Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SHOLAT

DOSEN PEMBIMBING :

Amirullah, A.Ag, M.Ag

DISUSUN OLEH :

1. INDHARTY AISYAH (20180711014159)


2. IRMA YANTI (20180711014164)
3. NABILA HANA RATRI (20180711014197)
4. RIA ANGRENI (20180711014002)
5. SHARA SAFITRI (20180711014333)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat
dan kasih sayang-Nya yang tiada terhingga. Salawat dan salam semoga selalu tercurah atas
Baginda Rasulullah saw., beserta keluarga, sahabat, dan para pengikut setianya hingga akhir
zaman.
Setiap perintah pasti memiliki sebuah tujuan dan manfaat, pun juga dengan perintah
shalat. Allah menurunkan perintah sholat pasti memiliki suatu tujuan dan manfaat bagi
manusia. Untuk dapat memahaminya, maka harus dipahami secara utuh perintah tersebut,
mulai arti sholat, latar belakang, tujuan sholat, unsur – unsur dalam sholat. Dengan
demikian materi makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Teriring ucapan terima kasih kepada Bapak Amirullah selaku pembimbing kami dalam
pembelajaran mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI), juga kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
guna perbaikan dan peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari pembaca
adalah sangat berharga bagi kami.
Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan
bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah
dengan tema yang senada diwaktu yang akan datang. Aamiin yaa robbal ‘alamin.

Abepura, 11 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................................................... 4

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 4

1.4. Manfaat .................................................................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................................... 6

2.1. Pengertian Sholat ..................................................................................................................... 6

2.2. Sejarah Sholat .......................................................................................................................... 6

2.3. Macam-Macam Sholat ............................................................................................................. 7

2.4. Kedudukan Sholat .................................................................................................................. 10

2.5. Manfaat Gerakan Sholat ........................................................................................................ 11

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................................... 16

3.1. Analisis ................................................................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 20

4.1. Kesimpulan ............................................................................................................................. 20

4.2. Saran ...................................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Sholat merupakan salah satu tiang bangunan islam. Begitu pentingnyaarti sebuah
tiang dalam suatu bangunan yang bernama islam, sehingga takkan mungkin untuk
ditinggalkan.Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat yaitu: kehadiran hati,
tafahhum (Kefahaman terhadap ma’na pembicaraan), ta’dzim (Rasa hormat),
mahabbah, raja’ (harap) dan haya (rasa malu), yang keseluruhannya ituditujukan
kepada Allah sebagai Ilaah.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah danta’lim yang
sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuhmenjadi bersih dan
bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, danhati menjadi bersih dan suci.
Shalat merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif)dari prinsip-prinsip Islam baik dalam
aspek politik maupun sosialkemasyarakatan yang ideal yang membuka atap masjid
menjadi terus terbukasehingga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu
terwujud nyata.Terlihat pula dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang
beriman,ketaatan yang paripurna dan keteraturan yang indah.
Karena itu semua maka masyarakat Islam pada masa salafus shalih sangat
memperhatikan masalah shalat, sampai mereka menempatkan shalat itu sebagai
”mizan” atau standar, yang dengan neraca itu ditimbanglah kadar kebaikan seseorang
dan diukur kedudukan dan derajatnya. Jika mereka ingin mengetahui agama
seseorang sejauh mana istiqamahnya maka mereka bertanya tentang shalatnya dan
sejauh mana ia memelihara shalatnya, bagaimana ia melakukan dengan baik. Ini
sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:
“Apabila kamu melihat seseorang membiasakan ke Masjid, maka saksikanlah
untuknya dengan iman.” (HR. Tirmidzi).
Dalam kitab Jami’ush shogir lima orang sahabat r.a. yaitu Tsauban,Ibnu Umar,
Salamah, Abu Umamah dan Ubadah r.a.telah meriwayatkan hadist 5 ini : ” Sholat
adalah sebaik-baik amalan yang ditetapkan Allah untuk hambanya”. Begitupun dengan
maksud hadits yang diriwayatkan oleh Ibnumas’ud dan Anas r.a.
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan ritual
dan gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat
mengaplikasikannya dalam kesehariannya. Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi
orang-orang yang beriman yang benar-benar melaksanakannya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian sholat?
2. Bagaimanakah sejarah sholat?
3. Apa sajakah macam-macam sholat itu?
4. Bagaimanakan kedudukan sholat dalam islam?
5. Apakah manfaat sholat bagi kesehatan?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian sholat.
2. Untuk mengetahui sejarah sholat.
3. Untuk mengetahui macam-macam sholat.

4
4. Untuk mengetahui kedudukan sholat dalam islam.
5. Untuk mengetahui manfaat sholat bagi kesehatan.

1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian sholat.
2. Dapat mengetahui sejarah sholat.
3. Dapat mengetahui macam-macam sholat.
4. Dapat mengetahui kedudukan sholat dalam islam.
5. Dapat mengetahui manfaat sholat bagi kesehatan.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sholat


Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, sholat menurut Bahasa (Etimologi)
berarti Do'a dan secara terminologi atau istilah, para ahli fiqih mengartikan secara
lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang
dimulai dengan takbir dan yang telah ditentukan (Sidi Gazalba,88). Adapun scara
hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut
kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan
kekuasaan-Nya”atau” mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah
yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.
(Hasbi AsySyidiqi, 59).
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba
dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang
tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul
ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah
ditentukan syara’. (Imam Bashari Assayuthi, 30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah
merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah
ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada
Allah dalam rangka ibadah dan memohon rido-Nya. Sholat dalam agama islam
menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadat manapun juga, ia
merupakan tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan itu.

2.2. Sejarah Sholat


Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang diutuskan oleh Allah SWT
untuk membimbing manusia ke arah jalan kebenaran. Tidak seperti umat nabi-nabi
yang lain, umat nabi Muhammad telah diperintahkan untuk mengerjakan solat 5
waktu setiap hari. Ini merupakan kelebihan dan anugerah Allah SWT terhadap umat
nabi Muhammad dimana solat tersebut akan memberikan perlindungan ketika di hari
pembalasan kelak. Berikut diterangkan asal-usul bagaimana setiap solat mula
dikerjakan
a. Subuh:
Manusia pertama yang mengerjakan solat subuh ialah Nabi Adam a.s. iaitu
ketika baginda keluar dari syurga lalu diturunkan ke bumi. Perkara pertama yang
dilihatnya ialah kegelapan dan baginda berasa takut yang amat sangat. Apabila
fajar subuh telah keluar, Nabi Adam as. pun bersembahyang dua rakaat. Rakaat
pertama: Tanda bersyukur kerana baginda terlepas dari kegelapan malam. Rakaat
kedua: Tanda bersyukur kerana siang telah menjelma.
b. Zuhur:
Manusia pertama yang mengerjakan solat Zuhur ialah Nabi Ibrahim a.s. yaitu
tatkala Allah SWT telah memerintahkan padanya agar menyembelih anaknya Nabi
Ismail as. Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari. Lalu sujudlah Nabi
ibrahim sebanyak empat rakaat.

6
 Rakaat pertama: Tanda bersyukur bagi penebusan.
 Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana dibukakan duka citanya dan
juga anaknya.
 Rakaat ketiga: Tanda bersyukur dan memohon akan keredhaan Allah SWT.
 Rakaat keempat: Tanda bersyukur kerana korbannya digantikan dengan
tebusan kibas.
c. Asar:
Manusia pertama yang mengerjakan solat Asar ialah Nabi Yunus a.s. tatkala
baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari perut ikan Nun. Ikan Nun telah
memuntahkan Nabi Yunus di tepi pantai, sedang ketika itu telah masuk waktu
Asar. Maka bersyukurlah Nabi Yunus lalu bersembahyang empat rakaat kerana
baginda telah diselamatkan oleh Allah SWT daripada 4 kegelapan yaitu:
 Rakaat pertama: Kelam dengan kesalahan.
 Rakaat kedua: Kelam dengan air laut.
 Rakaat ketiga: Kelam dengan malam.
 Rakaat keempat: Kelam dengan perut ikan Nun.
d. Maghrib:
Manusia pertama yang mengerjakan solat Maghrib ialah Nabi Isa a.s. iaitu
ketika baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari kejahilan dan kebodohan
kaumnya, sedang waktu itu telah terbenamnya matahari. Bersyukur Nabi Isa, lalu
bersembahang tiga rakaat kerana diselamatkan dari kejahilan tersebut yaitu:
 Rakaat pertama: Untuk menafikan ketuhanan selain daripada Allah yang
Maha Esa.
 Rakaat kedua: Untuk menafikan tuduhan dan juga tohmahan ke atas ibunya
Siti Mariam yang telah dituduh melakukan perbuatan sumbang.
 Rakaat ketiga: Untuk meyakinkan kaumnya bahawa Tuhan itu hanya satu
iaitu Allah SWT semata-mata, tiada dua atau tiganya.
e. Isya’:
Manusia pertama yang mengerjakan solat Isyak ialah Nabi Musa as Pada
ketika itu, Nabi Musa telah tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan,
sedang dalam dadanya penuh dengan perasaan dukacita. Allah SWT
menghilangkan semua perasaan dukacitanya itu pada waktu Isyak yang akhir.
Lalu sembahyanglah Nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur.
 Rakaat pertama: Tanda dukacita terhadap istriinya.
 Rakaat kedua: Tanda dukacita terhadap saudaranya Nabi Harun.
 Rakaat ketiga: Tanda dukacita terhadap Firaun.
 Rakaat keempat: Tanda dukacita terhadap anak Firaun.
2.3. Macam-Macam Sholat
a. Sholat 5 waktu:
1) Sholat Subuh, yaitu sholat yang dikerjakan 2 (dua) raka'at dengan satu kali
salam. Adapaun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar (+ pukul
04:10) yang hanya diiringi dengan sholat sunnah qobliyah saja, sedang
ba'diyah dilarang.
2) Sholat Zuhur, (Dhuhur) yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan
dua kali tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan
sa'at matahari tepat di atas kepala (tegak lurus) + pukul 12:00 siang, yang

7
diiringi dengan sholat sunnah qobliyah dan sholat sunnah ba'diyah (dua
raka'at-dua raka'at atau empat raka'at-empat raka'at dengan satu kali salam).
3) Sholat Ashar, yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan
setelah matahari tergelincir (+ pukul 15:15 sore atau sebatas pandangan
mata) yang hanya diiringi oleh sholat sunnah qobliyah dengan dua raka'at
atau empat raka'at (satu kali salam).
4) Sholat Maghrib, yaitu sholat yang dikerjakan 3 (tiga) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan setelah
matahari terbenam (+ pukul 18:00) yang diiringi oleh sholat sunnah ba'diyah
dua raka'at atau empat raka'at dengan satu kali salam, sedang sholat sunnah
qobliyah hanya dianjurkan saja bila mungkin : lakukan, tapi bila tidak : jangan
(karena akan kehabisan waktu).
5) Sholat Isya', yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali
tasyahud dan satu kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan menjelang
malam (+ pukul 19:00 s/d menjelang fajar)yang diiringi dengan sholat sunnah
qobliyah (sebelum) dan ba'diyah (sesudah) sholat isya
b. Sholat Sunah:
1) Sholat Sunah Tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah
malam di antara shalat isya’ dan Shalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah
rokaat shalat tahajud minimal dua rokaat hingga tidak terbatas. Saat hendak
kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi, surat al-ikhlas, surat al-falaq
dan surat an-nas.
2) Shalat Sunah Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari
antara pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah
roka'at shalat dhuha minimal dua rokaat dan maksimal dua belas roka'at
dengan satu salam setiap dua roka'at. Manfaat dari shalat dhuha adalah
supaya dilapangkan dada dalam segala hal, terutama rejeki. Saat
melakukan sholat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat surat al-waqi'ah, adh-
dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.
3) Shalat Sunah Istikharah, adalah shalat yang tujuannya adalah untuk
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan hidup baik
yang terdiri dari dua hal/perkara maupun lebih dari dua. Hasil dari petunjuk
Allah SWT akan menghilangkan kebimbangan dan kekecewaan di kemudian
hari. Setiap kegagalan akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang
kelak akan berguna di masa yang akan datang. Contoh kasus penentuan
pilihan:
 Memilih pekerjaan.
 Memutuskan suatu perkara.
 Memilih tempat tinggal dan lain sebagainya.
 Dalam melakukan sholat istikharah sebaiknya juga melakukan, puasa
sunah, shodaqoh, dzikir dan amalan baik lainnya.
4) Shalat Sunah Tasbih adalah solat yang bertujuan untuk memperbanyak
memahasucikan Allah SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap rokaat
dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih. Jika shalat dilakukan siang hari,

8
jumlah rokaatnya adalah empat rokaat salam salam, sedangkan jika malam
hari dengan dua salam.
5) Shalat Sunah Taubat adalah shalat dua roka'at yang dikerjakan bagi orang
yang ingin bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah
dilakukannya dengan bersumpah tidak akan melakukan serta mengulangi
perbuatan dosanya tersebut. Sebaiknya shalat sunah taubat dibarengi
dengan puasa, shodaqoh dan sholat.
6) Shalat Sunah Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh
Allah SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha
untuk mencapai hajat atau cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan minimal
dua rokaat dan maksimal dua belas bisa kapan saja dengan satu salam setiap
dua roka'at, namun lebih baik dilakukan pada sepertiga terakhir waktu
malam.
7) Shalat Sunah Safar adalah sholat yang dilakukan oleh orang yang sebelum
bepergian atau melakukan perjalanan selama tidak bertujuan untuk maksiat
seperti pergi haji, mencari ilmu, mencari kerja, berdagang, dan sebagainya.
Tujuan utamanya adalah supaya mendapat keridhoan, keselamatan dan
perlindungan dari Allah SWT.
8) Shalat Sunah Rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu. Yang
sebelum Shalat Fardhu disebut shalat qobliyah, dan yang
setelah shalat fardhu di sebut shalat Ba'diyah. Keutamaannya adalah sebagai
pelengkap dan penambal shalat fardhu yang mungkin kurang khusu atau
tidak tumaninah.
9) Shalat Sunah Istisqho’, shalat sunah ini di lakukan untuk memohon turunnya
hujan. dilakukan secara berjamaah saat musim kemarau.
10) Shalat Sunah Witir dilakukan setelah sampai sebelum fajar. bagi yang yakin
akan bangun malam diutamakan dilakukan saat sepertiga malam
setelah shalat Tahajud. Shalat witir disebut juga shalat penutup. biasa
dilakukan sebanyak tiga rakaat dalam dua kali salam, dua rakaat pertama
salam dan dilanjutkan satu rakaat lagi.
11) Shalat Tahiyatul Masjid ialah shalat untuk menghormati masjid.
Disunnahkan shalat tahiyatul masjid bagi orang yang masuk ke masjid,
sebelum ia duduk. Shalat tahiyatul masjid itu dua raka’at.
12) Shalat Tarawih yaitu shalat malam pada bulan ramadhan hukumnya sunnah
muakad atau penting bagi laki-laki atau perempuan, boleh dikerjakan
sendiri-sendiri dan boleh pula berjama’ah.
13) Shalat Hari Raya (Idul Adha dan Idul Fitri). Sebagaimana telah diterangkan
bahwa waktu shalat hari raya idul fitri adalah tanggal 1 syawal mulai dari
terbit matahari sampai tergeincirnya. Akan tetapi, jika diketahui sesudah
tergelincirnya matahari bahwa hari itu tanggal 1 syawal jadi waktu shalat
telah habis, maka hendaklah shalat di hari kedua atau tanggal 2 saja.
Sedangkan untuk shalat hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.
14) Shalat Dua Gerhana, kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah
gerhana bulan. Shalat kusuf dan khusuf hukumnya sunnah muakaddah
berdasarkan sabda Nabi saw. Yang artinya :
“Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena
kematian seseorang maupun kehidupannya. Maka apabila kalian

9
menyaksikan itu, hendaklah kalian shalat dan berdoa kepada Allah
Ta’ala.” (H.R. Syaikhain).
15) Sholat Rawatib adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah
dholat fardu. Seluruh dari sholat rawatib ini yaitu ada 22 rakaat, yaitu :
 2 rakaat sebelum sholat subuh (sesudah sholat subuh tidak ada sholat
sunah ba’diyah).
 2 rakaat sebelum sholat zuhur. 2 atau 4 rakaat sesudah zuhur.
 2 rakaat atau 4 rakaat sebelum sholat ashar, (sesudah sholat ashar
tidak ada sholat ba’diyah)
 2 rakaat sesudah sholat maghrib.
 2 rakaat sebelum sholat isya.
 2 rakaat sesudah sholat isya.

2.4. Kedudukan Sholat


Shalat sebenarnya telah dipersintahkan Allah kepada umat terdahulu sebelum umat
nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Wahai
Bani Isra’il ingatlah nikmat yang telah Aku berikan kepada kalian tegakkanlah shalat,
keluarkanlah zakat dan ruku’lah bersama orang orang yang ruku. [Al Baqarah: 40-43].
Allah juga berfirman (artinya), “Dan tidaklah mereka (ahlul kitab dan musyrikin)
diperintah kecuali agar mereka beribadah kepada Allah semata, menegakkan shalat
dan mengeluarkan zakat. Demikianlah agama yang lurus.”[Al Bayyinah: 5]. Dari
‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Islam dibangun atas lima
(perkara): kesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah dan
Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, haji ke
baitullah, dan puasa Ramadhan. Adapun kedudukan sholat dalam islam yaitu:
1. Shalat sebagai sebab seseorang ditolong oleh Allah. Hal ini karena Allah sendiri
berfirman (artinya), “ Wahai orang-orang yang beriman mintalah pertolongan
kepada Allah dengan kesabaran dan shalat” [Al Baqarah 153]. Shalat bila
ditunaikan sebagaimana mestinya niscaya akan menyebabkan seseorang ditolong
oleh Allah dalam setiap urusannya.
2. Shalat merupakan sebab seseorang tercegah dari kekejian dan kemungkaran.
Allah berfirman (artinya), “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji
dan kemungkaran.” [Al Ankabuut 45
3. Shalat merupakan salah satu rukun islam. [H.R Al bukhari 8 dan Muslim]
4. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab/ dihitung di hari kiamat..
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda (artinya), “Sesungguhnya amalan
seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Apabila
shalatnya baik maka ia akan beruntung dan selamat. Namun bila shalatnya jelek
maka ia akan merugi dan celaka..” [H.R At Tirmidzi 413 dan dishahihkan Asy
Syaikh Al Albani]. Yang dimaksud shalat merupakan amalan pertama kali yang
dihisab di hari kiamat adalah shalat wajib, sebagaimana sabda beliau Shallallahu
‘alaihi Wasallam yang lain (artinya), “Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari
seorang muslim pada hari kiamat adalah shalat wajib…” [H.R ibnu Majah 1425 dan
dishahihkan Asy Syaikh Al Albani].

10
Telah dimaklumi bahwa shalat yang diwajibkan kepada kita adalah shalat 5
waktu (Zhuhur, ‘Ashr, Maghib, Isya’ dan Subuh). Demikian pula shalat Jum’at bagi
pria. Inilah yang disepakati seluruh ulama.
5. Keutamaan shalat dapat dilihat dari awal perintah untuk mengerjakannya yaitu
diperintahkan langsung kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tanpa
melalui perantara Jibril “alaihis Salaam, di tempat yang tertinggi yang pernah
dicapai manusia yaitu langit ketujuh, di malam yang paling utama bagi Nabi
Shallallahu ‘alaihi Wasallam yaitu malam Isra’ Mi’raj dan
diwajibkan disetiap hari sepanjang hidup seorang muslim.

2.5. Manfaat Gerakan Sholat


Melaksanakan shalat sebagai salah satu rukun Islam bukan saja menjaga tegaknya
agama tetapi secara medis sholat adalah gerakan paling proporsional bagi anatomi
tubuh manusia. Gerakan sholat memberi dampak yang sangat positif bagi kesehatan
dan obat terhadap berbagai macam penyakit. Ibadah shalat merupakan ibadah yang
paling tepat untuk metabolisme dan tekstur tubuh manusia. Setiap gerakan di dalam
shalat mempunyai manfaat masing-masing. Setiap gerakan shalat merupakan bagian
dari olahraga otot-otot dan persendian tubuh. Shalat dapat membantu menjaga
vitalitas dan kebugaran tubuh tetapi dengan syarat semua gerakan shalat dilakukan
dengan benar, perlahan dan tidak terburu-buru serta istiqomah atau konsisten. Begitu
banyak manfaat gerakan shalat bagi kesehatan tubuh manusia. Semakin sering kita
sholat dengan benar, semakin banyak manfaat yang kita peroleh untuk kesehatan diri
kita. Beberapa manfaat gerakan sholat bagi tubuh:
a. Berdiri tegak dalam sholat
Wajibnya shalat adalah berdiri bagi yang mampu, ternyata berdiri
pada waktu sholat mengandung hikmah yg luar biasa yaitu dapat melatih
keseimbangan tubuh dan konsentrasi pikiran. Berdiri tegak pada waktu
sholat membuat seluruh saraf menjadi satu titik pusat pada otak, jantung,
paru-paru, pinggang, dan tulang pungggung lurus dan bekerja secara
normal, kedua kaki yang tegak lurus pada posisi akupuntur, sangat
bermanfaat bagi kesehatan seluruh tubuh.

b. Takbiratul Ihram
Takbir dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan
bahu dan dilakukan ketika hendak rukuk dan bangkit dari rukuk. Pada saat
kita mengangkat tangan sejajar bahu, otomatis kita membuka dada, dan otot
bahu meregang sehingga membuat aliran darah menjadi lancar dan kaya
akan oksigen. Darah yang kaya akan oksigen ini dialirkan ke bagian otak
pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan telinga kita sehingga
keseimbangan tubuh terjaga. Kedua tangan yang didekapkan di depan perut
atau dada bagian bawah adalah sikap untuk menghindarkan diri dari berbagai
gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
c. Rukuk
Ruku’ yang sempurna ditandai dengan tulang belakang yang
lurussehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung, air tersebut tak
akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.
Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan optimal bermanfaat untuk menjaga

11
kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai
penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung yang sejajar dengan otak
saat membungkuk tersebut menjadikan aliran darah maksimal pada tubuh
bagian tengah. Rukuk pun dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat
yang terdapat di punggung, pinggang, paha dan betis belakang. Demikian
pula tulang leher, tengkuk dan saluran saraf, memori dapat terjaga
kelenturannya dengan rukuk. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk
merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah
sarana latihan bagi kemihsehingga gangguan prostate dapat dicegah.
d. I’tidal (Bangun dari Rukuk)
Saat berdiri dari rukuk dengan mengangkat tangan, darah dari kepala
akan turun ke bawah sehingga bagian pangkal otak yang mengatur
keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga sistem
saraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah terjadinya pingsan secara
tiba-tiba. Gerakan ini juga bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-
organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di
dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian.
e. Sujud
Posisi sujud yang menungging dengan meletakkan kedua tangan di
lantai di sebelah kanan dan kiri telinga, dengan lutut, ujung kaki, dan dahi
juga di atas lantai berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher
dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa
mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir orang yang
melakukan sholat. Oleh karena itu, sebaiknya sujud dilakukan dengan
tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak.
Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir.
Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar
biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
Gerakan sujud tergolong unik. Sujud memiliki falsafah bahwa manusia
menundukkan diri serendah-rendahnya, Bahkan lebih rendah dari pantatnya
sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai
kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang di dalami Prof. Dr.
Muhammad Soleh, gerakan ini mengantarkan manusia pada derajat setinggi-
tingginya. Mengapa? Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin,
pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen.
Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan
darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah
kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya.
Dengan kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu
peningkatan kecerdasan seseorang. Setiap inci otak manusia memerlukan
darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Darah tidak akan memasuki
urat saraf di dalam otak melainkan ketika seseorang sujud dalam sholat. Urat
saraf tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini
berarti, darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikuti waktu shalat,
sebagaimana yang telah diwajibkan dalam Islam. Riset di atas telah mendapat
pengakuan dari Harvard University, Amerika Serikat. Bahkan seorang dokter
berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan diri masuk Islam

12
setelah diam diam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan
sujud.
Di samping itu, gerakan-gerakan dalam shalat sekilas mirip gerakan
yoga ataupun peregangan (stretching). Intinya, berguna untuk melenturkan
tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan sholat dibandingkan
gerakan lainnya adalah di dalam shalat kita lebih banyak menggerakkan
anggota tubuh, termasuk jari-jari kaki dan tangan. Sujud juga merupakan
latihan kekuatan otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh
bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah
kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggan
wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga
memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
Masih dalam posisi sujud, manfaat lain yang bisa dinikmati kaum
hawa adalah otot-otot perut (rectus abdominis dan obliqus abdominis
externus) berkontraksi penuh saat pinggul serta pinggang terangkat
melampaui kepala dan dada. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk
mengejan lebih dalam dan lebih lama yang membantu dalam proses
persalinan. Karena di dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan
kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila otot perut telah berkembang
menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami, otot ini justru menjadi
elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan dan
mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).
f. Duduk antara Dua Sujud & Duduk Iftirosy (Tasyahud awal)
Setelah melakukan sujud, kita melakukan duduk. Dalam shalat
terdapat dua jenis duduk: iftirosy (tahiyat awal) dan tawaru’ (tahiyat akhir).
Hal terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum.
Bagi wanita, di daerah ini terdapat tiga liang yaitu liang
persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih.
Pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung
dengan syaraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada
pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan.
Selain itu, gerakan ini dapat menjaga kelenturan saraf di bagian paha dalam,
cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki. Kelenturan saraf ini
dapat mencegah penyakit prostat, diabetes, sulit buang air kecil dan hernia.
g. Duduk Tawarru’ (Tasyahud Akhir)
Duduk tasyahud akhir atau tawaru’ adalah salah satu anugerah Allah
yang patut kita syukuri, karena sikap itu merupakan penyembuhan penyakit
tanpa obat dan tanpa operasi. Posisi duduk dengan mengangkat kaki kanan
dan menghadap jari-jari ke arah kiblat ini, secara otomatis memijat pusat-
pusat daerah otak, ruas tulang punggung teratas, mata, otot-otot bahu, dan
banyak lagi terdapat pada ujung kaki. Untuk laki-laki sikap duduk ini luar biasa
manfaatnya, terutama untuk kesehatan dan kekuatan organ seks. Bagi wanita
posisi ini bermanfaat untuk memperbaiki organ reproduksi di daerah
perineum. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan
seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan
tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ
gerak kita.

13
h. Salam
Bahkan, gerakan salam akhir, berpaling ke kanan dan ke kiri pun,
bermanfaat membantu menguatkan otot-otot leher dan kepala serta
menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit kepala
serta menjaga kekencangan kulit wajah. Apabila kita menjalankan sholat
dengan benar.
Tubuh akan terasa lebih segar, sendi-sendi dan otot akan terasa lebih
kendur, dan otak juga mempu kembali berfikir dengan terang. Hanya saja,
manfaat itu ada yang bisa merasakannya dengan sadar, ada juga yang tak
disadari. Tapi juga harus diingat, bahwa shalat adalah ibadah agama bukan
olahraga.
i. Rahasia Pengulang-Ulangannya
Shalat memang dikerjakan berulang kali oleh setiap muslim sehari
semalam. Allah SWT. Telah mewajibkan shalat atas setiap mukmin, dalam
waktu-waktu tertentu yang telah di tetapkan. Mereka diperintah
mengerjakanya pada sore dan pagi hari di samping siang dan malam hari.
Mereka mengulang-ulanginya sampailimakali dalam sehari semalam agar
shalat itu dapat menjadi tempat mandi bagi jiwa atau ruh dari setiap muslim
guna mensucikan hatinya dari noda-noda kelalaiannya dan juga
kesalahannya.
Nabi Muhammad Saw. Telah memberi tamsil semacam itu, betapa besar
peranan shalat dalam membersihakan noda-noda dosa dan kesalahan. Allah
SWT. Telah menciptakan manusia sedemikian rupa dalam penciptaan yang
begitu unik, pada dirinya ada sifat kerohanian malaikat, kesyahwatan
binatang di samping kebuasan serigala. Karena itu amat banyak manusia
dikalahkan oleh hawa nafsunya, dikuasai oleh emosi kemarahannya,
ditundukkan oleh daya tarik debu-debu duniawi, yang mereka ciptakan
daripadanya, sehingga mereka terperosok dalam lembah kelalaian dan
kesalahan, bahkan tidak sedikit yang justru berkubang di dalamnya. Dilihat
dari sisi ini memang tidak mengherankan kalau manusia lalu gampang sekali
terlibat dalam kelalaian dan kesalahan. Setiap bani adam berbuat kesalahan
tapi yang tercela apabila ia tetap berlarut-larut dalam kesalahan. Tetap
bernapas dalam lumpur padahal ia menyadari hal itu sehingga keadaannya
bagaikan binatang atau lebih sesat dari itu. Maka dalam shalatlimawaktu
itulah orang yang telah terperosok dalam kesalahan mempunyai kesempatan
untuk menyadarinya membersihkan kesalahan dan dosanya, kembali
bertobat kepada tuhannya. Benteng rohani inilah yang sanggup melindungi
dirinya dari gejolak kerakusannya, syahwatnya dan kelalaiannya terhadap
Allah dan kehidupan akhirat. Gejolak kerakusan dan syahwat adalah bara api
yang menyalakan yang menyambar keasadaran nurani dan menghancurkan
hati dan pikiran sedang shalat adalah penangkalnya yang dapat
memadamkan keganasan api-api tersebut mengusir asapnya serta kegelapan
kabutnya dan mencuci bersih segenap bekasnya dari anggota-anggota tubuh
manusia.
Rasulullah Saw menggambarkan kepada para sahabatnya dengan
segala cara yang dapat dipahami tentang peranan shalat dalam menghapus
kesalahan-kesalahan yang begitu mudah timbul pada diri manusia baik pagi

14
maupun sore harinya. Pengaruh shalat tidak hanya terbatas pada sektor
mensucikan noda dan menghilangkan kesalahan menghapus kejahatan saja
akan tetapi, ia mempunyai peranan yang lain. Sesungguhnya shalat itu
merupakan lintasan segar penuh berkah. Pada saat yanglimakali terjadi
dalam sehari semalam itu manusia dapat melepaskan dirinya dari keterikatan
dunia, tanah dan lumpur yang busuk, dunia kebengisan, keganasan,
percekcokan dan pertarungan, baik pertarungan yang bersifat sementara
ataupun selamanya. Untuk berdiri menghadap kehadirat Allah. Lintasan
perjumpaan dengan atasannya yang penuh khusuk itu, dapat meringankan
beban bagi pikiran dan jiwa dari ketegangan dan persaingan hidup maupun
gejolak nafsu rendah yang tak kunjung puas.
Dengan demikian shalat shalat dapat memberikan santapan rohani
berupa imbalan luhur Ilahi dalam keberadaan manusia, keberadaan ruh
yang hidup diantara anggota-anggota tubuh manusia tidak cukup hanya
mendapat berupa ilmu pengetahuan, kebudayaan atau filsafat. Akan tetapi
perlu mendapat santapan berupa ma’rifah, mengenal kepada Allah dan
berhubungan derngannya. Shalat yang lima kali itulah meruapakan santapan
harian bagi ruh, sebagaimana halnya jasmani memerlukan santapan
hariannya maka munajat hamba dengan tuhannya di dalam shalatnya itu
merupakan gizi rohani yang menyegarkan hati, melapangkan dada,
mengangkat dirinya dari bumi ke langit dan memasukkanya ke hadapan Allah
tanpa pintu serta menghadirkannya berdiri di hadapan-Nya tanpa hijab. Lalu
ia berbicara dengannya tanpa juru bahasa ia berbisik kepada-Nya dengan
bisikan yang dekat tanpa jarak, ia memohon kepadanya tanpa kerendahan, ia
meminta kepada yang maha kaya tanpa kebakhilan, sehingga seolah-olah
ruhnya menjadi halus dan jiwanya menjadi bersih.

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Analisis
 HUBUNGAN SHOLAT DENGAN FISIK

Shalat memang suplier rohani dan pemompa mental. Tanpa shalat, jiwa
manusia mungkin saja tak mampu menanggung beban dalam menjalani hidup.
Bagi orang yang kerap mengalami penderitaan, shalatlah yang menjadi tempat
menumpahkan segala permasalahan, menjadi kesempatan mengadu dan waktu
mencurahkan harapan. Bagi seorang pejuang, seorang juru dakwah, shalat juga
yang menjadikannya kuat memikul semua masalah dan tantangan yang
menghadangnya. Bersyukurlah kita, Allah SWT mewajibkan shalat lima waktu
sehari. Dalam lima kesempatan itu artinya, kita memperoleh masukan energy
baru. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang merasakan nikmatnya
shalat.
Mungkin kita pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Berapa banyak
orang yang menegakkan shalat hanya memperoleh letih dan payah” ( HR Nasa’i ).
Shalat yang digambarkan Rasul dalam hadits tersebut, bukan hanya shalat yang
bisa menjadi penyegar bagi jiwa. Shalat yang hanya bersifat ritual dan tidak
memberikan kenikmatan bagi pelakunya. Shalat yang hanya gerakan fisik yang
senyap dari kedamaian batin. Salah satu syarat yang dapat memberi pencerahan
batin,biasa disebut dengan khusyu’. Khusyu’ menurut Imam Ghazali adalah
hudhurul qalbi kehadiran hati, konsentrasi, rasa tunduk, pasrah dan
penghormatanyang tinggi kepada Allah SWT.
Amirul mukminin Umar ra mengatakan, “ Khusyu’ itu bukan menundukkan
kepala, tapi khusyu’ itu ada di dalam hati.” Al Qur’an menyebutkan khusyu’ itu
adalah tanda pertama orang-orang yang beruntung. “Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, yaitu oran-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS.
Al Mukminun: 1-2). Tidak sedikit orang yang sulit menghadirkan kekhusyuan
dalam shalatnya.
Kita begitu dan nyaris tidak percaya, bila sahabat Rasulullah Ali rejustru
melaksanakan shalat untuk menghilangkan rasa sakit ketika mata panah akan
dicabut dari tubuhnya. Orang yang belum biasa bekerja berat, akan merasa sangat
sulit bekerja mencangkul dan mengolah sawah. Tangannya mungkin akan lecet,
kulitnya terbakar oleh terik matahari dan seluruh tubuhnya terasa linu, itu dalam
konteks pekerjaan fisik. Keadaannya tidak jauh berbeda dengan konteks
pekerjaan batin. Khusyu’ adalah pekerjaan batin, orang yang tidak terbiasa
khusyu’, dekat, pasrah, tunduk pada Allah di luar shalat, akan sulit menghadirkan
kekhusyukan di dalam shalat. Khusyu’ di dalam shalat sangat terkait dengan
khusyu’ di luar shalat. Kalau hati tidak pernah hidup, tidak ada link hubungan
dengan Allah di luar shalat, tentu sulit menjalin hubungan yang baik hanya dalam
shalat. Bagaimna kita merasakan nikmatnya bertani, mencangkul tanh, seperti
yang dirasakan para petani, kalau kita sebelumnya jarang melakukan pekerjaan
tersebut,? Begitu lebih kurang gambarannya, itulah rahasianya kenapa kita sulit

16
khusyu’. Khusyu’ kepada Allah tidak hanya dengan menyebut Subhanallah,
Alhamdulillah atau Allahu Akbar.
Khusyu’diwujudkan dengan hati yang senantiasa berhubungan denagn
Allah, meskipun lidah tidak menyebut nama Allah. Melihat ciptaan Allah, hati
merasakan kebesaran Allah. Melihat peristiwa apapun semakin menyuburkan
ingatan kepada Allah. Mendapat nikmat, hati mengatakan, “Syukur Allah tidak
menjadikan aku menderita.” Hati tersentuh dan malu bila melakukan
ketidaktaatan. Bila ditimpa musibah, hati mengatakan, “Mungkin saya berdosa
pada Allah.” Sikap sikap seperti itulah yang semakin menambah kedekatan
hatidengan Allah SWT. Itulah yang dimaksud dalam firman-Nya, “Mereka yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan berbarung.” Itulah sebabnya para ahli
ibadah mengatakan, aku merasa damai meskipun sendiri.” Kenapa? Karena
mereka dalam kondisi terus berdzikir dengan melihat semua fenomena alam dan
hatinya mengingat Allah Jalla Wa’ala.
Ibarat orang yang sayang dan rindu kepada kekasihnya, setiap barang
kepunyaan kekasihterlihat di depan mata membuat hati ingat dan terkait dengan
kekasih. Kalau sudah ada benih khusyu’ di luar shalat, maka saat berwudhu pun
sudah khusyu’.
Seorang muslim harus berusaha menghidupakan kedekatan hatinya
denagan Allah, kapan pun dan dimanapun. Tokoh ulama Mesir Hasan Al Banna
menyifatkan karakter seorang mujahid adalah bukan orang yang tidur sepenuh
kelopak matanya, dan tidak tertawa selebar mulutnya. Maksudnya itu
menggambarkan suasana keseriusan dan kesungguhan orang yang berjuang di
jalan Allah.
Apa rahasia dibalik kesungguhan dan keseriusan itu? Dalam shalat
mereka sangat membesarkan dan mengagungkan Allah. Di luar shalat mereka
juga tetap membesarkan Allah, hidup sesuai syari’at, menjauhkan diri dari
kemungkaran dan maksiat. Maka Allah akan menaungi mereka, sebab ada
hubungan sangat erat antara shalat dan perilaku-perilaku sosial. Merekalah yang
dimaksud dalam sabda Rasulullah,
“Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan
menyempurnakanhubungan-Nya dengan orang tersebut. “(HR. Hakim).

 HUBUNGAN SHOLAT DENGAN MENTAL & KECERDASAN

Ibadah shalat adalah ajaran agama yang diwahyukan dari Allah kepada Nabi
Muhammad saw. Karena itu ibadah shalat pasti mempunyai banyak hikmah
didalamnya. Kalau kita pelajari al-Qur’an dan as-Sunnah maka akan kita temukan
penjelasan tentang hikmah dari pelaksanaan ibadah shalat, diantaranya yaitu
pengaruh pelaksanaan terhadap kesehatan mental manusia. Dengan shalat
manusia menyerahkan diri kepada-Nya, hal ini akan membantu dalam meredakan
ketegangan emosi manusia, karena seorang mukmin mempunyai keyakinan
bahwa Allah akan mengabulkan doanya dan memecahkan problem-roblemnya,
memenuhi berbagai macam kebutuhannya dan membebaskan diri dari
kegelisahan dan kerisauan yang menimpanya. Menghadap kepada Allah melalui
shalat dan berdoa kepada-Nya dengan harapan dikabulkan akan menimbulkan

17
otosugesti yang akan meredakan ketegangan emosi dan kegoncngan jiwa yang
terjadi pada manusia. Fungsi shalat yaitu :
1. Shalat sebagai sebagai pengobat gangguan jiwa dan penyakit jiwa,
2. Fungsi ibadah shalat sebagai pembinaan kesehatan jiwa, dan
3. Fungsi shalat sebagai pencegah gangguan dan penyakit jiwa.
“Sesungguhnya pelaku ibadah itu mengira telah menegakkan shalat
(seutuhnya), padahal tidaklah dicatat baginya (oleh malaikat Raqib [pencatat amal
baik]), kecuali setengah shalat, atau sepertiganya, atau seperempatnya, atau
seperlimanya, sampai sepersepuluhnya.”
Shalat secara hakiki tidak sekadar bermanfaat menyehatkan jiwa-raga (fisik,
emosional, dan spiritual). Tahukah bahwa dengan menunaikan shalat yang
berkualitas, Anda akan mencapai beragam jenis kecerdasan? Bukan hanya
kecerdasan pikiran (intelegensia/IQ), tetapi sekaligus kecerdasan emosional (EQ),
kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan sosial.

 SHOLAT, KOMUNIKASI SPIRITUAL DENGAN PENCIPTA

Dua tahun sebelum Hijrahnya Nabi ke Madinah, merupakan saat-saat yang


super sulit dalam perjuangan beliau untuk menyebarkan kebenaran. Tekanan,
intimidasi, bahkan upaya pembunuhan kepada beliau pribadi mengalami
intensitas puncak, seiring dengan kematian dua benteng internal da’wah setelah
Allah, Khadijah dan Abu Talib. Bagi Rasulullah, serasa dunia ini suram dan terasa
sumpek dalam melangkan kaki perjuangan. Terasa da’wah mengalami stagnasi
abadi. Dalam situasi inilah beliau diperjalankan melalui wadah “Isra’ mi’raj” di
suatu malam dari masjidil haraam di Mekah ke masjidil Aqsa di Jerusalem, dan
dari Jerusalem beliau diangkat menuju “Sidratul Muntaha” untuk melakukan
komunikasi langsung, dialog nurani dengan sang Penciptanya. Komunikasi dan
dialog nurani inilah yang terkristalkan dalam sebuah amalan ritual Islam yang
dikenal shalat.
Shalat, yang secara lughowi (makna kata) berarti “hubungan atau
komunikasi” kemudian menjadi amalan ritual terpenting dalam agama Islam.
Selain dikenal kemudian sebagai “Pilar agama” (‘imaaduddin), juga merupakan
salah satu dari lima rukun Islam. Menjalankan shalat merupakan kewajiban ‘aini
(setiap individu Muslim), melalaikannya merupakan “pengrusakan” terhadap
dasar-dasar keislaman seseorang.
Melakukan shalat bukan sekedar melakukan gerakan-gerakan atau
membaca bacaan-bacaan formal semata. Melainkan melakukan kegiatan “syamil”
(komperenhesif) dan “mutawazin” (imbang) di antara tiga unsur kemanusiaan
kita. Shalat mencakup kegiatan fisik, ruh, dan juga fikiran. Ketiga hal ini adalah
pilar-pilar kehidupan manusia, yang justeru ketiganya bersatu padu dalam amalan
shalat yang dilakukan.
Di saat ketiga unsur hidup manusia itu menyatu dalam sebuah pergerakan
terpadu, di situlah akan menumbuhkan “keseimbangan” pergerakan hidup
manusia. Keseimbangan ini yang kemudian menjadi pijakan kehidupan manusia
yang sehat. Hanya dengan hidup yang imbang, manusia mampu mendapatkan
kehidupan yang sehat secara paripurna. Selain tumbuhnya kehidupan yang sehat
secara paripurna, dengan keterlibatan tiga unsur tadi, manusia menjalin

18
komunikasi paripurna pula dengan Sang Pencipta. Komunikasi paripurna ini yang
kemudian dikenal dalam bahasa agama sebagai “ khusyuu’”.
Khusyu menjadi “hati” shalat yang dilakukan. Shalat yang tidak memiliki
khusyu’ ibarat manusia yang tidak berhati. Manusia yang tidak lagi berfungsi
nuraninya, sehingga pandangannya akan selalu tertumpu pada hal-hal lahiriyah
semata.
Di saat mata nurani menjadi tumpul atau buta, maka lahiriyah akan
menjadi sosok yang buas. Kehidupan yang tidak memiliki “mata nurani” adalah
kehidupan hewani, bahkan lebih rendah nilainya dari kehidupan hewani. Dan jika
ini terjadi, manusia yang awalnya diciptakan dengan pencptaan yang terbaik,
dimuliakan, dan memiliki keunikan-keunikan, terjatuh ke lembah kehinaan yang
paling rendah (asfala saafilin). Oleh karenanya, shalat bukan hanya dikerjakan,
tapi seharusnya “didirikan” setiap saat. Formalitasnya memang ada lima waktu,
tapi seharusnya shalat itu tegak dalam kehidupan kita di 24 jam 7 hari sepekan.
Maka, ada “shalat di antara shalat-shalat” (shalaatul wustha) yang kita lakukan.
Shalat “Wustha” (in between) adalah tegaknya relasi dan komunikasi antara
hamba dan Rabbnya di setiap saat dan ruang. Bahkan keluar masuknya nafas
seorang hamba seiring dengan “ kesadaran penghambaan” terhadap Rabbnya.
Eternalitas relasi di atas akan menjadi “benteng” kehidupan seorang
Muslim, sekaligus menjadi “basis” kesalehan hidupnya. Dia menjadi solid dalam
kebajikan serta terlindung dengan lindungan kokoh “kesadaran Ilahi”. Dia akan
memiliki pandangan mata “nurani” yang sangat tajam, serta memiliki “intelektual
hati” yang tinggi. Dengan bekal soliditas perlindungan dari kejatatan-kejahatan
dan soliditas basis kebajikan-kebajikan, serta dibarengi oleh kesadaran Ilahi dan
inteletualitas hati, dia akan menjalani kehidupannya dengan penuh konsistensi di
atas ridha Ilahi. Konsistensi perjalanan hidup di atas ridha inilah yang disebut
“taqwa” , yang merupakan cita-cita tertinggi dalam kehidupan beragama. Cita-cita
tertinggi yang diperjuangkan hingga hembusan nafas terakhir di bumi yang fana
ini.

19
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setiap perintah pasti memiliki sebuah tujuan dan manfaat, pun juga dengan
perintah sholat. Allah menurunkan perintah sholat pasti memiliki suatu tujuan dan
manfaat bagi manusia. Shalat adalah amalan ibadah yang paling proporsional bagi
anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur
(gerakan khas tubuh) seorang muslim dan setiap gerakan memberikan manfaat
masing-masing. Sudut pandang ilmiah menjadikan shalat gudang obat bagi berbagai
jenis penyakit.
Shalat yang dikehendaki Islam, bukanlah semata-mata sejumlah bacaan yang
diucapkan oleh lisan, sejumlah gerakan yang dilakukan oleh anggota badan, tanpa
disertai kesadaran akal dan kekhusukan hati. Bukan pula shalat yang dikerjakan
seseorang yang di saat sujud bagaikan ayam mematukkan paruhnya, di saat rukuk
bagaikan gagak menyambar mangsanya, dan di saat salam bagaikan serigala
memalingkan wajahnya. Tapi shalat yang di terima adalah shalat yang terpenuhi
ketentuan-ketentuannya, berupa perhatian pikirannya kedudukan hatinya dan
kehadiran keagungan Allah, yang maha luhur dan maha mulia seolah-olah berada di
hadapan-Nya. Demikian itu karena tujuan pertama dari shalat bahkan juga semua
ibadah, adalah agar manusia selalu mengingat Tuhannya yang maha tinggi, tuhan
yang telah menciptakan dirinya, lalu menyempurnakannya, telah mengatur
kadarnya, lalu memimpinnya.
Ketika posisi berdiri tubuh kita membentuk sudut 180º, ketika posisi rukuk tubuh
kita membentuk sudut 90º, ketika posisi sujud tubuh kita membentuk sudut 45º.
Tanpa disadari ketika mengerjakan shalat kita memiliki energi kinetik sebanyak 40
megahertz (mhz) kecepatannya sama dengan kecepatan bumi mengelilingi matahari
didalam galaksi bima sakti kita.

4.2. Saran
Sholat sebagai suatu tarbiyyah yang begitu luar biasa yang mengajarkankebaikan
dalam segala aspek kehidupan, sebagai pencegah kemungkaran dankemaksiatan,
sebagai pembeda antara orang yang beriman dan orang yangkafir, sholat sebagai
syariat dari Allah dalam kehidupan, semoga dapatdifahami, diamalkan dan
diaplikasikan dengan benar dalam kehidupan kita. Shalat dapat memberikan manfaat
yang luar biasa pada kesehatan, oleh karena itu kita shalat aslinya adalah kebutuhan
kita sendiri. Maka jangan pernah tinggalkan sholat.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://abiyazid.wordpress.com/2008/03/06/waktu-yang-terlarang-untuk-shalat/

http://majelisvirtual.com/2010/04/15/dahsyatnya-siksa-bagi-orang-yangmeninggalkan-
sholat/

http://islamic-indo.blogspot.com/2011/01/syarat-wajib-shalat.html

Wratsongko, Madyo. 2008. Shalat Jadi Obat. Jakarta: Elex Media Komputindo

http://hobirsoleh.wordpress.com./Sholat. Diakses tanggal 9 November 2014

fatchur-alee.blogspot.com/2014/11/manfaat-dan-hikmah-gerakan-shalat.html. Diakses
tanggal 9 November 2014

Abu Masyhad, Tuntunan Shalat Lengkap ( Semarang : PT. MG, 1988)

Ali Imran, Fiqih, ( Bandung : Cita Pustaka Mdia Perintis , 2011)

Moh, Rifa’I, Fiqh Islam Lengkap ( Semarang :Karya Toha Putra, 1978 )

21

Anda mungkin juga menyukai