PENGERTIAN
A. Stabil
B. Tidak stabil
Stabilitas dalam hal trauma tulang servikal dimaksudkan tetap utuhnya
komponen ligament - skeletal pada saat terjadinya pergeseran satu segmen
tulang leher terhadap lainnya. Cedera dianggap stabil jika bagian yang terkena
tekanan hanya bagian medulla spinalis anterior, komponen vertebral tidak
bergeser dengan pergerakan normal, ligament posterior tidak rusak sehingga
medulla spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi dan burst fraktur adalah
contoh cedera stabil. Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat
bergeser dengan gerakan normal karena ligament posteriornya rusak atau
robek, fraktur medulla spinalis disebut fraktur tidak stabil jika kehilangan
integritas dari ligament posterior. Menentukan stabil atau tidaknya fraktur
membutuhkan pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan radiografi minimal ada 4
posisi yaitu antero posterior, lateral, oblik kanan dan akiri. Dalam menilai
stabilitas vertebra, ada tiga unsur yang harus dipertimbangkan yaitu
kompleks posterior (kolumna posterior), kompleks media dan kompleks anteri
or (kolumna anterior).
D. ETIOLOGI
Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas
(44%),kecelakaan olah raga (22%), terjatuh dari ketinggian (24%), dan
kecelakaankerja. Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relative rapuh
namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran
atau penarikan. Bila tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada
tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada
kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan
fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering
dikemukakan pada tibia, fibula atau metatarsal terutama pada atlet, penari atau
calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut
lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh
5. Priapisme.
6. Pernafasan diafragma.
7. Renjatan neurogenik.
Hal yang perlu di observasi adalah tekanan darah, status pernapasan, dancidera
sistemik.
1. Trauma kaudal servikalis dan torakalis tinggi, menyebabkan
hipotensiringan dan bradikardi (simpatektomi fungsional yang berespon
terhadapinfuse kritaloid atau koloid).
2. Pemeriksaan neurologik pada pasien sadar di pusatkan pada nyeri
leher atau punggung, hilangnya tenaga ekstermitas, tingkat sensoris dari
tubuh,reflek tendon dalam (biasanya tidak ada dibawah tingkat cedera
kodeakut).
3. Cedera di atas servikalis 5, menyebabkan quadriplegi dan
gagal pernapasan.
4. Pada C 5 dan C 6 bisep lemah, C4 dan C5 deltoideus dan supra
sertainfraspinatus lemah.
5. Cedera C 7, menyebabkan kelemahan trisep, ekstensor pergelangan
tangandan pronator lengan bawah.
6. Cedera T 1 dan dibawahnya menyebabkan paraplegi dan hilang sensoris.
7. Kompresi pada region torak bawah dan lumbalis menyebabkan
konusmedularis atau sindrom kauda equina.
8. Dislokasi hiperrefleksi dari vertebra servikalis menyebabkan kuadriplegia
traumatik.
9. Fraktur kompresi tunggal dari vertebra torakis biasanya stabil tapi
dapat berkaitan dengan kompresi kauda anterior dan membutuhkan dekro
mpesidan stabilisasi dengan pemasangan batang metal.
10. Kompresi singkat dari kauda servik asli dan rusaknya substansia grisea
sentralis terjadi kelemahan lengan, sering dengan hilangnya sensasi
tusukan tajam pada lengan dan bahu, tenaga dan sensasi pada tubuh dan
tungkai berkurang. Abnormalitas fungsi kandung kemih bervariasi.
Dan prognosis kesembuhannya baik.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X spinalMenentukan lokasi dan jenis cedera tulan (fraktur, dislokasi),
untuk kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi.
2. CT SCANMenentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun structural.
3. MRIMengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi.
4. Mielografi.Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika
faktor putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang suban
akhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelahmengalami
luka penetrasi).
5. Foto rontgen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan
padadiafragma, atelektasis).
6. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume
inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikal
bagian bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus
/ototinterkostal).
7. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi (Marilyn E.
Doengoes, 2000)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan.