Anda di halaman 1dari 2

Hal ini dirasakan pada saat seorang anak dipaksa belajar oleh guru atau orang

tuannya, padahal anak tersebut tidak menyukai pelajaran tersebut. Meskipun saat itu anak
tersebut sudah berusaha belajar, akan tetapi pelajaran yang dipelajari menjadi sulit, baik
untuk menambah pengetahuan diri maupun untuk memotivasi belajarnya.

Melalui karya tulis ini, penulis ingin menggugah kesadaran kita semua bahwa
kedaulatan sebuah Negara tidak hanya menyangkut soal keberadaan wilayah territorial
dan kepemilikan kekayaan benda akan tetapi juga terkait dengan ideologi dan eksistensi
produk lokal sebagai bukti bahwa kita merdeka dan berdikari di rumah kita sendiri yang
menunjukkan kita mampu membangun negara NKRI. Secara umum tulisan ini
mengetengahkan isu tentang pentingnya menjadikan produk lokal sebagai salah satu
langkah alternatif dalam melanjutkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia serta
dapat mempertahankan kekayaan maupun potensi Negara Indonesia.

Kemampuan - kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi, dengan


kecerdasan akademik, yaitu kemampuan kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ.
Banyak orang yang cerdas, dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosi,
ternyata bekerja menjadi awalan orang ber-IQ lebih rendah tetapi unggul dalam ketrampilan
kecerdasan emosi. Dalam hal ini kapasitas otak beroprasi hanya pada tingkat bertahan hidup.
Fenomena itu muncul pada saat kondisi emosi marah, sedih, ketakutan, dan suasana emosi
lain yang membuat kita tertekan dan terancam. Ketika kita belajar dalam kondisi demikian,
maka kemampuan motivasi belajar menjadi kurang maksimal karena adanya hambatan
emosi.
Akhir-akhir ini banyak persoalan remaja meliputi kenalakan remaja, demonstralisasi
remaja, terlalu mementingkan diri sendiri dan kurang terkontrol dalam mengekspresikan
emosi. Menurut L.Crow & A.Crow, (1989:98) emosi adalah pengalaman yang afektif yang
disertai oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, dimana keadaan mental dan fisiologi
sedang dalam kondisi yang meluap-luap.

Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar agar
menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha semacam itu positif, namun
masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain
kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah kecerdasan emosional.
Karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi individu untuk
menghadapi gejolak, kesempatan atau pun kesulitan kesulitan dan kehidupan.

Abdullah (2004) menyatakan bahwa apabila kecerdasan emosi seseorang itu baik,
maka hasil akademiknya tinggi dan sebaliknya apabila kecerdasan emosi seseorang itu buruk,
maka hasil akademiknya rendah. Hal ini akan berpengaruh

terhadap perilaku siswa, yang berimplikasi terhadap ekspresi sikap dan situasi didalam kelas
yang tidak kondusif dan lemahnya interaksi antar siswa. Implikasinya itu biasanya
menimbulkan motivasi belajar yang rendah, kurang disiplin, rendahnya kesadaran pribadi,
terkadang juga menimbulkan rasa penat, tidak senang, marah, bosan, cemas, dan kepekaan
diri yang kurang.

Anda mungkin juga menyukai