SAP DM Diabetes Melitus
SAP DM Diabetes Melitus
DM (Diabetes Melitus)
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degenerative yang menjadi ancaman utama
pada umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang prevalensi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dibetes mellitus sering di
sebut dengan The Great Imitator, yaitu penyakit yang mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan, sehingga
seseorang tidak menyadari bahwa adanya berbagai macam perubahan pada dirinya.
Perubahan seperti minum lebih banyak, buang air kecil menjadi lebih sering, berat badan
terus menurun, dan berlangsung cukup lama, biasanya tidak diperhatikan, hingga baru di
ketahui setelah kondisi menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar
glukosa darahnya (Mirza, 2012).
DM adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik dengan ditandai oleh adanya
hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya.
Penyakit DM sering menimbulkan komplikasi berupa stroke, gagal ginjal, jantung, nefropati,
kebutaan dan bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita luka gangren.
DM yang tidak ditangani dengan baik angka kejadian komplikasi dari DM juga akan
meningkat, termasuk komplikasi cedera kaki diabetes (Waspadji, 2010).
Waspadji (2010) lebih lanjut menyebutkan bahwa penderita DM dapat terjadi
komplikasi pada semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi
kronik dapat terjadi pada tingkat pembuluh darah kecil (mikrovaskular) berupa kelainan pada
retina mata, glomerulus ginjal, syaraf dan pada otot jantung (kardiomiopati). Pada pembuluh
darah besar (makrovaskuler), manifestasi komplikasi kronik DM dapat terjadi pada pembuluh
darah serebral, jantung (penyakit jantung koroner) dan pembuluh darah perifer (tungkai
bawah). Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi dengan
akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih, tuberkolosis paru dan infeksi kaki, yang
kemudian dapat berkembang menjadi ulkus atau gangren diabetes.
Berdasarkan bukti epidemologi terkini, jumlah penderita Diabetes Mellitus di
seluruh dunia saat ini mencapai 20 juta (8,4 %), dan di perkirakan meningkat lebih dari 330
juta pada tahun 2025. Alasan peningkatan ini termasuk meningkatnya angka harapan hidup
dan pertumbuhan populasi yang tinggi, dua kali lipat disertai peningkatan angka obesitas
yang di kaitkan dengan urbanisasi dan ketergantungan terhadap makanan olahan (WHO,
2009). Berdasarkan penelitian Departemen Kesehatan tahun 2001 dalam The Soedirman
Journal of Nursing (2008), penyakit DM mempunyai populasi terbesar dunia di kawasan
Asia. Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia, setelah India, China, dan Amerika Serikat.
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, prevalensi Diabetes
Mellitus di Indonesia berdasarkan wawancara adalah 2,1% (15.169 jiwa dari 722.329 jiwa).
Angka tersebut lebih tinggi dibanding dengan tahun 2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi
(93,9%) menunjukkan kenaikan prevalensi DM yang cukup berarti.
Fenomena tersebut memerlukan upaya efektif untuk mencegah terjadinya luka pada
penderita DM. Upaya tersebut dapat berupa preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pemeriksaan dan perawatan kaki pada pengelolaan kaki diabetes merupakan upaya yang
diutamakan pada keperawatan keluarga. Pemakaian alas kaki dianjurkan untuk mencegah
cedera kaki.
2. Tujuan Instruksional
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang diabetes melitus selama 30 menit
diharapkan peserta mengerti tentang penyakit diabetes melitus.
b. Tujuan Khusus
Setelah mendapat penyuluhan tentang diabetes melitus, diharapkan peserta mampu:
1) MenjelaskankembaliPengertian Diabetes Mellitus
2) Menjelaskan kembali 4 dari 7Penyebab Diabetes Meliitus
3) MenjelaskankembaliTanda dan Gejala Diabetes Mellitus
4) MenjelaskankembaliResiko Terkena Diabetes Mellitus
5) Menjelaskan kembali Komplikasi Diabetes Mellitus
6) Menjelaskan kembali Pencegahan dan Pengobatan Diabetes Mellitus
7) Menjelaskan kembali Gizi Seimbang pada Diabetes Mellitus
3. Materi Penyuluhan
a. Pengertian
b. Penyebab Diabetes Meliitus
c. Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
d. Resiko Terkena Diabetes Mellitus
e. Komplikasi Diabetes Mellitus
f. Pencegahan dan Pengobatan Diabetes Mellitus
g. Gizi Seimbang pada Diabetes Mellitus
4. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah Pasien, keluarga pasien dan pengunjung
5. Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini menggunakan metode:
a. Ceramah/presentasi
b. Tanya jawab
6. Media
a. LCD
b. Leaflet
c. Laptop
7. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan Metode Media
Penyuluhan Peserta
8. Evaluasi
a. Proses :
a. Jumlah peserta penyuluhan mnimal 5 peserta
b. Media yang digunakan adalah leaflet, LCD dan laptop
c. Waktu penyuluhan adalah 30 menit
d. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
e. Pembicara diharapkan dapat menguasai materi dengan baik
f. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat penyuluhan
berlangsung
g. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
b. Hasil :
a. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengerti
dan memahami tentang pengertian pengertian, penyebab diabetes meliitus,
tanda dan gejala diabetes mellitus, resiko terkena diabetes mellitus, komplikasi
diabetes mellitus, pencegahan dan pengobatan diabetes mellitus, gizi seimbang
pada diabetes mellitus
b. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ada perubahan
prilaku kesehatan yaitu mengetahui tentang penyakit diabetes melitus
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolism dengan
hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin
atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (Francis dan John
2000).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
Diabetes Melitus adalah penyakit kelebihan kadar gula darah di dalam tubuh sehingga
terjadi peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin.
Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor
genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi
sel beta.Faktor-faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu kecenderungan atau predisposisi genetik ke arah terjadinya diabetes
tipe I. kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA(human
leucocyt antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tipe I meningkat
tiga hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLLA
tersebut.
Faktor-faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi pada jaringan tersebut yang dianggapnnya seolah-olah
jaringan asing. Factor-faktor ;lingkungan. Adanya faktor eksternal yang dapat memicu proses
otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. (IrawanSusiloImim, dkk, 2000)
b. Diabetes tipe II
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes melitus II. Faktor-faktoriniadalah :
a. Keturunan
b. Usia
c. Kegemukan
d. Kuranggerak
b. Kehilangan insulin
c. Alkoholisme
d. Obat-obatan
3. Tandadan Gejala DM
a. Berat badan menurun
b. Banyak makan banyak minum
c. Banyak kencing
d. Cepat lelah & mengantuk
e. Kesemutan pada jari
f.Penglihatan kabur
4. Resiko terkena DM
a. Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya pada DM tipe 1 diturunkan
penurunan kadar glukosa darah. Gejala pada hipoglikemia dapat ringan berupa gelisah
sampai berat berupa koma disertai kejang. Penyebab terseringnya adalah akibat obat
yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut.
Tandanya adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat. Pada dasarnya pengobatan
pemberian cepat Nacl 0,9% sebanyak liter pada 30 menit pertama , 0,5 liter pada menit
kedua jadi berjumlah 3 liter pada jam pertama. Kemudian berikan insulin pada jam ke
2 dalam bentuk bolus (intravena) dosis 180 mU/kg BB. Dengan tindakan ini akan
mengakibatkan kebutaan.
(2) Neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer)
sembuh-sembuh.
6. Pengobatan DM
Ada 5 cara untuk mengontrol gula darah tetap pada rentan normal (Tarwoto dkk,2011)
1.) Managemen diet
Kontrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar penanganan pasien
DM. komposisi nutrisi pada diet DM adalah kebutuhan kalori, karbohidrat, lemak,
Tergantung dari berat badan (kurus, ideal, obesitas), jenis kelamin, usia, aktivitas
fisik. Misalnya untuk pasien kurus kebutuhan kalori sekitar 2300-2500 kalori, BB
ideal antara 1700-2100 kalori dan gemuk antara 1300-1500 kalori (Sukardji ,2007).
b.)Kebutuhan karbohidrat
sekitar 50-60%.
d.)Kebutuhan lemak
Kebutuhan lemak kurang dari 30% dari total kalori, sebaiknya dari lemak nabati
Serat dibutuhkan sekitar 20-35 g/hari dari berbagai bahan makanan atau rata-rata
25 g/hari.
yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas. Jenis latihan fisik yang bisa
dilakukan yaitu olahraga seperti latihan aerobik, jalan santai, lari, bersepeda dan
terutama karbohidrat.
b.) Menurunkan BB, terutaman pada pasien yang mengalami obesitas untuk
mencapai BB normal/ideal.
3.) Obat-obatan
a.) Obat antidiabetik oral atau Oral Hypoglikemik Agent (OH) efektif pada DM
konversi glikogen dan asam amino menjadi glukosa. Berdasarkan daya kerjanya insulin
dibedakan menjadi :
(1) Insulin dengan masa kerja pendek (2-4 jam), seperti reguler insulin, actrapid.
(2) Insulin dengan masa kerja menengah (6-12 jam), seperti NPH insulin, Lente
insulin.
(3) Insulin dengan masa kerja panjang (18-24 jam), seperti protamin zinc insulin,
ultralente insulin.
(4) Insulin campuran yaitu kerja cepat dan menengah, misalnya 70% NPH, 30%
reguler.
Absorpsi dan durasi dari insulin bervariasi tergantung pada tempat penyuntikan,
injeksi pada abdomen akan diabsorbsi lebih cepat dibanding injeksi pada lengan atau bokong.
(1) Kebutuhan pasien. kebutuhan insulin akan meningkat pada keadaan sakit yang
(2) Respon pasien terhadap injeksi insulin. Pemberian insulin biasanya dimulai antara
glukometer, pemeriksaan ini penting untuk memastikan darah dalam keadaan stabil.
b.)Pastikan kode pada alat glukometer sama dengan kode strip pereaksi khusus.
c.) Lakukan pengambilan darah kapiler dengan cara menusukkan stik pada ujung jari.
e.) Biarkan darah dalam strip sampai alat glukometer mengeluarkan angka kadar glukosa
darah.
f.) Hasil gula darah dapat dilihat pada layar monitor glukometer.