Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas 17.504 pulau.


Terkhusus di Sulawesi – Selatan terdapat gugusan pulau yang dikenal dengan
julukan gugusan pulau spermonde. Spermonde adalah gugusan pulau yang terdiri
atas ± 130 pulau berpenghuni dan tidak berpenghuni. Pulau – pulau ini merupakan
gugusan terumbu karang yang menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan dan binatang
laut lainnya. Keanekaragaman hayati ini yang membuat gugusan spermonde ini
menjadi tujuan wisata populer beberapa tahun terakhir. Namun pulau – pulau ini
belum dikelola secara maksimal salah satu kendalanya adalah karena pasokan
listrik yang sangat tidak memadai.
Permasalahan ketersediaan listrik di pulau-pulau kecil ataupun pulau
terdepan telah menjadi masalah yang berlarut-larut. Keterbatasan listrik tentu akan
membuat aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Pasokan listrik di pulau-pulau
kecil umumnya dibangkitkan oleh generator diesel (genset). Pemakaian genset ini
tentu akan menghabiskan bahan bakar minyak yang tidak sedikit, sehingga dapat
dikatakan tidak efisien untuk mencukupi kebutuhan listrik masyarakat pulau sehari-
hari. Pemborosan pemakaian listrik di pulau-pulau kecil tersebut kemudian diatasi
dengan pembatasan waktu penggunaan listrik, yaitu listrik hanya menyala pada
pukul 17:00 sampai pukul 12:00 malam.
Saat ini telah banyak dikembangkan teknologi renewable energy yang
cocok digunakan pada daerah yang tidak dapat dijangkau oleh jaringan listrik
seperti di pulau – pulau kecil. Salah satunya adalah pembangkit listrik tenaga surya
(PLTS). Pembangkit listrik tenaga surya adalah pemnagkit yang mengandalkan
energi matahari dalam membangkitkan energi listrik dengan photovoltaic.
Disamping murah (menggunakan energi listrik) pembangkit jenis ini memiliki
banyak kelebihan diantaranya, tidak memerlukan banyak pemeliharaan, harganya
yang terjangkau, dan ramah lingkungan namun keandalannya masih kurang karena
teknologi ini bergantung pada kondisi alam yang selalu berubah – ubah dan

1
pergantian siang dan malam. Oleh karena itu, solusi yang tepat untuk isu ini adalah
pembangkit listrik tenaga hybrid (PLTH).
PLTH adalah pembangkit listrik yang menggunakan dua atau lebih
pembangkit listrik dengan sumber energi yang berbeda. Tujuan utama dari sistem
hybrid pada dasarnya adalah berusaha menggabungkan dua atau lebih sumber
energi (sistem pembangkit) sehingga dapat saling menutupi kelemahan masing-
masing dan dapat dicapai keandalan supply dan efisiensi ekonomis pada beban
tertentu.
Oleh karen itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi
pembangkit listrik tenaga hybrid, Pembangkit listrik tenagan surya (PLTS) dan
generator set, pada gugusan pulau spermonde khususnya di pulau Samalona,
Makassar, Sulawesi – Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimanamenentukan karakteristik beban (load profile) di pulau


Samalona untuk menentukan kapasitas masing – masing pembangkit hibrid.
2. Bagaimana menentukan kapasitas masing – masing PLTS dan generator set
(genset) untuk mencapai kondisi paling efisien dan ekonomis.
3. Bagaimana menghitung efisiensi dan ekonomis dari pembangkit listrik
tenaga hybrid (PLTH).
4. Bagaimana membuat pemodelan pembangkit listrik tenaga hybrid yang
terdiri atas pembangkit listrik tenaga surya dan generator set.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH)

a. Pengertian
Pengertian Hybrid pada umumnya adalah penggunaan dua atau lebih
pembangkit listrik dengan sumber energi yang berbeda. Tujuan utama dari sistem
hybrid pada dasarnya adalah berusaha menggabungkan dua atau lebih sumber
energi (sistem pembangkit) sehingga dapat saling menutupi kelemahan masing-
masing dan dapat dicapai keandalan supply dan efisiensi ekonomis pada beban
tertentu[1].
Sistem Hybrid atau Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) merupakan
salah satu alternatif sistem pembangkit yang tepat diaplikasikan pada daerah-daerah
yang sukar dijangkau oleh sistem pembangkit besar seperti jaringan PLN atau
PLTD. PLTH ini memanfaatkan renewable energy sebagai sumber utama (primer)
yang dikombinasikan dengan Diesel Generator sebagai sumber energi cadangan
(sekunder).
Pada PLTH, renewable energy yang digunakan dapat berasal dari energi
matahari, angin, dan lain-lain yang dikombinasikan dengan Diesel-Generator Set
sehingga menjadi suatu pembangkit yang lebih efisien, efektif dan handal untuk
dapat mensuplai kebutuhan energi listrik baik sebagai penerangan rumah atau
kebutuhan peralatan listrik yang lain seperti TV, pompa air, strika listrik serta
kebutuhan industri kecil di daerah tersebut.
Dengan adanya kombinasi dari sumber-sumber energitersebut, diharapkan
dapat menyediakan catu daya listrik yang kontinyu dengan efisiensi yang paling
optimal.

3
b. Konfigurasi PLTH Secara Umum

Sistem Hybrid PV-Genset terdiri dari empat komponen utama, sebagai berikut :
 Generator set
 Panel Surya
 Bidirectional Inverter
 Battery
c. Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid
Prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid adalah photovoltaic digunakan
sebagai pembamgkit listrik utama yang menyuplai beban dan mengisi baterai pada
siang hari sedangkan generato set (genset) digunakan sebagai suplai cadangan pada
saat malam hari atau baterai kosong. Pada system ini, penggunaan photovoltaic
dilakukan semaksimal mungkin dan sebaliknya penggunaan genset dilakukan
seminimal mungkin untuk mengurangi biaya bahan bakar. Susunan konfigurasi
photovoltaic dan ukuran genst yang digunakan bergantung pada load profil dimana
system ini diaplikasikan. Adapun skematik operasi harian pembangkit listrik tenaga
hybrid ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Operasi sistem dengan photovoltaic


Pada gambar 2.1, kondisi ini umumnya terjadi pada siang hari dimana PLTS
berfungsi untuk menyuplai beban sementara genset OFF. Inverter mengubah
energy DC menjadi AC dan kelebihan daya yang dihasilkan oleh photovoltaic
akan digunakan untuk mengisi baterei.

4
Gambar 2.2. Operasi sistem dengan baterei
Pada gambar 2.2 umumnya terjadi pada malam hari, baterei yang telah diisi pada
siang hari, akan berfungsi menyuplai beban pada malam hari sampai baterei berada
pada kondisi level discharge yang telah ditentukan. Pada kondisi ini, genset belum
dioperasikan.

Gambar 2.3. Operasi sistem dengan generator set


Kondisi gambar 3 terjadi pada saat photovoltaic tidak dapat menyuplai beban
(malam hari) dan baterei dalam kondisi kosong (discharge). Pada saat ini, genset
beroperasi menyuplai beban dan mengisi baterei. Energy yang dihasilkan berupa
AC yang kemudian dikonversi menjadi DC untuk mengisi baterei yang kosong.
Untuk proses peralihan ketiga system ini digunakan mikrokontroller untuk
mengontrol proses charge dan discharge dari baterei dan proses ON dan OFF dari
generator set.

5
2.1 Software HOMER

HMOER adalah singkatan dari The Hybrid Optimization Model for Electric
Renewables, salah satu perangkat lunak yang paling populer saat ini untuk
mensimulasikan kinerja sistem PLTH baik dari sisi ekonomis maupun teknis.
Homer menyediakan beberapa pilihan jenis pembangkit, baik yang menggunakan
sumber energi terbarukan maupun sumber energi konvensional. Sistem hybrid yang
disimulasikan dapat berupa sistem tunggal atau sebagai sebuah sistem yang
tergabung dengan grid atau sebagai sebuah unit sistem yang dilengkapi media
penyimpanan energi atau tanpa media penyimpanan energi. Gamabar 2.4
memperlihatkan tampilan sistem hybrid yang dibangun serta hasil simulasinya.
Hasil simulasi yang ditampilkan diurut berdasarkan tingkat efisiensi operasi atau
biaya satuan energi yang paling rendah. Urutan yang paling atas adalah kombinasi
sistem hybrid yang paling optimal atau yang paling rendah biaya satuan energinya.

Gambar. 2.4 Tampilan Software HOMER [4]

Perangkat lunak HOMER mensimulasikan operasi sistem dengan menyediakan


perhitungan keseimbangan daya antara daya yang dapat dibangkitkan dan beban
yang harus disuplai selama 8.760 jam dalam setahum. Jika sistem mengandung
baterai dan generator diesel / bensin, HOMER juga dapat memutuskan kapan
seharusnya beroperasi dan berapa daya yang harus dibangkitkan. Demikian pula
jadwal pengisian atau pengosongan baterai. Selanjutnya HOMER menentukan

6
konfigurasi sistem terbaik dan kemudian memperkirakan biaya instalasi dan
operasi sistem selama masa operasinya seperti biaya awal, biaya penggantian
komponen, biaya operasional dan maintenance, biaya bahan bakar, dan lain –
lain.
Saat melakukan simulasi, HOMER menentukan semua konfigurasi sistem yang
mungkin, kemudian ditampilkan berurutan menurut net presentd cost – NPC
atau disebut juga life cycle costs. Jika analisa sensitivitas diperlukan, HOMER
akan mengulangi proses simulasi untuk setiap variabel sensitivitas yang
ditetapkan. Kesalahn relatif tahunan sekitar 3% dan bulanan sekitar 10%.
Gamabr 2.5 menunjukkan arsitektur HOMER yang terdiri atas tiga bagian
utama yaitu, simulasi dan output[3].

Gambar 2.5 Arsitektur Simulasi dan Optimasi HOMER [4]

7
BAB III

TUJUAN DAN MAFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menentukan karakteristik beban (load profile) di pulau samalona


untuk menentukan kapasitas masing – masing pembangkit hibrid.
2. Untuk menentukan kapasitas masing – masing PLTS dan generator set
untuk mencapai kondisi paling efisien dan ekonomis.
3. Untuk menghitung efisiensi dan ekonomis dari pembangkit listrik tenaga
hybrid (PLTH).
4. Untuk membuat pemodelan pembangkit listrik tenaga hybrid yang terdiri
atas pembangkit listrik tenaga surya dan generator set.

3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat berupa memberikan pengalaman dan


meningkatkan pengetahuan dosen muda sebagai peneliti. Penelitian ini juga akan
meningkatkan wawasan penulis sehingga dapat meningkatkan kualitas sebagai
tenaga pengajar. Selain bagi diri penulis sendiri, penelitian ini juga dapat
memberikan konstribusi bagi masyarakat. Sistem hybrid renewable energi banyak
dirancang untuk kebutuhan daerah pinggiran atau terpencil yang belum dijangkau
oleh jaringan listrik. Sistem ini dinilai ekonomis karena pembangunannya yang
mudah dan dapat mengurangi biaya transimisi dan ditribusi. Oleh sebab itu
penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan untuk penyediaan energi listrik
bagi daerah – daerah terpencil khususnya di Indonesia. Sehingga dengan adanya
energi listrik dapat mendorong pembangunan daerah tertinggal atau terpencil tidak
hanya dalam sektor pembangunan infrastruktur tetapi juga sektor ekonomi dan
pendidikan masyarakat.

8
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid adalah di pulau


Samalona, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Maret – September 2017.

4.2 Teknik Pengambilan Data

1. Sumber data
Dalam penelitian ini, terdapat dua sumber data yang akan digunakan
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan berupa data load
profile dan biaya operasional existing plant. Sedangkan data sekunder yang
digunakan adalah data sheet dari komponen pembangkit seperti photovoltaic,
baterei, charge regulator, inverter, dan generator set. Selain profil komponen, data
irradiation (kWh/m2/day), clearness index, dan karakteristik cuaca di pulau
Samalona diperoleh dari website www.eosweb.larc.nasa.gov/sse/
2. Teknik pengambilan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi di
lapangan. Data load profile dapat diperoleh dengan mengobservasi besar daya tiap
rumah tangga yang ada di pulau samalona dengan membuat quisioner. Teknik ini
memungkinkan dilakukan karena jumlah rumah tangga di pulau ini masih sedikit.
Adapun data yang diperoleh dari quisioner yaitu Jenis beban listrik (watt), waktu
beroperasi (hour), existing plant, biaya operasional existing plant.

9
4.3 Tenik Analisis Data
Pada penelitian ini ada dua teknik analisis data yang dilakukan untuk
menentukan desain sistem PLTH dan nilai ekonomis yaitu :
1. Analisis secara teknis

Analisis secara teknis dilakukan untuk menentukan konfigurasi dan desain


sistem PLTH. PLTH yang direncanakan terdiri atas PLTS dan genset. Pada setiap
pembangkit ini terdapat komponen – komponen seperti :
- Modul PV
- Kabel
- Baterei
- Charge regulator
- Inveter
- Genset

Untuk menentukan konfigurasi setiap komponen – komponen diatas maka


dilakukan analisis teknis berdasarkan teori perancangan dan perhitungan PLTH.
2. Analisis HOMER

Untuk membangun sebuah sistem seperti PLTH, untuk memperoleh sistem


yang efektif dan ekonomis, analisis secara teknis saja tidak cukup. Oleh karena itu
dilakukan analisis dengan menggunakan software HOMER untuk memperoleh
konfigurasi sistem PLTH yang paling efektif dan ekonomis.

10
4.4. Perancangan PLTH

Untuk melakukan perancangan PLTH, terdapat beberapa langkah yang

perlu di perhatikan yaitu :

1. Menentukan Load Profile


Load profile dapat di buat dengan melakukan pendataan secara langsung
beban listrik di pulau Samalona. Data tersebut kemudian disajikan dalam
bentuk grafik.
2. Perancangan PLTH

a. Perancangan photovoltaic
1) Menentukan besar beban listrik (kW)
2) Menentukan Daily Irradiation (kWh/m2/day)
3) Menentukan konfigurasi sistem PLTS

Charge
PV Battery Inverter Load (AC)
regulator

Gambar 4.1 Konfigurasi PLTS

4) Menghitung daya PLTS terpasang

Besar daya PV:


𝐿𝑜𝑎𝑑
𝑃𝑃𝑉 =
𝜂𝑐𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑥 𝜂𝑟𝑒𝑔 𝑥 𝜂𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝜂𝑖𝜂𝑣
Dimana :
PPV = Daya PV
ηcable = efisiensi kabel
ηreg = efisiensi regulator
ηbat = efisiensi baterei
ηinv = efisiensi inverter
𝑃𝑃𝑉
𝑃𝑝𝑒𝑎𝑘 =
𝑃𝑆𝐻
Dimana :
Ppeak = Daya PV puncak

11
PPV = Daya PV
PSH = Peak Solar Hours
5) Menentukan tegangan sistem

Besar tegangan baterei yang tersedia pada umumnya adalah tegangan 6 volt, 12
volt, dan 48 volt. Pada sistem ini nominal tegangan yang digunakan adalah 12 volt.
6) Menentukan jumlah modul terpasang seri dan paralel

𝑉𝐷𝐶
N𝑠 =
𝑉𝑚
𝑃𝑝𝑒𝑎𝑘
N𝑝 =
𝑃𝑚 𝑥 N𝑠

Dimana :
Ns = Jumlah modul terpasang seri
Np = Jumlah modul terpasang paralel
VDC = Tegangan DC sistem
Vm = Tegangan modul
Ppeak = Daya puncak beban
Pm = Daya modul
7) Menentukan kapasitas baterei

n x load
𝐶𝐵 =
𝑑𝑒𝑝𝑡ℎ
Dimana :
CB = Kapasitas kabel (Ah)
n = jumlah hari operasi baterei
depth =
8) Melakukan pemilihan charge regulator da inverter

𝑉𝑖n = 𝑉𝐷𝐶
𝑃𝑝𝑒𝑎𝑘
𝐼in =
𝑉𝐷𝐶
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝐴𝐶

12
𝑃𝑜𝑢𝑡
𝐼𝑜𝑢𝑡 =
𝑉𝑜𝑢𝑡
Dimana :
Vin = Tegangan input inverter
Iin = Arus input inverter
Vout = Tegangan output Inveter
Iout = Arus output inverte
Pout = Daya output inverter
VDC = Tegangan pada sisi DC
VAC = Tegangan pada sisi AC

b. Penentuan Kapasitas Generator Set (Genset)

3. Menentukan konfigurasi PLTH

Gambar. 4.2 Konfigurasi sistem PLTH

4. Analisis menggunakan Software HOMER

13
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Estimasi Beban Listrik di Pulau Samalona

Pulau Samalona adalah salah satu pulau yang masuk dalam wilayah
kecamatan Ujung Pandang, kota Makassar. Pulau ini merupakan salah satu objek
wisata yang cukup terkenal di kota Makassar dan sekitarnya. Banyak wisatawan
domestik bahkan wisatawan asing menghabiskan liburan mereka di pulau ini.
Dengan memiliki luas daratan sekitar 2 hetkar, pulau ini dihuni oleh 13 kepala
keluarga. Selain dihuni oleh 13 kepala keluarga, di pulau ini juga menyediakan
beberapa penginapan dengan minim fasilitas akibat keterbatasan energi listrik.
Masyarakat pulau Samalona memperoleh aliran listrik atas swadaya
masyarakat sendiri dengan menggunakan genset. Estimasi penggunaan energi
listrik di pulau ini ditunjukkan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Estimasi beban residensial di pulau Samalona, Makassar
Daya Jumlah Waktu Watt
Rumah Jenis Beban
(watt) (unit) Operasi (jam) hour
Lampu 20 6 4 480
Rumah 1 TV 90 2 3 540
Kipas Angin 40 2 4 320
pompa air 125 1 2 250
Lampu 20 7 5 700
TV 80 1 4 320
Rumah 2
Kipas Angin 40 2 3 240
Pompa Air 125 1 2 250
Lampu 20 10 5 1000
TV 90 2 4 720
Rumah 3
Kipas Angin 45 2 4 360
Pompa Air 125 1 2 250
Lampu 20/10 5/2 5 600
Rumah 4 TV 45 1 5 225
Pompa Air 125 1 2 250
Lampu 20 6 4 480
Rumah 5 Kipas Angin 40 2 4 320
TV 45 1 4 180

14
Pompa Air 125 1 2 250
Lampu 20/10/5 3/3/2 3 300
Kipas Angin 40 2 3 240
Rumah 6
TV 45 1 3 135
Pompa Air 125 1 2 250
Lampu 20/10/25 5/1/1 3 480
Kipas Angin 40 1 3 120
Rumah 7
TV 45 1 3 135
Pompa Air 125 1 2 250
Lampu 20/18/5 5/5/3 4 940
Kipas Angin 40 2 4 320
Rumah 8
TV 45 3 4 540
Pompa Air 125 1 2 250
Lampu 18/5 2/2 3 138
Rumah 9 TV 45 1 3 135
Pompa Air 125 1 1 125
Lampu 20/10 3/2 3 240
Kipas Angin 40 1 3 120
Rumah 10
TV 90 1 3 270
Pompa Air 125 1 1 125
Lampu 20/10 2/3 3 210
Rumah 11 TV 90 1 3 270
Pompa Air 125 1 1 125
Lampu 18/20 2/3 3 288
Rumah 12 TV 90 1 3 270
Pompa Air 125 1 1 125
Lampu 18 5 3 270
Rumah 13 TV 45 1 3 135
Kipas Angin 40 1 3 120
Lampu 20/10 26/20 8 5760
Penginapan*
Kipas Angin 40 20 18 14400
*Beroperasi saat weekend

Berdasarkan tabel 5.1 beban harian di pulau Samalona dapat di tentukan seperti
terlihat pada tabel 5.2. Beban listrik pada saat weekdays dan weekend berbeda
secara signifikan. Hal ini disebabkan karena pada saat libur banyak pengunjung
sehingga beban listrik bertambah.

15
Tabel 5.2 Daily load
Beban (Watt)
No Waktu
Weekdays Weekend
1 00.00 – 00.01 0 0
2 01.00 – 00.02 0 0
3 02.00 – 00.03 0 0
4 03.00 – 00.04 0 0
5 04.00 – 00.05 0 0
6 05.00 – 00.06 0 720
7 06.00 – 00.07 0 720
8 07.00 – 00.08 0 800
9 08.00 – 00.09 0 800
10 09.00 – 00.10 0 800
11 10.00 – 00.11 0 800
12 11.00 – 00.12 0 800
13 12.00 – 00.13 0 800
14 13.00 – 00.14 0 800
15 14.00 – 00.15 0 800
16 15.00 – 00.16 0 800
17 16.00 – 00.17 0 800
18 17.00 – 00.18 0 800
19 18.00 – 00.19 3727 5247
20 19.00 – 00.20 4167 5687
21 20.00 – 00.21 3757 5277
22 21.00 – 00.22 1980 3500
23 22.00 – 00.23 940 2460
24 23.00 – 00.24 0 1520
Total Beban 14571 33931

Dari tabel 5.2 terlihat bahwa beban listrik di pulau Samalona saat weekdays
dan weekend berbeda secara signifikan. Pada hari kerja (Senin – Jumat) beban
listrik tercatat hanya 14,571 kWh sedangkan pada akhir pekan beban meningkat
akibat banyaknya pengunjung yaitu sebesar 33,931 kWh. Agar beban baik saat hari
kerja maupun akhir pekan dapat terpenuhi, maka untuk perancangan digunakan
beban weekend yaitu 33,931 kWh ≈ 34 kWh.

16
5.2 Daily Radiation pulau Samalona

Setiap daerah di muka bumi ini memiliki karakteristik penyinaran matahari


yang berbeda – beda. Seperti halnya di pulau Samalona. Tabel 5.3 menunjukkan
karakteristik Daily Radiation pulau Samalona. Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa
pulau Samalona menerima sinar matahari terbesar pada bulan September yaitu
sebesar 7,22 kWh/m2/day sedangkan bulan yang menerima sinar matahri paling
kecil adalah pada bulan Januari yaitu 4,57 kWh/m2/day.
Tabel 5.3 Karakteristik penyinaran matahari di pulau Samalona
Sumber : www.eosweb.larc.nasa.gov/sse/
Daily
Clearness
Month Radiation
index
(kWh/m2/day)
Jan 0,432 4,57
Feb 0,452 4,84
Mar 0,546 5,75
Apr 0,596 5,91
May 0,653 5,97
Jun 0,652 5,67
Jul 0,671 5,95
Aug 0,703 6,7
Sep 0,706 7,22
Okt 0,666 7,05
nov 0,577 6,09
Dec 0,453 4,75

Pada sistem photovoltaik data daily radiation sangat perlu karena


menentukan jumlah daya yang dapat dihasilkan oleh solar cell. Oleh karena itu, agar
beban dapat terpenuhi sepanjang waktu maka bulan dengan daily radiation terkecil
yang dipilih. Berdasarkan tabel 5.2 daily radiation terkecil adalah pada bulan
Januari yaitu 4,57 kWh/m2/day.

17
5.3 Load Profile

Berdasarkan tabel 5.1 load profile beban listrik di pulau Samalona dapat di
tunjukkan pada gambar 5.1 dan 5.2. Karakteristik beban di pulau Samalona pada
weekdays dan weekend sangat berbeda. Hal ini disebabkan karena pulau Samalona
adalah salah satu destinasi liburan pada saat weekend baik wisatawan domestik
maupun mancanegara. Oleh karena itu konsumsi listrik pada akhir pekan meningkat
secara signifikan dimana pada hari – hari biasa penggunaan listrik yaitu 14,571
kWh sedangkan pada saat akhir pekan meningkat menjadi 33,931 kWh.

Gambar 5.1 Load Profile saat weekdays

Pada gambar 5.1 menujukkan penggunaan alat – alat listrik umumnya


dilakukan hanya pada malam hari yaitu berkisar pukul 6 sore hingga 12 malam.
Sedangkan pada weekend penggunaan alat listrik hampir sepanjang hari yaitu mulai
jam 4 pagi hingga jam 12 malam.

18
Gambar 5.2 Load Profile saat weekend

5.4 Sistem PLTH

1. Analisis secara teknis

a. Untuk sistem PLTS

- Total beban harian


Load = 33,931 kWh ≈ 34 kWh
- Daya PV
𝐿𝑜𝑎𝑑
𝑃𝑃𝑉 =
𝜂𝑐𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑥 𝜂𝑟𝑒𝑔 𝑥 𝜂𝑏𝑎𝑡 𝑥 𝜂𝑖𝜂𝑣

34 𝑘𝑊ℎ
𝑃𝑃𝑉 = = 49,28 𝑘𝑊ℎ
0,95 𝑥 0,8 𝑥 0,95 𝑥 0,95

Untuk mengetahui daya puncak PLTS maka dipilih PSH pada bulan dengan
kondisi cuaca paling buruk atau intensitas penyinaran mataharinya paling sedikit.
Berdasarkan tabel 4.3, bulan Januari adalah bulan dimana daily radiation nya paling
kecil yaitu 4,57 kWh/m2/day sehingga PSH sama dengan 4,57 h/day.

19
𝑃𝑃𝑉
𝑃𝑝𝑒𝑎𝑘 =
𝑃𝑆𝐻

49,28 𝑘𝑊ℎ/𝑑𝑎𝑦
𝑃𝑝𝑒𝑎𝑘 = = 10,8 𝑘𝑊𝑝
4,57 ℎ/𝑑𝑎𝑦
- Jumlah modul PV
Jumlah modul terpasang seri
𝑉𝐷𝐶
N𝑠 =
𝑉𝑚
12 𝑣𝑜𝑙𝑡
N𝑠 = = 3 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
4 𝑣𝑜𝑙𝑡
Jumalah modul terpasang paralel
𝑃𝑝𝑒𝑎𝑘
N𝑝 =
𝑃𝑚 𝑥 N𝑠
10,8 𝑘𝑊𝑝
N𝑝 = = 36 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙
100 𝑊𝑝 𝑥 3
Total modul PV = Ns x Np = 3 x 36 = 108 modul
- Kapasitas Baterei
n x load
𝐶𝐵 =
𝑑𝑒𝑝𝑡ℎ
𝑙𝑜𝑎𝑑 𝑥 𝜂𝑐𝑎𝑏 34 𝑘𝑊ℎ 𝑥 0,95
nx ( ) 7𝑥 ( )
𝑉𝐷𝐶 12
𝐶𝐵 = = = 20691 𝐴ℎ
𝑑𝑒𝑝𝑡ℎ 0,7

- Pemilihan Charge regulator dan Inverter


𝑉𝑖n = 𝑉𝐷𝐶 = 12 Volt
𝑃𝑝𝑒𝑎𝑘 10,8 𝑘𝑊𝑝
𝐼in = =
𝑉𝐷𝐶 12 𝑣𝑜𝑙𝑡

𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝐴𝐶 = 220 Volt

b. Sumber Genset (Generator set)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik beban di


pulau Samalona pada saat hari biasa (Senin – Jumat) berbeda secara signifikan
dengan karakteristik beban pada saat akhir pekan. Oleh karena itu mempengaruhi

20
total beban pada waktu – waktu tersebut. Adapun pada saat hari biasa total beban
harian hanya berkisar 14,571 kWh sedangkan ada saat akhir pekan meningkat
secara drastis menjadi 33,391 kWh. Oleh sebab itu untuk kapasitas genset yang di
gunakan adalah 2 x 25 kWh.

2. Analisis dengan software HOMER


- Konfigurasi sistem PLTH

Gambar 5.3 Konfigurasi sistem PLTH

Konfigurasi sistem PLTH hasil dari analisis teknis kemudian dijadikan


rujukan sebagai input untuk simulasi HOMER. Gambar 5.3 menujukkan
konfigurasi sistem tersebut. Komponen dari PLTH terdiri atas genset sebanyak 2
unit, beban, converter, dan baterei.

21
Gambar 5. 4 Konfigurasi PLTH berdasarkan nilai NPC

Gambar 5.4 menunjukkan konfigurasi – konfigurasi sistem PLTH beserta nilai


NPCnya masing – masing. Dari simulasi HOMER ini terlihat bahwa sistem PLTH
yang memiliki nilai NPC terendah adalah konfigurasi sistem yang terdiri atas PLTS
dengan kapasitas 10 kWh, genset dengan kapasitas 25 kWh, baterei, dan inverter.
Nilai NPC konfigurasi ini adalah Rp 723.000.000,-. Konfigurasi lainnya memiliki
nilai NPC masing – masing Rp 847.000.000, Rp 1.360.000.000, Rp 1.480.000.000,
Rp 1.580.000.000, dan Rp 1.700.000.000,-. Oleh karena itu konfigurasi dengan
nilai NPC terendah dipilih sebagai konfigurasi PLTH yang paling baik.

22
Gambar 5.5 Klasifikasi biaya PLTH berdasarkan jenis biaya

Gambar 5.5 menunjukkan nilai NPV (Net Present Value) biaya PLTH
berdasarkan jenis biaya. Dari grafik terlihat bahwa dari konfigurasi sistem yang
dipilih biaya modal pembangunan merupakan biaya terbesar yaitu sebesar Rp
270.394.737 kemudian disusul dengan biaya bahan bakar genset yaitu Rp
225.327.748,- , operasional dan maintenance Rp 187.206.458, dan biaya
replacement Rp 59.540.475,-. Sedangkan salvage value sistem ini adalah sebesar
Rp 18.970.400,-.

23
Gambar 5.6 Casf flow sistem PLTH

Gamabar 5.6 menunjukkan cash glow dari sistem PLTH selama umur sistem
25 tahun. Biaya terbesar adalah pada tahun pertama karena ini merupakan biaya
modal yang harus dikeluarkan selama pembangunan PLTH. Kemudian biaya O &
M terdapat disetip tahun pembiayaan. Biaya replacement terjadi pada tahun ke 5, 9,
10, 14, 18, 19, 20, dan 22. Salvage value bernilai positif karena biaya ini merupakan
income dari sistem.

24
BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Adapun rencana tahapan berikutnya adalah :

1. Menghitung biaya ril existing plant berdasarkan data pada tabel 4.1.

2. Membandingkan hasil perhitungan data ril dengan hasil analisis menggunakan

software HOMER

3. Menarik kesimpulan atas hasil penelitian.

4. Membuat laporan akhir hasil penelitian.

5. Membuat draft jurnal hasil penelitian.

6. Publikasi jurnal hasil penelitian.

25
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Load profile beban listrik di pulau Samalona menunjukkan bahwa load
profile pada waktu weekend dan pada waktu weekdays berbeda secara
signifikan. Beban puncak saat weekdays adalah sebesar 14,571kWh
sedangkan pada weekend adalah sebesar 33,931kWh. Aliran listrik pada
saat weekdays ON kurang lebih 3-6 jam perhari sedangkan pada saat
weekend selama ± 20 jam perhari.
2. Berdasarkan perhitungan secara Teknis dan secara ekonomis kapasitas
pembangkit PLTS adalah sebesar 10 kWh dan kapasitas genset adalah
sebesar 25 kWh.
3. Berdasarkan Analisis dengan HOMER besar initial capital untuk PLTH
adalah sebesar Rp 270.000,- dimana nilai NPC adalah sebesar Rp
723.000.000,-.

B. SARAN

Pada penelitian ini hanya berfokus pada kelayakan teknis dan ekonomis dari
sistem PLTH di pulau Samalona. Diharapkan pada penelitian berikutnya dapat
dirancang sistem yang lebih baik yang lebih dengan inovasi terbaru. Selain itu dapat
pula dirancang sistem pembiayaan atau sistem operasional dari PLTH di pulau
Samalona.

26
DAFTAR PUSTAKA

27

Anda mungkin juga menyukai