Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


ALERGI ANAFILAKSIS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

CHINTYA REZKY AMALIYA PUTRI C051171007

ARMAWATI C051171320

NALCHE KECHIA RANGAN C051171036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gangguan Alergi Anafilaksis” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun untuk
menyelesaikan tugas kelompok dari dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.

Dalam penulisan makalah ini tidak jarang penulis menemukan kesulitan-kesulitan


mendasar. Akan tetapi, berkat motivasi dan dukungan dari berbagai pihak, kesulitan-kesulitan
itu akhirnya bisa diatasi. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, demi kesempurnaan makalah ini penulis sangat
mengharapkan masukan yang sifatnya membangun. Penulis berharap makalah ini bermanfaat
bagi semua.

Makassar, 16 Februari 2019

TIM PENULIS

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5

A. Definisi............................................................................................................................5

B. Etiologi............................................................................................................................5

C. Tanda dan Gejala.............................................................................................................7

D. Patofisiologi....................................................................................................................8

E. Pathway...........................................................................................................................9

F. Asuhan Keperawatan......................................................................................................9

BAB III PENUTUP....................................................................................................................9

A. Kesimpulan........................................................................................................................9

B. Saran.................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik yang berat dan dapat menyebabkan
kematian, terjadi secara tiba-tiba segera setelah terpapar oleh allergen atau pencentus
lainnya. Reaksi anafilaksis termasuk ke dalam hipersensivitas Tipe I menurut klasifikasi
Gell dan Coombs.

Penyebab anafilaksis secara umum diantaranya ialah obat-obatan, makanan, paparan


lateks, dan segatan serangga. Alergen makanan, antara lain kacang, biji, dan kerang.
Segatan serangga dapat menyebabkan kematian setiap tahunnya di Amerika serikat.
Insiden anafilaksis terkait segatan serangga berkisar dari 0,3 hingga 3% populasi umum.
Awalnya gejala anafilaksis cenderung ringan, akan tetapi pada akhirnya bisa menyebabkan
kematian akibat syok anafilaktik. Syok anafilatik dapat berlangsung sangat cepat, tidak
terduga, dan dapat terjadi dimana saja yang berpotensi menyebabkan kematian.
Identifikasi awal adalah hal yang penting, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan
pemberian asuhan keperawatan pada penderita anafilaksis. [ CITATION Bla141 \l 1057 ].

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan gangguan alergi anafilaksis?

2. Menjelaskan apa etiologi gangguan alergi anafilaksis?

3. Apa tanda dan gejala dari gangguan alergi anafilaksis?

4. Bagaimana patofisiologi dari gangguan alergi anafilaksis?

5. Jelaskan asuhan keperawatan dari gangguan alergi anafilaksis?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu dapat memahami tentang konsep medis dari
gangguan alergi anafilaksis, mulai dari definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi

4
dan lainnya. Dan untuk mendapatkan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada
pasien gangguan alergi anafilaksis, mulai dari pengkajian, diagnosa sampai intervensinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Anafilaksis (anaphylaxis) adalah reaksi yang berat dan bisa mengancam jiwa dan
harus selalu ditangani sebagai hal darurat medis. Anafilaksis terjadi setelah seseorang
terpapar dengan alergen (makanan, serangga, dan obat) yang dapat menimbulkan alergi
padanya [ CITATION ASC15 \l 1057 ].

Reaksi anafilaksis merupakan reaksi cepat dimana gejala muncul segera setelah
alergen masuk ke dalam tubuh. Para pakar sepakat bahwa anafilaksis merupakan keadaan
darurat yang potensial dan dapat mengancam nyawa. Jika reaksi tersebut cukup hebat
sehingga menibulkan syok disebut sebagi syok anafilaksis yang dapat berakibat fatal.
Reaksi anafilaksis dapat terjadi setelah paparan terhadap allergen dari sumber seperti
makanan, gigitan serangga, obat-obatan, dan imunisasi [ CITATION Rea14 \l 1057 ].

Respon anafilaksis berlangsung cepat dan diperantarai IgE. Aleregen berkaitan


dengan IgE yang menarik sel mast dan basofil mengakibatkan dilepaskannya mediator
seperti histamin, bradikinin, hepain, mediator lipid atau SRS-A (Leukotrien, prostaglandin
D, Sitokinin IL-4, IL-5, TNFα.[ CITATION Bla141 \l 1057 ]

B. Etiologi
Faktor pemicu timbulnya anafilaksis pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda
adalah sebagian besar oleh makanan. Sedangkan gigitan serangga dan obat-obatan menjadi
pemicu timbulnya reaksi ini.

AGEN UMUM PENYEBAB ANAFILAKSIS


1. Obat-obatan
 Pensilin (paling umum)
 Sefalosporin
 Tetrasiklin
 Streptomisin
 Kanamisin
 Neomisin

5
 Heparin
 Protamin
 Vanomisin
 Amfoterisin B
 Polimiksin
 Bacterasin
 Aspirin, agen antiinflamsi lainnya
 Kolkisin
 Tranquilizer/ obat penenag
2. Makanan
 Kacang
 Seafood
 Telur
 Biji-bijian
 Susu
 Buah jeruk
 Stoberi
 legume
3. Racun serangga
 Hymenoptera (lebah madu, tawon, yellow jacket, lebah, semut api)
4. Biologi
 Antisera heterolog
 Enzim
 Hormon
 Vaksin (terutama jenis yang dikultur di telur)
5. Produk darah
 Plasma, Kriopresipitasi/pemicu krio, Darah total, Gamma globulin
6. Ekstrak alergen
 Agen uji kulit, Desensitisasi
7. Agen diagnosis
 Sulfobromoftalein
 Media kontras iodinasi
Tabel 1. Agen Umum Penyebab Anafilaksis

[ CITATION Bla141 \l 1057 ]

6
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari anafilaksis dapat berupa:

1. Kulit, subkutan, mukosa


Kemerahan, gatal, urttikaria, angioedema, pilor erection. Gatal di periorbital, eritema
dan edema, eritema konjuctiva, mata berair. Gatal pada bibir, lidah, palatum, kanalis
auditori eksternus, bengkak di bibir, lidah, dan uvula.
2. Respirasi
Gejala pada organ pernapasan didahului dengan rasa gatal di hidung, bersin dan
hidung tersumbat, diikuti dengan batuk, sesak, mengi, rasa tercekik, suara serak, dan
stridor. Di samping itu, terjadi pula edema pada lidah, edema laring, spasme laring
dan spasme bronkus.
3. Sistem Kardiovaskuler
Gejala kardiovaskuler ditandai dengan takikardi, palpitasi, hipotensi sampai syok,
pucat, dingin, aritmia, hingga sinkop. Pada EKG dapat dijumpai beberapa kelainan
seperti gelombang T datar. Terbalik atau tanda-tanda infark miokard.
4. Sistem Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal berupa disfagia, mual-muntah, rasa kram diperut, diare yang
kadang-kadang disertai darah, dan peningkatan peristaltic usus.
5. Sistem saraf pusat
Perubahan mood mendadak seperti iritabilitas, sakit kepala, perubahan status mental,
kebingungan.
6. Lain-lain
Metalic taste di mulut, kram dan pendarahan karena kontraksi uterus.

D. Patofisiologi
Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan di tangkap
oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada Limfosit T,
dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL4, IL13) yang menginduksi Limfosit B

7
berproliferasi menjadi sel plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi IgE spesifik untuk
antigen tersebut kemudian terikat pada reseptor pemukaan sel Mast (Mastosit) dan basofil.
Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi
pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen
yang sama tadi akan diikat oleh IgE spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu
pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamine, serotonin, bradikinin dan beberapa bahan
vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah preformed mediators.
Fase Efektor adalah waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ
tertentu. Histamin memberikan efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas vaskuler
dan Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek
bronkospasme dan meningkatkan permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit.
Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin leukotrien yang
dihasilkan menyebabkan bronkokonstriksi. Vasodilatasi pembuluh darah yang terjadi
mendadak menyebabkan terjadinya fenomena maldistribusi dari volume dan aliran darah. Hal
ini menyebabkan penurunan aliran darah balik sehingga curah jantung menurun yang diikuti
dengan penurunan tekanan darah. Kemudian terjadi penurunan tekanan perfusi yang berlanjut
pada hipoksia ataupun anoksia jaringan yang berimplikasi pada keadaan syok yang
membahayakan penderita.

Gambar 1.Hipsensitivitas tipe I yang mendasari Reaksi Anafilaksis

E. Pathway
Makanan, obat-obatan dan sengatan
serangga

Faktor sensitisasi Faktor efektor


8
Faktor aktivasi
Alergen masuk dan
ditangkap makrofag

Makrofag
mempresentasi antigen
pada limfosir T

Mesekrsikan sitokinin
(IL-4, IL-3)

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium dapat membantu menentukan diagnosis, memantau keadaan
awal, dan beberapa pemeriksaan digunakan untuk memonitor hasil pengobatan serta
mendekteksi komplikasi lanjut. Hitung eosinofil darah tepi normal atau meningkat,
begitupun IgE total sering menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan ini berguna untuk
memprediksikan kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga
dengan derajat alergi tinggi.
b. Pemeriksaan lainnya yaitu IgE pesifik dengan RAST(radio-immunosorbent test) atau
ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay Test) menggunakan prinsip
imunoabsorbsi dan menunjukkan peningkatan kadar IgE pada darah klien. Alergen
biasanya menempel pada permukaan yang solid, biasanya cakram kertas. Darah klien
diinkubasi pada cakram. Jika klien memiliki antibodi terhadap antigen yang diuji, maka
mereka akan meningkat alergen. Antibodi yang tidak berikatan akan tercuci dan kadar
antigen IgE dapat diukur. Uji imi kurang sensitif dibanding uji kulit, memakana waktu,
dan mahal.
c. Pemeriksaan secara invito secra uji kulit untuk mencari alergen penyebab yaitu dengan
uji cukit (prick test), uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau intradermal yang

9
tunggak atau berseri (skin end tiration/SET). Uji cukit paling sesuai karena mudah
dilakukan dan dapat ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk anak.
d. Pemeriksaan lain seperti analisa gas darah, elektrolit dan guka darah, tes fugsi hati, tes
fungsi ginjal, elektrokardiografi, rontgen thorak, dan lain-lain.

G. Asuhan Keperawatan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anafilaksis merupakan reaksi sistemik yang berat dan termasuk ke dalam reaksi
hipersensitivitas tipe I menurut klasifikasi Gell dan Coombs. Reaksi anafilaksis dapat
disebabkan oleh beragam macam sebab, diantaranya makanan, lateks, obat-obatan, reaksi
sengatan serangga serta masih banyak penyebab lainnya.

Manajemen medis anafilaksis dirawat dengan pemberian epinefrin, meghilangkan


atau menghentikan agen pencentus, memberikan oksigen darurat, menjaga jalan napas
tetap terbuka, memposisikan klien pada posisi trendelenbrug, memberikan cairan IV
seperti salin normal 0,9% atau ringer laktat jika diperlukan.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini ada begitu banyak hal kompleks yang akan ditemui,
oleh karenanya akan lebih baik jika makalah ini dibaca berdampingan dengan textbook
terkait agar tidak ada dualisme persepsi

10
DAFTAR PUSTAKA

ASCIA. (2015, Junin). The Australasian Socitey of Clinical Immnuology and


Allergy( ASCIA). Dipetik Januari 7, 2019, dari www.allergy.arg.au

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
Untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 3 . Singapore : Elsevier .

Blackwell, Wiley. 2015-2017. Nursing Diagnoses Definition and Classification Edisi 10.
Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Intervention Classification Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Elsevier.
Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcome Classification Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Elsevier.
Jessenger, Vinoshalni, & Sidemen, G.P.2016. Penatalaksanaan Syok Anafilaktik. Bagian/SMF
Anestesioogi dan Reanimasi. FK Universitas Udayana.

11

Anda mungkin juga menyukai