Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS HUKUM DAN KEBIJAKAN ABORSI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan dan Kepemimpinan


Dosen Pengampu : DR. dr Sutopo Patria Jati MM

Oleh :

Varisa N. Irianti : P1337424718030

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN KEBIDANAN


PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2018
A. Latar Belakang

Aborsi atau mengugurkan kandungan masuk dalam peradaban manusia


dikarenakan wanita tidak menghendaki anak yang ada dalam rahimnya. Perlu
adanya pengaturan yang lebih bijak oleh pembuat kebijakan untuk menghindari
praktik aborsi yang tidak aman (unsave abortion) dan pemenuhan hak reproduksi
perempuan serta hak asasi perempuan dan janin.

Legalisasi aborsi perlu diperhatikan tetapi bukan untuk memberikan


liberalisasi aborsi. Secara hukun aborsi di larang, tetapi pada kenyataannya aborsi
masih sering dilakuan oleh perempuan dengan berbagai alasan dikarenakan
hukum dan peraturan yang kurang akomodatif terhadap alasan – alasan yang
memaksa melakukan tindakan aborsi.

Di Amerika Serikat (AS) aborsi menjadi isu perdebatan politik dimana


orang – orang di sebelah kanan (vc kiri) cenderung menentang aborsi. Kelompok
Feminis berpendapat bahwa kebijakan anti aborsi bertujuan untuk mengontrol
perempuan serta menjaga hubungan hirarkis antara jenis kelamin.

B. Metode

Mutua (2018), menggunakan desan penelitian cross – sectional dengan


wawancara mendalam untuk mendapatan data kualitatif serta penyedia layanan
PAC di fasilitas pelayanan kesehatan. Data dianalisis secara deduktif dan induktif
dengan beragam tema tertentu dari kualitas PAC.

Prusaczyk (2018), mengunakan desain penelitian kohort, data responden


dikumpulan pada tahun 2016 berjumlah 4271. Variabel dependent dalam
penelitian ini adalah konservatisme politik, seksisme, dukungan kebijakan pro –
aborsi, seks, dengan covariat pendidikan, agama ras dan kehadiran keluarga.
C. Hasil

Mutua (2018) masih rendahnya kualitas PAC di Kenya, hal tersebut terhalang
oleh pembatasan aborsi. Minimnya ketersediaan layanan PAC dan kurangnya
kapasitas pengelolaan komplikasi aborsi di fasilitas pelayanan kesehatan dasar
menjadikannya komplikasi pasca aborsi. Tantangan yang di hadapi saat ini adalah
ketentuan yang memadai tentang penggunaan kontrasepsi.

Prusaczyk (2018) sebagian memfasilitasi aborsi, responden relatif lebih


conservative, mereka yang didukung seksisme yang lebih besar dan dukungan
kebijaka pro aborsi yang lebih rendah.

D. How policy is derived from law, and how it is translated

Mutua (2018) pada tahun 2016 perubahan dalam hukum mengakibatkan


Misoprostol dan Mifepristone sebagai obat penting untuk indikasi obstetric dan
ginekologi yang mengakibatkan peningkatan kasus aborsi. Organisasi pelayanan
kesehatan tingkat nasional membatasi penjualan obat tersebut dan pengelolaan
alat kesehatan serta obat – obatan oleh adsminitrator kesehatan yang memiliki
ketrampilan medis guna menekan angka kejadian aborsi pada perempuan dan
koplikasi yang mungin terjadi akibat aborsi,

Prusaczyk (2018) kebijakan melegalkan aborsi telah lama ditetapkan di AS


meski ada beberapa kelompok yang kontra dengan kebijakan tersebut, namun
lebih banyak kelompok pro mengenai kebijakan melealkan aborsi. Beberapa
kelompok kontra menuntut mantan Partai Republik Wakil Presiden Mike Pence
untuk menghapuskan kebijakan mengenai aborsi karena hal tersebut dinilai
merusak hubungan hirarkis antara jenis kelamin.

Anda mungkin juga menyukai