OLEH:
KELOMPOK 11
KELAS A
ANGGOTA:
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Proses lanjutan pengolahan air”
telah dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas sistem utilitas.
Untuk bisa mewujudkan makalah ini, penulis beserta anggota kelompok menemui
berbagai kendala yang harus dilalui. Namun, berkat dorongan dan bantuan baik moril
maupun materil dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat juga diselesaikan
dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin
untuk menghasilkan hasil yang terbaik. Namun penulis mengharapkan kritik dan saran
guna penyempurnaan tulisan makalah ini. Penulis dan anggota berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga ALLAH SWT senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Karunia-nya kepada kita semua, Amin.
Penulis
1. TEKNOLOGI MEMBRAN
Teknologi membran bekerja berdasarkan suatu “tabir penghalang” yang selektif,
yang memungkinkan suatu proses pemisahan dari suatu spesi atau spesi-spesi tertentu
dalam suatu fluida dengan mekanisme kombinasi antara metode “penyaringan” dan
“difusi serapan”. Peristiwa penyaringan memerlukan gaya penggerak (driving force)
berupa tekanan ( p), sedangkan peristiwa difusi memerlukan gaya penggerak
konsentrasi zat terlarutnya ( c). Secara fundamental, prinsip pemisahan yang ada dapat
dibagi atas 2 bagian besar, yaitu:
(a). Operasi penyaringan yang memanfaatkan penyaring (membran atau tapis)
secara maksimal sedemikian rupa sehingga semua partikel yang lebih besar
dari ukuran pori filter tidak akan lolos, sedangkan seluruh fluida dipaksa
melewati saringan. Dalam hal ini, arah aliran fluidanya benar-benar tegak
lurus terhadap bidang saringan, oleh karenanya, prinsip penyaringan
konvensional seperti ini disebut dead-end filtration atau perpendicular
filtration. Prinsip penyaringan seperti ini hanya memiliki dua arah aliran
saja, yaitu aliran umpan (masukan) dan aliran produk (keluaran)
(b). Jika aliran dalam arah tangensial sepanjang membran dimanfaatkan untuk
membersihkan secara kontinyu permukaan tapis sehingga dapat mengurangi
dampak pembentukan lapisan kerak atau kotoran lainnya (fouling) akibat
aliran umpan yang mengandung molekul-molekul makro dan partikel besar
lainnya, disebut filtrasi aliran silang (cross flow filtration). Membran aliran
silang memberikan keuntungan dalam hal umur pemakaian yang lama dan
ukuran alat yang minimal. Prinsip filtrasi aliran silang memiliki tiga arah
aliran, yaitu aliran umpan (masukan), aliran produk encer (permeat), dan
aliran konsentrat atau produk kental (retentate atau reject).
Komponen
Tekanan
Membran tertolak Aplikasi proses
transmembran
(MWCO)
RO lebih besar 10 - 70 bar Desalinasi,
dari 150-250 penghilangan
dalton garam (desalting),
pemurnian air umpan
ketel, pralakuan untuk
proses pertukaran ion,
produksi air ultramurni
(ultrapure water
production).
NF lebih besar 9 - 16 bar Penyisihan
dari 1000 kesadahan,depolusi
dalton mikrobiologi dan
zat organik, penyisihan
zat warna dan warna ir
(dye desalting and
color
removal).
2. TEKNOLOGI OZON
Dalam kondisi ambien, ozon (O3) berbentuk gas yang berwarna biru, berbau amis
menyengat sebagai bentuk molekul alotropik oksigen (O2) yang tidak stabil (meta-
stable) sehingga keberadaannya di udara relatif singkat, hanya sekitar 5 sampai 30
menitan saja. Ketidakstabilan ozon ini yang menyebabkan molekul ozon tidak dapat
disimpan ataupun ditransportasikan dengan mudah dari satu tempat ke tempat lainnya,
sehingga gas ozon umumnya diproduksi di daerah dekat ia diaplikasikan (in situ).
Karakteristik fisik dari ozon adalah sebagai berikut:
massa molar : 48 g/mol
kerapatan relatif terhadap udara : 1,657
berat jenis pada O ºC dan 760 mmHg : 2,143 kg/m3
panas pembentukan pada volum tetap : 143 kJ/mol (34,2 kkal/mol).
Keberadaan ozon di alam diakibatkan oleh dua hal, yang pertama adalah karena
peristiwa alamiah, yaitu adanya ionisasi udara oleh petir (pada saat udara mendung,
banyak hujan dan banyak petir). Keberadaan ozon yang kedua adalah karena
pembuatan (secara artifisial) ozon oleh tegangan listrik tinggi (coronna discharge)
ataupun oleh adanya pancaran gelombang UV. Pembuatan ozon dengan tegangan
listrik jauh lebih efektif dan disukai, karena produktivitasnya yang tinggi walaupun
energi yang diterapkan relatif cukup besar.
Proses pembuatan senyawa ozon pada umumnya menggunakan bahan baku udara
dan atau oksigen murni yang dilewatkan di antara 2 elektroda yang saling berdekatan
yang dialiri arus listrik tegangan tinggi (antara 10 sampai 25 kilovolt). Korona energi
tinggi yang terbentuk di antara kedua elektroda tersebut memicu terurainya O2 menjadi
dua molekul oksigen tunggal (radikal oksigen) yang kemudian bergabung dengan 2
molekul O2 lainnya untuk membentuk 2 molekul ozon, seperti disajikan secara
sederhana pada gambar 1. di bawah ini.
Ozon pertama kali digunakan sebagai senyawa disinfeksi dalam distribusi air
minum di negara Perancis pada awal 1900-an. Pada saat ini pemakaiannya telah
berkembang dengan sangat pesat, yaitu hampir sekitar 1000 instalasi disinfeksi dengan
ozon telah dibangun (pada umumnya untuk pengolahan air minum), terutama di Eropa
dan Amerika Utara. Penggunaan ozon pada instalasi-instalasi pengolahan tersebut pada
umumnya ditujukan untuk pengendalian rasa air, bau dan zat-zat yang menimbulkan
warna. Ozon banyak dipakai sebagai disinfektan dan proses depolusi air dalam
pengolahan air bersih dan air minum karena sifatnya sebagai oksidator yang sangat
kuat, hampir 6 kali lebih kuat dari gas klor.
Ozon juga dapat digunakan dalam pengolahan air bersih dan air minum untuk
pengendalian bau dan dalam pengolahan lanjut untuk penyisihan zat-zat organik
berbahaya yang terlarut dalam air limbah, sebagai pelengkap yang potensial dari proses
pengolahan dengan adsorben karbon-aktif dan atau zeolit alam.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sampai saat ini pengembangan aplikasi
teknologi ozon yang paling dominan adalah dalam bidang pengolahan air bersih dan
atau air minum. Jika dilihat dari segmentasi pengolahan air di industri, maka aplikasi
teknologi ozon ini dapat direalisasikan pada posisi-posisi berikut:
(a). Pengolahan primer (primary treatment), sebagai coagulant aid pada
proses sedimentasi dan koagulasi, selain juga untuk membantu proses
penyisihan warna. Dengan dosis ozon sekitar 0,3 – 1,0 mg/L, proses pre-
ozonasi ini dapat menghemat koagulan alum sampai sekitar 30 – 50 persen
(dari sekitar 25 mg/L alum menjadi 14 mg/L). Selain itu juga, pre-ozonasi
ini juga dapat digunakan untuk menurunkan turbiditas dari air baku
sekaligus memperbaiki performa pengendapan floc pada dosis alum yang
rendah. Pada tahan ini juga, pro-ozonasi sangat membantu dalam
menurunkan nilai TDS (total dissorlve solid) dari air baku yang digunakan,
dan hasilnya akan lebih ekonomis lagi jika menggunakan pre-ozonasi
dengan katalis (karbon aktif atau senyawa-senyawa silika-alumina seperti
zeolit).
(b). Pengolahan sekunder (secondary treatment), yang digunakan secara efektif
untuk menekan pertumbuhan bakteri, virus, kista, alga, lumut, warna, dan bau.
Ozonasi pada tahap sekunder ini akan sangat ekonomis bila digunakan proses
ozonasi katalititik, yaitu proses ozonasi dengan menggunakan katalis-katalis
alumina, zeolit, dan GAC (karbon aktif dalam bentuk granul).
(c). Pada tahap “Pengolahan lanjut”, ozon digunakan untuk proses-proses
disinfeksi sterilisasi air produk menggantikan peranan gas klor. Selain itu
juga, ozonasi dalam tahap ini berperan dalam memperbaiki estetika air (rasa
dan bau) sedemikian rupa sehingga kualitas air minum yang dihasilkan berada
dalam kondisi terbaik.
Bila diperhatikan semua peranan ozon secara umum, dimulai dari proses
pengolahan primer sampai ke proses tahap lanjut, maka keuntungan-keuntungan yang
dapat dipeoleh dari aplikasi teknologi ozon ini adalah sebagai berikut:
Disisi lain, beberapa kelemahan atau kendala dari aplikasi teknologi ozon ini di
antaranya adalah sebagai berikut:
Ozon merupakan gas atau senyawa kimia yang beracun (TLV dari OSHA
adalah 0,1 ppm), yang tingkat peracunannya berbanding lurus dengan
konsentrasi dan waktu paparan.
Biaya ozonasi lebih tinggi dari klorinasi.
Instalasi peralatan umumnya relatif lebih kompleks dari klorinasi.
Suatu katalis perusak ozon sangat disarankan untuk dipasang pada bagian
keluaran, untuk mencegah terjadinya keracunan dan kebakaran akibat ozon.
Dapat menghasilkan senyawa-senyawa karbonil (aldehida dan keton) yang
tidak diinginkan, terutama bila waktu kontak terlalu