Anda di halaman 1dari 21

Nilai :

Tanda Tangan :

REFERAT
SISTEM PENILAIAN TRAUMA

Disusun Oleh:

Retty Tonapa
11.2017.230

Pembimbing

dr. Chandra Svaras, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


HALAMAN PENGESAHAN

Referat dengan judul:


“SISTEM PENILAIAN TRAUMA”

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan kepanitraan klinik


Ilmu Bedah RSAU Dr.Esnawan Antariksa periode 5 November 2018 – 12 Januari 2019

Disusun Oleh:
Retty Tonapa
11.2017.230

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Chandra Svaras, Sp.B


Selaku dokter pembimbing Departement Bedah Umum RSAU Dr.Esnawan Antariksa

Jakarta, Desember 2018


Pembimbing

dr. Chandra Svaras, Sp.B

i
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

LEMBAR PENILAIAN

Nama Retty Tonapa

NIM 112017230

Tanggal Desember 2018

Judul Sistem Penilaian Trauma

Skor
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Pengumpulan data

Analisa masalah

Penguasaan teori

Referensi

Pengambilan keputusan klinis

Cara penyajian

Bentuk laporan

Total

Nilai %= (Total/35)x100%

Keterangan : 1 = sangat kurang (20%), 2 = kurang (40%), 3 = sedang (60%), 4 = baik (80%),
dan 5 =sangat baik (100%)

Komentar penilai
Nama Penilai : dr. Chandra Svaras, SP.B Paraf/Stempel

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………. i

LEMBAR PENILIAN ………………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………………. iii

TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………. 1

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………. 17

iii
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Trauma adalah penyebab ketiga terbesar kematian dan kecacatan di seluruh dunia,
terutama usia dekade keempat di negara berkembang. Trauma triase adalah
penggunaan penilaian trauma untuk memprioritaskan pasien untuk pengobatan atau
transportasi sesuai dengan tingkat keparahan mereka cedera.1 Triase primer dilakukan
di tempat kejadian dan triase sekunder di stasiun kliring korban di lokasi insiden
besar.2 Triage diulang sebelum mengangkut jauh dari tempat kejadian dan lagi di
rumah sakit penerima. Lebih dari 5 juta orang meninggal akibat trauma pada tahun
2002, lebih dari 90% terjadi di negara berkembang. Dari tahun 2000-2020, kematian
akibat kecelakaan lalu lintas diperkirakan meningkat 83% di negara berkembang.
Akibat trauma dapat berupa kecacatan fisik, psikologis, dan keuangan.1,2

Penanganan trauma merupakan salah satu tantangan utama pelayanan kesehatan saat
ini. Dokter harus menilai secara objektif keparahan cedera, sehingga diperlukan
sebuah sistem yang menyatukan deskripsi dan kuantifikasi cedera. Penilaian cedera
sebagai proses kuantifikasi dampak trauma dimulai tahun 1969 oleh American
Association for Automotive Safety, yaitu Abbreviated Injury Score (AIS), dan terus
mengalami perkembangan. Sistem penilaian trauma mencoba menerjemahkan
keparahan cedera menjadi angka, harus dapat digunakan di lapangan sebelum pasien
sampai ke rumah sakit untuk keputusan rujukan serta untuk mengambil keputusan di
Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pengukuran tingkat keparahan cedera merupakan
prasyarat penting terhadap penanganan trauma yang efektif. Setiap sistem penilaian
memiliki keterbatasan sendiri.1-3

Triase dapat lebih konsisten jika menggunakan sistem penilaian. Penilaian untuk
triase harus mudah diaplikasikan. Deskripsi cedera melalui telepon dapat difasilitasi
oleh penggunaan istilah standar dan penilaian organ yang spesifik. Hal ini membantu
proses penilaian antar dokter di institusi yang sama atau berbeda serta para dokter
spesialis.1

1
Pemantauan berulang dan sistematis dapat digunakan sebagai identifikasi awal per
baikan atau perburukan. Beberapa sistem penilaian bertujuan memperkirakan
probabilitas kelangsungan hidup. Penilaian membantu peneliti untuk menentukan
tingkat keparahan dan populasi pasien.1

Terdapat tiga tipe sistem penilaian trauma. Tipe pertama berdasarkan anatomi;
tergantung deskripsi cedera. Tipe kedua berdasarkan fisiologi; didapat dari observasi
dan pengukuran tanda-tanda vital untuk menentukan tingkat penurunan fisiologis
akibat cedera. Tipe ketiga adalah kombinasi sistem penilaian anatomis dan
fisiologis.1-3

Sistem Penilaian Anatomis

Sistem penilaian ini telah digunakan secara luas dalam studi epidemiologi. Jika
digunakan tersendiri, hubungan dengan dampak lebih rendah dibandingkan jika
dikombinasi dengan sistem penilaian fisiologis.1

ISS

Sistem penilaian anatomis yang sering digunakan adalah Injury Severity Score (ISS)
yang diturunkan dari AIS (Abbreviated Injury Scale). AIS (Tabel 1) dikembangkan
untuk mengukur trauma kecelakaan kendaraan bermotor dan telah mengalami
beberapa perubahan. AIS adalah sistem pengkodean menyeluruh untuk cedera semua
tipe di setiap bagian tubuh, dengan deskripsi karakteristik setiap tingkat keparahan
dari 0 (tidak ada cedera) sampai 6 (cedera yang tidak dapat diselamatkan). Penilaian
AIS bersifat subjektif. Cedera sedang oleh satu pemeriksa dapat dianggap cedera
serius oleh pemeriksa lain.1,4

2
Turunan AIS, ISS diperkenalkan oleh Susan Baker, dkk. pada tahun 1984. ISS
merangkum tingkat keparahan kondisi pasien yang mempunyai beberapa cedera.
Tubuh dibagi menjadi enam area: kepala dan leher, toraks, abdomen (termasuk organ
pelvis), alat gerak (termasuk tulang pelvis), dan permukaan tubuh.4 AIS setiap cedera
dicatat, dan cedera yang mempunyai nilai tertinggi di setiap area diutamakan. ISS
adalah penjumlahan kuadrat tiga nilai AIS tertinggi di setiap tiga area tubuh yang
mendapat cedera paling berat. Nilai AIS 6 setara dengan nilai ISS 75.1

ISS = a2 + b2 + c2

Trauma mayor adalah jika ISS ≥15, dihubungkan dengan mortalitas lebih dari 10%.
ISS mudah digunakan dan dapat menjadi prediktor kelangsungan hidup yang baik,
terutama pada pasien-pasien yang mempunyai cedera multipel (Tabel 2).1

ISS mempunyai keterbatasan, yaitu pengumpulan nilai terbatas serta hanya


mengambil cedera paling serius di setiap bagian tubuh. Perkiraan ISS yang akurat
membutuhkan pengumpulan informasi cedera yang detail, sedangkan beberapa
informasi ini hanya dapat diperoleh dengan menggunakan alat penunjang, seperti
MRI atau angiografi, yang mungkin tidak tersedia atau tidak cocok pada keadaan
akut. Analisis data dari 18.961 pasien dari Register Trauma Pusat (State Trauma
Registry) di Florida menunjukkan bahwa data ISS lengkap pada kurang dari 25%
kasus. Oleh karena itu, ISS tidak menghasilkan gambaran keparahan cedera yang
nyata. ISS kurang baik digunakan jika ada banyak cedera di satu sisi tubuh,
misalnya luka tembak di abdomen. Namun, ISS sudah digunakan secara luas untuk
penilaian awal cedera multipel.1-3

3
Perkembangan lain ISS adalah New Injury Severity Score (NISS) (Tabel 3). NISS

diperkenalkan oleh Osler pada tahun 1974 untuk mengurangi kelemahan ISS,
terutama kegagalan menilai cedera multipel di satu regio. Meskipun lebih baik
daripada ISS, NISS gagal menggantikan ISS atau kurang populer di antara para
tenaga medis.1,6

Mengingat keterbatasan ISS dan NISS, penjabaran multidimensional mulai diper-


timbangkan untuk melihat jumlah, lokasi, dan keparahan cedera anatomis serta
pengaruhnya terhadap dampak. Anatomic Profile (AP) menggunakan empat
variabel untuk menjabarkan cedera pasien: A, B, dan C berasal dari cedera kepala
dan leher, toraks, dan bagian tubuh lain yang serius (nilai 3-6), dan D berasal dari
semua cedera yang tidak serius (nilai 1-2). Nilai-nilai digabung menggunakan
perhitungan seperti di tabel 4.1

4
AP1

AP diperkenalkan oleh Copes, dkk. pada tahun 1990. AP tidak luas digunakan,
mungkin karena perhitungan yang rumit.

MESS

Mangled Extremity Severity Score (MESS) adalah instrumen penilaian yang didesain
untuk memprediksi kemampuan hidup/ bertahan dari anggota gerak yang cedera.
Angka diberikan pada keparahan cedera, iskemi anggota gerak, syok, dan usia. Nilai
≥7 memprediksi dibutuhkan amputasi.1-3

Sistem Penilaian Fisiologis

GCS

Jika nilai anatomis menilai komponen cedera yang statis, nilai fisiologis menilai
komponen dinamis yang akut. Contoh sistem penilaian fisiologis yang sering
digunakan dan sederhana adalah Glasgow Coma Score (GCS). Sistem ini merupakan
sistem penilaian fisiologis pertama dan diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Teasdale
dan Jennett. Nilai membuka mata, respons verbal, dan motorik dijumlah; nilai
berkisar antara 3 dan 15 (Tabel 6). Perhitungan GCS cepat dan sederhana, dan
pengulangan perhitungan dapat menginformasikan perkembangan atau perburukan
pasien. Akan tetapi penilaian ini bersifat subjektif pada beberapa kasus.1,2

Respons verbal pasien yang terintubasi dan trakeostomi atau respons membuka mata
pada pasien dengan pembengkakan wajah berat tidak dapat dinilai, sehingga
membatasi penggunaan GCS. Pada anak-anak, perhitungan GCS mengalami

5
modifikasi. GCS adalah metode yang diakui untuk cedera kepala. Cedera kepala
diklasifikasikan ringan (GCS 13-15), sedang (GCS 9-12), atau berat (GCS 3-8). Nilai
rendah menggambarkan cedera yang lebih berat dan memiliki risiko mortalitas yang
lebih tinggi.1

6
TS

Trauma Score (TS) pertama kali diperkenalkan oleh Champion, et al, pada tahun
1981. Rentang nilai TS berkisar dari 1 (prognosis buruk) hingga 16 (prognosis baik).
TS direvisi menjadi RTS (Revised Trauma Score) dengan menghilangkan penilaian
ekspansi respirasi dan waktu isi kapiler karena sulit dinilai, terutama malam hari.1,3

RTS

Diperkenalkan oleh Champion, et al, (1983), sistem ini paling banyak digunakan
sebagai sistem penilaian fisiologis. Sistem ini menggabungkan nilai GCS dengan laju
respirasi dan tekanan darah sistolik. RTS lebih sensitif daripada TS. Terdapat dua
tipe, untuk triase dan penelitian. RTS triase digunakan sebagai instrumen tenaga
kesehatan pra-rumah sakit untuk membantu memutuskan apakah pasien trauma harus

7
dibawa ke fasilitas pelayanan primer atau ke pusat trauma. Untuk tenaga kesehatan
rumah sakit, RTS membantu memutuskan tingkat respons yang diaktifkan.1,2

RTS ≤11 berhubungan dengan mortalitas 30% dan harus segera dibawa ke pusat
trauma. RTS penelitian berbeda dari triase dalam hal penggunaan faktor pemberat
dan didesain untuk pengumpulan data retrospektif dibandingkan penilaian prospektif.
Faktor pemberat tersebut berupa komponen respirasi dikalikan dengan koefisien
0,2908, tekanan darah sistolik dikalikan 0,7326, dan GCS dikalikan 0,9368.
Koefisien diperoleh dari regresi logistik data MTOS (Major Trauma Outcome Study),
dan jika dijumlahkan memberikan nilai berkisar dari 0 hingga 7,8408, nilai rendah
menunjukkan cedera lebih berat.2,4

8
CRAMS

Skala CRAMS mengukur lima komponen, antara lain sirkulasi (circulation), respirasi
(respiration), cedera abdomen (abdominal injury), serta respons motorik dan verbal
(motor and speech responses). Nilai ≥9 di­ anggap trauma minor dan nilai ≤8
dianggap trauma mayor. Skala CRAMS mempunyai sensitivitas 92% dan spesifisitas
98%.1,5,6

PTS

Pediatric Trauma Score (PTS) telah di- kembangkan menjadi enam komponen.
Mortalitas meningkat hingga 30% untuk pasien dengan PTS ≤8. Panduan triase PTS
menyarankan anak dengan PTS ≤8 harus dikirim ke pusat trauma. PTS merupakan
sistem penilaian yang baik tetapi tidak lebih baik dari RTS.1

9
Sistem Penilaian Kombinasi

TRISS

Sistem penilaian kombinasi digunakan untuk mengatasi kelemahan sistem


anatomis dan fisiologis. Nilai trauma dan nilai keparahan cedera digabung dalam
metodologi TRISS (Trauma Score-Injury Severity Score) yang dikembangkan pada
tahun 1987 oleh Champion, dkk. Sistem ini menggabungkan usia, ISS, mekanisme
cedera, dan komponen RTS penelitian untuk menghitung kemungkinan hidup
(Ps/Probability of survival)1-3. Ps hanya gambaran statistik dan bukan prediksi
dampak yang akurat, namun dapat memberikan dasar perhitungan probabilitas
hidup. TRISS memiliki sensitivitas 95%, spesifisitas 96%, dan akurasi 95%. Studi
Okasha yang membandingkan sistem penilaian RTS, ISS, dan TRISS
menunjukkan bahwa TRISS memiliki sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi paling
tinggi (95, 96, 95%), sementara ISS paling rendah (68, 70, 68%) dan RTS
mempunyai spesifisitas 94% dan akurasi 92%.1 Contoh perhitungan TRISS tampak
pada tabel 12.

ISS membagi menjadi 6 area, yaitu kepala dan leher, toraks, abdomen (termasuk
organ pelvis), alat gerak (termasuk tulang pelvis), dan permukaan tubuh. Pada
pasien ini, ISS mengambil area:

10
1. Toraks (pada contoh terdapat 2 cedera: perforasi paru (nilai 4) dan
hemopneumo- toraks bilateral (nilai 3). Nilai yang diambil adalah yang paling
tinggi 42=16)
2. Abdomen (pada contoh terdapat 3 cedera: perforasi diafragma (nilai 3), laserasi
hepar (nilai 3), dan laserasi duodenum (nilai 2). Nilai yang diambil adalah nilai
yang paling tinggi di antara ketiganya 32=9)
3. Ekstremitas (pada contoh hanya cedera pada paha, bernilai 1 12=1)
Dengan demikian, total ISS adalah 16+9+1=26

Sistem penilaian trauma RTS pada contoh:1

GCS 15 = 4, SBP 80 = 3, RR 29 = 3

Nilai RTS = (GCSx0,9368)+(SBPx0,7326)+ (RRx0,2908)


= (4x0,9368)+(3x0,7326)+(3x0,290)
= 3,7472+2,1978+0,8724
= 6,8174
b = bo+b1(RTS)+b2(ISS)+b3(USIA),
dengan koefisien TRISS jenis trauma tajam:
bo = -2,5355, b1 = 0,9934, b2 = -0,0651, b3 = -1,136 usia pasien di bawah 55 tahun
usia = 0
= -2,5355+0,9934(6,8174)+ (-0,0651)26+(-1,136)0
= -2,5355+6,7724–1,6926–0
= 2,5443
Ps = 1/(1+e-b)
= 1/(1+2,7183-2,5443)
= 1/(1+0,0785)
= 1/1,0785
= 0,927
= 92,7%

Contoh lain:1

Total ISS = 27
Sistem penilaian trauma RTS pada contoh:
GCS 13 = 4, SBP 60 = 2, RR 20 = 4
Nilai RTS = (GCSx0,9368)+(SBPx0,7326)+ (RRx0,2908)

11
= (4x0,9368)+(2x0,7326)+(4x0,2908)
= 3,7472+1,4652+1,1632
= 6,3756 ≈ 6,376
b = bo+b1(RTS)+b2(ISS)+b3(USIA),
dengan koefisien TRISS jenis trauma tumpul:
bo = -0,4499, b1 = 0,8085, b2 = -0,0835, b3 = -1,7430 usia pasien di atas 55 tahun
usia = 1
= -0,4499+0,8085(6,376)+ (-0,0835)27+(-1,7430)1
= -0,4499+5,155–2,2545–1,7430
= 0,7076
Ps = 1/(1+e-b)
= 1/(1+2,7183-0,7076)
= 1/(1+0,4928)
= 1/1,4928
= 0,67
= 67%
=
TRISS sudah digunakan sebagai prediksi dampak trauma selama 20 tahun terakhir
dan hampir di seluruh dunia, serta konsisten pada orang dewasa dan anak-anak.
Identifikasi dampak yang tidak diharapkan (seperti kematian pada pasien dengan Ps
tinggi) membutuhkan pelacakan lebih lanjut untuk menemukan kesalahan diagnostik
atau tatalaksana yang kurang adekuat.1,5 TRISS memiliki keterbatasan seperti ISS dan
GCS, memiliki banyak komponen perhitungan, tidak ada informasi yang berkaitan
dengan penyakit penyerta (misalnya penyakit jantung, penyakit paru, dan
sebagainya).1

Severity Characterization of Trauma (ASCOT)1

Adalah sistem penilaian kombinasi yang menggunakan GCS, AIS, usia, tekanan
darah sistolik, dan laju respirasi untuk memperkirakan probabilitas hidup. ASCOT
diperkenalkan oleh Champion, dkk. pada tahun 1996 untuk mengurangi kelemahan
TRISS. ASCOT menggunakan AP menggantikan ISS dan menggolongkan usia ke
dalam bilangan desimal. ASCOT tampaknya dapat memberikan prediksi kematian
yang lebih baik daripada TRISS, tetapi memiliki kompleksitas perhitungan lebih
besar.

12
Variabel perhitungan ASCOT berdasarkan model logistik.

Ps = 1/(1+e-k)

Ps = Probabilitas kelangsungan hidup

e = 2,7183 (dasar logaritma Napierian)

k = k0+k1G+k2S+k3R+k4A+k5B+k6C+k7 Nilai usia


G = Nilai GCS seperti yang dikodekan di RTS saat masuk RS
S = Nilai tekanan darah sistolik seperti yang dikodekan i RTS saat masuk RS

R = Nilai laju respirasi seperti yang dikodekan di RTS saat masuk RS


A, B, dan C adalah komponen AP

Koefisien pemberat untuk ASCOT tergantung- dari tipe cedera (Tabel 13).

Pada ASCOT, usia pasien mempunyai lima poin skala.

Pasien usia ≤54 – nilai usia = 0


Pasien usia 55-64- nilai usia = 1
Pasien usia 65-74- nilai usia = 2
Pasien usia 75-84- nilai usia = 3
Pasien usia ≥85- nilai usia = 4

13
ASCOT memakai AP karena dapat mengukur keparahan anatomis lebih luas
dengan menggabungkan semua cedera yang berat dan faktor pemberat yang sesuai;
tidak hanya nilai anatomis, tetapi juga nilai RTS tergan- tung etiologi cedera
(tumpul atau tajam), membuat karakterisasi keparahan lebih detail. Hosmer-
Lemeshow menyimpulkan bahwa ASCOT merupakan prediktor dampak yang
lebih nyata daripada TRISS.

Pasien dengan cedera sangat parah (AIS = 6) atau sangat ringan (komponen A, B,
dan C AP=0) tidak dievaluasi dengan model logistik ASCOT. Kelompok pasien ini
dan probabilitas kelangsungan hidup mereka dijabarkan pada tabel 14.

14
Penting diketahui, koefisien regresi yang di- gunakan model ini berdasarkan data dari rumah
sakit di Amerika Serikat dan tidak bersifat umum. The U.K. Trauma Audit & Research
Network, contohnya, menggunakan koefisien lain. Baik TRISS maupun ASCOT dapat
digunakan untuk pasien pediatri.1,2

Sistem Penilaian Lainnya

KTS

Sistem penilaian lain adalah Kampala Trauma Score (KTS). KTS dikembangkan di Uganda
pada tahun 1996 untuk digunakan di negara berkembang. KTS merupakan penyederhanaan
RTS dan ISS, dan mirip TRISS. KTS dapat digunakan pada dewasa dan anak-anak. Rentang
nilai berkisar dari 5 sampai 16. Nilai lebih rendah menunjukkan cedera lebih berat. Cedera
berat bila KTS <11, cedera sedang 11-13, dan cedera ringan 14-16. Sebuah studi menunjukkan
bahwa nilai KTS ≤14 meningkatkan risiko kematian tiga kali lipat. KTS dan RTS dapat
memperkirakan kematian dengan baik.1,2

MGAP / GAP

Sistem penilaian trauma lain yang sederhana adalah yang dilaporkan oleh Sartorius, dkk. di
Perancis (2002). Mereka memperkenalkan sistem penilaian mekanisme cedera, GCS, usia (age),
dan tekanan arteri (arterial pressure) (MGAP). MGAP membagi tiga kelompok risiko, yaitu
rendah (23-29 poin), sedang (18-22 poin), dan tinggi (<18 poin). Angka mortalitas berturut-turut
adalah 2,8%, 15%, dan 48%.1

15
Kondo, dkk. memperkenalkan sistem peni- laian trauma terbaru yang merupakan modifikasi
MGAP. Mereka memodifikasi MGAP menjadi GCS, usia (age), dan tekanan darah sistolik
(systolic blood pressure) (GAP). Sistem penilaian trauma ini dapat memprediksikan mortalitas di
dalam rumah sakit lebih akurat. MGAP membagi kelompok tiga risiko, yaitu rendah (19-24
poin), sedang (11-18 poin), dan tinggi (3-10 poin). Angka mortalitas <5% untuk risiko rendah
dan >50% untuk risiko tinggi. Studi di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2013
yang membandingkan penggunaan T-RTS, MGAP, dan GAP menyimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan di antara ketiga- nya dalam memperkirakan angka mortalitas. Simpulan lain
adalah T-RTS merupakan sistem penilaian trauma yang paling dapat digunakan di IGD Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo karena tidak membedakan usia dan mekanisme trauma.1,2

Kesimpulan

Sistem penilaian trauma membantu menilai secara kuantitatif berat ringannya cedera,
memperkirakan hasil akhir trauma, bahkan berguna untuk penelitian. Pasien cedera dan risiko
berat dapat teridentifikasi melalui fisiologi abnormal mereka. Masalah yang lebih sulit dalam
triase adalah identifikasi pasien dengan cedera anatomis nyata dengan status fisiologis mendekati
normal. Setiap sistem penilaian mempunyai keterbatasan. Sistem penilaian anatomis
membutuhkan informasi akurat sifat dan derajat setiap cedera, tidak didesain untuk penggunaan
prospektif pada keadaan gawat darurat, karena nilai akurat biasanya tidak dapat diperoleh dalam
waktu singkat. Akan tetapi, nilai-nilai ini membantu para peneliti mengelompokkan cedera yang
sama untuk perbandingan retrospektif terhadap dampak. Penilaian fisiologis dapat dilengkapi
tanpa informasi cedera penyerta yang detail. Kurangnya ketersediaan tenaga terlatih untuk
menilai secara akurat dan segera juga menghambat praktiknya.

Penilaian paling praktis untuk penilaian trauma pada kondisi gawat darurat dan paling sederhana
adalah GCS dan RTS. Keduanya dapat dikerjakan oleh dokter dan perawat, dan dapat digunakan
untuk menentukan tatalaksana dan memantau perubahan klinis. Namun, sulit menilai GCS pada
pasien terintubasi atau paralisis. TRISS dapat diterapkan. TRISS dapat memperkirakan
probabilitas kelangsungan hidup dan telah digunakan lebih luas daripada sistem penilaian lain
dan dinilai cukup efektif karena memasukkan penilaian anatomis, fisiologis, usia, dan
mekanisme cedera.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Salim C. Sistem Penilaian trauma. Banten: CKD; 2015. H.702-08.


2. Rull G, Bonsall A. Trauma triage and scoring. J Amer Sci; 2014. P.2-8.
3. Joaquim MH, BC Alexandra. Risk stratification tools in emergency general surgery.
USA: BMJ; 2018. p.7-8
4. Lecky F, Woodford M, Edwards A. Trauma scoring systems and databases. UK;
BritishJournal of Anaesthesia; 2014. p.287-92.
5. Orhon R, Eren H, Karadayı S. Comparison of trauma scores for predicting mortality and
morbidity on trauma patients. Sivas: Ulus Travma Acil Cerrahi Derg; 2014. p.258-62.
6. Jin JF, Shao JF, He XJ, Yao MQ. Application of revised trauma evaluation program in
emergency treatment of multiple injuries. Chin Med J. 2006; 119(5): 426-9

17

Anda mungkin juga menyukai