Skenario 11 Kel f10
Skenario 11 Kel f10
triapusspa@yahoo.com
Pendahuluan
pada manula ( manusia lanjut usia), osteoporosis adalah salah satu penyakit yang
menyerang sebagian dari manula terutama pada wanita paska menopause. Meskipun ada
osteoporosis yang menyerang anak (juvenile idiopathic osteoporosis) Osteoporosis ini lebih
sering menyerang wanita dan pria yang sudah tidak produktif lagi. Pada scenario wanita yang
berumur sekitar 55 tahun tidak bias menggendong anaknyayang baru berumur 3 tahun karena
tulang punggung dan lututnya terasa lemah dan ngilu dan dokterpun mendiagnosa wanita
tersebut mengalami osteoporosis. Kemudian dalam pembahasan hal ini di tunjang dengan
teori makro dan mikro tulang untuk mengetahui struktur tulang dan pertumbuhan tulang,
kemudian kontraksi dari otot untuk mengetahui bagaimana bias tulang dari tubuh bisa
bergerak.
Skenario
Seorang ibu berumur sekitar 55 tahun ingin sekali menggendong anaknya yang baru
berumur 3 tahun, namun ia tidak sanggup karena tulang punggung dan lututnya terasa
Indentifikasi Istilah
1
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
Hipotesa
ibu yang tidak sanggup menggendong karna tulang punggung dan lututnya lemah &
Pembahasan
Tubuh terbentuk karena adanya tulang-tulang yang menyusun bentuk tubuh yang
menjadi sedemikian rupa. Seluruh tulang pada tubuh yang normal ada 206 tulang yang
terbagi lagi menjadi 2 bagian yaitu tulang axiales yang terdiri dari 80 tulang, pergerakan dari
tulang ini sangat sedikit atau bisa di bilang cenderung tidak bergerak. dan tulang
apendicularis yang terdiri dari 206 tulang. Tulang ini yang lebih besar pergerakannya dari
tulang axiales di bagi menjadi 3 bagian yaitu craium yang terdiri dari calvaria, basis
cranii dan mandibula, kemudian columna vertebratalis yang terdiri dari cervicalis, thoracalis,
lumbalis, sacralis dan coccigealis, serta ossa thorachis yang terdiri dari costae dan sternum.
Pada tulang apendicularis di bagi menjadi 4 bagian yaitu cingulum membri superior,
cingulum membri inferior, ossa membri superior libera dan ossa membri inferior libera.
2
Gambar 1. Tulang axial dan apendicular
Secara makroskopis struktur tulang dapat dipelajari dengan baik apabila dilakukan
pembelahan memanjang (longitudinal) pada tulang panjang sehingga terlihat dua bagian
tulang yang mudah dibedakan. Tulang kompak (Substantia compacta) dengan tampak massa
utuh padat dan tulang spongiosa (Substantia spongiosa) membatasi system celah-celah mirip
labirin yang diisi sum-sum tulang, strukturnya menyerupai bunga karang yang tersusun oleh
lempengan-lempengan (trabeculae) yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain
membentuk anyaman. Sedangkan secara mikroskopis tulang terdiri atas materi antarsel
berkapur, yaitu matriks tulang, dan 3 jenis sel seperti: osteosit, yang terdapat di rongga-
rongga di dalam matriks; osteoblas, yang mensintesis unsure organic matriks, dan osteoklas
dan remodeling jaringan tulang. Karena metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks
tulang yang telah mengapur, pertukaran zat antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada
komunikasi melalui kanalikuli, yang merupakan celah-celah silindris halus, yang menerobos
matriks.
superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke
3
ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medula spinalis, radix nervi spinals, dan
lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh columna vertebralis. namun perlu di ketahui
bahwa tubuh memiliki prinsip seperti bangunan, yaitu kekuatan penopang utama ada di dasar
seperti pada femur, fibula dan tibia. pada tulang femur bagian diafisis terdiri dari silinder
berlubang, tulang kompakta berdinding tebal dengan rongga sum-sum besar pusat (rongga
medulla) terisi sum-sum tulang. Ujung tulang diisi dengan tulang spons yang di tutupi oleh
Pembentukan Tulang
Proses pembentukan tulang bermulai dari embrio yang berumur 6-7 minggu dan
berlangsung sampai dengan dewasa. Proses terbentuknya tulang terjadi dengan 2 cara yaitu
Pada osifikasi intra membrane, proses pembentukan tulang dan jaringan mesenkim
menjadi jaringan tulang. Pada manusia terdapat tiga lapisan lembaga yaitu ectoderm,
mesoderm dan endoderm. Mesenkim merupakan bagian dari lapisan mesoderm, yang
kemudian menjadi jaringan ikat dan darah. Pada tulang pipih berasal dari sel-sel mesenkim
4
Gambar 3. Proses
lebih dulu menjadi kertilago (jaringan rawan) lalu berubah menjadi jaringan tulang, missal
prosespembentukan tulang panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi
endokondral ini bertanggung jawab pada sebagian besar pembentukan tulang manusia. Pada
proses ini sel-sel tulang (osteoblast) aktif membelah dan muncul dibagian tengah dari tulang
rawa berubah n yang biasa di sebut pusat osifikasi, kemudian osteoblast berdeferensiasi
menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini tertanam dengan kuat pada matriks tulang.
Pembentukan tulang, terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Mula-
merangsang sel-sel perikondrium berubah menjadi osteoblast. Osteoblast ini yang akan
dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat
osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan
pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur di depositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi
semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian sel-sel tulang rawan ini.
5
zat intraseluler termasuk zat kapur dan degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi)
bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga
untuk sum-sum tulang. Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah
epifisis sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Tetapi masih
ada tulang rawan yang berada di kesua ujung epifisis yang berperan penting dalam
pergerakan sendi dan satu tulang rawan diantara epifisis dan diapifisis yang di sebut cakram
epifisis.
membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafisis,
dengan demikian tebal cakram epifisis tetap sdangkan tulang akan terus bertambah panjang.
Pada pertumbuhan diameter tulang, daerah rongga sum-sum di hancurkan oleh osteoklas
sehingga rongga sum-sum tulang membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblast di
Di dalam scenario dituliskan bahwa ibu tersebut merasakan lemah dan ngilu pada
tulang punggung ata vertebraeta dan lututnya ata pada makalah ini membahas femur.
intervertebrael.
berfunsi untuk menyangga dan menggerakan kepala. Pada bagian C 1 tidak mempunyai
corpus. Atlas. C2. Memiliki proccesus dentoid yang menonjol ke atas dan bersandar pada
tulang atlas.. selain itu C7. Memiliki proccesus spinosus yang panjang sehingga dapat teraba
kemudian pada vertebraeta vertebraee thoraciae emiliki spinosus pendek dan tebal.dan juga
memiliki faset articular pada proccesus tranverse untuk artikulasi tulang costae.
Pada Vertebraeta lumbalee memiliki bentuk lebih besar dari pada cervical dan
vertebraee thoraciae yang bertujuan untuk menahan gaya tekanan yang semakin meningkat
akibat berat tubuh. spinosus pada vertebraee lumbale pendek dan tebal
foramen untuk lintasan arteri dan saraf, dan juga tepi anterior promontorium sacrum
berfungsi untuk petunjuk mengukur ukuran pelvis. Dibawah tulang sacrum terdapat tulang
cocygis atau biasa di sebut tulang ekor. ada 3- 4 ruas pada tulang ekor pada manusia dan
tulang ini berartikulasi pada ujung sacrum yang kemudian membentuk sendi dengan sedikit
pergerakan , pergerakan ini penting untuk jalur keluar kepa janin saat melahirkan.
7
2. Terbentuk lengkung sekunder (konvex/cekung) setelah kelahiran dan
Femur juga salah satu tulang yang beresiko terkena osteoporosis. Pada femur bagian
proksimal berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui
condyles. Di daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan
trochanter minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat
condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan
fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana keduanya
merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk
8
berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk
perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan
tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal,
fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.
kontraksi Otot
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi dan berelaksasi.
Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi
jika otot sedang beristirahat. Otot dapat berkontraksi karena adanya rangsangan , kemudian
Otot juga memiliki 3 karakter, yaitu kontraksibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memendek
dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang berkontraksi. Kemudian
ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran
semula. Dan elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.
Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin.
Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril.
Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.
Otot dibedakan menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung. Yang
pertama adalah otot lurik atau disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja
di bawah kesadaran. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunvai jalur-jalur melintang gelap
silindris dan mempunvai banvak inti. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat dan
mempunyai periode istirahat berkali - kali. Kemudian otot polos yang disebut juga otot tak
9
sadar atau otot alat dalam (otot viseral). Otot polos tersusun dari sel – sel yang berbentuk
kumparan halus. Masing – masing sel memiliki satu inti yang letaknya di tengah. Kontraksi
otot polos tidak menurut kehendak, tetapi di persarafi oleh saraf otonom. Otot polos terdapat
pada alat-alat dalam tubuh, seperti dinding saluran pencernaan, saluran pernafasan, pembuluh
darah dan saluran kelamin. Yang terakhir adalah otot jantung , otot ini mempunyai struktur
yang sama dengan otot lurik hanya saja serabut – serabutnya bercabang - cabang dan saling
beranyaman serta di persyarafi oleh saraf otonom , letak inti sel otot jantung berada di tengah.
Sifat kerja otot dibedakan atas antagonis yang kontraksinya menimbulkan efek gerak
pronator. dan kemudian sinergis yang kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya
kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam sel otot kontraktil yang berupa
filament aktin dan filamen miosin. Rangsangan yang diterima oleh asetilkolin menyebabkan
Pada waktu kontraksi, filamen aktin meluncur di antara miosin ke dalam zona H
(zona H adalah bagian terang di antara 2 pita gelap). Dengan demikian serabut otot menjadi
memendek yang tetap panjangnya ialah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita terang) dan
Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi ADP. Beberapa
energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk
ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri
dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan
energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat
inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung myosin menjadi
10
miosin ekor. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP
ATP (Adenosht Tri Phosphat) merupakan sumber energi utama untuk kontraksi
otot. ATP berasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak. Kontraksi otot merupakan interaksi
ATP → ADP + P
konsentrasi tinggi pada otot. Fosfokreatin tidak dapat dipakai langsung sebagai sumber
energi, tetapi fosfokreatin dapat memberikan energinya kepada ADP. Pada otot lurik jumlah
fosfokreatin lebih dari lima kali jumlah ATP. Pemecahan ATP dan fosfokreatin untuk
menghasilkan energy tidak memerlukan oksigen bebas. Oleh sebab itu , fase kontraksi otot
Osteoporosis
Tulang bisa di katakana osteoporosis karena nilai densitas tulang 25 % dibawah rata-
rata dewasa muda. Penyakit ini di tandai dengan massa tulang yang rendah dan
kerapuhan tulang dan tentu saja peningkatan risiko fraktur. Penyakit ini berhubungan dengan
usia, dan berhubungan dengan penurunan tinggi badan. Banyak wanita kaukasia
pascamenopouse dan wanita yang berusia lebih dari dari 65 tahun mengalami osteoporosis.
Pada wanita yang berusia sekitar 65 tahun mengalami kompresi spinal dan kemudian
mengalami fraktur vertebra pada usia sekitar 75 tahun. Di USA mengalami fraktur pinggul
11
Penyakit ini bisa di sebabkan oleh keturunan. Selain itu, adalah factor usia, ras
kaukasia, riwayat fraktur, meroko dan asupan kopi yang terlalu tinggi, berat badan berlebih
atau terlalu rendah, asupan kalsium atau tinggi fosfat, gaya hidup yang kurang gerak, dan
depresi. Remodeling tulang terjadi karena osteoklas menggali loorng pada permukaan tulang
pengantian tulang dengan peningkatan aktivitas osteoklas, semakin banyak permukaan tulang
yang mengalami kejadian remodeling, dan kurang efektif pengisian rongga erosi oleh
Kesimpulan
Tulang adalah suatu organ yang berfungsi membentuk postut tubuh dan menopang
beban tubuh. Pada wanita lanjut usia sering terjadi kerusakan pada tulang sehingga tidak
mampu menopang beban tubuh dan juga sulit untuk beraktivitas di karenakan kurangnya
Daftar Pustaka
darihttp://www.scribd.com/doc/29426430/MEKANISME-PEMBENTUKAN-TULANG,
22 Maret 2014.
2. Chapman, hall. Buku ajar histologi. Ed. 12. Jakarta. EGC. 2002.hlm. 176-9
12
3. Cameron JR, Skofronick JG, Grant RM. Fisika tubuh manusia. Ed. 2. Jakarta. EGC.
1999.hlm 46-8
4. Tambayong Jan. Histologi dasar: teks dan atlas. Ed. 10. Jakarta: EGC; 2007.h.134-7.
8. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta.Gramedia. anonym. Hlm 24-9
9. Jones dan bartlet. Anatomi dan fisiologiuntuk pemula. Jakarta. EGC. 2004. Hlm 119-131
10. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan & manajemen. Ed. 2. Jakarta.
13