Konsep Dasar Manajemen Keperawatan
Konsep Dasar Manajemen Keperawatan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perhatian pada praktik manajemen dimulai pada akhir abad ke sembilanbelas saat
Amerika Serikat mulai muncul sebagai negara industri yang memimpin Agar dapat memberi
pelayanan dengan baik maka dibutuhkan berbagai sumber daya, yang harus diatur dengan
proses manajemen secara baik. Istilah manajemen sendiri berasal dari bahasa latin manui,
berarti tangan yang pegang kendali kuda agar sang kuda dapat diarahkan mencapai tujuan
dengan baik. Management merupakan ilmu atau seni bagaimana menggunakan sumber daya
secara efesien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pengertian keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual.
Management keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui
perencanaan, pengoganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan menggunakan sumber
daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psioko-sosial-
spirtual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masayarakat baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai Konsep Manajemen
Keperawatan.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pengertian manajemen
keperawatan
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang fungsi-fungsi manajemen
keperawatan
1
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang konsep fisiologi & tujuan
pelayanan keperawatan
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang teori gaya manajemen
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kompetensi manajemen
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang peran manajemen
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
masayarakat baik yang sakit maupun yang sahat melalui proses keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji,2012).
4
Pada bagan di atas, terlihat jelas, baik proses keperawatan maupun prosese manajemen
merupakan langkah yang sistematis, saling terkait antara langkah satu dan langkah
berikutnya, serta setiap langkah akan mempengaruhi langkah lainnya. Artinya, jika dalam
perjalanan proses tersebut berlangsung ada salah satu langkah mengalami kendala, akan
mempengaruhi langkah yang lainnya. Namun, jika masing-masing langkah di siapkan yang
baik efektifitas dan efisiensi dalam menjalankan proses tersebut akan berlangsung
(Asmuji,2012).
5
c. Siapa yang berhubungan dengan siapa dalam hal apa ?
d. Saluran komunikasi apa yang terdapat dalam organisasi ?
e. Bagaimana cara yang memanfaatkannya dan untuk kepentingan apa ?
f. Jaringan informasi apa yang terdapat dalam informasi ?
Pertanyaan tersebut di atas dapat di jadikan dasar untuk melakukan proses rekrutmen
dan staffing / tenaga yang di butuhkan.
4. Pelaksanaan dan Pengarahan
Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk melaksanakan perencanaan yang telah di
buat. Dalam kegiatan ini, seorang menejer harus mampu menjadi pemimpin yang efektif.
Kepemimpinan akan menentukan keberhasilan dalam tahap pelaksanaan. Untuk itu,
manajer harus mampu menggunakan kekuasaan untuk memecahkan masalah,
pengambilan keputusan, melakukan komunikasi efektif, dan mampu melakukan
perubahan yang efektif jika memang diperlukan. Selain itu, seorang maneger keperwatan
juga harus mampu menciptakan iklif motivasi dan memberikan arahan bagi personilnya
(Asmuji, 2012).
5. Pengawasan dan Evaluasi
Pengawasan dan evaluais menjadi tahap akhir yang penting untuk dilakukan.
Tahap akhir ini di lakukan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan pencapaian tujuan
yang di capai. Seberapa besar kegagalan yang terjadi. Hambatan-hambatan apa yang
menjadi kendala dalam pencapaian tujuan. Data-data ini menjadi bahn utnuk melakukan
perbaikan kedepannya sehingga tidak sampai terjadi kesalahan yang berulang (Asmuji,
2012).
6
kesehatan, penyakit, hubungan perawat-pasien, dan pelayanan keperawatan (Gillies,
1994), seperti halnya paradigma keperawatan.
Manusia
Kesehatan Keperawatan
Lingkungan
7
organisasi pelayanan keperawatan hars dapat dipahami oleh semua pihak yang terlibat
dalam organisasi tersebut. Untuk membuat / merumuskan tujuan yang baik menurut
Gillies (1994), harus memenuhi syarat antara lain sebagai berikut :
a. Setiap tujuan harus dapat menjelaskan arah yang jelas dan tidak mendua sehingga
tidak membingungkan.
b. Setiap tujuan harus cukup sulit dan menentang kecerdikan anggota organisasi.
Tujuan harus memungkinkan untuk dicapai dalam batas-batas organisasi.
c. Terukur. Artinya, tujuan barisi ketentuan kuantitatif sehngga akan lebih mudah
membandingkan seberapa besar nilai pencapaian dengan target yang diinginkan.
d. Waktu. Batasan waktu pencapaian target harus tertulis dengan jelas.
e. Pencapaian akhir setiap tujuan harus dapat diterima oleh setiap anggota organisasi.
f. Kriteria. Kriteria dibuat unutk melihat seberapa besar tujuan tersebut tercapai.
g. Setiap tujuan herus mendukung sasaran organisasi secara keseluruhan.
8
Meskipun sebagain besar penganut gaya tradisional asaat ini mengakui komponen
emosional dan humanistik dari manajemen, fokus pada performa kerja yang efektif dan
efisien tetap dikesampingkan. Banyak manajer dan organisasi perawatan kesehatan
masih menggunakan gaya manajemen tradisional saat ini (Blais & dkk, 2006).
Ekspansi serikat kerja pada tahun 1930-an. The Great Depression, dan perang
dunia II menandai terjadi perubahan era lain dalam teori manajemen. Berlawanan
dengan latar belakang perubahan dan reformasi , manajer didorong untuk berfokus pada
sisi humanistik dalam mengelola organisasi (Blais & dkk, 2006).
2. Teori perilaku
Bergerak melebihi pandangan mekanikal penganut gaya tradisional mengenai
dunia kerja dan menekankan pentingnya dinamika kelompok dan gaya kepemimpinan
manajer. Sudut pandang teori perilaku tersebut mencakup empat asumsi dasar berikut ini
(Hellriegel, Jacson, dan Slocum, 1999, hlm.60).
a. Pekerja dimotivasi oleh tuntutan sosial dan mendapatkan rasa identitas melalui
pergaulan mereka dengan orang lain.
b. Pekerja lebih responsif terhadap dorongan sosial dari teman mereka, daripada
terhadap insentif finansial dan peraturan manajemen.
c. Pekerja berespons terhadap manajer yang dapat memantu mereka memenuhi
kebutuhan mereka.
d. Manajer perlu mengkoordinasikan pekerjaan bawahannya secara demokratis untuk
meningkatkan efisiensi.
Asumsi ini sebenarnya tidak berlaku untuk tenaga kerja pada abad baru. Dunia
kerja saat ini lebih kompleks dibandingkan dunia kerja masa pendukung teori
tradisional dan perilaku. Tahun – tahun setelah Perang Dunia II menimbulkan teori
manajemen baru, Teori sistem (Blais & dkk, 2006).
3. Teori Sistem
Sama seperti tubuh manusia ,yang merupakan sustu sistem yang terdiri dari organ,
otot, tulang, dan sistem sirkulasi yang menghubungkan semua bagian, organisasi juga
merupakan sustu sistem yang terdiri dari banyak depertemen yang dibubungkan oleh
orang-orang yang bekerja bersama. Teori sistem ‘mendekati’ masalah dengan
memandang input, proses transformasi, output, dan umpan balik. Input berupa sumber
9
fisik, manusia, materi, finansial, dan informasi yang masuk ke sistem dan keluar sebagai
output. Teknologi yang digunakan untuk mengubah input adalah proses transformasi.
Output adalah sumber fisik, manusia, materi, finansial, dan informasi orisinal yang
sekarang dalam bentuk benda dan layanan. Bagian penting dari teori sistem adalah
lengkung umpan balik, yang memberikan informasi berkelanjutan mengenai ststus dan
performa sistem. Komponen vital lainnya dari teori sistem adalah interaksi sistem
dengan lingkungan. Mnajer yang menggunakan teori sistem “ membuat keputusan hanya
setelah mengidentifikasi dan menganalisis bagaimana manajer lain” , unit, klien, atau
lainnya dapat dipengaruhi oleh keputusan tersebut (Hellriegel, Jacson, dan Slocum,
1999, hlm.60).
4. Teori Kontingensi (Contingency)
Muncul pada pertengahan tahun 1960-an sebagai respons terhadap usaha manajer
yang tidak berhasil menerapkan konsep tradisional, perilaku, dan sistem pada masalah
manjerial. Teori kontingensi adalah campuran dari konsep-konsep ini. Dengan
menggunakan teori kontingensi, manajer diharapkan untuk menetukan metode atau
kombinasi metode mana yang akan paling eefektif dalam sistuasi tertentu. Agar dapat
menerapkan sudut pandang kontinengsi secara efektif, manaje tersebut harus mampu
mendiagnosis dan memahami situasi secara menyeluruh, menentukan pendekatan yang
paling berguna, dan menyadari dampak lingkungan eksternal, teknologi, dan orang –
orang yang terlibat sebelum melaksanakan tindakan (Hellriegel, Jacson, dan Slocum,
1999, hlm.64-65). Teori kontingensi mengenai manajemen menjauhkan manajer dari
pendekatan ‘ one size fits all’ . Manajer didorong untuk menganalisis dan memahami
perbedaan dalam tiap situasi, memilih pemecahan yang paling sesuai dengan organisasi
dan individu dalam tiap situasi (Blais & dkk, 2006).
10
E. Kompetensi Manajemen
Hellriegel, Jacson, dan Slocum (1999, hlm. 16-28 ) menjelaskan enam kompetensi
penting untuk menjadi manajer yang sukses : komunikasi, perencanaan dan administrasi,
kerja tim, tindakan strategis, kesadaran global, dan manajemen diri.
1. Kompetensi komunikasi
Kompetensi ini adalah kompetensi manajerial yang paling mendasar. Manajager
yang efektif mampu berkomunikasi sehingga informasi yang ditukar dipahami dengan
jelas oleh manajer dan orang yang berkomunikasi dengannya. Komunikasi dapat
mencakup komunikasi informasi, komunikasi formal, dan negosiasi. Komunikasi tidak
hanya berupa diskusi tatap muka, tetapi juga mencakup penggunaan secara efektif sarana
komunikasi secara verbal dan dalam bentuk tulisan , termasuk telepon, konferensi
individu atau kelompok , komunikasi tertulis (Seperti memo dan laporan berkala),
komunikasi elektronik , dan pemakaian bahasa tubuh secara efektif (Blais & dkk, 2006).
2. Kompetensi perencanaan dan administrasi
Manajer yang efektif harus mampu memutuskan tugas mana yang harus dilakukan,
bagaimana tugas tersebut diselesaikan, dan sumber daya apa yang perlu dialokasikan,
kemudian manajer harus menindaklanjuti untuk memastikan tugas sudah diselesaikan.
Kompetensi ini termasuk pengumpulan dan analisis informasi, perencanaan dan
organisasi proyek, manajemen waktu, serta manajemen anggaran dan finansial (Blais &
dkk, 2006).
3. Kompetensi kerja tim
Manajer yang efektif harus mampu menyelesaikan tugas melalui tim. Kompetensi ii
menuntut manajer mampu merancang tim kerja dengan benar, menciptakan lingkungan
tim yang suportif, dan mengelola dinamika tim dengan tepat. Perwat – manajer di rumah
sakit atau lingkungan intitusi memiliki tim yang terdiri dari perawat terdaftar dan pemberi
perawatan lain yang harus bekerja bersama – sama agar dapat memberikan perawatan
yang berkualitas untuk pasien mereka (Blais & dkk, 2006).
4. Kompetensi tindakan strategis
Manajer harus memahami keseluruhan misi dan nilai organisasi . Mereka juga
harus memastikan bahwa tindakan mereka dan orang – orang yang mereka atur konsisten
dengan misi dan nilai organisasi. Bagi ara perawat, misi dan nilai dapat mencerminkan
11
tidak hanya organisasi tempat mereka bekerja , tetapi juga profesi keperawatan (Blais &
dkk, 2006).
5. Kompetensi kesadaran global
Perawat manajer kotenporer harus memiliki kesadaran akan keyakinan, nilai , dan
praktik multikultural dari klien dan staf mereka. Selain kesadaran budaya , perawat
manajer harus sensitif terhadap budaya dan kompeten secara budaya dalam interaksi
mereka dengan klien dan staf (Blais & dkk, 2006).
6. Kompetensi manajemen diri
Akhirnya perawat manajer yang efektif harus mampu bertanggung jawab terhadap
hidup mereka di tempat kerja dan diluar tempat kerja. Kompetensi ini mencakup
integritas dan perilaku etik, keinginan dan kelenturan personal, keseimbangan isu
kehidupan dan kerja, dan sadar terhadap diri dan kebutuhan perkembangan personal
(Blais & dkk, 2006).
F. Peran Manajemen
manajemen fungsi perawat berbeda-beda dalam tipe organisasi yang berbeda.
Organisasi otokratik memberiakn pengetahuan dan kekuasaan utama kepada satu orang dan
menempatkan orang lain pada peran bawahan. Organisasi birokratik menggunakan control
melalui kebijakan, pekerjaan terstruktur, dan tindakan pembagian katagori. Tipe organisasi
lainya adalah komponen dari sistem yang berinteraksi secara interdependen dengan
komponen lain dan beradaptasi secara dinamis terhadap perubahan. Tipe organisasi ini
khususnya bermanfaat bagi perawat yang mengelola perawatan individu, keluarga, dan
komunitas. Dalam sekala yang lebih besar, perawat manajer harus bekerja dalam kerangka
kerja organisasi dari institusi tempatnya bekerja (Blais & dkk, 2006).
1. Otoritas
Otoritas adalah kekuasaan resmi yang diberikan organisasi untuk mengarahkan
kerja orang lain. Otoritas merupakan komponen integral dalam pengelolaan. Otoritas
disalurkan melalui tindakan kepemimpinan, otoritas ditentukan secara luas oleh situasi,
dan selalu dikaitkan dengan tanggung jawab dan tanggung tergugat (Blais & dkk, 2006).
2. Tanggung Gugat
12
Tanggung tergugat adalah kemampuan dan keinginan untuk memikul tanggungng
jawab atas tindakan seseorang dan menerima konsekuensi seseorang. Tanggung gugfat
dapat di pandang dalam kerangka kerja sistem hierarki, yang dimulai dari tingkat
individual, melalui tingkat konstitusi atau professional, dan kemudian ketingkat
masyarakat. Pada tingkat individual atau klien, tanggung gugat tercermin dalam integritas
etik perawat. Pada tingkat institusi, tanggung gugat tercermin dalam pernyataan filosofi
dan objektif dari depertemen keperawatan dan pemeriksa keperawatan. Pada tingkat
professional, tanggung gugat tercermin dalam standar praktek yang dikembangkan oleh
asosiasi keperawatan nasional atau provinsi. Pada tingkat masyarakat, tanggung gugat
tercermin dalam undang-undang praktek terawat (Blais & dkk, 2006).
3. Perencanaan
Perencanaan sering dianggap sebagai fungsi manajemen yang pertama dan saling
mendasar. Perencanaan adalah suatu proses yang mencakup langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Memilih visi dan misi organisasi, misi menjelaskan tujuan atau alas an keberadaan
organisasi. Visi “mengungkapkan aspirasi dan tujuan mendasar organisasi.
Pernyataan visi menambahkan jiwa pada pernyataan misi”
b. Memikirkan tujuan departemen. Unit keperawatan harus mencerminkan tujuan yang
lebih global dari departemen keperawatan dan lembaga perawatan indonnesia
c. Memilih strategi untuk menapai tujuan. Strategi adalah rangkaian tindakan yang akan
dilakukan staf unit untuk mencapai tujuan unit
d. Memutuskan alokasi sumber daya. Distribusi uang, personel, perlengkapan, dan ruang
fisik termasuk dala sumber daya (Blais & dkk, 2006).
4. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah system formal hubungan kerja. Peran perawat
bertanggung jawab untuk megidentifikasi tugas tertentu dan menugaskanna pada individu
atau tim yang telah mendapatkan pelatihan dan memiliki keahlian untuk
melaksanakannya.sejalan dengan pengorganisasian, perawat manager bertanggung jawab
mengoorrdinasi aktivitas untuk mencapai tujuan unit. Reformasi, pengurangan dan
restrukturisasi perawatan keehatan semuanya berdampak pada peran managemen
pengorganisasian.
13
5. Pemanduan (leading) dan Pendelegasian
Kekuasaan, dalam konteks ini di definisikan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi atau mengendalikan keputusan dan tujuan individu, departemen, tim,
atau organisasi. Komponen lain dari pemanduan adalah pendelegasian.pendelegasian
didefinisikan sebagai penyerahan otoritas keiindividu yang kompeten untuk melakukan
tugas keperawatan pilihan dalam situasi pilihan. Fungsi pendelegasian dalam bidang
perawatan kesehatan seringkali kompleks karena jumlah dan keragaman pemberi
perawatan, jumlah pengetahuan yang berbeda dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk
memberikan perawatan dan seluk beluk berhubungan antar staf, klien dan lingkungan
(Blais & dkk, 2006).
Pendelegasian adalah sebuah alat utama dalam membuat pemakaian waktu menjadi
paling efisien. Pendelegasian adalah ketrampilan implmentasi tingkat tinggi. Untuk dapa
mendelegasikan secara efektif, perawat harus menyadari kebutuhan dan tujuan klien serta
keluarga, aktivitas keperawatan yang dapat membantu klien mncapai tujuan, serta
ktrampilan dan pengetahuan personl pendukung dan personel keperawatan yang
bervariasi (Blais & dkk, 2006).
Dalam pendelegasian, perawat harus juga menentukan jumlah dan tipe personel
seperti apa yang dibutuhkan. Keputusan mengenai pendelegasian dapat dilandaskan pada
informasi dari catatan klien, perawat yang berwenang, personel keperawatan lain, dan
pnilaian prawat itu sendiri (Blais & dkk, 2006).
Setelah menetapkan bahwa bantuan dibutuhkan, perawat harus mengidentifikasi
tipe bantuan yang dibutuhkan, berapa lama bantuan dibutuhkan, kapan bantuan
diperlukan, dan bantuan apa yang tersedia. Sebelum memulai aktivitas keperawatan,
perawat harus mengatur bantuan, biasanya dengan meminta bantuan pada oranng yang
tepat di unit tersebut. Pendelegasian tidak mengharuskan perawat memiliki pengetahuan
dan keahlian personal untuk melakukan aktivitas yang spesifik, tetapi mengharuskan
perawat mengetahui siapa yang memiliki pengetahuaan dan keahlian. serta dapat
mengenali kondisi saat pengetahuan dan keahlian itu dibutuhkan (Blais & dkk, 2006).
Aspek penting dari pendelegasian adalah pengembangan potensi personel
keperawatan dan pendukung. Dengan mengetahui latar belakang, pengalaman,
pengetahuan, ketrampilan, dan kekuatan dari tiap orang, perawat dapat mendelegasikan
14
tanggung jawab yang dapat membantu mengembangkan kompetensi masing-masing
orang. Personel keperawatan yang mendapatkan pendelegasian perlu disupervisi dan di
evaluasi. Banyaknya supervisi yang dibutuhkan sangat tidak tetap dan bergantung pada
pengetahuan dan ketrampilan setiap orang. Sebagai orang yang menugaskan aktivitas
tersebut dan mengamati pelaksanaanya, perawat berperan dalam proses evaluasi. Karena
motivasi idividu bervariasi, perawat perlu menyadari bahwa tidak semua orang
melakukannya dengan sama. Oleh karena itu, perawat harus mengevaluasi standar
performa menggunakan deskripsi kerja tertulis, bukan membandingkan satu performa
dengan performa lainnya. Juga penting bagi perawat untuk menyadari bahwa orang
membutuhkan umpan balik yang berkelanjutan mengenai performanya dan untuk
memberikan umpan balik, termasuk msukan positif dan negative, dengan cara yang
objektif (Blais & dkk, 2006).
6. Pengendalian
Pengendalian adalah suatu metode untuk memastikan bahwa perilaku dan performa
konsisten dengan proses perencanaan. Pengendalian buaknlah suatu yang dilakukan oleh
manajer pada pegawai, tetapi lebih pada sesuatu yang dilakukan manajer bersam dengan
pegawai. Kendali formal, terstruktur, birokratik, seperti deskripsi kerja tertulis yang
ringkas, peraturan dan prosedur ekstensif, dan kewenangan top-down, adalah mekanisme
pengendalian yang familier (Blais & dkk, 2006).
Pembahasan peran managemen menjadi tidak lengkap tanpa bebrapa kata pada
“permainan yang dimainkan oleh orang” dalam dunia kerja. Tidak adanya pemahaman
mengenai politik kerja bahkan dapat menyebabkan perawat yang paling kompeten dan
berkomitmen sekalipun merasa tidak berdaya dan frustasi.
Banyak perawat yang merasa bahwa memiliki kemampuan politik adalah sifat genetic,
bahwa mereka tidak memiliki kemampuan atau keinginan untuk “terlibat dalam
kekacauan politik. Perawat-perawat ini segera menemukan bahwa kekuasaan dan politik
tidak dapat dihindari ditempat kerja saat itu. Pertama, akan selalu ada orang-orang yang
akan melakukan apapun untuk mendapatkan dan bergantung pada kekuasaan.kedua, kerja
keras biasanya diukur oleh manager penanggung jawab, bukan oleh peraturan dan
regulasi yang berlauk. Menke dan Ogbom menguraikan perilaku berikut yang harus
dikembangkan oleh perawat agar dapat menegosiasikan politik di tempat kerja :
15
a. Baca lingkungan, amati dimana letak kekuasaan dalam organisassi. Secara historis,
kekuasaan berada pada mereka yang memegang uang dan mereka yang mensuplai
sumber-sumber untuk orang yang memegang kekuasaan
b. Dengarkan, dengarkan siapapun, dimanapun. Bergerak dengan perlahan dan jangan
terlalu bersemangat untuk menunjukkan semua yang anda ketahui
c. Baca, baca bagan organisasi, kebijakan dan pernyataan prosedur, dan jurnal
professional. Belajar untuk mengidentifikasi apa saja yang dapat diterima dan apa
yang tidak dapat diterima
d. Lepaskan diri, jangan bergabung dengan orang-orang disisi yang kalah, lepaskan
diri dan tetap mandiri hingga anda mengetahui tali politik
e. Analisis, idntifikasi karakteristik unik anda yang dapat dilihat sebagai sesuatu yang
“berbeda”. Sebagai contoh, apakah anda satu-satunya pria, satu-satunya perawat
dengan gelar sarjana, atau satu-satunya perawat baru? Jika ya, Anda mungkin perlu
bekerja sedikit lebih kras untuk mencapai tujuan anda
f. Ciptakan kompetensi, jabat tangan yang kuat, menyebutkan nama anda, dan
kesopanan jangan pernah lepas dari gaya anda. Memberitahu ringkasan status
proyek anda kepada manajer anda sambil member pujian atas keberhasilan akan
membuan manajer anda menyadari apa yang sebenarnya terjadi
g. Jangan pernah menggosipkan manager, jaga manager dari pandangan buruk dan
dipermalukan, jangan mengeluh!
h. Selalu terlibat dengan kekuasaan. Tetap antusias! Perawat mungkin tidak suka
bearad dalam permainan politik, tetapi dengan mengetahui tentang politik akan
membuat lebih mudah untuk memahami dan bertahan dari politik (Blais & dkk,
2006).
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Management keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui
perencanaan, pengoganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan menggunakan sumber
daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psioko-sosial-
spirtual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masayarakat baik yang sakit
maupun yang sahat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendekatan manjemen yang diterapkan dalam majemen keperawatan adalah pepaduan
bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian (controling) dengan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Blais,dkk.(2006). Pratik Keperawatan Profesional Konsep & Perspektif Edisi 4. Jakarta : EGC.
Asmuji, ((2012). Manajemen Keperawatan Konsep & Aplikasi . Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Aditama, Candra Yoga. (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia(UI-Press).
18