Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SISTEM UTILITAS

ADVANCE PROCESS WATER TREATMENT


(PROSES LANJUTAN PENGOLAHAN AIR)

OLEH:

KELOMPOK 11
KELAS A

ANGGOTA:

FADHILAH FIRZA (1507116821)


ALBI FADHLAH RAMADHAN (1507123906)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Proses lanjutan pengolahan air”
telah dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas sistem utilitas.
Untuk bisa mewujudkan makalah ini, penulis beserta anggota kelompok menemui
berbagai kendala yang harus dilalui. Namun, berkat dorongan dan bantuan baik moril
maupun materil dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat juga diselesaikan
dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin
untuk menghasilkan hasil yang terbaik. Namun penulis mengharapkan kritik dan saran
guna penyempurnaan tulisan makalah ini. Penulis dan anggota berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga ALLAH SWT senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Karunia-nya kepada kita semua, Amin.

Pekanbaru, 28 September 2018

Penulis
1. TEKNOLOGI MEMBRAN
Teknologi membran bekerja berdasarkan suatu “tabir penghalang” yang selektif,
yang memungkinkan suatu proses pemisahan dari suatu spesi atau spesi-spesi tertentu
dalam suatu fluida dengan mekanisme kombinasi antara metode “penyaringan” dan
“difusi serapan”. Peristiwa penyaringan memerlukan gaya penggerak (driving force)
berupa tekanan ( p), sedangkan peristiwa difusi memerlukan gaya penggerak
konsentrasi zat terlarutnya ( c). Secara fundamental, prinsip pemisahan yang ada dapat
dibagi atas 2 bagian besar, yaitu:
(a). Operasi penyaringan yang memanfaatkan penyaring (membran atau tapis)
secara maksimal sedemikian rupa sehingga semua partikel yang lebih besar
dari ukuran pori filter tidak akan lolos, sedangkan seluruh fluida dipaksa
melewati saringan. Dalam hal ini, arah aliran fluidanya benar-benar tegak
lurus terhadap bidang saringan, oleh karenanya, prinsip penyaringan
konvensional seperti ini disebut dead-end filtration atau perpendicular
filtration. Prinsip penyaringan seperti ini hanya memiliki dua arah aliran
saja, yaitu aliran umpan (masukan) dan aliran produk (keluaran)

(b). Jika aliran dalam arah tangensial sepanjang membran dimanfaatkan untuk
membersihkan secara kontinyu permukaan tapis sehingga dapat mengurangi
dampak pembentukan lapisan kerak atau kotoran lainnya (fouling) akibat
aliran umpan yang mengandung molekul-molekul makro dan partikel besar
lainnya, disebut filtrasi aliran silang (cross flow filtration). Membran aliran
silang memberikan keuntungan dalam hal umur pemakaian yang lama dan
ukuran alat yang minimal. Prinsip filtrasi aliran silang memiliki tiga arah
aliran, yaitu aliran umpan (masukan), aliran produk encer (permeat), dan
aliran konsentrat atau produk kental (retentate atau reject).

Ditinjau dari energinya, pemisahan dengan membran memiliki


keunggulan dibandingkan evaporasi dan distilasi: tidak ada perubahan fasa yang
diperlukan (tidak ada energi dalam bentuk panas yang diperlukan, termasuk untuk
panas laten). Oleh karena itulah, dalam dunia industri kimia, teknologi membran sangat
tepat digunakan untuk proses-proses pemurnian, pemekatan, fraksionasi, dan produksi
bahan-bahan dan atau produk-produk dengan kualitas utama dibandingkan dengan
proses-proses konvensional (seperti: distilasi, evaporasi, ekstraksi, dll.).
Penyaringan dengan teknologi membran secara selektif dapat memisahkan
komponen-komponen dari campuran induknya dalam rentang ukuran partikel dan berat
molekul yang sangat bervariasi, mulai dari material-material makromolekul, seperti
kanji dan protein, sampai ion-ion monovalen seperti Na+, K+ dan lain-lain. Secara
umum, membran yang akan digunakan sebaiknya dipilih berdasarkan ukuran porinya
yang lebih kecil dari ukuran ukuran partikel yang terkecil (yang ada dalam aliran di
umpan) yang akan disaring oleh membran.
Berdasarkan ukuran pori dari membran yang digunakan, secara umum spektrum
kerja membran dapat dibagi atas 4 kategori seperti dijelaskan di bawah ini (lihat juga
tabel 1).

(a). Membran Mikrofiltrasi (MF)


Secara umum, membran MF dijumpai dalam 2 (dua) bentuk atau mode filtrasi,
yaitu filtrasi aliran silang (cross-flow separation) dan filtrasi konvensional (dead-end
filtration). Dalam pemisahan secara aliran silang, terjadi graduasi perbedaan tekanan
(pressure differential) sepanjang membran. Fenomena tersebut mengakibatkan
sejumlah (kecil) fluida menembus membran, sementara fluida sisanya terus mengalir
di sepanjang permukaan membran sambil membersihkannya. Di sisi lain, filtrasi dead-
end paling sering dijumpai di pasaran dalam bentuk cartridge filter, yang umur
operasinya jauh lebih singkat dibandingkan dengan filtrasi membran.
Ukuran pori dari membran MF ini adalah dalam rentang 0,03 – 10 m sehingga
dapat menghambat ukuran partikel-partikel (seringkali disebut molecular weight
cutting off atau MWCO) yang lebih besar dari 100.000 dalton, dan beroperasi pada
tekanan yang relatif rendah, yaitu antara 0,3 – 3,5 bar dan kecepatan aliran silang
(cross-flow velocity) sebesar 3 – 6 m/detik dalam modul tubular. Dalam skala industri,
membran MF banyak dijumpai dalam konfigurasi operasi multi-tahap atau multistage
(stages-in-series) terutama untuk proses pra-pemisahan material-material makro,
suspensi-suspensi terlarut (koloid), pasir, endapan, lempung, Giardia lamblia,
Cryptosporidium cysts, algae, beberapa jenis spesi bakteri, dan juga proses-proses
pemisahan fluida dari aliran umpan. Konfigurasi membran MF ini tidak dapat
menyisihkan baik prokursor-prekursor maupun produk-produk reaksi samping dari zat-
zat disinfektan (disebut DBP, disinfectant by products) seperti klor, hipoklorit,
kloramin, dan ozon

(b). Membran Ultrafiltrasi (UF)


Membran UF lebih banyak digunakan untuk pemisahan campuran berbagai
macam fluida dan ion-ion (macromolekular). Membran UF bekerja pada tekanan
relatif rendah untuk proses fraksionasi, oleh karena itu disebut juga low-pressure
fractionation (berdasarkan ukuran komponen yang akan dipisahkan). Membran UF
memiliki ukuran pori efektif sekitar 10 kali lebih besar dari nanofiltrasi (NF), yaitu
sekitar 1,5 – 7,0 bar, sehingga energi yang dibutuhkan untuk pengoperasian membran
UF lebih kecil dibandingkan membran NF. Salah satu contoh umum dari penggunaan
membran UF di industri adalah proses pemisahan dan penggunaan ulang (recovery)
pigmen cat dari resin cat. Membran UF dapat digunakan untuk berbagai tujuan
lainnya, seperti: pemekatan koloni bakteria, produksi beberapa jenis protein
makromolekul, zat-zat pewarna (dyes), dan konstituen-konstituen lainnya yang
memiliki MWCO antara 10,000 – 100.000 dalton. Ukuran pori membran UF adalah
sekitar 0,002 – 0,1 mikron ( m atau mikrometer) sehingga konfigurasi sebesar ini tidak
tepat digunakan untuk pemisahan garam-garam terlarut (terutama monovalen dan
divalen) dan molekul-molekul senyawa organik (proteinm asam humat, dan
prekursor-prekursor reaksi samping dari disinfektan atau DBP).
(c). Membran Nanofiltrasi (NF)
Hampir serupa dengan membran UF, membran NF digunakan untuk pemisahan
campuran berbagai macam fluida dan ion-ion (terutama divalen), dengan energi
tekanan yang dibutuhkan sekitar 3 kali lebih besar dari membran UF (yaitu sekitar 4,0
– 10,0 bar). Energi tersebut digunakan untuk pemisahan partikel-partikel dan atau ion-
ion dengan rentang MWCO sebesar 1000 – 100.000 dalton melalui pori yang lebih
halus dari membran UF (yaitu sekitar 0,001 mikron). Sistem membran NF mampu
menyisihkan polutan-polutan dalam bentuk kista (cyst), bakteria, virus, ion-ion divalen,
zat-zat pewarna (dyes), protein, material-material asam humat, dan prekursor-prekursor
ataupun produk reaksi samping dari disinfektan (DBP), tetapi tidak mampu
menyisihkan molekul-molekul organik dengan berat molekul kecil seperti metanol dan
formaldehida (formalin). Disamping itu juga, sisi lain yang menjadi penyebab jenis
membran ini relatif tidak terlalu banyak dikembangkan (sebagai proses pengolahan
alternatif di industri dibandingkan membran-membran MF dan UF) adalah karena
kebutuhan energinya yang relatif besar. Pengguna terbanyak dari membran NF ini
adalah industri-industri pengolahan air minum di daerah pemukiman (municipal
drinking water plants), untuk menurunkan alkalinitas sampai ambang batas alkalinitas
50 ppm dan regulasi tentang THM (senyawa trihalometana).
Kemampuan membran NF ini yang dapat menyisihkan ion-ion divalen dan
polivalen (muatan ion yang lebih besar dari 2), yang berarti juga mampu menyisihkan
alkalinitas, dapat berdampak pada meningkatnya korosivitas pada air produk
(permeat). Salah satu cara penanggulannya adalah mengamati harga alkalinitas
sekaligus pH dari cairan produk tersebut. Membran NF ini juga mampu menyisihkan
kesadahan air sehingga seringkali membran ini disebut juga membran pelunak
(softening membrane). Di sisi lain, produk pekatan (konsentrat) dari membran NF ini
perlu diperhatikan tau diperlakukan lebih teliti karena dampaknya yang dapat
memberikan presipitasi (fouling) pada dinding membran.
(d). Membran osmosis-balik atau reverse osmosis (RO)
Membran RO, yang sering juga disebut sebagai hiperfiltrasi (hyperfiltration),
merupakan teknologi penyaringan yang paling halus yang dikenal sampai saat ini.
Sistem RO menerapkan teknik-teknik yang paling kompleks, sehingga mampu
menyisihkan partikel-partikel yang memiliki rentang ukuran sebesar ion-ion
monovalen (seperti Na+ dan K+) dari larutan air. Tekanan yang dibutuhkan proses ini
relatif paling tinggi dibandingkan sistem membran sebelumnya, yaitu antara 5 – 70 bar,
yang sebanding dengan tekanan osmotik untuk menembus dinding membran semi-
permeabel tersebut. Teknik membran RO mampu menyisihkan polutan-polutan dalam
bentuk bakteria, virus, garam, gula, protein, zat warna, dan partikel-partikel lainnya
yang memiliki MWCO lebih besar dari rentang 150 – 250 dalton. Proses pemisahan
atau penyisihan ion dengan teknik RO dibantu juga oleh jumlah muatan dalam partikel
yang akan diproses, yang berarti bahwa garam atau ion-ion bermuatan akan lebih
mudah ditolak (rejected) oleh membran dibandingkan senyawa-senyawa organik yang
tidak bermuatan. Makin besar muatan dan ukura partikel, makin besar daya tolek
membran terhadap partikel tersebut.
Teknik RO banyak digunakan untuk proses-proses pemurnian air, karena secara
teoretis mampu menyisihkan hampir semua polutan yang ada. Polutan-polutan air yang
dianggap pang mengganggu adalah: polutan garam-garam (termasuk monoionik dan
radium), zat-zat organik natural, pestisida, kista, bakteria, dan virus, disamping juga
kemampuannya yang baik dalam memperbaiki warna (kejernihan) dan rasa atau sifat-
sifat estetis air lainnya. Walaupun demikian, proses disinfeksi tetap dianjurkan untuk
menjamin keamanan atau kesehatan dalam mengkonsumsi air.
Dalam industri kimia, membran RO dapat digunakan untuk proses pemurnian
fluida-fluida organik dalam industri kimia (dihasilkan dalam aliran konsentrat atau
retentat), seperti etanol, glikol (etilen-glikol), dan gliserol (gliserin).
Beberapa keuntungan potensial dari penggunaan membran RO ini adalah sebagai
berikut:
 Menyisihkan hampir semua ion kontaminan dan juga zat-zat terlarut non-
ionik lainnya,
 Relatif tidak sensitif terhadap kuantitas aliran dan kualitas TDS dari air,
sehingga cocok untuk sistem berukuran kecil yang memiliki fluktuasi
kebutuhan air berdasarkan musim,
 Sistem RO beroperasi secara spontan, tanpa kesenjangan minimum proses
yang berarti,
 Memungkinkan mendapatkan konsentrasi efluen yang sangat rendah,
bahkan sampai nihil (jika dalam konfigurasi seri).

Tabel 1. Karakteristik umum dari keempat jenis teknologi pemisahan dengan


membran.

Komponen
Tekanan
Membran tertolak Aplikasi proses
transmembran
(MWCO)
RO lebih besar 10 - 70 bar Desalinasi,
dari 150-250 penghilangan
dalton garam (desalting),
pemurnian air umpan
ketel, pralakuan untuk
proses pertukaran ion,
produksi air ultramurni
(ultrapure water
production).
NF lebih besar 9 - 16 bar Penyisihan
dari 1000 kesadahan,depolusi
dalton mikrobiologi dan
zat organik, penyisihan
zat warna dan warna ir
(dye desalting and
color
removal).

UF lebih besar dari 1.5 – 7.0 bar Pralakuan awal/akhir


10.000 dalton untuk pertukaran ion,
pemurnian minuman,
pemekatan zat organik
dan enceran minyak
tersuspensi, penyisihan
pirogena, bakteria, virus,
dan koloid.

MF Partikel-partikel 0.3 – 3.5 bar Proses-proses pralakuan


tersuspensi halus awal dalam industri air
dengan ukuran minum, penyisihan
lebih Giardia lamblia,
besar dari 0,1 Cryptosporidium cysts,
meter algae, beberapa spesi
bakteri, dan proses
pemisahan fluida.

2. TEKNOLOGI OZON
Dalam kondisi ambien, ozon (O3) berbentuk gas yang berwarna biru, berbau amis
menyengat sebagai bentuk molekul alotropik oksigen (O2) yang tidak stabil (meta-
stable) sehingga keberadaannya di udara relatif singkat, hanya sekitar 5 sampai 30
menitan saja. Ketidakstabilan ozon ini yang menyebabkan molekul ozon tidak dapat
disimpan ataupun ditransportasikan dengan mudah dari satu tempat ke tempat lainnya,
sehingga gas ozon umumnya diproduksi di daerah dekat ia diaplikasikan (in situ).
Karakteristik fisik dari ozon adalah sebagai berikut:
 massa molar : 48 g/mol
 kerapatan relatif terhadap udara : 1,657
 berat jenis pada O ºC dan 760 mmHg : 2,143 kg/m3
 panas pembentukan pada volum tetap : 143 kJ/mol (34,2 kkal/mol).
Keberadaan ozon di alam diakibatkan oleh dua hal, yang pertama adalah karena
peristiwa alamiah, yaitu adanya ionisasi udara oleh petir (pada saat udara mendung,
banyak hujan dan banyak petir). Keberadaan ozon yang kedua adalah karena
pembuatan (secara artifisial) ozon oleh tegangan listrik tinggi (coronna discharge)
ataupun oleh adanya pancaran gelombang UV. Pembuatan ozon dengan tegangan
listrik jauh lebih efektif dan disukai, karena produktivitasnya yang tinggi walaupun
energi yang diterapkan relatif cukup besar.
Proses pembuatan senyawa ozon pada umumnya menggunakan bahan baku udara
dan atau oksigen murni yang dilewatkan di antara 2 elektroda yang saling berdekatan
yang dialiri arus listrik tegangan tinggi (antara 10 sampai 25 kilovolt). Korona energi
tinggi yang terbentuk di antara kedua elektroda tersebut memicu terurainya O2 menjadi
dua molekul oksigen tunggal (radikal oksigen) yang kemudian bergabung dengan 2
molekul O2 lainnya untuk membentuk 2 molekul ozon, seperti disajikan secara
sederhana pada gambar 1. di bawah ini.
Ozon pertama kali digunakan sebagai senyawa disinfeksi dalam distribusi air
minum di negara Perancis pada awal 1900-an. Pada saat ini pemakaiannya telah
berkembang dengan sangat pesat, yaitu hampir sekitar 1000 instalasi disinfeksi dengan
ozon telah dibangun (pada umumnya untuk pengolahan air minum), terutama di Eropa
dan Amerika Utara. Penggunaan ozon pada instalasi-instalasi pengolahan tersebut pada
umumnya ditujukan untuk pengendalian rasa air, bau dan zat-zat yang menimbulkan
warna. Ozon banyak dipakai sebagai disinfektan dan proses depolusi air dalam
pengolahan air bersih dan air minum karena sifatnya sebagai oksidator yang sangat
kuat, hampir 6 kali lebih kuat dari gas klor.

Gambar 1. Proses pembentukan ozon (O3 ) dari molekul oksigen (O2 ).

Ozon juga dapat digunakan dalam pengolahan air bersih dan air minum untuk
pengendalian bau dan dalam pengolahan lanjut untuk penyisihan zat-zat organik
berbahaya yang terlarut dalam air limbah, sebagai pelengkap yang potensial dari proses
pengolahan dengan adsorben karbon-aktif dan atau zeolit alam.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sampai saat ini pengembangan aplikasi
teknologi ozon yang paling dominan adalah dalam bidang pengolahan air bersih dan
atau air minum. Jika dilihat dari segmentasi pengolahan air di industri, maka aplikasi
teknologi ozon ini dapat direalisasikan pada posisi-posisi berikut:
(a). Pengolahan primer (primary treatment), sebagai coagulant aid pada
proses sedimentasi dan koagulasi, selain juga untuk membantu proses
penyisihan warna. Dengan dosis ozon sekitar 0,3 – 1,0 mg/L, proses pre-
ozonasi ini dapat menghemat koagulan alum sampai sekitar 30 – 50 persen
(dari sekitar 25 mg/L alum menjadi 14 mg/L). Selain itu juga, pre-ozonasi
ini juga dapat digunakan untuk menurunkan turbiditas dari air baku
sekaligus memperbaiki performa pengendapan floc pada dosis alum yang
rendah. Pada tahan ini juga, pro-ozonasi sangat membantu dalam
menurunkan nilai TDS (total dissorlve solid) dari air baku yang digunakan,
dan hasilnya akan lebih ekonomis lagi jika menggunakan pre-ozonasi
dengan katalis (karbon aktif atau senyawa-senyawa silika-alumina seperti
zeolit).
(b). Pengolahan sekunder (secondary treatment), yang digunakan secara efektif
untuk menekan pertumbuhan bakteri, virus, kista, alga, lumut, warna, dan bau.
Ozonasi pada tahap sekunder ini akan sangat ekonomis bila digunakan proses
ozonasi katalititik, yaitu proses ozonasi dengan menggunakan katalis-katalis
alumina, zeolit, dan GAC (karbon aktif dalam bentuk granul).
(c). Pada tahap “Pengolahan lanjut”, ozon digunakan untuk proses-proses
disinfeksi sterilisasi air produk menggantikan peranan gas klor. Selain itu
juga, ozonasi dalam tahap ini berperan dalam memperbaiki estetika air (rasa
dan bau) sedemikian rupa sehingga kualitas air minum yang dihasilkan berada
dalam kondisi terbaik.

Bila diperhatikan semua peranan ozon secara umum, dimulai dari proses
pengolahan primer sampai ke proses tahap lanjut, maka keuntungan-keuntungan yang
dapat dipeoleh dari aplikasi teknologi ozon ini adalah sebagai berikut:

 Tidak meninggalkan bau ataupun rasa,


 Meningkatkan kelarutan oksigen dalam air (DO semakin besar),
 Hampir tidak membutuhkan bahan-bahan kimia, kecuali yang mutlak
dibutuhkan dalam proses sedimentasi (koagulasi dan flokulasi),
 Mampu mengendapkan besi (Fe2+) dan mangan (Mn2+) terlarut melalui proses
reaksi oksidasi, sedemikian rupa sehingga kualitas air (termasuk TDS) dapat
meningkat secara signifikan,
 Mampu menghancurkan dan sekaligus menyisihkan algae dan lumut,
 Bereaksi dan sangat efektif dalam penyisihan senyawa-senyawa organik yang
terlarut dalam air (TOC, total organic compounds),
 Terurai dengan cepat dalam air (dalam orde 1 – 15 menit), sehingga efek
residu dari ozon relatif mudah diatasi,
 Mampu menyisihkan warna, rasa dan bau sebagai parameter-parameter
estetika air.

Disisi lain, beberapa kelemahan atau kendala dari aplikasi teknologi ozon ini di
antaranya adalah sebagai berikut:

 Ozon merupakan gas atau senyawa kimia yang beracun (TLV dari OSHA
adalah 0,1 ppm), yang tingkat peracunannya berbanding lurus dengan
konsentrasi dan waktu paparan.
 Biaya ozonasi lebih tinggi dari klorinasi.
 Instalasi peralatan umumnya relatif lebih kompleks dari klorinasi.
 Suatu katalis perusak ozon sangat disarankan untuk dipasang pada bagian
keluaran, untuk mencegah terjadinya keracunan dan kebakaran akibat ozon.
 Dapat menghasilkan senyawa-senyawa karbonil (aldehida dan keton) yang
tidak diinginkan, terutama bila waktu kontak terlalu

Anda mungkin juga menyukai