S Ex Prm Perumahan
Bbk A Bebekan
penampang saluran serta bangunan
7 S Ex Prm Perumahan
pelengkap yang diperlukan pada Jalan
Bbk B Bebekan
Tol Surabaya- Mojokerto Seksi IA
(Catatan : untuk lebih jelasnya mengenai
1.6. Manfaat Penulisan letak saluran eksisting tersebut, dapat
dilihat pada Gambar 2.2).
Apabila sistem drainase yang
direncanakan dibangun maka air limpasan Dari hasil survey diketahui bahwa
yang terjadi dipermukaan jalan tidak akan kondisi saluran eksisiting :
tergenang dan dibuang langsung ke terbuat dari material tanah,
saluran-saluran drainase menuju saluran pada ruas-ruas tertentu, dimensi saluran
akhir (outlet). tidak beraturan, dan;
6

terdapat endapan, sampah, dan ...... (2.1)


tumbuhan liar di penampang basah
saluran. dimana :
Oleh karena itu, untuk memudahkan A = luasan daerah aliran
perhitungan saluran eksisting diasumsikan Ai = luasan daerah pengaruh stasiun i
berbentuk trapesium sama kaki dengan Ri = tinggi hujan pada stasiun i
material tanah dan kemiringan talud 1:z =
1:0,5. 2.2.2. Analisa Periode Ulang Curah
w
Hujan

0,5
1
hsaluran Untuk daerah pemukiman
hair umumnya dipilih hujan rencana dengan
periode ulang 5-15 tahun. Daerah pusat
pemerintahan yang penting, daerah
b
komersil, dan daerah padat dengan nilai
ekonomi tinggi dengan periode ulang 10-50
Gambar 2.1. Penampang Saluran Eksisting
tahun. Perencanaan gorong-gorong jalan
2.2. Analisa Hidrologi raya dan lapangan terbang antara 3-15
2.2.1. Analisa Hujan Rata-Rata tahun. Perencanaan pengendalian banjir
Kawasan pada sungai antara 25-50 tahun.

Ada 3 (tiga) macam cara yang 2.2.3. Analisa Frekuensi


digunakan dalam menghitung hujan rata-
rata kawasan, yaitu metode rata-rata Frekuensi hujan adalah besarnya
aljabar, metode poligon Thiessen, dan kemungkinan suatu besaran hujan disamai
metode isohyet. atau dilampaui. Maksudnya adalah pada
suatu periode ulang dimana hujan dengan
Luas proyek jalan tol +1,24 km2
suatu besaran tertentu akan disamai dan
(termasuk dalam catchment area (DAS)
dilampaui.
kecil) dengan kontur topografi umumnya
dataran (dengan variasi elevasi +4 m
Dalam ilmu statistik dikenal
sampai +6 meter) dan stasiun hujan beberapa macam distribusi frekuensi dan
terdekat dengan lokasi proyek terbatas ada
empat jenis distribusi yang banyak
6 (enam) buah (Lihat pada sub-bab 3.2.),
digunakan dalam bidang hidrologi adalah :
maka metode yang digunakan untuk
1) Distribusi Normal ;
menghitung hujan rata-rata kawasan adalah
2) Distribusi Gumbel. ; dan
dengan menggunakan metode Thiessen
3) Distribusi Log-Normal.
Polygon.
2.2.4. Analisa Intensitas dan Waktu
Hujan rata-rata dapat dihitung
Hujan
sebagai berikut :
Mononobe menuliskan perumusan
atau intensitas untuk hujan harian sebagai
berikut :
7

berada pada struktur timbunan atau pada


struktur jembatan. Untuk mengalirkan air
…… (2.14) limpasan pada kondisi jalan seperti ini
dibutuhkan inlet-inlet drainase yang menuju
dimana : saluran terbuka di kaki timbunan.
I = intensitas hujan (mm/jam)
Jumlah inlet yang dibutuhkan
R24 = tinggi hujan maksimum dalam 24
tergantung dari persamaan :
jam (mm)
t = waktu hujan (jam) ......(2.23)
Umumnya untuk jarak pemasangan inlet pada :
2.2.5. Analisa Waktu Konsentrasi pada  Struktur timbunan : 10-20 meter
Permukaan Jalan  Struktur jembatan : 5-10 meter

Pada Proyek Pembangunan Jalan 2.2.7. Analisa Koefisien Pengaliran


Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IA
Koefisien Pengaliran C pada Tabel
penentuan waktu konsentrasi tergantung 2.9. dapat diaplikasikan untuk hujan
pada potongan melintang (cross section) dengan periode ulang 5 – 10 tahun.
dan potongan memanjang (long section) Intensitas hujan tinggi menyebabkan
pada permukaan jalan. Waktu konsentrasi koefisien C tinggi, sebab infiltrasi dan
dihitung dengan rumus : kehilangan air lainnya hanya berpengaruh
tc = to + tf ...... (2.15) kecil pada limpasan. Koefisien C untuk
suatu wilayah permukiman (blok,
kelompok) dimana jenis permukaannya leih
dimana : dari satu macam, diambil harga rata-ratanya
to = waktu yang diperlukan untuk dengan rumus berikut ini :
mengalir mencapai inlet
tf = waktu yang diperlukan untuk Crata-rata = CiAi
Ai ……(2.25)
mengalir sepanjang saluran dimana :
Perumusan yang umum digunakan untuk Ci = Koefisien pengaliran untuk bagian
menghitung to : daerah yang ditinjau dengan satu
Rumus Kerby (1959) : jenis permukaan
0.467 Ai = Luas bagian daerah
L
to 1,44 nd …… (2.16a)
i
L < 400 m 2.2.8. Analisa Debit Rencana
dimana : Dimensi saluran didesain
L = jarak dari titik terjauh ke inlet (m) berdasarkan besarnya debit air hujan yang
nd = koefisien setara koefisien akan dialirkan. Rumus Rasional :
kekasaran
i = kemiringan medan Q= C I A (m³/detik)……(2.26)

2.2.6. Analisa Waktu Konsentrasi pada dimana :


Struktur Jalan Q = debit (m³/detik)
C = koefisien pengaliran
Pada Proyek Jalan Tol Surabaya- I = intensitas hujan untuk periode ulang
Mojokerto ini hampir keseluruhan badan jalan tertentu (mm/jam)
8

A = Luasan yang akan didrain (km²) 2.3.4. Perhitungan Saluran


Berpenampang Trapesium
2.3. Analisa Hidrolika
2.3.1. Perhitungan Kecepatan Saluran Untuk saluran yang berpenampang
trapesium, dimensinya dapat direncanakan
Kecepatan aliran dalam saluran dengan rumusan-rumusan :
hendaknya tidak menyebabkan terjadinya
pengendapan dan tumbuhnya tanaman A = (b + zh)h …… (2.33)
pengganggu, selain itu juga perlu …… (2.34)
diperhatikan jenis material yang akan …… (2.35)
digunakan supaya kecepatan aliran tidak
T = b + 2zh …… (2.36)
menggerus dasar saluran.
…… (2.37)
Untuk saluran dari beton kecepatan dimana :
maksimum adalah 4 m/s (Modul Drainase b = lebar saluran (m)
2005, Fifi Sofia, hal. 2-31) h = tinggi saluran (m)
z = kemiringan talud
2.3.2. Perhitungan Kekasaran Saluran A = luas penampang saluran (m2)
O = keliling basah saluran (m)
Koefisien kekasaran saluran R = jari-jari hidrolis (m)
ditentukan oleh bahan/material saluran, T = lebar puncak (m)
jenis sambungan, material padat yang D = kedalaman hidrolis
terangkut dan yang terendap dalam saluran,
akar tumbuhan, aligment lapisan penutup 2.3.5. Tinggi Jagaan
(pipa), umur saluran dan aliran lateral yang
menggangu. Yang dimaksud tinggi jagaan adalah
jarak antara elevasi muka air (elevasi muka
2.3.3. Perhitungan Saluran air pada saat perencanaan) sampai puncak
Berpenampang Persegi tanggul, , yang disediakan untuk perubahan
elevasi penuh air akibat angin dan
Untuk saluran yang berpenampang penutupan pintu air di hulu (bukan untuk
persegi seperti u-ditch atau box culvert, tambahan debit).
dimensinya dapat direncanakan dengan
rumusan-rumusan :
A = bh …… (2.28)
O = b + 2h …… (2.29)
…… (2.30) BAB III
T=b …… (2.31) METODOLOGI
D=h …… (2.32)
dimana :
b = lebar saluran (m) 3.1. Konsep Pemikiran
h = tinggi saluran (m)
A = luas penampang saluran (m2) Permukaan jalan pada Jalan Tol
O = keliling basah saluran (m) Surabaya-Mojokerto terletak tidak
R = jari-jari hidrolis (m) sebidang dengan saluran pembuangannya.
T = lebar puncak (m) Permukaan jalan berada berada di atas
D = kedalaman hidrolis timbunan atau jembatan interchange (fly-
over). Karena itu, perlu direncanakan
9

perlakuan terhadap aliran air limpasan yang Gambar-gambar long dan cross section
menuruni timbunan atau jembatan. Proyek Jalan Tol Surabaya-Mojokerto
Seksi IA
Selain itu, perlu diperhitungkan air Elevasi permukaan jalan dan permukaan
limpasan dari kawasan sekitar proyek yang tanah asli (eksisiting).
mungkin membebani saluran tepi dan Elevasi saluran akhir (outlet).
outlet. Outlet dalam perencanaan ini adalah
Kali Buntung (outlet 1) dan Kali c) GoogleEarth, yang meliputi :
Menanggal (outlet 2). Peta topografi dan posisi astronomis
(letak lintang dan bujur) dari stasiun
hujan.
Gambaran tampak atas lokasi proyek
dan daerah di sekitar proyek.
Gambar 3.1. Flow-Chart Konsep Perencanaan
3.3. Analisa Hidrologi
Drainase
Hal-hal yang menjadi perhatian
dalam perencanaan sistem drainase Jalan
Untuk data-data curah hujan harian
Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IA ini
selama 18 tahun akan dicari tinggi hujan
adalah :
rata-ratanya dengan Metode Thiessen
1) Saluran tepi di kaki-kaki timbunan
Polygon. Besarnya faktor pengaruh daerah
diharapkan dapat menampung debit
stasiun hujan dapat diketahui dengan mem-
limpasan yang terjadi baik yang berasal
plot-kan polygon pada peta topografi yang
dari permukaan jalan maupun kawasan
menunjukkan posisi stasiun hujan.
di sekitar proyek yang mungkin
membebani saluran yang direncanakan.
Selama rentan waktu 18 tahun
2) Arah aliran saluran direncanakan dalam
tersebut, ada beberapa rentan waktu dimana
bentuk skema drainase. Selain itu, juga
tidak terjadi hujan. Oleh karena itu, perlu
direncanakan gorong-gorong untuk
diperkirakan berapa besar peluang
mengalirkan air limpasan hujan yang
(frekuensi) terjadinya hujan dengan metode
terhalang oleh medan (misalnya :
Distribusi Normal, Distribusi Gumbel, dan
timbunan dan jalan yang telah ada
Distribusi Log Pearson, dimana metode-
(eksisting)).
metode distribusi tersebut dianalisa
kebenarannya dengan Uji Chi-Kuadrat.
Maka, akan diperoleh tinggi curah hujan
3.2. Pengumpulan Data
harian yang terjadi.
Data-data yang diperoleh berasal
Data-data lay out/site plan, long
dari :
section (potongan memanjang) dan cross
a) Balai PSAWS Butung Peketingan
section (potongan melintang) pada jalan
Ngagel, yang meliputi :
digunakan untuk merencanakan skema
Tabel curah hujan harian selama 18
drainase, luas daerah limpasan, dan
tahun dari stasiun hujan.
memperkirakan waktu masuknya air
b) Kontraktor PT. Wijaya Karya, yang
hujan menuju inlet-inlet terdekat (to).
meliputi :
Kemudian dengan menghitung kecepatan
Lay Out/Site Plan Proyek Jalan Tol aliran pada saluran (v) dengan rumus
Surabaya-Mojokerto Seksi IA
(rumus 2.27) diperoleh nilai
Survey Drainase berupa foto-foto dan
pengamatan langsung di lapangan. tf. Dengan diketahui nilai t o dan tf, waktu
konsentrasi (tc) dapat dicari.
10

Output dari analisa hidrologi adalah START

debit limpasan (debit hidrologi) yang Lay Out


Jalan Tol
Data Hujan
18 Tahun
Catchment
Area

terjadi pada kawasan proyek. Debit Luas Daerah Limpasan


Skema Drainase
Tinggi Hujan

limpasan itu dipakai sebagai input dalam


(A) dan Koef. Rencana
Pengaliran (C) Pot. Melintang (R2, R5, R10)
Jalan Tol
(Cross Section)

kontrol penampang saluran drainase jalan.


Waktu Air
Limpasan
Mencapai Inlet
(to)

Pot. Memanjang
Jalan Tol (Long
Section)

3.4. Analisa Hidrolika


tc = to + tf
Panjang Saluran
Beda Tinggi (ΔH)
Rencana (L)

S = ΔH/L

Waktu Air
Limpasan di

Dari data-data
Saluran

long section Debit Hidrologi


(tf = L/v)

(potongan memanjang) dan cross section


Q = 1/3,6 CIA

Dimensi Penampang lebar saluran (b)


Saluran ditentukan, Debit Hidrolika

(potongan melintang) diketahui elevasi


A = (b + zh)h tinggi saluran (h) dicari Q = vA
dengan trial error
O = b + 2h(1+z2)0,5

permukaan jalan dan elevasi permukaan ΔQ ≈ 0,000

tanah eksisting. Terutama dengan data Ya

Profil
Tidak

elevasi permukaan tanah eksisiting dapat


Muka Air

Terjadi
limpahan

menjadi patokan dalam menentukan


Analisa
Backwater

Tidak Solusi
terjadi

kedalaman dasar saluran yang akan


limpahan

FINISH

dibuat. Gambar 3.3. Flow-Chart Metodologi

Beda tinggi antara dasar saluran


rencana di bagian hulu dan hilir saluran
(∆H) jika dibagi dengan panjang saluran
rencana (L) diperoleh kemiringan dasar
BAB IV
saluran (S) yang menjadi data input PENGOLAHAN DATA
rumusan (rumus 2.27).
4.1. Perencanaan Skema
Luas basah (A) dan keliling basah
Drainase
(O) penampang saluran dicari dengan
metode trial error (coba-coba) dengan
mengganti besarnya tinggi muka air aktual Skema jaringan saluran drainase
(haktual) di saluran drainase. diperlukan untuk menunjukkan
perencanaan sistem aliran air hujan yang
Output dari analisa hidrolika adalah yang jatuh pada permukaan jalan menuju
debit hidrolika pada saluran. Debit saluran tepi (tersier) dan dibuang menuju
hidrolika (Qhidrolika) kemudian akan
pembuangan akhir (outlet).
dikontrol dengan debit hidrologi (Qhidrologi)
dimana :
∆Q = Qhidrolika - Qhidrologi ≈ 0,000 Konsep perencanaan skema arah
aliran air hujan ini adalah :
3.5. Kesimpulan Metodologi 1. Meninjau pada outlet terdekat dari
sistem drainase jalan tol.
Yang ingin dicapai dalam 2. Mengalirkan air hujan secara grafitasi,
penyusunan Tugas Akhir ini adalah yaitu dari permukaan berelevasi tinggi
perencanaan sistem drainase pada Proyek
menuju permukaan berelevasi rendah.
Jalan Tol Surabaya – Mojokerto Seksi
IA dan mendesain saluran dan bangunan-
bangunan bantu, misalnya bangunan terjun, Pada skema jaringan drainase yang
dan sebagainya. tampak adalah saluran-saluran terbuka pada
sisi kaki-kaki timbunan yang akan
menerima limpasan air dari permukaan
11

jalan. Jika aliran air pada saluran terbuka Sedangkan :


tersebut terhalang oleh medan (jalan Ex = saluran eksisting
eksisting ataupun timbunan), maka diatasi Swh = sawah
dengan membuat saluran terbuka gorong- Pgs = daerah Pagesangan
gorong. Wsm Bng = daerah Wisma Bungurasih
Prm Bbk = daerah Perumahan
Selain itu, layout dari proyek ini Bebekan
dibagi menjadi 13 (tiga belas) zona. Mahmilti = daerah Mahkamah Militer
Pembagian zona tersebut berfungsi sebagai Sta. = posisi stasioning pada
zooming lokasi saluran rencana sekaligus jalan
menunjukkan kesatuan sistem drainase Data sekunder berupa gambar
pada zona tersebut. rencana yang diperoleh dari lokasi proyek
Tabel 4.1. sampai dengan Tabel berbentuk softcopy, sehingga dapat
4.13. menunjukkan letak saluran rencana dihitung panjang saluran yang
yang akan dibuat. Sebagai ilustrasi tentang direncanakan dengan salah satu tools dari
simbol-simbol dan index pada tabel program AutoCAD yang bernama
tersebut adalah sebagai berikut : dimension.

Saluran : S1 A = S  saluran
= 1  berada di Zona
1
= A  nomor index
saluran
Saluran : S G 3B = S  saluran
= G  gorong-gorong
= 3  berada di Zona
3
= B  nomor index
saluran
Saluran : O3 = O  outlet
= 3  nomor index
outlet
T14 = titik kontrol dengan Gambar 4.1. Dengan menggunakan dimension pada
nomor index 14 program AutoCAD dapat diketahui panjang saluran
rencana

Sta. 11+000 = posisi stasioning pada Sedangkan data-data elevasi pada


kilometer 11. saluran rencana, dapat diketahui dari data-
Sta. 11+100 = posisi stasioning pada data sekunder long section (potongan
kilometer 11 lalu ditambah jarak sepanjang memanjang) jalan tol yang diperoleh dari
100 meter, atau dengan kata lain berjarak lokasi proyek.
100 meter dari Sta. 11+000 (Sta. 11+000
4.2. Menentukan Luasan Daerah
sebagai titik acuan pengukuran stasioning
pada jalan kilometer 11). Aliran
12

Air hujan yang jatuh pada suatu poligon pada area yang dicari, dapat
daerah, limpasannya akan ditampung oleh diketahui luas (area) di lokasi tersebut.
saluran-saluran. Oleh karena itu, luasan
daerah yang “terkena” hujan perlu
diketahui.

Semakin luas daerah limpasan yang


ditampung saluran, maka dimensi saluran
juga akan semakin besar. Karena itu, perlu
perhitungan cermat luasan daerah limpasan
pada alur-alur saluran yang akan dilewati.
Luas
4.2.1. Menghitung Luas Daerah Aliran Daerah
yang Eksisting
Gambar 4.3. Mengetahui Luas Aliran dengan
Air limpasan yang terjadi di luar GoogleEarth

lokasi proyek namun kemungkinan akan


4.2.2. Menghitung Luas Daerah aliran di
membebani atau ikut melalui saluran yang
Lokasi Proyek
akan direncanakan juga harus
diperhitungkan.
Pada daerah proyek yang akan
direncanakan salurannya, luas daerah aliran
diperoleh dari softcopy gambar
siteplan/layout lokasi proyek. Dimana pada
tiap-tiap saluran dicari luas daerah aliran
yang akan memebani saluran dengan
menggambar bentuk poligon pada
AutoCAD. Dari poligon tersebut dapat
diketahui luasan daerah yang akan
Gambar 4.2. (a) tidak direncanakannya saluran membebani saluran rencana.
untuk mengatasi air limpasan eksisting (b) salah
satu solusi genangan air (misal : gorong-gorong)

Hal ini bertujuan agar proyek jalan


tol ini tidak menghambat aliran limpasan
yang telah ada. Sehingga di masa Luas
mendatang dengan adanya jalan tol ini Daerah
tidak menimbulkan genangan air di sekitar
wilayah jalan tol. Gambar 4.4. Dengan Poligon AutoCAD
Diketahui Luasan Daerah Aliran
Pada daerah eksisting, luar daerah
aliran dapat diketahui dengan 4.3. Menentukan Koefisien
menggunakan software online Pengaliran
GoogelEarth. Dengan membuat bentuk Dengan menentukan jenis
permukaan daerah yang akan dilalui air
13

hujan, dapat diambil nilai koefisien besar pengaruhnya dalam menentukan


pengaliran (C) berdasarkan Tabel 2.9. tinggi hujan di lokasi proyek.
(Lihat sub-bab 2.2.8.). Oleh karena itu, dalam perencanaan
kali ini data hujan yang akan digunakan
adalah data hujan dari stasiun hujan
BAB V Ketegan.

ANALISA HIDROLOGI
5.2. Menentukan Waktu
5.1. Menentukan Tinggi Hujan Konsentrasi
Rencana
Waktu konsentrasi (tc) pada masing-
masing saluran, dilihat pada titik-titik
Ada 2 (dua) stasiun hujan yang
kontrol saluran. Titik-titik kontrol
berdekatan dengan lokasi proyek, yaitu
merupakan pertemuan antara saluran
stasiun hujan Ketegan dan stasiun hujan
tepi dari berbagai tempat pada suatu
Bono.
titik temu ataupun tergantung dari
.
kondisi (medan) tertentu yang
memerlukan pengontrolan. Dalam skema
drainase Tugas Akhir ini, titik-titik kontrol
Lokasi disimbolkan Tindex (Lihat sub-bab 4.1
Proyek tentang cara membaca simbol dan index
pada skema drainase)
Garis +5,52 Km
Pembagi Langkah awal dalam menghitung
nilai tc adalah dengan mengetahui terlebih
dahulu nilai to dan tf.
Gambar 5.1. Lokasi Stasiun Hujan Ketegan dan
stasiun Hujan Bono (Sumber : Google Earth)
a) Nilai to
Stasiun hujan Ketegan berada pada Permukaan daerah limpasan terdiri dari
posisi 7o20,459’ LS dan 112o42,192’ BT permukaan jalan, permukaan timbunan
dan stasiun hujan Bono berada pada posisi jalan, dan permukaan lahan. Sesuai
7o22,442’ LS dan 112o44,459’ BT. Dengan dengan Tabel 2.8. dalam perumusan Kerby
bantuan Google Earth dapat ditarik garis (rumus 2.16) bahwa nilai nd tergantung
khayal yang menghubungkan kedua stasiun dari jenis permukaan daerah limpasan.
dan diketahui jarak antara kedua stasiun Diasumsikan berdasarkan Tabel 2.16
hujan adalah +5,52 Km. bahwa :
permukaan jalan : nd = 0.04
Berdasarkan metode Thiessen, jika permukaan timbunan jalan : nd = 0.02
garis yang menghubungkan kedua stasiun permukaan lahan : nd = 0,4
tersbut dibagi dua, tampak bahwa stasiun (untuk perumahan)
hujan Ketegan lebih dekat dan akan lebih : nd = 0,3
(untuk lapangan)
14

5.3. Menentukan Debit Hidrologi


Data-data potongan melintang (cross Saluran
section) dan potongan memanjang (long
section) memuat informasi tentang gradien Meninjau pada sub bab 4.2 yaitu
memanjang (g) dan gradien melintang (s) perhitungan luasan daerah aliran, diketahui
pada penampang jalan, timbunan, dan luasan area (A) yang akan membebani
lahan. (Lihat pembahasan sub-bab 2.2.6.2). saluran. Selain itu, berdasarkan survey
Contoh : lapangan dapat ditentukan nilai koefisien
Untuk saluran rencana S1 A dipermukaan pengaliran (C) yang mengacu pada Tabel
jalan : 2.9.
g = 0,1 % = 0,001  dari data long section
s = 2,3 % = 0,023  dari data cross section Dengan memasukkan tinggi hujan
W = 15,020 m (lebar jalan) rencana pada sub bab 5.1. dengan rumus
X = g/s W = 0,001/0,023 (15,020) = 0,454 m intensitas hujan oleh Mononobe
(lebar memanjang) (perumusan 2.14) yaitu dengan periode
ulang 2, 5, dan 10 tahun, diperoleh debit
hidrologi (Q) pada saluran berdasarkan
hg = X.g = (0,454).(0,001) = 0,00031 rumus rasional (perumusan 2.26).
hs = W.s = (15,020).(0,023) = 0,343 Contoh : untuk Saluran S1 A
h = hg + hs = 0,00031 + 0,343 = 0,344 A = 0,0026 Km2 Lihat Tabel 4.14
i = h/L = 0,344/15,027 = 0,023 Saluran S1 A
dengan nd = 0,04 maka dengan rumusan C = 0,8203  Lihat Tabel 4.14 Saluran
Kerby (2.16) : S1 A
0.467 tfo = 6,836 menit = 0,114 jam  Lihat
15,027 = 2,743 menit
to 1,44 0,04
0,023
Tabel 5.11c Saluran S1 A
R24 = 89,95 mm  saluran tepi (tersier dan
Untuk selanjutnya pada timbunan jalan dan
sekunder)
lahan menggunakan prinsip perhitungan
yang sama.

b) Nilai tf
Dalam perencanaan ini, kecepatan saluran
diperoleh berdasarkan rumusan Q = C I A = (0,8203) (132,686)
(rumus 2.27) dan panjang saluran (0,0026) = 0,079 m3/s
(L) terlampir pada Tabel 4.1 – Tabel 4.11.
Maka, dengan rumusan tf = L/v dapat Dengan memperoleh besar debit
diketahui nilai t f-nya.
hidrologi (Q) yang terjadi pada masing-
masing saluran, dapat direncanakan
Setelah nilai to dan tf diketahui,
dimensi saluran hidrolikanya. Berikut hasil
waktu konsentrasi pada masing-masing
hitungan dengan Ms. Excel untuk saluran-
saluran dapat dihitung dengan perumusan
saluran yang lain.
2.15.
15

BAB VI 6.3. Menentukan Tinggi Muka


ANALISA HIDROLIKA Air Aktual

Jika kontrol debit (∆Q) telah


6.1. Menentukan Letak Elevasi
terpenuhi maka tinggi aktual (haktual lihat
Dasar Saluran
Tabel 6.1b.) pada trial error sebelumnya
telah benar. Dengan menambahkan elevasi
Elevasi hulu dan hilir saluran
dasar saluran diperoleh dengan dasar saluran dan tinggi aktual akan
menggunakan metode trial error (coba- diperoleh profil muka air aktual. Perlu
coba) dengan syarat elevasi dasar saluran diperhatikan di sini bahwa elevasi muka air
tidak boleh lebih besar dari elevasi aktual setelah ditambahkan tinggi jagaan
permukaan jalan atau lahan serta tidak boleh melebihi elevasi permukaan
memperhitungkan tinggi aktual (haktual) dan lahan atau jalan.
tinggi jagaan (w) pada saluran.

Beda tinggi (∆H) antara elevasi


hulu dan hilir dasar saluran dibagi panjang
saluran rencana (L) akan diperoleh BAB VII
kemiringan saluran (S).
PENUTUP
Nilai S tersebut sebagai dara input
dalam perumusan : (rumusan
2.27).
7.1. Kesimpulan
Jari-jari hidrolis (R) pada rumusan
2.27 diperoleh dengan rumus : R = A/O Berdasarkan perhitungan Tugas
dimana luas basah (A) dan keliling basah Akhir ini, dapat diambil kesimpulan bahwa
(O) juga diperoleh dengan metode trial :
error (coba-coba) dengan mencoba 1) Besarnya debit limpasan yang terjadi
mengganti nilai h (tinggi muka air atau di kawasan Proyek Pembangunan Jalan
tinggi aktual). Sedangkan, lebar saluran (b)
Tol Surabaya-Mojokerto Seksi IA
dalam hal ini telah ditentukan.
dapat diketahui dari hasil perhitungan
hidrologi pada masing-masing titik
6.2. Menentukan Debit Hirolika kontrol saluran.
Pada Zona 1 :
Setelah diketahui nilai v (kecepatan
saluran) maka debit hidrolika dapat dicari
dengan rumus : Q = vA dimana A adalah
luas basah penampang saluran.

Debit hidrolika yang diperoleh di


kontrol dengan debit hidrologi apakah
selisih antara kedua debit tersebut terpaut
jauh atau tidak. Sebisa mungkin selisih
antara keduanya adalah 0,000 (∆Q ≈ 0,000)
16

Pada Zona 2 : DAFTAR PUSTAKA

Bambang Triatmojo, 2008, Hidrologi


Terapan, Penerbit : Beta Offset,
Yogyakarta.

Fifi Sofia, Ir., 2005, Modul Drainase,


Penerbit : -, Surabaya.
2) Jaringan (Sistem) drainase pada jalan
tol ini mengikuti kemiringan muka air Suripin, Dr. Ir., M. Eng., 2003, Sistem
atau mengalir secara grafitasi menuju Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan,
outlet (Skema arah aliran saluran dapat Penerbit : ANDI, Yogyakarta.
dilihat pada halaman 9).
3) Besarnya dimensi penampang saluran
drainase tergantung dari besarnya debit
hidrologi yang akan dialirkan. Dalam
perencanaan ini saluran-saluran drain
didesain sebagai saluran terbuka
berbentuk persegi baik itu untuk
saluran-saluran tepi dan gorong-
gorong. Dimensi masing-masing
saluran dapat dilihat pada Tabel 6.1
(untuk Zona 1) dan Tabel 6.2 (untuk
Zona 2).

7.2. Saran

Air limpasan dari proyek Jalan Tol


Surabaya-Mojokerto ini akan dibuang
melalui saluran-saluran drain menuju
outlet. Namun ada juga saluran yang
sebelum menuju outlet harus melewati
saluran sekunder setempat dikarenakan
jaraknya yang lebih dekat.

Karena itu perlu diperhatikan


apakah saluran sekunder tersebut mampu
mengalirkan air limpasan dari jalan tol
menuju outlet dengan baik. Pengecekan
jaringan drainase secara menyeluruh
mutlak diperlukan untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai