Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah masam dan kering adalah salah satu faktor pembatas dalam

produksi pertanian. Tanah masam dicirikan dengan pH yang rendah (< 5),

kejenuhan basa rendah (< 50%), kapasitas tukar kation rendah,

kandungan C organik rendah, pengikatan P tinggi, dan konsentrasi Al, Fe

dan Mn juga tinggi. Tanah kering masam terdapat dengan luasan

mencapai 102,8 juta ha di Indonesia (Mulyani et al. 2004 cit.

Tanah sebagai bagian dari tubuh alam mempunyai komposisi kimia

berbeda-beda. Tanah terdiri atas berbagai macam unsur kimia. Penentu

sifat kimia tanah antara lain kandungan bahan organik, unsur hara, dan

pH tanah. Tanah yang kita lihat adalah suatu campuran dari material-

material batuan yang telah lapuk (sebagai bahan anorganik), material

organik, bentuk-bentuk kehidupan (jasad hidup tanah), udara, dan air.

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman dan tempat hidup organisme

di dalamnya menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman

dan organisme lainnya. Di dalam tanah terjadi proses-proses yang

menghasilkan sifat biologi tanah. Misalnya, adanya cacing tanah akan


meningkatkan unsur nitrogen, fosfor, kalium, serta kalsium dalam tanah

sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tanah kimia dan biologi pada lahan masam.

2. Mengetahui cara pengendalian lahan masam.


C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tanah kimia dan biologi pada lahan masam.

2. Mengetahui cara pengendalian lahan masam.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sifat kimia dan biologi pada lahan masam


1. Sifat Kimia Tanah
Tanah sebagai bagian dari tubuh alam mempunyai komposisi

kimia berbeda-beda. Tanah terdiri atas berbagai macam unsur kimia.

Penentu sifat kimia tanah antara lain kandungan bahan organik, unsur

hara, dan pH tanah. Tanah yang kita lihat adalah suatu campuran dari

material-material batuan yang telah lapuk (sebagai bahan anorganik),

material organik, bentuk-bentuk kehidupan (jasad hidup tanah), udara,

dan air.
Bahan organik tanah terdiri atas sisa-sisa tanaman serta hewan

dalam tanah, termasuk juga kotoran dan lendir-lendir serangga,

cacing, serta binatang besar lainnya. Kandungan bahan organik dalam

tanah memengaruhi karakteristik tanah. Pada tanah dengan

kandungan bahan organik yang tinggi akan memberikan efek warna

tanah cokelat hingga hitam. Sehingga sifat kimia tanah berupa

kandungan bahan organik dapat dikenali dari warnanya.


Selain itu, pengenalan ada tidaknya bahan organik secara

kualitatif dapat dilakukan dengan cara menetesi contoh tanah dengan

hydrogen peroxyde (H2O2) 10%. Jika tanah mengandung bahan

organik, maka setelah ditetesi H2O2 akan tampak adanya percikan

atau gelembung-gelembung.
Sifat kimia tanah yang lain, yaitu berupa derajat keasaman atau

pH tanah. pH tanah dikatakan normal antara 6,5 sampai dengan 7,5.


Pada keadaan ini, semua unsur hara pada larutan tanah dalam keadaan

tersedia, seperti ketersediaan nitrogen serta unsur hara lainnya.


Sifat kimia tanah berhubungan erat dengan kegiatan

pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat

gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan

tentang sifat kimia tanah juga dapat membantu memberikan gambaran

reaksi pupuk setelah ditebarkan ke tanah.


Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara tanah, reaksi tanah

(pH), kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), dan

kemasaman.
Salah satu sifat kimia tanah adalah keasaman atau pH

(potensial of hidrogen), pH adalah nilai pada skala 0-14, yang

menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH- didalam

larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH

berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah mengandung ion H+

lebih besar daripada ion OH-, sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam

larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH- larutan tanah disebut

bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena

berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium.

Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang

lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.


Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi di

wilayah-wilayah bercurah hujan tinggi yang menyebabkan tercucinya

basa-basa dari kompleks jerapan dan hilang melalui air drainase. Pada

keadaan basa-basa habis tercuci, tinggallah kation Al dan H sebagai


kation dominant yang menyebabkan tanah bereaksi masam (Coleman

dan Thomas, 1970).


Di Indonesia pH tanah umumnya berkisar 3-9 tetapi untuk

daerah rawa seeperti tanah gambut ditemukan pH dibawah 3 karena

banyak mengandung asam sulfat sedangakan di daerah kering atau

daerah dekat pantai pH tanah dapat mencapai di atas 9 karena banyak

mengandung garam natrium.


Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh

tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman

pada pH tanah netral 6-7, karena pada pH tersebut sebagian besar

unsur hara mudah larut dalam air.


pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang

bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam banyak ditemukan

unsur alumunium yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor,

sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah asam unsur-

unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro

seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya

juga menjadi racun bagi tanaman.


pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan

mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5.5 - 7 bakteri jamur

pengurai organik dapat berkembang dengan baik


Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar

batas optimal. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap

tanaman dalam jumlah yang diharapkan, karenanya pH tanah sangat

penting untuk diketahui jika efisiensi pemupukan ingin dicapai.


Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah juga dapat

memperburuk pH tanah.
Derajat keasaman (pH) tanah sangat rendah dapat ditingkatkan

dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH tanah yang terlalu

tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur. Dapat

disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan tanaman

adalah mendekati 6.5-7. Namun kenyataannya setiap jenis tanaman

memiliki kesesuaian pH yang berbeda.


2. Sifat Biologi Tanah
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman dan tempat hidup

organisme di dalamnya menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan

oleh tanaman dan organisme lainnya. Di dalam tanah terjadi proses-

proses yang menghasilkan sifat biologi tanah. Misalnya, adanya

cacing tanah akan meningkatkan unsur nitrogen, fosfor, kalium, serta

kalsium dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.


Peranan cacing tanah yang lain berupa lubang yang

ditinggalkan di tanah akan meningkatkan drainase tanah, hal ini

penting dalam perkembangan tanah. Cacing-cacing mengangkut

tanah, mencampur, serta menggumpalkan sejumlah bahan organik

yang belum terombak seperti daun dan rumput yang digunakan

sebagai makanan. Selain itu, secara tegas cacing dengan kotoran dan

lendir-lendirnya mampu mengikat partikel-partikel tanah menjadi

gumpalan tanah yang stabil terutama pada tanah asli.


Sifat biologi tanah meliputi bahan organik tanah, flora dan

fauna tanah (khususnya mikroorganisme penting seperti bakteri, fungi


dan Algae), interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman

(simbiosa) dan polusi tanah.


Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari mahluk-mahluk

hidup didalam tanah. Karena ada bagian-bagian hidup di dalam tanah,

maka tanah itu disebut sebagai “Living System” contohnya akar

tanaman dan organisme lainnya di dalam tanah.


Tanah yang mempunyai nilai produktivitas yang tinggi,tidak

hanya terdiri dari bagian padat, cair dan udara saja, tetapi harus ada

jasad hidup yang merupakan organisme hidup. Sebaliknya aktivitas

organism tanah dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :


a).Iklim
Organisme tanah lebih banyak ditemui jumlah (populasi)

nya dan keragamannya pada tanah didaerah yang mempunyai

curah hujan dan temperatur yang tinggi dibandingkan di daerah

yang mempunyai curah hujan dan temperatur rendah.

b).Tanah

Tingkat kemasaman, kandungan hara dan umur tanah

dapat mempengaruhi organisme dalam tanah. Bahteri lebih

banyak ditemui pada daerah yang berkemasaman sedang

(normal), sedangkan jamur/cendawan lebih banyak pada tanah

yang kemasaman rendah (masam). Tanah-tanah yang diberi

kapur dan pupuk, umumnya lebih banyak populasi

organismenya. Pada tanah perawan, populasi dan keragaman

organisme nya lebih banyak dibandingkan pada tanah-tanah tua.

c).Vegetasi
Pada lokasi tanah-tanah hutan ditemui organisme

yang lebih banyak dan lebih beragam dibandingkan pada lokasi

padang rumput.

B. Pengendalian Lahan Masam


1. Pengapuran untuk meningkatkan pH dan mengatasi keracunan Al.
Untuk mengatasi kendala kemasaman dan kejenuhan Al yang

tinggi dapat dilakukan pengapuran. Kemasaman dan kejenuhan Al yang

tinggi dapat dinetralisir dengan pengapuran. Pemberian kapur bertujuan

untuk meningkatkan pH tanah dari sangat masam atau masam ke pH agak

netral atau netral, serta menurunkan kadar Al. Untuk menaikkan kadar Ca

dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur selain

meningkatkan pH tanah juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan

basa. Terdapat hubungan yang sangat nyata antara takaran kapur dengan

Al dan kejenuhan Al. Dosis kapur disesuaikan dengan pH tanah, umumnya

sekitar 3 t/ha, berkisar antara 1-5t/ha. Kapur yang baik adalah kapur

magnesium atau dolomit yang dapat sekaligus mensuplai Ca dan Mg.


2. Pemberian Bahan Organik.
Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga

mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan

organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan

perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah

diolah. Bahan organik tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh

nyata terhadap pergerakan dan pencucian hara. Asam fulvat berkorelasi

positif dan nyata dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci, sedangkan

asam humat berkorelasi negatif dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci.
Penyediaan bahan organik dapat pula diusahakan melalui

pertanaman lorong (alley cropping). Selain pangkasan tanaman dapat

menjadi sumber bahan organik tanah, cara ini juga dapat mengendalikan

erosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman Flemingia sp.

dapat meningkatkan pH tanah dan kapasitas tukar kation serta

menurunkankejenuhan Al. Petani menyadari bahwa pemberian pupuk

organik dapat meningkatkan kesuburan tanah. Menurut mereka, pengaruh

pupuk organik dalam memperbaiki kesuburan tanah kurang spontan akan

tetapi pengaruhnya lebih tahan lama. Sedangkan pupuk buatan

pengaruhnya spontan akan tetapi hanya tahan beberapa minggu atau bulan.

Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk hijau, kotoran ternak, bagas,

dan sebagainya. Berdasarkan pengalaman bahwa pengusahaan tanaman

semusim yang sebagian besar biomasanya tidak dikembalikan, lebih cepat

menguras zat makanan yang ada di tanah, mereka mulai belajar

mengembalikan sisa-sisa panen ke lahan.


3. Pemberian Pupuk Phospat.
Kekahatan P merupakan salah satu kendala utama bagi kesuburan

tanah masam. Tanah ini memerlukan P dengan takaran tinggi untuk

memperbaiki kesuburantanah dan meningkatkan produktivitas tanaman.

Untuk mengatasi kendala kekahatan P umumnya menggunakan pupuk P

yang mudah larut seperti TSP, SP-36, SSP, DAP. Pupuk tersebut mudah

larut dalam air sehingga sebagian besar P akan segera difiksasi oleh Al dan

Fe yang terdapat di dalam tanah dan P menjadi tidak tersedia bagi

tanaman. Fosfat alam dengan kandungan Ca setara CaO yang cukup tinggi
(>40%) umumnya mempunyai reaktivitas tinggi sehingga sesuai

digunakan pada tanah-tanah masam. Sebaliknya, fosfat alam dengan

kandungan sesquioksida tinggi (Al2O3 dan Fe2O3) tinggi kurang sesuai

digunakan pada tanah-tanah masam.


4. Pengaturan sistem tanam.
Pengaturan sistem tanam sebenarnya hanya bersifat untuk

mencegah keasaman tanah atau mencegah kemasaman tanah yang lebih

parah. Hal ini berkaitan erat dengan artikel maspary yang

berjudul Mengatasi Tanah Asem- asemen Pada Padi Sawah. Pemberaan.

Untuk mempertahankan kesuburan tanah, petani memberakan lahan

[Bahasa Jawa: bero] atau membiarkan semak belukar tumbuh di lahan

yang telah diusahakan beberapa musim. Menurut mereka, tanaman akan

tumbuh lebih baik pada lahan yang sebelumnya diberakan. Bera dengan

hanya mengandalkan suksesi alami memerlukan waktu lebih lama untuk

mengembalikan kesuburan tanah. Tumpanggilir. pengusahaan satu jenis

tanaman semusim saja selama tiga tahun berturut-turut menyebabkan

tanah menjadi “kurus” dan “cepat panas”. Menurut pengamatan petani,

jenis tanaman pangan yang banyak menguras zat makanan dalam tanah

[Bhs.Jawa : ngeret lemah] adalah ubikayu, ketela rambat dan kacang

tanah. Tumpangsari. Beberapa petani juga melakukan tumpangsari di

lahan mereka. Pada umumnya dasar keputusan petani untuk memilih

sistem tumpangsari adalah karena alasan ekonomi, bukannya kesadaran

untuk mempertahankan kesuburan tanah. Misalnya pendapatan petani dari

hasil tumpangsari jagung dan padi ternyata lebih besar dari hasil jagung
atau padi monokultur. Pencegahan erosi. Pada dasarnya petani menyadari

pentingnya pencegahan erosi di lahan mereka, terutama pada lahan yang

curam. Beberapa usaha yang telah dicoba adalah dengan membuat guludan

sejajar kontur atau menggunakan batang pohon yang ditebang pada saat

pembukaan lahan sebagai teras-teras akan tetapi karena intensitas curah

hujan yang tinggi serta struktur tanah yang kurang mantap menyebabkan

guludan tersebut mudah longsor. Sebagian petani ada yang membuat

guludan tegak lurus arah kontur, sehingga air limpasan bisa mengalir lebih

cepat. Cara ini memang bisa mengurangi kerusakan guludan dan

mempercepat pematusan karena tanaman tertentu tidak menyukai tanah

yang terlalu basah, tetapi pengikisan tanah (erosi) tetap terjadi.


5. Pemberian Mikroorganisme Pengurai.
Terdapatnya bahan organik yang belum terurai juga akan

menyumbangkan tingkat keasaman tanah, pristiwa ini sering maspary lihat

pada tanah-tanah sawah yang terlalu cepat pengerjaannya. Pemberian

mikroorganisme pengurai akan mempercepat dekomposisi bahan organik

dalam tanah sehingga akan membantu ketersediaan dan keseimbangan

unsur hara. Selain itu perombakan bahan organik juga akan

menyeimbangkan KTK tanah.

Anda mungkin juga menyukai