Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abstrak
Prevalensi obesitas pada anak serta komplikasinya cenderung mengalami peningkatan. Salah satu komplikasi obesitas adalah kelainan
ginjal yang disebut obesity-related renal injury atau gangguan ginjal terkait obesitas. Banyak faktor yang berperan dalam terjadinya
obesity-related renal injury. Overweight atau obesitas berhubungan erat dengan berbagai faktor risiko penyakit ginjal kronik yaitu
hiperinsulinemia, gangguan metabolisme glukosa, hipertensi, hiperlipidemia, dan sindrom metabolik. Di antara semua faktor tersebut,
faktor yang paling berperan antara obesitas dan kerusakan ginjal adalah berkurangnya sensitivitas insulin. Manifestasi klinis obesity-
related renal injury pada umumnya berupa proteinuria bermakna tanpa edema, albumin plasma sedikit menurun, dan kolesterol
normal atau sedikit meningkat. Salah satu tata laksana obesity-related renal injury adalah penurunan berat badan. Pengurangan asupan
diet dan penurunan berat badan dapat menyebabkan berkurangnya lesi glomerulosklerosis fokal segmental. Terapi lainnya adalah
pemberian obat yang memiliki efek negatif terhadap sistem renin-angiotensin seperti inhibitor angiotensin-converting-enzyme dan
angitensin receptor blocker. Dapat juga diberikan obat yang meningkatkan sensitivitas insulin. Golongan statin mempunyai peran dalam
melindungi ginjal. Usaha mencegah atau menangani obesitas sejak dini memberikan dampak besar terhadap insidens, progresivitas,
biaya, dan komorbiditas penyakit ginjal. Sari Pediatri 2017;18(6):504-12
Abstract
The prevalence of obesity and its complication in children tends to increase. One of obesity complications is renal abnormality called
obesity-related renal injury. There are several factors that contribute to obesity-related renal injury. Overweight or obesity has a strong
correlation with many risk factors of chronic kidney disease such as hyperinsulinemia, glucose metabolism disorder, hypertension,
hyperlipidemia, and metabolic syndrome. Among those risk factors, decrease insulin sensitivity plays the most crucial role between
obesity and renal injury. The clinical manifestations of obesity-related renal injury are usually significant proteinuria without edema,
slight decrease of plasma albumin, and normal or slightly elevated cholesterol level. One of obesity-related renal injury management
is reduction of body weight. Reduction of dietary intake and body weight can reduce focal segmental glomerulosclerosis lesion. Other
management include drugs that have negative effect on renin-angiotensin system such as angiotensin-converting enzyme inhibitor
and angiotensin receptor blocker; and drugs that can increase insulin sensitivity. Statins also have some roles in renal protection. Early
efforts to prevent or manage obesity give great impact to incidence, progressivity, cost and renal disease comorbidity. Sari Pediatri
2017;18(6):504-12
Alamat korespondensi: DR. Dr. Sudung O. Pardede, SpA(K). Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. Email: suopard@yahoo.com
O
besitas adalah keadaan kelebihan berat penyakit ginjal dapat berlanjut menjadi penyakit ginjal
badan yang terjadi akibat penimbunan stadium akhir (PGSA) yang memerlukan tindakan
jaringan lemak tubuh secara berlebihan. dialisis dan cangkok ginjal. Kelainan kardiovaskular
Prevalensi dan beratnya derajat obesitas dan ginjal pada obesitas yang sering terjadi pada orang
cenderung meningkat pada anak sehingga prevalensi dewasa kemungkinan sudah terjadi sejak masa kanak-
komplikasi obesitas pun turut meningkat.1,2 Akhir- kanak.3,5-7
akhir ini obesitas pada anak menjadi epidemik di
seluruh dunia dengan peningkatan angka kejadian
hingga tiga kali lipat, dan kurang lebih seperlima anak Definisi
dan remaja di negara industri mengalami overweight
atau obesitas dan di sebagian besar negara sedang Gangguan ginjal terkait obesitas merupakan glome
berkembang mencapai hingga 10%.3 Di Indonesia rulonefropati yang berhubungan dengan obesitas dan
menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) disebut juga dengan obesity-related glomerulopathy.
tahun 2007, prevalensi nasional balita gemuk adalah Secara klinis, gangguan ginjal terkait obesitas
12,2% dan prevalensi nasional anak usia sekolah didefinisikan dengan kelainan yang ditandai protei
(usia 6-14 tahun) yang gemuk untuk laki-laki 9,5% nuria sedang, albumin serum yang rendah, kolesterol
sedangkan perempuan 6,4%. Menurut Riskesdas serum yang tinggi, dan edema. 3,8-10
tahun 2013, obesitas pada anak sebesar 10,8%.4 Secara morfologi, gangguan ginjal terkait obesitas
Diperkirakan, pada tahun 2020, angka kejadian anak didefinisikan sebagai glomerulomegali dengan atau
dengan overweight dan obesitas di Eropa > 35%, di tanpa glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS)
Amerika > 45%, dan di Asia Tenggara diperkirakan yang disebabkan kelainan fungsi dan struktur ginjal.
mencapai 20%. Data ini mengingatkan bahwa obesitas Kelainan ini terjadi sebagai akibat respons maladaptif
akan menjadi ancaman nyata yang menyebabkan glomerulus terhadap peningkatan jaringan adiposa
kejadian kelainan metabolik dan kardiovaskular pada obesitas. 3,8-10
semakin meningkat, bukan hanya pada orang dewasa,
tetapi juga pada anak dan remaja.3
Telah diketahui bahwa obesitas merupakan penyakit Hubungan obesitas dengan kelainan
multifaktorial dan faktor risiko berbagai penyakit ginjal
seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes
melitus, hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, Hubungan antara obesitas dan proteinuria pertama kali
hiperlipoproteinemia, obstructive sleep apnea syndrome, dilaporkan oleh Weisinger dkk11 pada tahun 1974.
dan gangguan psikososial, namun hubungan obesitas Setahun kemudian, Cohen12 (1975) menggambarkan
dengan peyakit ginjal belum banyak dilaporkan.1 Ginjal pembesaran glomerulus, hiperselularitas ringan, dan
merupakan organ yang dapat langsung dipengaruhi pelebaran daerah mesangium pada pasien obesitas
oleh obesitas, hipertensi, maupun diabetes,2,3 namun berat dengan fungsi ginjal normal. Gambaran ini
disfungsi ginjal pada obesitas dapat terjadi sebelum juga ditemukan pada anak, bahkan telah dijumpai
terdapat hipertensi maupun diabetes. Kelainan ginjal pada anak usia 3 tahun.3,13 Sejak saat itu, beberapa
sebagai komplikasi obesitas disebut gangguan ginjal peneliti melaporkan hubungan antara obesitas dan
terkait obesitas atau obesity-related renal injury.3,5,6 kelainan ginjal seperti glomerulomegali dan GSFS
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan pada obesitas.3
bahwa obesitas meningkatkan risiko penyakit ginjal, Selama bertahun-tahun telah diketahui bahwa
namun sebagian besar penelitian tentang hubungan obesitas berhubungan dengan GSFS, meskipun derajat
antara obesitas dan penyakit ginjal dilakukan pada hubungan dan patogenesisnya masih belum diketahui.
populasi dewasa. Meski penelitian serupa pada anak Akhir-akhir ini insiden GSFS meningkat seiring dengan
masih terbatas, akan tetapi hasilnya menunjukkan peningkatan obesitas. Terdapat bukti yang mendukung
bahwa obesitas pada anak juga meningkatkan risiko peranan resistensi insulin atau hiperinsulinemia dalam
penyakit ginjal. 3 Dengan meningkatnya kejadian hubungan obesitas dengan penyakit ginjal. 3,8-10 Penelitian
obesitas, maka kemungkinan akan terjadi peningkatan epidemiologis dan observasi klinis menunjukkan bukti
penyakit ginjal. Hal ini perlu diwaspadai karena kuat tentang obesitas atau sindrom metabolik yang
dicetuskan obesitas sebagai penyebab penyakit ginjal interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), C-reactive
kronik (PGK).5 protein (CRP), leptin, dan resistin. Penurunan sensitivitas
Kelainan ginjal akibat obesitas dapat dibedakan insulin dapat menyebabkan pengeluaran sitokin tersebut
menjadi dua, yaitu kelainan morfologis dan fungsional. dari jaringan adiposa. Beberapa sitokin dapat memediasi
Penelitian pada hewan coba menunjukkan terjadinya patofisiologi penyakit ginjal dan berkontribusi terhadap
perubahan morfologis pada ginjal, berupa ekspansi ekspansi mesangium glomerulus, remodeling podosit,
kapsula Bowman, proliferasi sel glomerulus, penebalan hilangnya integritas slit pore diaphragm, dan penebalan
membran basalis glomerulus dan tubulus ginjal, membran basalis.
peningkatan matriks mesangium glomerulus, dan Sensitivitas insulin sangat berkaitan erat dengan
peningkatan ukuran ginjal. Kelainan fungsional yang petanda stres oksidatif dan sebaliknya dengan kadar
terjadi berupa hiperfiltrasi glomerulus, peningkatan antioksidan. Derajat sensitivitas insulin berhubungan
aliran darah ginjal, hipertensi, peningkatan kadar renin dengan produksi nitric oxide (NO), Pada populasi obesi-
dalam plasma, dan hiperinsulinemia.14 tas, terdapat penurunan NO dibandingkan dengan anak
normal yang mengindikasikan peran penurunan sensi-
tivitas insulin terhadap disfungsi endotel. Pada obesitas
Peran insulin terhadap ginjal dengan penurunan sensitivitas insulin, hubungan overak-
tivitas simpatetik dan gangguan sintesis NO kelihatannya
Untuk mempermudah pemahaman hubungan obesitas berperan terhadap hipertensi dan risiko kardiovaskular.3
dengan kelainan ginjal, perlu diketahui tentang peran
insulin terhadap fungsi ginjal. Pada glomerulus, insulin
menyebabkan peningkatan laju filtrasi glomerulus Patofisiologi gangguan ginjal terkait
(LFG) yang kemungkinan disebabkan efek vasodilatasi
langsung atau karena efek antinatriuretik. Pada obesitas
tubulus, insulin menimbulkan efek antinatriuretik
dan meningkatkan reabsorbsi natrium, aliran plasma Salah satu fungsi ginjal adalah filtrasi yang terjadi
ginjal, beban filtrasi glukosa, dan kadar aldosteron di glomerulus. Secara histologis, glomerulus terdiri
plasma.3 Selain itu, insulin dapat memengaruhi sistem atas tiga lapisan yaitu endotel, membran basalis, dan
renin-angiotensin-aldosteron, meningkatkan aktivitas epitel atau podosit. Pada endotel terdapat lobang yang
retensi natrium dan penambahan volume. Insulin juga disebut dengan fenestra, sedangkan pada sel epitel
meningkatkan efek angiotensin-II pada sel mesangium terdapat jonjot yang disebut dengan foot processus dan
sehingga berkontribusi dalam terjadinya hipertensi, di antara foot processus terdapat lobang yang disebut
meningkatkan tekanan intraglomerulus, eksaserbasi dengan slit pore yang dilapisi dengan slit diafragma..
proteinuria, menginduksi pengeluaran sitokin Membran basalis terdiri atas 3 lapisan yakni lamina
inflamatori ginjal dan growth factor, serta apoptosis. rara interna, lamina densa, dan lamina rara eksterna.
Insulin sendiri dapat menyebabkan proliferasi sel Proses filtrasi terjadi pada ketiga lapisan glomerulus dan
mesangium dan produksi protein matriks ekstraselular, ultrafiltrat akan masuk ke dalam rongga urin.
mengubah jenis kolagen interstitium dan membran Patofisiologi gangguan ginjal terkait obesitas
basalis yang diekskresi oleh sel mesangium. Insulin adalah multifaktorial.2 Kelainan pada ginjal dapat
juga menstimulasi ekspresi growth factor lainnya seperti terjadi sebagai akibat langsung pada ginjal atau me-
insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan transforming lalui mekanisme tidak langsung.2,3 Obesitas berkaitan
growth factor-b1 (TGF-b1) yang terlibat dalam proses dengan hiperperfusi dan hiperfiltrasi glomerulus
mitogenik dan fibrotik seperti pada nefropati diabetik; karena maladaptasi fisiologi akibat vasodilatasi arteriol
serta meningkatkan aktivitas growth factor jaringan ikat aferen.3 Penelitian eksperimental melaporkan terda-
yang mempunyai peran profibrogenik pada sel tubulus pat perubahan hemodinamik ginjal akibat obesitas,
ginjal dan fibroblas interstitial.3 berupa hiperperfusi dan hiperfiltrasi ginjal, sehingga
Adipositas tipe viseral ditandai dengan disfungsi terjadi peningkatan LFG, aliran darah ginjal, tekanan
jaringan lemak yang merupakan sumber sitokin glomerulus, dan fraksi filtrasi akibat dilatasi arteriol
proinflamatori termasuk komponen sistem renin- aferen.15 Peningkatan aktivitas sistem renin-angio-
angiotensin-aldosteron, tumor necrosis factor-a (TNF-α), tensin-aldosteron akan menyebabkan aktivasi sistem
saraf simpatetik, retensi natrium, dan ekspansi volume mengurangi mikroalbuminuria.3 Penelitian Csernus
vaskular sehingga timbul hipertensi, hipertrofi ventrikel dkk18 melaporkan peningkatan kadar albuminuria dan
kiri, inhibisi sinyal insulin serta perubahan hemodin- β2-mikroglobinuria pada anak obes dan tidak terjadi
amik ginjal.3,14 Perubahan pada ginjal tersebut dapat pada anak dengan berat badan normal. Hal ini mengin-
menyebabkan inflamasi vaskular sistemik dan disfungsi dikasikan terdapatnya disfungsi glomerulus dan tubulus
endotel sehingga mengakibatkan cardiovascular-renal ginjal dini sebagai akibat obesitas pada masa anak-anak.
injury feedback loop yang progresif. 16 Hiperinsulinemia dapat juga menyebabkan tole-
Hiperinsulinemia yang merupakan petanda penu- ransi glukosa terganggu, peningkatan stres oksidatif
runan sensitivitas insulin, memegang peran penting dan penurunan produksi NO akibat disfungsi endotel.3
dalam patogenesis kelainan hemodinamik ginjal.3 Hiperlipidemia pada obesitas terbukti menyebabkan
Penurunan sensitivitas insulin berperan meningkatkan kerusakan ginjal pada beberapa penelitian eksperi-
tekanan arteriol eferen, sehingga terjadi peningka- mental.5,15 Penelitian oleh Jiang dkk19 melaporkan
tan gradien tekanan transkapiler yang selanjutnya terdapatnya peningkatan ekspresi sterol regulatory ele-
mengakibatkan hiperfiltrasi ginjal.14 Chagnac dkk17 ment-binding proteins (SREBP-1 dan SREPB-2) oleh
melaporkan bahwa ada hubungan antara LFG dengan ginjal pada hewan coba yang mengalami obesitas. Hal
menurunnya sensitivitas insulin, dan diduga bahwa ini menyebabkan akumulasi kolesterol dan trigliseri-
LFG yang meningkat pada obesitas disebabkan oleh da di ginjal, serta peningkatan plasminogen activator
perbedaan peningkatan tekanan hidraulik transkapiler. inhibitor-1 (PAI-1), vascular endothelial growth factor
Hiperinsulinemia menyebabkan peningkatan laju (VEGF), kolagen tipe IV dan fibronektin. Akumulasi
ekskresi albumin urin (urinary albumin excretion-rate, faktor tersebut pada ginjal mempunyai hubungan kuat
U-AER), akibat peran angiotensin II yang mening- dengan terjadinya glomerulosklerosis dan proteinuria.15
katkan NADPH oksidase/reactive oxygen species.16,17 Penelitian Maddox dkk20 pada tikus coba menun
Akibat peningkatan aktivitas angiotensin II, terjadi jukkan bahwa kadar trigliserida plasma pada tikus
hipertensi, peningkatan tekanan intraglomerular, yang obes lebih tinggi dibandingkan dengan tikus
proteinuria, serta apoptosis.3 Hiperinsulinemia juga non-obes. Pada restriksi diet, didapatkan hubungan
menyebabkan peningkatan sitokin proinflamasi int- antara penurunan trigliserida plasma dan penurunan
rarenal dan growth factor, seperti interleukin-1 (IL-1), proteinuria. Hal ini menunjukkan bahwa kadar
IL-6, tumor necrosing factor-α (TNF-α), C-reactive trigliserida plasma memiliki peran penting terhadap
protein (CRP), leptin, dan resistin.3,16 Peningkatan kerusakan glomerulus pada tikus yang obes. Ditemukan
sitokin dan hipertensi menyebabkan pertumtbuhan sel juga hiperkolesterolemia sebagai akibat peningkatan
ginjal berupa proliferasi sel mesangium, peningkatan kolesterol low density lipoprotein (LDL) dan very low
produksi protein matriks ekstraselular, dan stimulasi density lipoprotein (VLDL). Pada tikus yang obes,
ekspresi growth factor yang kemudian menyebabkan kerusakan glomerulus akibat hiperlipidemia dapat
terjadinya hipertrofi glomerulus.3,14 remodeling podosit, diperantarai oleh peningkatan LDL. Sel mesangium
hilangnya integritas slit pore diaphragm, dan penebalan glomerulus memiliki reseptor untuk LDL sehingga
membran basalis, yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan kadar LDL meningkatkan produksi
glomerulosklerosis dan kerusakan tubulointerstisial.16 monocyte chemoattractant molecules oleh sel mesangium.
Pada tubulus, hiperinsulinemia dapat menyebab- Hiperkolesterolemia juga menstimulasi produksi
kan peningkatan reabsorpsi natrium dan penurunan macrophage colony-stimulating factor yang menyebabkan
ekskresi natrium akibat efek antinatriuretik, tanpa proliferasi dan diferensiasi monosit menjadi makrofag.
memengaruhi LFG. Pada glomerulus, hiperinsulinemia Patognesis dan patofisiologi gangguan ginjal terkait
dapat menyebabkan peningkatan LFG yang ringan obesitas tertera pada Gambar 1 (lampiran).
baik secara langsung atau akibat efek pada tubulus
yang menyebabkan dilatasi arteriol aferen dan aktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron.3 Kaitan obesitas dengan gangguan
Mikroalbuminuria dan proteinuria berbagai de- ginjal pada anak
rajat juga berkorelasi positif dengan beratnya obesitas.
Upaya meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan Sejalan dengan peningkatan kejadian obesitas dan
tekanan darah, dan pengendalian gula darah dapat overweight, kejadian komplikasi obesitas seperti
hipertensi, dislipidemia, hiperinsulinemia, obstructive ebabkan hipertensi dan dislipidemia, yang berperan
sleep apnea, infiltrasi perlemakan hati, dan kelainan dalam patogenesis glomerulopati terkait obesitas.3
ortopedi juga meningkat. Obesitas-related glomerulopati,
bentuk sekunder GSFS, dengan manifestasi klinis 2. Gangguan metabolisme glukosa
proteinuria dan disfungsi ginjal progresif, kelihatannya Diabetes melitus tipe-1 (DMT1) sering ditemu-
semakin meningkat termasuk pada anak. Obesitas-related kan pada anak meskipun banyak pusat pelayanan
glomerulopati disebabkan oleh maladaptasi respon kesehatan anak melaporkan DMT2 dan overweight/
glomerulus terhadap peningkatan adipositas.3 obesitas merupakan faktor risiko sangat penting
Belum banyak penelitian yang mengaitkan dalam terjadinya DMT2. Meningkatnya prevalensi
obesitas pada anak dengan penyakit ginjal. Obesitas overweight sejajar dengan meningkatnya kejadian
pada anak meningkatkan risiko mortalitas karena DMT2. Penurunan toleransi glukosa dan penurunan
penyakit ginjal. Wong dkk21 melaporkan pemantauan sensitivitas insulin terjadi pada DMT2. Gagal ginjal
selama 7 tahun terhadap 3.067 anak dan menemukan jarang karena diabetes melitus pada anak, tetapi hi-
terdapat hubungan bermakna antara indeks metabolik perglikemia akan menyebabkan komplikasi jangka
basal (basal metabolic index) dengan kematian akibat panjang. Diagnosis penyakit ginjal pada anak dengan
PGSA. Obesitas merupakan faktor prognostik dalam DMT2 tidak cukup dengan gambaran klinik dan
terjadinya hipertensi serta progresivitas menjadi PGK laboratorium, tetapi memerlukan biopsi ginjal.3
pada nefropati IgA.
Gangguan ginjal pada obesitas dapat terjadi melalui
beberapa mekanisme yaitu: 1. hiperinsulinemia, 2. 3. Hipertensi
gangguan metabolisme glukosa, 3. hipertensi, 4. Hubungan antara obesitas dan overweight pada
hiperlipidemia, 5. mikroalbuminuria, dan 6. sindrom anak dengan hipertensi telah dilaporkan oleh
metabolik.2 Di antara semua faktor tersebut, faktor banyak peneliti. Rosner dkk22 melaporkan bahwa
yang paling berperan antara obesitas dan kerusakan kejadian hipertensi 2,5-3,7 kali lebih sering pada
ginjal adalah berkurangnya sensitivitas insulin.3 anak obes dibandingkan anak normal. Prevalensi
pre-hipertensi pun meningkat sebagai akibat
1. Hiperinsulinemia atau penurunan sensitivitas obesitas. Salvadori dkk23 melaporkan bahwa pada
insulin komunitas rural di Kanada, ada hubungan yang
Salah satu konsekuensi penting obesitas adalah pe- erat antara obesitas dengan hipertensi dan prehi-
nurunan sensitivitas insulin atau hiperinsulinemia. pertensi. Hipertensi pada obesitas ini disebabkan
Anak obesitas dengan body mass index (BMI) yang oleh rendahnya sensitivitas insulin. Hubungan
sama dapat mengalami derajat sensitivitas insulin antara tekanan darah sistolik dengan kerja insulin
yang berbeda dalam terjadinya komplikasi. Faktor dapat terjadi karena lifestyle atau melalui mekanis-
risiko penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, me kompleks seperti hiperfungsi simpatetik atau
proteinuria, diabetes melitus tipe-2 (DMT2), peningkatan inflamasi. Penurunan sensitivitas in-
dan dislipidemia, pada anak dan remaja dengan sulin yang menyebabkan hipertensi terjadi karena
sensitivitas insulin yang lebih rendah mengindi- efek insulin yang memediasi reabsorbsi natrium
kasikan terjadinya komplikasi pada organ tertentu di ginjal dan melalui mekanisme sistem saraf sim-
termasuk ginjal. patetik. Selain rendahnya sensitivtas insulin, pada
Hiperinsulinemia yang merupakan petanda pe- obesitas ditemukan juga hiperaktivitas sistem saraf
nurunan sensitivitas insulin berkaitan erat dengan simpatetik yang menyebabkan peningkatan laju
obesitas selama masa remaja karena penurunan jantung dan tekanan darah, peningkatan kadar
fisiologis sensitivitas insulin berhubungan dengan katekolamin, serta peningkatan aktivitas sistem
perkembangan pubertas yang normal, namun perlu saraf simpatetik perifer.24-26 Hiperinsulinemia juga
diwaspadai bahwa dapat terjadi komplikasi metabo- meningkatkan produksi norepinefrin plasma yang
lik dan kardiovaskular pada masa prepubertal anak menyebabkan hipertensi.27
obes, sebagai akibat penurunan sensitivitas insulin. Pada keadaan sensitivitas insulin yang rendah,
Hiperinsulinemia dapat memengaruhi tekanan disglisemia dan dislipidemia, prekursor peningka-
darah dan kadar lipoprotein serum dan sering meny- tan tekanan darah dapat menyebabkan kerusakan
urin, mikroalbuminuria, yang berkembang menjadi (PPAR-γ) agonis, dan inhibitor hydroxymethylglutaryl-
proteinuria. Anak obes memiliki ukuran ginjal yang CoA (HMG-CoA) reduktase dapat diberikan sebagai
lebih besar sebagai akibat peningkatan berat badan yang terapi tambahan untuk mencegah progresivitas
berhubungan erat dengan ukuran berbagai organ.3 penyakit ginjal. Namun kurangnya uji klinis acak
Gambaran histologis ginjal pada gangguan ginjal terkontrol berskala besar menyebabkan belum ada
terkait obesitas tampak berupa hipertrofi glomerulus, rekomendasi tentang pemberian obat ini.5
GSFS, peningkatan matriks dan selularitas mesangium, Statin terindikasi pada keadaan hiperkolesterolemia.
morfologi foot process yang utuh, dan tidak ada bukti proses Obat golongan statin berperan melindungi ginjal, tetapi
inflamasi ataupun proses imun. Gambaran histologi peranannya masih dalam penelitian. Terdapat bukti yang
proteinuria terkait obesitas pada dewasa dapat berupa menyebutkan bahwa statin memiliki efek anti-inflamasi,
perubahan sklerotik fokal di hilar, proliferasi dan hipertrofi sehingga perlu dilakukan uji klinis lebih lanjut mengenai
mesangium, fokus hialinosis dan glomerulomegali, dan penggunaan statin pada pasien sindrom metabolik
fusi foot process sering minimal dan fokal. 2,13,33 dengan kadar kolesterol normal. 13
Penurunan berat badan, tata laksana agresif
terhadap prediabetes, diabetes dan hipertensi masih
Tata laksana merupakan intervensi paling efektif untuk pencegahan
PGK.5,25,26 Albuminuria merupakan petanda dini
Terdapat bukti kuat bahwa penurunan berat badan PGK sehingga merupakan target pencegahan primer.
merupakan tata laksana penting pada gangguan Beberapa penelitian melaporkan adanya hubungan
ginjal terkait obesitas. Hal ini pertama kali terlihat antara obesitas dengan albuminuria. National Kidney
pada penelitian dengan hewan coba yang melaporkan Foundation’s Kidney Disease Outcomes Quality Initiative
penurunan lesi GSFS dengan mengurangi asupan diet (KDOQI) merekomendasikan skrining albuminuria
dan penurunan berat badan.2 Penelitian pada hewan untuk orang yang berisiko mengalami penyakit ginjal,
coba yang dilakukan oleh Maddox dkk. melaporkan seperti diabetes, hipertensi, penyakit sistemik lain, dan
restriksi diet dapat memperlambat terjadinya terdapat riwayat penyakit ginjal dalam keluarga. Obesitas
proteinuria dan sklerosis glomerulus, terutama jika dipikirkan dapat menjadi kriteria skrining baru.9
restriksi diet tersebut dilakukan sejak usia muda.
Efek protektif restriksi diet ini dapat disebabkan oleh
reversibilitas hiperperfusi glomerulus dan hipertensi Kesimpulan
kapiler glomerulus.20 Mekanisme penurunan berat
badan dalam memperbaiki proteinuria terjadi karena Obesitas merupakan keadaan disekuilibrium berbagai
kontrol tekanan darah yang lebih baik, perbaikan mekanisme homeostasis tubuh, termasuk di antaranya
profil lipid serum, kontrol glikemik yang lebih sistem ginjal. Obesitas menyebabkan nefromegali
baik, penurunan kadar leptin dalam sirkulasi darah, dan glomerulomegali, hiperperfusi/hiperfiltrasi serta
reversibilitas hiperfiltrasi glomerulus, dan penurunan perubahan intraglomerular.13,15 Obesitas merupakan
aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron.15 faktor risiko kuat perkembangan dan progresivitas
Terapi lainnya adalah penggunaan obat yang penyakit ginjal. Tantangan penting bagi klinisi adalah
memiliki efek negatif terhadap sistem renin-angio mencegah gangguan ginjal terkait obesitas sebelum
tensin, seperti angiotensin converting enzyme (ACE) terjadi kerusakan ginjal yang ireversibel. Usaha men-
inhibitors atau angiotensin receptor blockers. Pada cegah atau menangani obesitas sejak dini memberikan
hewan coba, penggunaan ACE inhibitor terbukti dampak besar terhadap insiden, progresivitas, biaya,
dapat menormalkan proteinuria, kadar kolesterol, dan komorbiditas penyakit ginjal.3
lesi glomerulus dan morfologi podosit. Pada anak
dengan obesity-related focal segmental glomerulosclerosis,
pemberian ACE inhibitor menyebabkan penurunan Daftar pustaka
proteinuria yang bermakna.2
Obat yang meningkatkan sensitivitas insulin, 1. Gahagan S. Overweight and obesity. Dalam: Kliegman
seperti peroxisome proliferator-activated receptors-α RM, Stanton BF, St Geme III JW, Schor NF, Behrman RE,
(PPAR-α), peroxisome proliferator-activated receptors-γ penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-20.
Tubulus
↑ reabsorpsi Na ↓Sensitivitas insulin /
↓ ekskresi Na ↑ produk peroksidasi lipid
hiperinsulinemia ↑ produk glikoksidasi
↓ pengantaran NaCl
↑ aktivitas ↑ sitokin ↑ stres
Aktivasi RAAS
RAAS proinflamasi oksidatif
Dilatasi arteriol aferen
↑ laju NO
ekskresi ↑ efek AngII
albumin urin
Glomerulus
↑ LFG ringan ↑ produksi
↑ aktivitas SNS pada awal
Retensi natrium tahap ↓ IS
Pertumbuhan sel renal Ekspansi volume Hipertensi IL-1
↑ tekanan IL-6
intraglomerular TNF-α
↑ proteinuria CRP
↑ sitokin inamasi Leptin Gangguan
Proliferasi sel mesangial intrarenal dan growth Resistin vasodilatasi
↑ produksi protein matriks ↑ tekanan darah factors Komponen RAAS tergantung
ekstraselular Inhibisi sinyal insulin Apoptosis endotelium
↑ ekspresi growth factors Hipertrofi ventrikel kiri
lain (IGF-1, TGF-β1 → CTGF)
Sudung O. Pardede dkk: Gangguan ginjal terkait obesitas