Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Penyakit Jantung Koroner pada Usia
Lanjut , makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah Penyakit Jantung Koroner pada Usia Lanjut ini dapat
memberikan manfaat maupun insprasi bagi pembaca.

Makassar, 01 Januari 2018

Penulis

Page | 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat .................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
2.1 Landasan Teori ..................................................................................................... 5
2.2 Definisi Jantung Koroner .................................................................................... 5
2.3 Anatomi Jantung................................................................................................... 7
2.4 Perubahan Fisiologi pada Usia Lanjut ............................................................... 8
2.5 Perubahan Patologi pada Usia Lanjut ................................................................ 9
2.6 Tanda dan Gejala Penyaikit Jantung pada Usia Lanjut ................................... 9
2.7 Jenis-jenis Penyakit Jantung pada Usia Lanjut .............................................. 10
2.8 Cara Pencegahan Penyaki Jantung pada Usia Lanjut .................................... 12
BAB III METODE PENELITAN ........................................................................ 14
4.1 Metode Penelitian ............................................................................................... 14
4.2 Variabel Penelitian ............................................................................................. 14
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 14
4.4 Sampel Penelitian ............................................................................................... 15
4.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 15
4.6 Instrumen Penelitian .......................................................................................... 15
4.7 Teknik Analisis Data.......................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 18
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 18
4.2 Saran..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN ………………………...…………………………………………...20

Page | 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit Jantung Koroner merupakan penyakit yang sangat ditakutkan
oleh banyak orang. Gejala dan penyebabnya sampai sekarang masih sulit
dideteksi dan diagnosa. Informasi dan pengetahuan tentang penyakit jantung
koroner masih terbatas. Bahkan buku-buku yang membahas tentang ini
masih sangat kurang.
Pada umumnya penyakit jantung lebih banyak menyerang di usia
lanjut dikarenakan elastisitas pembuluh darah berkurang akibat proses
penuaan dan fungsi tubuh menurun. Penyakit jantung koroner pada usia
lanjut mempunyai penyebab yang multifaktoral yang saling tumpang tindih.
Untuk itu sebaiknya memahami tentang konsep faktor resiko dan penyakit
degeneratif. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai
penyebab dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,
dimana faktor-faktor risiko tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit
degeneratif misalnya, hipertensi dan penyakit jantung koroner.
Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai penyakit jantung
koroner pada usia lanjut dapat berkembang pesat. Dikarenkan adanya
hubungan antara penyakit yang lain dengan penyakit jantung koroner.
(Balamba,Muh.Kemal,dkk:2017)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi penyakit jantung koroner ?
2. Apa saja perubahan anatomis yang terjadi pada jantung di usia lanjut?
3. Apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada jantung di usia lanjut ?
4. Bagaimana tanda dan gejala penyakit jantung di usia lanjut ?
5. Bagaimana cara mengetasi penyakit jantung pada usia lanjut ?

Page | 3
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi jantung koroner
2. Untuk mengetahui perubahan anatomi pada usia lanjut
3. Untuk mengetahui perubahan fisiologi pada usia lanjut
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit jantung pada usia lanjut
5. Untuk mengetahui cara mengatasi dan mencegah terjadinya penyakit
jantung pada usia lanjut

1.4 Manfaat
Untuk ilmu pengetahuan dan sebagai bahan pembelajaraan atau
pengetahuan tentang penyakit jantung koroner pada usia lanjut. Serta cara
menghindari penyakit jantung koroner pada usia lanjut.

Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


Berdasarkan dengan judul penelitian oleh penulis mengenai “Indeks
Massa Tubuh sebagai determinan Penyakit Jantung pada orang dewasa
berusia di atas 35 tahun” maka diperlukan penejelasan tentang penyakit
jantung koroner.
Survei kesehatan nasional tahun 2001 menunjukkan sebab utama
kematian penduduk indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi yaitu
penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 26,3%. Proporsi terbesar
kematian akibat penyakit sirkulasi mulai terjadi pada usia 35 tahun. Penyakit
Jantung Koroner (PJK) merupakan suatu penyakit dengan perjalana yang
panjang di mana terjadi aterosklerosis dinding pembuluh darah. Natioinal
Cholestrol Education Program (NCEP) menunjukkan bahwa usia,
hipertensi, riwayat keluarga yang menderita PJK pada usia muda, diabetes
milletus, merokok, peningkatan kolestrol low density lipoprotein (LDL) dan
penurunan kolestrol high density lipoproten (HDL) merupakan faktor risiko
independen terhadap PJK.
Faktor risiko usia dan riwayat keluarga tidak dapat dimodifikasi,
namun faktor risiko lainnya dapat diperbaiki melalui perubahan gaya hidup
dan pemberian obat-obatan. Hubungan antara berat badan dan terjadinya
kematian masih terus diperdebatkan, walaupun sudah diketahui bahwa
obesitas yang berat erat berhubungan dengan kematian. Studi observasional
menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa obesitas meningkatkan risiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut.
2.2 Definisi Jantung Koroner
Menurut WHO, penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease)
adalah ketidaksanggupan jantung akut maupun kronik yang timbul karena
kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses
penyakit pada sistem koroner. Dalam Internasional Classification Disease

Page | 5
(1993) disebutkan bentuk-bentuk umum PJK adalah Angina Pectoris,
Ischemic Heart Disease, Acute Miocard Infaraction, dan Sudden Death.
Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2008 menunjukan adanya
pergeseran pola penyakit di Indonesia dalam 12 tahun terakhir (1995- 2007).
Proporsi penyakit menular menurun dari 44% menjadi 28%, sedangkan
proporsi penyakit tidak menular yang termasuk di dalamnya adalah penyakit
jantung koroner (PJK) mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. Data
penyakit penyebab kematian menurut golongan sebab akibat di rumah sakit
di Indonesia pada tahun 2007 adalah penyakit pada sistem sirkulasi darah
termasuk penyakit jantung koroner yang berada di urutan pertama.
Gambaran profil kesehatan Indonesia ini mendukung pernyataan yang telah
dikeluarkan WHO (Depkes RI, 2009).
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan
oleh adanya penyempitan pembuluh darah arteri koroner akibat proses
aterosklerosis atau spasme atau keduanya. Penyakit jantung koroner
menyebabkan masalah pada organ jantung dan terutama di bagian pembuluh
darah. Sindrom koroner akut (SKA) merupakan penyakit jantung koroner
serius yang mengancam kehidupan karena dapat menyebabkan kematian
secara mendadak (Depkes RI, 2009).
Penyakit jantung koroner pada tahun 2008 telah menyebabkan
kematian sebanyak 17,3 juta orang ( 30%). Diperkirakan pada tahun 2030,
sebanyak 23,3 juta penduduk dunia akan meninggal akibat berbagai penyakit
kardiovaskular (WHO, 2013). Jumlah hasil penelitian ini akan terus
meningkat di daerah Asia, termasuk Indonesia (Sasayama, 2013 ).
Masalah utama dari PJK adalah terjadinya penyempitan di pembuluh
darah yang terjadi akibat proses aterosklerosis atau spasme arteri atau
keduanya. Aterosklerostik terjadi akibat adanya timbunan kolesterol dan
jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahan-lahan (Price &
Wilson, 2010). Kondisi tersebut menyebabkan miokard atau otot jantung
tidak mendapatkan suplai oksigen dan darah, maka perburukan mengarah
dari iskemia sampai dengan kematian jaringan di jantung (Corwin, 2008).

Page | 6
Penyakit jantung koroner tersebut dikategorikan sebagai penyakit kritis
karena pasien berada dalam kondisi adanya ancaman kematian.
2.3 Antomi Jantung
Jantung adalah rongga organ berotot yang memompa darah melalui
pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Sarana jantung
istilah yang terkait dengan jantung, dari kata Yunani cardia untuk jantung.
Jantung adalah salah satu organ tubuh manusia yang berperan dalam sistem
peredaran darah.
Jantung terletak di rongga dada. Ukuran jantung kira-kira sebesar
kepalan tangan dengan berat sekitar 300 gram. Jantung dalam sistem
sirkulasi berfungsi sebagai pompa darah. Jantung terdiri dari otot jantung
(miokardium). Membran jantung bagian luar dilapisi dengan selaput jantung
(perikardium). Perikardium terdiri dari dua lapisan, lapisan luar disebut
lamina panistalis dan lapisan dalam yang menempel pada dinding jantung
disebut lamina visceral. Di antara lapisan ini terdapat rongga perikardi yang
berisi cairan perikardi. Cairan ini berfungsi untuk menahan gesekan. Bagian
lapisan dalam disebut dengan endokardium. Jantung memiliki empat ruang,
yaitu :
a. Atrium sinistra (bagian kiri)
b. Atrium dextra (bagian kanan)
c. Ventrikel sinistra (bagian kiri)
d. Ventrikel dextra (bagian kanan)

Page | 7
2.4 Perubahan Fisiologi Pada Usia Lanjut
Perubahan fisiologis yang paling umum terjadi seiring bertambahnya
usia adalah perubahan pada fungsi sistol ventrikel. Sebagai pemompa utama
aliran darah sistemik manusia, perubahan sistol ventrikel akan sangat
mempengaruhi keadaan umum pasien. Parameter utama yang terlihat ialah
detak jantung, preload dan afterload, performa otot jantung, serta regulasi
neurohormonal kardiovaskular.
Oleh karenanya, orang-orang tua menjadi mudah deg-degan. Akibat
terlalu sensitif terhadap respon tersebut, isi sekuncup menjadi bertambah
menurut kurva Frank-Starling. Efeknya, volume akhir diastolik menjadi
bertambah dan menyebabkan kerja jantung yang terlalu berat dan lemah
jantung. Awalnya, efek ini diduga terjadi akibat efek blokade reseptor β-
adrenergik, namun setelah diberi β-agonis ternyata tidak memberikan
perbaikan efek.
Di lain sisi, terjadi perubahan kerja diastolik terutama pada pengisian
awal diastol lantaran otot-otot jantung sudah mengalami penurunan kerja.
Secara otomatis, akibat kurangnya kerja otot atrium untuk melakukan
pengisian diastolik awal, akan terjadi pula fibrilasi atrium, sebagaimana
sangat sering dikeluhkan para lansia. Masih berhubungan dengan diastol,
akibat ketidakmampuan kontraksi atrium secara optimal, akan terjadi
penurunan komplians ventrikel ketika menerima darah yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan diastolik ventrikel ketika istirahat dan
exercise. Hasilnya, akan terjadi edema paru dan kongesti sistemik vena yang
sering menjadi gejala klinis utama pasien lansia. Secara umum, yang sering
terjadi dan memberikan efek nyata secara klinis ialah gangguan fungsi
diastol.
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan untuk melihat adanya penyakit
jantung koroner, gangguan konduksi dan irama jantung, serta hipertrofi
bagian-bagian jantung. Beberapa macam aritmia yang sering ditemui pada
lansia berupa ventricular extrasystole (VES), supraventricular extrasystole
(SVES), atrial flutter/fibrilation, bradycardia sinus, sinus block,A-V
junctional. Gambaran EKG pada lansia yang tidak memiliki kelainan

Page | 8
jantung biasanya hanya akan menunjukkan perubahan segmen ST dan T
yang tidak khas. Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan
ekokardiografi sebagaimana prosedur standar bagi para penderita penyakit
jantung lainnya.
2.5 Perubahan Patalogi Pada Usia Lanjut
Perubahan-perubahan patologi anatomis pada jantung degeneratif
umumnya berupa degeneratif dan atrofi. Perubahan ini dapat mengenai
semua lapisan jantung terutama endokard, miokard, dan pembuluh darah.
Umumnya perubahan patologi anatomis merupakan perubahan mendasar
yang menyebabkan perubahan makroskopis, meskipun tidak berhubungan
langsung dengan fisiologis. Seperti halnya di organ-organ lain, akan terjadi
akumulasi pigmen lipofuksin di dalam sel-sel otot jantung sehingga otot
berwarna coklat dan disebut brown atrophy. Begitu juga terjadi degenerasi
amiloid alias amiloidosis, biasa disebut senile cardiac amiloidosis.
Perubahan demikian yang cukup luas dan akan dapat mengganggu faal
pompa jantung.
Terdapat pula kalsifikasi pada tempat-tempat tertentu, terutama
mengenai lapisan dalam jantung dan aorta. Kalsifikasi ini secara umum
mengakibatkan gangguan aliran darah sentral dan perifer. Ditambah lagi
dengan adanya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah besar dan
degenerasi mukoid terutama mengenai daun katup jantung, menyebabkan
seringnya terjadi kelainan aliran jantung dan pembuluh darah.
Akibat perubahan anatomis pada otot-otot dan katup-katup jantung
menyebabkan pertambahan sel-sel jaringan ikat (fibrosis) menggantikan sel
yang mengalami degenerasi, terutama mengenai lapisan endokardium
termasuk daun katup. Tidak heran, akibat berbagai perubahan-perubahan
mikroskopis seperti tersebut di atas, keseluruhan kerja jantung menjadi
rusak.
2.6 Tanda dan Gejala Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
Nyeri pada daerah prekordial dan sesak napas seringkali dirasakan
pada penderita penyakit jantung di usia lanjut. Rasa cepat lelah yang
berlebihan seringkali ditemukan sebagai dampak dari sesak napas yang

Page | 9
biasanya terjadi di tengah malam. Gejala lainnya adalah kebingungan,
muntah-muntah dan nyeri pada perut karena pengaruh dari bendungan hepar
atau keluhan insomnia.
Bising sistolik banyak dijumpai pada penderita lanjut usia, sekitar 60%
dari jumlah penderita. Dalam penemuan lain juga dilaporkan bahwa bising
sistolik tanpa keluhan ditemukan pada 26% penderita yang berusia 65 tahun
keatas.
Pada jantung dapat dijumpai kekakuan pada arteria koroner, cincin
katup mitral,katup aorta, miokardium dan perikardium. Kelainan-kelainan
tersebut selalu merupakan keadaan yang abnormal.
2.7 Jenis-jenis Penyakit Jantung pada Lanjut Usia
A. Penyakit Jantung Koroner Dan Infark Miokard
Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan
oksigen dan makanan ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui
arteri koroner berkurang. PJK adalah manifestasi umum dari keadaaan
pembuluh darah yang mengalami pengerasan dan penebalan dinding,
disebut juga aterosklerosis. Tapi selain itu stenosis aorta, kardiomiopati
hipertrofi dan kelainan arteri koronaria kongenital juga dapat
menyebabkan PJK.
Faktor risiko PJK antara lain hipertensi sistolik, dislipidemia,
intoleransi glukosa dan fibrinogen, obesitas dan kurang bergerak.
B. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa
penyakit. Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/
CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan
prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur atau
age-dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di
bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun.
CHF terjadi ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Penyebab yang sering
adalah menurunnya kontraktilitas miokard akibat Penyakit Jantung
Koroner, Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat seperti

Page | 10
pada penyakit stenosis aorta atau hipertensi, kelainan katup seperti
regurfitasi mitral.
Selain itu ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu
terjadinya gagal jantung, yaitu kelebihan Na dalam makanan, kelebihan
intake cairan, tidak patuh minum obat, aritmia, flutter, aritmia, obat-
obatan, sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin
B, emboli paru.
C. Kelainan Katup
Bising sistolik dapat ditemukan pada sekitar 60% lansia dan ini
jarang sekali diakibatkan oleh kelainan katup yang parah. Pada katup
aorta, stenosis akibat kalsifikasi lebih sering ditemukan daripada
regurgitasi aorta. Tapi pada katup mitral, regurgitasi sangat sering
dijumpai dan lebih banyak terdapat pada wanita daripada pria.
Pada lansia sering terdapat bising sistolik yang tidak mempunyai
arti klinis yang berarti. Tapi harus hati-hati membedakan fisiologis
dengan yang patologis. Bising patologis menandakan adanya kelainan
katup yang berat yang bila tidak ditangani dengan benar akan
mengakibatkan hipertrofi ventrikel dan pada akhirnya berakhir dengan
gagal jantung.
Stenosis katup aorta etiologinya adalah akibat
kalsifikasi/degeneratif. Stenosis aorta akan berakibat pada pembesaran
ventrikel kiri. Dapat terjadi tanpa disertai gejala selama beberapa tahun
tapi pada akhirnya kondisi ini akan berakhir dengan kerusakan ventrikel
permanen yang akhirnya mengakibatkan komplikasi-komplikasi seperti
pulmonary vascular congestion (dengan sesak nafas), aritmia ventrikel
dan heart block.
Sedangkan kelainan pada katup mitral juga dapat mengakibatkan
terjadinya Atrial fibrillation dan gagal jantung.
D. Hipertensi Dan Penyakit Jantung Hipertensif
Semakin tua, tekanan darah akan bertambah tinggi. Prevalensi
hipertensi pada orang-orang lanjut usia adalah sebesar 30-65%.
Hipertensi pada lansia sangat penting untuk diketahui karena

Page | 11
patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak
seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia dewasa muda. Pada pasien
lansia, aspek diagnostik yang dilakukan harus lebih mengarah kepada
hipertensi dan komplikasinya serta terhadap pengenalan berbagai
penyakit komorbid pada orang itu karena penyakit komorbid sangat erat
kaitannya dengan penatalaksanaan keseluruhan. Seperti penyakit
degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering tidak memberikan
gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau
tersembunyi (occult). Peningkatan tekanan darah sering merupakan satu-
satunya tanda klinis hipertensi yang esensial, sehingga diperlukan
pengukuran tekanan darah secara akurat.
2.8 Cara Pencegahan Penyakit Jantung pada Usia Lanjut
A. Tidak Merokok
Tidak ada kata terlambat untuk berhenti merokok, termasuk untuk
para lansia. Penyakit jantung yang mengancam jiwa kebanyakan
disebabkan kebiasaan merokok dan menghirup asap rokok.
B. Perbanyak kebiasaan berjalan kaki
Salah satu tips untuk jantung sehat adalah dengan membiasakan
diri hidup aktif. Berjalan kaki sebentar di sekitar taman perumahan
misalnya, adalah olahraga pernapasan sederhana untuk membantu
menjaga jantung sehat.
C. Yoga
Yoga adalah cara lain untuk menjaga jantung saat Anda mencapai
usia tua. Yoga membantu menenangkan pikiran dan melawan stres yang
dapat memberi tekanan pada jantung Anda juga.
D. Menjaga Pola Makan
Perbanyak makan makanan yang mengadung sumber protein bebas
lemak dan tinggi nutrisi adalah salah satu cara untuk melawan penyakit
yang berhubungan dengan jantung. Pastikan Anda makan makanan sehat
untuk jantung, seperti tanaman hijau dan untuk sebisa mungkin
menghindari memakan junkfood atau makanan fastfood.
E. Menjaga berat badan

Page | 12
Kelebihan berat badan atau obesitas adalah salah satu ancaman
bagi sistem sirkulasi dan metabolisme tubuh. Dengan bertambahnya
usia, kemampuan tubuh untuk menopang kelebihan berat badan juga
pasti berkurang. Oleh karena itu, rutinlah berolahraga atau tetap menjadi
aktif untuk menjaga berat badan tetap sehat

Page | 13
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, karena
penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Arikunto 2006: 12) yang mengemukakan penelitian kuantitatif adalah
metode penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan
hasilnya.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono:
2009: 60). Jadi yang dimaksud dengan variabel penelitian dalam penelitian
ini adalah segala sesuatu sebagai objek penelitian yang ditetapkan dan
dipelajari sehingga memperoleh informasi untuk menarik kesimpulan.
Sugiyono (2009: 61) menyampaikan bahwa variabel penelitian dalam
penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Variabel bebas (independen variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent
(terikat). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah penyakit pada
usia lanjut.
2. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) pada
penelitian ini adalah Penyakit Jantung Koroner .
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di STIKes Mega Rezky Makassar

Page | 14
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2017
3.4 Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (206: 131) sampel adalah sebagian atau wakil dari
jumlah populasi yang diteliti. Sampel penelitian yang digunakan adalah
sampel bertujuan atau purposivesample. Sampel bertujuan dilakukan dengan
cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah
tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Jadi penelitian ini
menggunakan sampel.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sebagian dari dosen pengajar
yang sudah dalam usia lanjut yang berjumlah sepuluh orang.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arikunto,(2006: 175) teknik pengumpulan data adalah cara
yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Dalam penggunaan tenik pengumpulan data, peneliti memerlukan instrumen
yaitu alat bantu agar pengerjaan pengumpulan data menjadi lebih mudah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner.
Kuesioner merupakan alat Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya (Iskandar, 2008:77)
3.6 Instrumen Penelitian
Arikunto (2006: 160) instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan
hasilnya lebih baik. Alat yang digunakan oleh peneliti sebagai alat
pengumpulan data adalah kuesioner.
Kuesioner digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kebiasaan
sehari-hari terhadap penyakit jantung koroner pada usia lanjut. Kuesioner
berisi pertanyaan yang mengacu pada kebiasaan sehari-hari, dalam
kuesioner responden tinggal memberi tanda (x) pada jawaban yang telah
disediakan. Dalam penelitian ini menggunakan dua lembat kuesioner yang
terdiri dari lima belas pertanyaan.

Page | 15
3.7 Teknik Analisis Data

Jenis Kelamin

40%

60%

Laki-laki Perempuan

Berdasarkan gambar diatas karakteristik responden berdasarkan jenis


kelamin menunjukan bahwa yang paling banyak atau yang paling dominan
responden adalah jenis kelamin laki-laki yang berjumlah 6 orang dengan
presentase sebanyak (60%).

Umur

20%

80%

30-60 Tahun 70-85 Tahun

Berdasarkan gambar diatas karakteristik respoden berdasarkan umur


menujukan bahwa yang paling dominan adalah umur 30-60 tahun sebanyak
8 orang dengan presentase (80%).

Page | 16
Aktivitas
10%

50%
40%

Olahraga Konsumsi makanan berlemak Merokok

Berdasarkan karakteristik responden diatas menujukan bahwa merokok


memiliki presentase tertinggi dengan jumlah 50% dilanjutkan dengan
konsumsi makanan berlemak yang memiliki presentase dengan jumlah 40%.

Page | 17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,
responden terbanyak yaitu 60% berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah
6 orang. Dan hasil karakteristik responden berdasarkan usia, responden
terbanyak yaitu 80% berusia 30-60 tahun dengan jumlah 8 orang. Adapun
aktivitas yang paling banyak dilakukan dari masa muda hingga usia lanjut
adalah merokok, dimana merokok memiliki presentase tertinggi sebesar
50% setengah dari keselurahan respodennya.

B. Saran
Salah satu upaya untuk menjaga kesehatan pada usia lanjut yaitu
dengan menjaga pola hidup diantaranya pola makan dimana kita harus
mengurangi konsumsi makanan berlemak tinggi. Dan melakukan aktivitas
yang bermanfaat bagi fungsi jantung di usia lanjut dengan melakukan
aktivitas ringan seperti berjalan-jalan disore hari.

Page | 18
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati shoufiah. 2016. Hubungan Faktor Resiko dan Karakteristik Penderita


dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. Samarinda: Mahakam Nursing
Journal Vol 1, No.1

Ratnawulan Afriyanti, Janry Pangemanan, dan Stella Palar. 2015. Hubungan


Antara Perilaku Merokok dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner. Manado:
Jurnal e-Clinic (e-Cl) Vol 3, No.1

Lady Parengkuan, Julianus Ake, dan Veibe Undap. 2016. Hubungan Stress
dengan Kualitas Tidur Pasien Penyakit Jantung Koroner. Manado: E-Jurnal
Sariputra Vol 3, No.2

Djauhar arif, Rusnoto, Dewi Hartinah. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia. Kudua: JIKK Vol 4, No.2

Martiem Mawi. 2014. Indeks Massa Tubuh sebagai Determinan Penyakit jantung
Koroner pada Orang Dewasa Berusia di Atas 35 Tahun

Page | 19

Anda mungkin juga menyukai