Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

HIPERTROFI TONSIL DAN HIPERTROFI ADENOID

Oleh:
Putri Dunda, S.Ked
Rani Gustini, S.Ked 04054821719094
Rostika Fajrastuti, S.Ked 04054821719095

Pembimbing:
dr. Lisa Apri Yanti, Sp.THT-KL (K), FICS

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL RSMH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul: Hipertrofi Tonsil dan Hipertrofi Adenoid

Disusun oleh :
Putri Dunda, S.Ked
Rani Gustini, S.Ked 04054821719094
Rostika Fajrastuti, S.Ked 04054821719095

Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Oktober ─ November
2018.

Palembang, Oktober 2018


Pembimbing,

dr. Lisa Apri Yanti, Sp.THT-KL (K), FICS


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Hipertrofi Tonsil dan Hipertrofi Adenoid” untuk memenuhi tugas sebagai bagian
dari sistem pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik, khususnya Bagian
Ilmu Kesehatan THT-KL Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Lisa Apri Yanti, Sp.THT-KL (K), FICS, selaku pembimbing yang telah
membantu memberikan ajaran dan masukan sehingga laporan kasus ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat dan pelajaran bagi kita semua.

Palembang, Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
BAB II. STATUS PASIEN ......................................................................................2
FOLLOW UP ................................................................................................18
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI OROFARING.....................................................................23
2.2 FISIOLOGI LARING ............................................................................25
2.3 KISTA VALEKULA .............................................................................26
2.3.1 DEFINISI ........................................................................................26
2.3.2 ETIOLOGI ...................................................................................26
2.3.3 KLASIFIKASI ................................................................................26
2.3.4 MANIFESTASI KLINIS ..............................................................27
2.3.4 EPIDEMIOLOGI .........................................................................28
2.3.4 DIAGNOSA .................................................................................28
2.3.5 PENATALAKSANAAN ................................................................30
BAB IV. ANALISIS KASUS ................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN

1. Identitas Pasien

a. Nama : M. Heris Badaruddin

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. Tanggal Lahir : 2 Desember 1994

d. Pekerjaan : Mahasiswa

e. Alamat : Pulau Gematung OKI No. 153 Kab. OKI

f. Medical Record : 0000832603

2. Anamnesis
Keluhan Utama
Rasa mengganjal di tenggorokan sejak ± 1 tahun yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 1 tahun yang lalu pasien mengeluh rasa mengganjal di
tenggorokan. Pasien juga mengeluh nyeri menelan yang hilang timbul dan tidur
mengorok. Keluhan sulit menelan disangkal. Pasien mengeluh sering terbangun
karena sesak. Pasien sering demam berulang namun tidak terlalu tinggi. Riwayat
batuk pilek berulang (+) dalam 1 bulan dapat berulang 3 kali. Keluhan bau mulut
disangkal. Hidung tersumbat (-), pilek (-), mimisan (-), nyeri telinga (-), keluar
cairan dari telinga (-), telinga terasa penuh (-), telinga berdenging (-), penurunan
pendengaran (-).
Sejak 3 bulan yang lalu keluhan dirasakan semakin memberat. Pasien
kemudian berobat ke Poli THT RSMH.

Riwayat Penyakit Dahulu


Sejak usia 5 tahun pasien mengalami pembesaran amandel.
Riwayat asma dan alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
Riwayat infeksi saluran napas disangkal.
Riwayat keganasan disangkal.

Riwayat Pengobatan
Setiap kali pasien mengalami keluhan nyeri terkait pembesaran amandelnya,
pasien berobat ke Puskesmas dan diberi obat antibiotik dan antinyeri
Riwayat operasi sebelumnya disangkal.

Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku sering meminum air es dan jajan sembarangan

2.3. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Baik
Tekanan Darah : 120/70mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,5oC
Jantung : Dalam batas normal
Paru-paru : Dalam batas normal
Abdomen : Datar, lemas, hepar& lien tidak teraba, bising usus (+)
Ekstremitas : Akral pucat (-)
Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Regio Retroaurikula
-Abses - -
-Sikatrik - -
-Pembengkakan - -
-Fistula - -
-Jaringan granulasi - -

Regio Zigomatikus
-Kista Brankial Klep - -
-Fistula - -
-Lobulus Aksesorius - -

Aurikula
-Mikrotia - -
-Efusi perikondrium - -
-Keloid - -
-Nyeri tarik aurikula - -
-Nyeri tekan tragus - -

Meatus Akustikus Eksternus


-Lapang/sempit Lapang Lapang
-Oedema - -
-Hiperemis - -
-Pembengkakan - -
-Erosi - -
-Krusta - -
-Sekret - -
(serous/seromukus/mukopus/pus) - -
-Perdarahan - -
-Bekuan darah - -
-Cerumen plug - -
-Epithelial plug - -
-Jaringan granulasi - -
-Debris - -
-Benda asing - -
-Sagging - -
-Exostosis
II.Membran Timpani
-Warna Putih Putih
(putih/suram/hiperemis/hematoma)
-Bentuk (oval/bulat) Oval Oval
-Pembuluh darah Pelebaran (-) Pelebaran (-)
-Refleks cahaya + +
-Retraksi - -
-Bulging - -
-Bulla - -
-Ruptur - -
-Perforasi - -
(sentral/perifer/marginal/attic)
(kecil/besar/ subtotal/ total)
-Pulsasi - -
-Sekret (serous/ seromukus/ - -
mukopus/ pus) - -
-Tulang pendengaran - -
-Kolesteatoma - -
-Polip - -
-Jaringan granulasi - -
Gambar Membran Timpani

III. Tes Khusus Kanan Kiri


1.Tes Garpu Tala
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Weber
Tes Scwabach

2. Tes Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan


3.Tes Fungsi Tuba Kanan Kiri
-Tes Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Tes Toynbee Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4.Tes Kalori Kanan Kiri
-Tes Kobrak Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hidung
I.Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
-Tes aliran udara
-Tes penciuman Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Teh
Kopi
Tembakau
II.Hidung Luar Kanan Kiri
-Dorsum nasi Normal Normal
-Akar hidung Normal Normal
-Puncak Hidung Normal Normal
-Sisi hidung Normal Normal
-Ala nasi Normal Normal
-Deformitas - -
-Hematoma - -
-Pembengkakan - -
-Krepitasi - -
-Hiperemis - -
-Erosi kulit - -
-Vulnus - -
-Ulkus - -
-Tumor - -
-Duktus nasolakrimalis - -
(tersumbat/tidak tersumbat)
III.Hidung Dalam Kanan Kiri
1. Rinoskopi Anterior
a.Vestibulum nasi
-Sikatrik - -
-Stenosis - -
-Atresia - -
-Furunkel - -
-Krusta - -
-Sekret - -
(serous/seromukus/mukopus/pus)
b.Kolumela
-Utuh/tidakutuh Utuh Utuh
-Sikatrik - -
-Ulkus - -
c. Kavum nasi
-Luasnya Lapang Lapang
(lapang/cukup/sempit)
-Sekret - -
(serous/seromukus/mukopus/pus)
-Krusta - -
-Bekuan darah - -
-Perdarahan - -
-Benda asing - -
-Rinolit - -
-Polip - -
-Tumor - -
d. Konka Inferior
-Mukosa (erutopi/ Eutropi Eutropi
hipertropi/atropi)
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah Merah muda Merah muda
muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor - -
e. Konka media
-Mukosa (eutropi/ Eutropi Eutropi
hipertropi/atropi) Basah Basah
(basah/kering) Licin Licin
(licin/tak licin) Merah muda Merah muda
-Warna (merah - -
muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor
f.Konka superior
-Mukosa (erutopi/ Sulit dinilai Sulit dinilai
hipertropi/atropi)
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor
g. Meatus Medius
-Lapang/ sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
-Sekret
(serous/seromukus/mukopus/pus)
-Polip
-Tumor
h. Meatus inferior
-Lapang/ sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
-Sekret
(serous/seromukus/mukopus/pus)
-Polip
-Tumor
i. Septum Nasi
-Mukosa (eutropi/ Eutropi Eutropi
hipertropi/atropi)
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah Merah muda Merah muda
muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor - -
-Deviasi - -
(ringan/sedang/berat)
(kanan/kiri)
(superior/inferior)
(anterior/posterior)
(bentuk C/bentuk S)
-Krista - -
-Spina - -
-Abses - -
-Hematoma - -
-Perforasi - -
-Erosi septum anterior - -

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam

Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

2.Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


-Postnasal drip
-Mukosa (licin/tak licin)
(merah muda/hiperemis)
-Adenoid
-Tumor Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Koana (sempit/lapang)
-Fossa Russenmullery (tumor/tidak)
-Torus tobarius (licin/tak licin)
-Muara tuba (tertutup/terbuka)
(sekret/tidak)

Gambar Hidung Bagian Posterior

IV.Pemeriksaan Sinus Paranasal Kanan Kiri


-Nyeri tekan/ketok
-infraorbitalis
-frontalis
-kantus medialis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Pembengkakan
-Transiluminasi
-regio infraorbitalis
-regio palatum durum

Tenggorok
I.Rongga Mulut Kanan Kiri
-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) Normal Normal
(mikroglosia/makroglosia)
(leukoplakia/gumma)
(papilloma/kista/ulkus)
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus) Normal Normal
-Bukal (hiperemis/udem) Normal Normal
(vesikel/ulkus/mukokel)
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel) Utuh Utuh
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
-Kelenjar ludah Normal Normal
(pembengkakan/litiasis)
(striktur/ranula)
-Gigi geligi Normal Normal
(mikrodontia/makrodontia)
(anodontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)

II.Faring Kanan Kiri


-Palatum molle (hiperemis/udem/asimetris/ulkus) Normal Normal
-Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating) Ditengah Ditengah
-Pilar anterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
-Pilar posterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
-Dinding belakang faring (hiperemis/udem) Normal Normal
(granuler/ulkus)
(sekret/membran)
-Lateral band (menebal/tidak) Tidak Tidak
-Tonsil Palatina (derajat pembesaran) T2 T3
(permukaan rata/tidak) Tidak Rata Tidak Rata
(konsistensi kenyal/tidak) Kenyal Kenyal
(lekat/tidak) - -
(kripta lebar/tidak) Melebar Melebar
(dentritus/membran) Detritus (-) Detritus (-)
(hiperemis/udem) - -
(ulkus/tumor) - -
Gambar rongga mulut dan faring

Rumus gigi-geligi

III.Laring Kanan Kiri


1.Laringoskopi tidak langsung (indirect)
-Dasar lidah (tumor/kista) Normal Normal
-Tonsila lingualis (eutropi/hipertropi) Eutropi Eutropi
-Valekula (benda asing/tumor) - -
-Fosa piriformis (benda asing/tumor) - -
-Epiglotis Normal Normal
(hiperemis/udem/ulkus/membran)
-Aritenoid Normal Normal
(hiperemis/udem/ulkus/membran)
-Pita suara (hiperemis/udem/menebal) Normal Normal
(nodus/polip/tumor) Normal Normal
(gerak simetris/asimetris) Normal Normal
-Pita suara palsu (hiperemis/udem) Normal Normal
-Rima glottis (lapang/sempit) Normal Normal
-Trakea Normal Normal
2.Laringoskopi langsung (direct) Normal Normal

Gambar laring (laringoskopi tidak langsung)

2.4. Pemeriksaan Penunjang


2.4.1. Pemeriksaan Laboratorium
(17 Oktober 2018)
Hb : 16,1 g/dL
Eritrosit : 5,63 x 106/mm3
Leukosit : 7,0 x103/mm3
Hematokrit : 49 %
Trombosit : 206 x 103/µL
Diff Count : 0/3/53/37/7
CT :9
BT :1
GDS : 73 mg/dL
Ureum : 26 mh/dL
Kreatinin : 0,99 mg/dL
SGOT : 24 U/L
SGPT : 31 U/L
Natrium : 147 mEq/L
Kalium : 4,1 mEq/L
HBsAg : Non Reactive

Tes alergi (prick test)


Tidak dilakukan

2.4.2. Periksaan Radiologis


- Rontgen Thorax PA (23 Agustus 2017)
-

Kesan: Tak tampak kelainan radiologis pada foto thorax pada saat ini

2.5. Diagnosa kerja


Hipertrofi Tonsil dan Hipertrofi Adenoid

2.6. Diagnosis Banding

2.7. Pengobatan
I. Istirahat (bed rest)
II. Diet nasi biasa
III. Medikamentosa:
- IVFD RL gtt X/menit
IV. Edukasi:
- Puasa 6 jam sebelum operasi
V. Operatif
R/ pro tonsiloadenoidektomi (26 Oktober 2018)

Dilakukan tindakan Operasi Elektif (Tanggal: 26 Oktober 2017)


Ruangan : OK IBS
Pembedah : dr Lisa Apri Yanti, Sp.THT-KL (K) FICS
Diagnosa Prabedah : Hipertrofi Tonsil dan Hipertrofi Adenoid
Diagnosa Pascabedah : Post Tonsiloadenoidektomi a.i hipertrofi tonsil +
hipertrofi adenoid
Disinfeksi Kulit dengan : Povidon Iodine 10%
Jenis Anestesi : General Anestesi
Indikasi Operasi : Diagnostik + Terapeutik
Nama Prosedur Operasi : Tonsiloadenoidektomi
Mulai Operasi : Pukul
Selesai Operasi : Pukul

2.8. Pemeriksaan Anjuran


- Pemeriksaan patologi anatomi jaringan tonsil dan adenoid

2.9 Follow Up
26 Oktober 2018
S : Nyeri luka operasi dan nyeri menelan
O: Kesadaran: Compos Mentis
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 18 x/Menit
Temp: 36,5o C
Saturasi: 99%
Perdarahan dari orofaring berkurang
A: Post Tonsiloadenoidektomi hari ke-1
P: - Observasi TTV dan perdarahan orofaring
- IVFD RL 500cc + Ketorolac 60mg drip gtt xx/menit
- Ceftriaxon 1gr/12 jam IV
- Ranitidin 50mg/12 jam IV
- Diet bubur saring dingin
- Kompres leher dengan batu es
- Tidur miring ke salah satu sisi

2.10. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
BAB IV
ANALISIS KASUS

Dari informasi yang didapatkan melalui auto dan alloanamnesis, diketahui


bahwa pasien telah mengalami keluhan adanya rasa mengganjal di tenggorokan
dan nyeri menelan sejak 1 tahun lalu. Tonsil merupakan organ linfoid yang
berperan dalam imunitas saluran pernapasan atas. Pembesaran tonsil terjadi
sebagai respon perlawanan terhadap infeksi yang terjadi di saluran pernapasan
atas akibat berbagai sitokin inflamasi yang memicu proliferasi sel-sel imun yang
ada di dalam sentrum germinativum. Pembesaran tonsil dan adanya reaksi radang
inilah yang menimbulkan keluhan adanya rasa mengganjal di tenggorokan dan
nyeri menelan.
Dalam 1 bulan terakhir, pasien menjelaskan bahwa pasien mengalami batuk
pilek serta demam berulang yang terjadi sebanyak 3 kali. Infeksi yang berulang
dapat menimbulkan sumbatan pada kripta tonsil dan mengakibatkan peningkatan
statis debris maupun antigen di dalam kripta, juga terjadi penurunan integritas
epitel kripta sehingga memudahkan bakteri masuk ke parenkim tonsil. Parenkim
tonsil yang normal jarang ditemukan adanya bakteri pada kripta, namun pada
tonsilitis kronis bisa ditemukan bakteri yang berlipat ganda. Bakteri yang menetap
dalam kripta tonsil menjadi sumber infeksi berulang terhadap tonsil sehingga pada
suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman dan kemudian tonsil
menjadi sarang kuman.
Tonsilitis akut dapat sembuh sendiri atau sembuh dengan antibiotik jika
penyebabnya adalah bakteri. Namun, tonsilitis akut atau subakut yang terus
berulang dapat menjadi tonsilitis kronik. Riwayat kebiasaan pasien sering jajan
sembarangan dan sering minum es menjadi faktor risiko terjadinya tonsilitis
kronik ini. Hal ini disebabkan karena pajanan tonsil terhadap kuman yang terus
terjadi dari jajanan yang dikonsumsi. Selain itu, seringnya minum es
menyebabkan suasana dirongga mulut dan orofaring menjadi dingin sehingga
menjadi tempat yang baik bagi kuman untuk berkembangbiak.
Dari autoanamnesis juga diketahui bahwa pasien juga mengalami keluhan
telinga yaitu rasa penuh di telinga kiri dan penurunan pendengaran telinga kiri.
Pemeriksaan nasofaring dari rinoskopi posterior tidak dapat dinilai dengan pasti,
namun dari pemeriksaan radiologi nasofaring didapatkan pembesaran adenoid
(tonsil faringeal). Selain tonsil palatina, jaringan adenoid juga termasuk dalam
jaringan limfoid disekitar faring yang ikut berperan dalam imunitas saluran
pernapasan atas. Infeksi saluran napas atas berulang juga dapat menyebabkan
hipertrofi adenoid. Selain itu, melalui alloanamnesis, keluarga pasien menyatakan
bahwa pasien sering ngorok ketika tidur. Mengorok merupakan salah satu tanda
dari obstructive sleep apnea yang timbul akibat adanya sumbatan ataupun
penyempitan koana. Penyempitan koana pada pasien ini disebabkan oleh
hipertrofi adenoid karena jaringan adenoid ini terletak di nasofaring berhadapan
dengan koana. Tidak adanya keluhan hidung tersumbat dapat menunjukkan bahwa
pembesaran adenoid belum sampai menutupi nares posterior.
Dari pemeriksaan orofaring didapatkan tonsil palatina bilateral membesar
dengan ukuran T2-T3, lekat pada fosa tonsilaris, kripta melebar tanpa detritus, dan
tidak hiperemis. Kripta yang melebar merupakan tanda dari tonsilitis kronik. Hal
ini dapat terjadi karena proses radang berulang yang timbul menyebabkan epitel
mukosa juga jaringan limfoid terkikis dan digantikan oleh jaringan parut yang
akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. Proses ini akan berjalan
terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan
dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Tidak adanya detritus dan tidak
hiperemis menunjukkan bahwa tonsilitis sedang tidak eksaserbasi. Hal ini juga
dapat menjadi pertimbangan untuk dilakukan operasi.
Tonsilitis kronik dapat didiagnosis banding dengan tonsilitis difteri dan
faringitis tuberkulosis karena kesamaan beberapa gejala klinis dan perjalanan
penyakit yang berlangsung kronik. Gejala klinis yang sama antara lain adanya
rasa mengganjal di tenggorok, nyeri menelan, demam berulang, serta adanya
pembesaran tonsil. Namun pada tonsilitis difteri, gambaran klinis akan lebih
buruk dan pembesaran tonsil disertai dengan membran putih yang mudah
berdarah jika dilepas dari perlekatannya di tonsil. Pada pasien ini, riwayat batuk
lama secara terus menerus, riwayat minum OAT, dan riwayat keluarga yang
menderita infeksi saluran napas disangkal. Untuk menyingkirkan diagnosis
banding tersebut dengan lebih pasti maka dapat dilakukan pemeriksaan gram atau
kultur swab tonsil.
Hipertrofi adenoid dapat didiagnosis banding dengan massa nasofaring
seperti karsinoma nasofaring (KNF) dan kista nasofaring (Tornwald’s cyst) karena
kesamaan gejala klinis yaitu adanya gejala obstructive sleep apnea syndrome
yaitu mengorok serta gejala terkait sumbatan muara tuba Eustachius. Secara
epidemiologi, KNF sering terjadi pada dekade ke 4-5, sedangkan kista nasofaring
sering terjadi pada dekade 2-3.18 Selain itu, dari anamnesis diketahui bahwa
pasien ini tidak memiliki faktor risiko keganasan seperti riwayat genetik keluarga,
merokok, makan makanan berpengawet nitrosamin, dll. Untuk menyingkirkan
diagnosis banding tersebut dengan lebih pasti maka harus dilakukan pemeriksaan
histopatologi terhadap jaringan adenoid setelah operasi pengangkatan.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka tegak
diagnosis pasien ini adalah tonsilitis kronik dan hipertrofi adenoid. Tatalaksana
terhadap pasien ini adalah langsung ke tatalaksana pembedahan karena kondisi
tonsil tidak sedang eksaserbasi akut dan adanya beberapa indikasi
adenotonsilektomi berikut:
1. Hipertrofi adenoid yang telah menyebabkan gejala sleep apnea (ngorok)
2. Hipertrofi tonsil yang menyebabkan gangguan menelan
3. Radang tonsil kronis menetap yang tidak memberikan respons terhadap
penatalaksanaan medikamentosa
4. Otitis media efusi
Jaringan yang diperoleh dari pembedahan diperiksakan histopatologinya
untuk mengetahui apakah ada suatu keganasan yang mendasari proses pembesaran
jaringan tersebut. Setelah operasi adenotonsilektomi, pasien diberikan antibiotik
profilaksis dan obat analgetik untuk mengatasi nyeri luka operasi. Pemberian
ranitidin dilakukan dengan tujuan mencegah terjadinya refluks lambung dan
menekan rasa mual muntah agar tidak mengganggu daerah bekas operasi. Untuk
memudahkan asupan nutrisi, pasien diberikan nutrisi dengan bubur saring dingin.
Untuk menghentikan proses radang dan perdarahan, pasien diedukasi untuk
mengompres lehernya (sekitar daerah operasi) dengan kompres es. Pasien juga
diedukasi untuk tidur dengan posisi miring ke salah satu sisi dengan tujuan untuk
menghindari aspirasi darah bekas luka operasi ke saluran pernapasan.
Prognosis vitam pasien ini adalah bonam karena penyakit yang dialami
pasien tidak berkaitan dengan kondisi vital pasien. Prognosis sanationam pasien
ini juga bonam karena pembesaran jaringan tonsil ini tidak akan berulang kembali
karena telah dilakukan pengangkatan secara total. Sedangkan prognosis
functionam pasien ini adalah dubia ad bonam karena kadar IgG, IgA dan IgG
pasien tonsilitis kronis mengalami penurunan setelah dilakukan tonsilektomi, pada
awal periode pasca operasi dan kemudian mungkin dapat berangsur-angsur
menjadi normal kembali.

Anda mungkin juga menyukai