Anda di halaman 1dari 15

PAPER

X-RAY HIP

Disusun Oleh:

Roni Pahlawan (133307010159)

Dokter Pembimbing:

Dr. dr. Adrian Khu,Sp.OT,FICS

Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)

Departemen Ilmu Bedah Ortopedi dan Traumatologi

Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia

RSU. Royal Prima

Medan

2018
BAB I
PENDAHULUAN

Sendi adalah pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari


kerangka. Sendi panggul atau hip merupakan sendi yang menghubugkan
pelvis dengan tulang paha (femur). Sendi panggul memiliki 2 bagian yaitu
caput femuris dan acetabulum.
Berbagai jenis penyakit dapat menyerang persendian tubuh manusia
dan salah satunya adalah osteoarthritis. Osteoarthritis adalah penyakit akibat
degeneratif tulang rawan sendi dengan disertai terbentuknya bibir di
pinggiran tulangnya, sehingga terjadi penyempitan ruang sendi dan
mengakibatkan timbulnya rasa sakit. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera
di masa lampau maupun abnormalitas bawaan pada susunan tulang.
Berdasarkan sumber data yang penulis peroleh dibeberapa referensi
bahwa sendi panggul mempunyai teknik radiografi sendiri dan berbagai
macam proyeksi pemotretan maka untuk mendapatkan radiograf yang lebih
informatif dilakukan dengan berbagai proyeksi seperti AP unilateral dan AP
perbandingan.
Berbeda dengan permintaan dokter di RSUD Muntilan yang
menggunakan teknik radiografi pelvis AP yang sama dengan teknik
radiografi hip proyeksi AP perbandingan dengan arah sinar vertikal tegak
lurus untuk memeriksa sendi panggul kanan dan kiri sesuai dengan klinis
pasien dan diagnosa dokter. Hal inilah yang menarik penulis untuk
mengangkat kasus pemeriksaan radiografi pelvis dengan proyeksi anterior
posterior menjadi laporan kasus dengan judul “Teknik Radiografi Pelvis
dengan Kasus Osteoarthritis pada Hip Joint di Instalasi Radiologi RSUD
Muntilan”
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Anatomi
2.1.1. Pelvis

Gambar 1. Anatomi Pelvis


Pelvis merupakan cincin yang terdiri dari tulang inominata dan
sacrum yang dihubungkan oleh ligamen. Tulang inominata terdiri dari
os ilium, ischium,dan pubis. Masing-masing berperan dalam menjaga
stabilitas 3 dimensi pelvis. Ketiga bagian tersebut bergabung dan
membentuk suatu ruang berbentuk mangkok yang disebut acetabulum
yang pada permukaan lateral akan mengelilingi caput femoris.
Pelvis membantu dalam menyokong tubuh, melindungi vesica
urinaria, bagian bawah intestinum crassum dan organ reproduksi
internal.
Ilium adalah bagian terbesar dan teratas dari tulang pelvis,
melebar keluar, membentuk tonjolan dari pelvis. Garis tepi dari tonjolan
tersebut dinamakan crista iliaca. Secara posterior, ilium bersendi
dengan sacrum (sacro-iliac joint).

Gambar 2. Pelvis kanan. (a) permukaan medial. (b) permukaan lateral


Ischium terbentuk dari bagian terbawah pelvis. Terdiri dari
korpus yang ikut membentuk acetabulum, ramus superior dan ramus
inferior . Corpus osis ilium melanjutkan diri sebagai corpus ossis ischii
yang disebelah kaudal melekuk dan mempunyai bulatan yang kasar
disebut tuber iscciadicum (tulang duduk). Ke ventral melanjutkan diri
sebagai ramus inferior ossis ischii.
Gambar 3. Aspek lateral pelvis kanan

Pubis merupakan bagian anterior dari pelvis. Terdiri dari


corpus, ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior dan inferior
bertemu di sebelah ventral sebagai simfisis pubis. Pada pangkal ramus
superior di sebelah atas foramen obturatorium terdapat sulcus
obturatorius. Pada tepi atas ramus superior di sebelah atas foramen
obturatorium terdapat sulkus obduratorius. Pada tepi atas ramus
superior lateral dari simfisis pubis terdapat tonjolan disebut tuberculum
publicum. Foramen obturatorium dibatasi oleh ramus superior dan
inferior ossis ischii,ramus superior dan inferior ossis pubis. Tepi bawah
ramus inferior ossis pubis kanan dan kiri membentuk sudut arcus pubis.

2.1.2. Hip Joint


Hip joint merupakan triaxial joint, karena me-miliki 3 bidang
gerak. Hip joint juga merupakan hubungan proksimal dari extremitas
inferior. Dibandingkan dengan shoulder joint yang konstruksinya untuk
mobilitas, hip joint sangat stabil yang konstruksinya untuk menumpuh
berat badan. Selama berjalan, gaya dari extremitas inferior
ditransmisikan keatas melalui hip ke pelvis dan trunk serta aktivitas
extremitas inferior lainnya.
Dalam suatu gerak fungsional, terjadi hubungan antara pelvic
girdle dan hip joint. Pelvis girdle akan mengalami tilting dan rotasi
selama gerakan femur. Hubungan tersebut hampir sama dengan
hubungan scapula dengan shoulder joint, perbedaannya adalah scapula
kiri & kanan dapat bergerak bebas sedangkan pelvis hanya dapat
bergerak sebagai satu unit.
Hip joint dibentuk oleh caput femur yang kon-veks bersendi
dengan acetabulum yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket
(spheroidal) triaxial joint. Acetabulum terbentuk dari penyatuan os
ilium, ischium, dan pubis. Seluruh acetabulum dilapisi oleh cartilago
hyaline, & pusat acetabulum terisi oleh suatu massa jaringan lemak
yang tertutup oleh membran synovial.
Jaringan fibrokartilago yang melingkar datar di acetabulum
disebut dengan labrum acetabular, yang melekat disekeliling margo
acetabulum. Labrum acetabular menutup cartilago hyaline & sangat
tebal pada sekeliling acetabulum dari-pada pusatnya à hal ini
menambah kedalaman acetabulum. Acetabulum terletak di bagian
lateral pelvis, menghadap ke lateral, anterior & inferior.

Gambar 4. Aspek lateral hip kanan

Caput femur secara sempurna ditutup oleh cartilago hyaline.


Pada pusat caput femur terdapat lubang kecil yang dinamakan dengan
fovea capitis tidak ditutup oleh cartilago hyaline. Caput femur
membentuk sekitar 2/3 dari suatu bola. Caput femur berbentuk
spherical dan menghadap kearah anterior, medial dan superior. Hip
joint diperkuat oleh kapsul sendi yang kuat, ligamen iliofemoral,
pubofemoral, dan ischiofemoral. Hip joint juga diperkuat oleh ligamen
transverse acetabular yang kuat dan bersambung dengan labrum
acetabular. Ligamen teres femoris merupakan ligamen triangular yang
kecil, melekat pada apex fovea capitis dekat pusat caput femur ke tepi
ligamen acetabular.
Ligamen teres femoris berfungsi sebagai pe-ngikat caput femur
ke bagian bawah acetabu-lum dan memberikan stabilisator yang kuat
didalam sendi (intraartikular). Stabilisator bagian luar dihasilkan oleh 3
liga-men yang melekat pada collum/neck femur yaitu : ligamen
iliofemoral, pubofemoral & ischiofemoral. Ligamen iliofemoral disebut
juga ligamen “Y”, karena arah serabut mirip huruf Y terbalik. Ligamen
iliofemoral memperkuat kapsul sendi bagian anterior. Ligamen
pubofemoral terdiri dari ikatan serabut yang kecil pada kapsul sendi
bagian medial anterior dan bawah. Ligamen ischiofemoral merupakan
ligamen triangular yang kuat pada bagian belakang kapsul.

Gambar 5. Aspek posterior hip kanan

2.1.3. Proximal Femur


Femur proksimal terdiri dari empat bagian penting; kaput,
kollum, trokanter mayor dan minor. Kaput femur berbentuk bulat dan
halus untuk membentuk persendian dengan tulang kokse di asetabulum.
Kollum femur menghubungkan kaput dengan korpus. Trokanter mayor
merupakan tonjolan tulang yang bulat dan terletak superior dan lateral
dari korpus femur. Sedangkan trokanter minor tonjolannya lebih kecil
dan terletak medial dan superior dari pertemuan kollum dan korpus
femur (Bontrager, 2001).
2.2. Patologi Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit akibat degeneratif tulang rawan sendi
dengan disertai terbentuknya bibir dipinggiran tulangnya, sehingga terjadi
penyempitan ruang sendi, dan mengakibatkan timbulnya rasa sakit. Sering
terjadi pada sendi coxae dan sendi lutut karena sendi-sendi tersebut sendi
yang bertugas menopang badan. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera masa
lalu dan abnormalitas bawaan pada susunan tulang, juga dapat dikarenakan
kegemukan atau obesitas.
Penyakit ini bukan merupakan suatu gejala gangguan peradangan,
namun seringkali perubahan-perubahan didalamnya disertai sinovitis yang
menyebabkan nyeri dan rasa tidak nyaman. Osteoarthritis dibagi dalam dua
kategori yaitu primer, yang dihasilkan dengan umur, dan sekunder, terjadi
pada orang muda dimana diawali dengan kerusakan tulang rawan sendi akibat
trauma, infeksi, atau kelainan congenital.
Tedapat dua perubahan anatomis pada osteoarthritis yaitu kerusakan
fokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada
dasar lesi tulang rawan sendi dan tipe sendi ( osteofit ). Pada osteoarthritis
perubahan anatomis yang paling utama adalah terbentuknya tilang rawan baru
karena proses degeneratif, sedangkan artritis ditandai peradangang pada
membran sinovial.
Proses degeneratif tampak pada terbentuknya fisura-fisura dengan
permukaan tulang rawan yang tidak rata, diikuti kemudian dengan
pembentukan celah dengan arah vertikaldi dalam tulang rawan, dimana akan
mencapai daerah subkondral (cartilage fibrillation). Terdapat penurunan
metakromasi pada pewarnaan tulang rawan diakibatkan dari berkurangnya
proteoglikan.
Membran sinovia menunjukkan sedikit tanda-tanda radang pada saat
penyakit itu secara klinis ada. Dengan rusaknya tulang rawan, maka akan
tampak jaringan tulang yang mendasarinya. Daerah tulang itu akan menjadi
tebal karena kompresi atau karena proses pembentukan tulang baru yang
reaktif. Yang khas pada osteoarthritis adalah terbentuknya ”Taji” tulang (
bony spur ) yang menonjol dari tulang yang reaktif pada tepi ruang sendi.

Gambar 6. Osteoarthritis pada sendi panggul (hip joint)


Walaupun sudah jelas bahwa degenerasi matriks tulang rawan
merupakan patogenesis utama dari osteoarthritis, akan tetapi penyebab dari
proses ini masih tetap belum jelas. Selain perubahan degeneratif yang
berhubungan dengan proses menua, kerusakan jaringan karena proses
imunologis dan penyakit yang berkaitan dengan faktor genetik juga berperan
dalam degradasi tulang rawan.
Kekakuan sub kondral bersamaan dengan perubahan pada tulang
rawan menyebabkan berkurangnya kapasitas meredam goncangan ( Shock
absorbsing capacity ) dan mempengaruhi terjadinya stess yang berlebihan
pada lapisan tulang rawan. Perubahan sklerotik didaerah sub kondral
dianggap sebagai akibat dari mikrofaktur, yang disebabkan oleh trauma
berulang pada tulang penyangga tubuh selama bertahun-tahun.
Klinis dari osteoarthritis adalah berupa nyeri sendi, terutama apabila
sendi bergerak atau menanggung beban. Nyeri akan berkurang jika sendi
beristirahat. Dapat juga terjadi kekakuan sendi apabila sendi tidak bergerak
pada waktu yang lama atau biasanya terjadi pada pagi hari dan terjadi hanya
beberapa menit. Keterbatasan sendi dalam bergerak terutama tidak dapat
berekstensi penuh. nyeri tekan loncat, pembesaran tulang di sekitar sendi,
sedikit efusi sendi dan krepitasi.

Gambar 7. Skema perbandingan sendi panggul normal dengan sendi yang mengalami
osteoarthritis

2.3. Teknik Radiografi Pelvis


2.3.1. Proyeksi AP
 Posisi pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, kedua tangan
diletakkan di depan dada agar tidak menutupi gambaran yang
diinginkan.

Gambar 8. Posisi pasien Pelvis AP dengan rotasi internal pada kaki


 Posisi objek
1) Mengatur MSP (mid-sagital plane) tubuh pada pertengahan
meja pemeriksaan dan pasien dalam posisi true supine.
2) Rotasi internal pada kaki 15o-20o dan mengatur collum
femoris paralel dengan IR atau kaset. Namun, rotasi internal
ini akan menjadi kontra indikasi untuk kasus trauma atau
faktor patologis.
3) Menempatkan alat bantu fiksasi berupa sandbag pada ankle
joint agar posisi tidak berubah.
4) Memeriksa jarak dari kedua SIAS ke meja pemeriksaan sama
jauhnya untuk memastikan pelvis tidak rotasi.
 Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR) : Vertikal tegak lurus
pertengahan IR
2) Titik bidik/central pint (CP) : Pertengahan antara SIAS
dan symphysis pubis (2 inchi atau 5 cm inferior SIAS dan 2
inchi superior symphysis pubis).
3) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
4) Ukuran film dan kaset : 35 x 43 cm
5) Eksposi : Tahan napas

Gambar 9. Radiograf Pelvis AP wanita


Gambar 10. Radiograf Pelvis AP pria

 Kriteria radiograf
1) Kolimasi yang tepat
2) Seluruh panggul sampai proximal femur terlihat
3) Lesser trochanter berada pada medial border femur
4) Collum femoris terlihat penuh tanpa superimposisi
5) Greater trochanter terlihat
6) Kedua tulang iliaca berjarak sama ke tepi radiograf
7) Kedua greater trochanter berjarak sama ke tepi radiograf
8) Columna verebrae paling rendah berada tepat di pertengahan
radiograf
9) Kedua ala iliaca simetris
10) Sacrum dan coccygeus segaris dengan symphysis pubis
2.3.2. Proyeksi Lateral
 Posisi pasien
Pasien diposisikan recumbent lateral.

Gambar 11. Posisi pasien Pelvis Lateral


 Posisi objek
1) Pasien tidur miring di salah satu sisi yang akan di foto,
menempatkan MCP (mid-coronal plane) tubuh pasien di
pertengahan meja pemeriksaan.
2) Di bawah columna vertebralis diberi pengganjal sehingga
vertebrae paralel dengan permukaan meja pemeriksaan.
3) Mengatur pelvis true lateral dengan SIAS pada garis vertikal
yang sama.
4) Menempatkan knee yang satu denga knee yang lain. Alat
fiksasi berupa bantal atau bahan penyangga knee untuk
stabilitas dan kenyamanan pasien.
 Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR) : Vertikal tegak lurus
pertengahan IR
2) Titik bidik/central pint (CP) : 2 inchi (5 cm) di atas
trochanter mayor
3) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm
4) Ukuran film dan kaset : 35 x 43 cm
Gambar 12. Radiograf Pelvis Lateral
 Kriteria radiograf
1) Seluruh panggul sampai proximal femur terlihat
2) Sacrum dan coccygeus
3) Margin posterior dari tulang ischium dan ilium superimposisi
4) Femur superimposisi
5) Bayangan acetabulum superimposisi

Anda mungkin juga menyukai