Anda di halaman 1dari 13

Kerapuhan Tulang Pada Wanita Menopouse

Tria Puspa Ningrum ( 102013110 )

Anggi Stefanus Gultom ( 102013105 )

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510, Tlp : 5666952

triapusspa@yahoo.com

Pendahuluan

pada manula ( manusia lanjut usia), osteoporosis adalah salah satu penyakit yang

menyerang sebagian dari manula terutama pada wanita paska menopause. Meskipun ada

osteoporosis yang menyerang anak (juvenile idiopathic osteoporosis) Osteoporosis ini lebih

sering menyerang wanita dan pria yang sudah tidak produktif lagi. Pada scenario wanita yang

berumur sekitar 55 tahun tidak bias menggendong anaknyayang baru berumur 3 tahun karena

tulang punggung dan lututnya terasa lemah dan ngilu dan dokterpun mendiagnosa wanita

tersebut mengalami osteoporosis. Kemudian dalam pembahasan hal ini di tunjang dengan

teori makro dan mikro tulang untuk mengetahui struktur tulang dan pertumbuhan tulang,

kemudian kontraksi dari otot untuk mengetahui bagaimana bias tulang dari tubuh bisa

bergerak.

Skenario

Seorang ibu berumur sekitar 55 tahun ingin sekali menggendong anaknya yang baru

berumur 3 tahun, namun ia tidak sanggup karena tulang punggung dan lututnya terasa

lemah/ngilu. Dokter menyatakan bahwa ibu tersebut menderita osteoporosis.

Indentifikasi Istilah

1
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang

menjadi rapuh dan mudah patah.

Hipotesa

ibu yang tidak sanggup menggendong karna tulang punggung dan lututnya lemah &

ngilu itu di karenakan mikro-arsitektur dari tulang ibu tersebut memburuk

Pembahasan

Tubuh terbentuk karena adanya tulang-tulang yang menyusun bentuk tubuh yang

menjadi sedemikian rupa. Seluruh tulang pada tubuh yang normal ada 206 tulang yang

terbagi lagi menjadi 2 bagian yaitu tulang axiales yang terdiri dari 80 tulang, pergerakan dari

tulang ini sangat sedikit atau bisa di bilang cenderung tidak bergerak. dan tulang

apendicularis yang terdiri dari 206 tulang. Tulang ini yang lebih besar pergerakannya dari

pada tulang axiales.

tulang axiales di bagi menjadi 3 bagian yaitu craium yang terdiri dari calvaria, basis

cranii dan mandibula, kemudian columna vertebratalis yang terdiri dari cervicalis, thoracalis,

lumbalis, sacralis dan coccigealis, serta ossa thorachis yang terdiri dari costae dan sternum.

Pada tulang apendicularis di bagi menjadi 4 bagian yaitu cingulum membri superior,

cingulum membri inferior, ossa membri superior libera dan ossa membri inferior libera.

2
Gambar 1. Tulang axial dan apendicular

Makroskopis Dan Mikroskopis Tulang

Secara makroskopis struktur tulang dapat dipelajari dengan baik apabila dilakukan

pembelahan memanjang (longitudinal) pada tulang panjang sehingga terlihat dua bagian

tulang yang mudah dibedakan. Tulang kompak (Substantia compacta) dengan tampak massa

utuh padat dan tulang spongiosa (Substantia spongiosa) membatasi system celah-celah mirip

labirin yang diisi sum-sum tulang, strukturnya menyerupai bunga karang yang tersusun oleh

lempengan-lempengan (trabeculae) yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain

membentuk anyaman. Sedangkan secara mikroskopis tulang terdiri atas materi antarsel

berkapur, yaitu matriks tulang, dan 3 jenis sel seperti: osteosit, yang terdapat di rongga-

rongga di dalam matriks; osteoblas, yang mensintesis unsure organic matriks, dan osteoklas

yang merupakan sel raksasa multinuklear yang terlibat dalam resorpsi

dan remodeling jaringan tulang. Karena metabolit tidak dapat berdifusi melalui matriks

tulang yang telah mengapur, pertukaran zat antara osteosit dan kapiler darah bergantung pada

komunikasi melalui kanalikuli, yang merupakan celah-celah silindris halus, yang menerobos

matriks.

Pada tulang vertebrata berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ekstremitas

superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke

3
ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medula spinalis, radix nervi spinals, dan

lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh columna vertebralis. namun perlu di ketahui

bahwa tubuh memiliki prinsip seperti bangunan, yaitu kekuatan penopang utama ada di dasar

seperti pada femur, fibula dan tibia. pada tulang femur bagian diafisis terdiri dari silinder

berlubang, tulang kompakta berdinding tebal dengan rongga sum-sum besar pusat (rongga

medulla) terisi sum-sum tulang. Ujung tulang diisi dengan tulang spons yang di tutupi oleh

korteks tulang kompak yang tipis.

Pembentukan Tulang

Proses pembentukan tulang bermulai dari embrio yang berumur 6-7 minggu dan

berlangsung sampai dengan dewasa. Proses terbentuknya tulang terjadi dengan 2 cara yaitu

melalui osifikasi intra membran dan osifikasi endokondral.

Gambar 2. Proses pembentukan tulang osifikasi intra membran

Pada osifikasi intra membrane, proses pembentukan tulang dan jaringan mesenkim

menjadi jaringan tulang. Pada manusia terdapat tiga lapisan lembaga yaitu ectoderm,

mesoderm dan endoderm. Mesenkim merupakan bagian dari lapisan mesoderm, yang

kemudian menjadi jaringan ikat dan darah. Pada tulang pipih berasal dari sel-sel mesenkim

melalui proses osifikasi intramembran.

4
Gambar 3. Proses

pembentukan tulang endokondral.

Pada osifikasi endokondral yaitu proses dimana sel-sel mesenkim berdeferensiasi

lebih dulu menjadi kertilago (jaringan rawan) lalu berubah menjadi jaringan tulang, missal

prosespembentukan tulang panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi

endokondral ini bertanggung jawab pada sebagian besar pembentukan tulang manusia. Pada

proses ini sel-sel tulang (osteoblast) aktif membelah dan muncul dibagian tengah dari tulang

rawa berubah n yang biasa di sebut pusat osifikasi, kemudian osteoblast berdeferensiasi

menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini tertanam dengan kuat pada matriks tulang.

Pembentukan tulang, terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Mula-

mulapembuluh darah menembus perikondrium di bagian tengah batang tulang rawan,

merangsang sel-sel perikondrium berubah menjadi osteoblast. Osteoblast ini yang akan

menjadi tulang kompakta, perikondrium berdeferensiasi menjadi periosteum. Bersamaan

dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat

osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan

pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur di depositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi

semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian sel-sel tulang rawan ini.

5
zat intraseluler termasuk zat kapur dan degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi)

bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga

untuk sum-sum tulang. Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah

epifisis sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Tetapi masih

ada tulang rawan yang berada di kesua ujung epifisis yang berperan penting dalam

pergerakan sendi dan satu tulang rawan diantara epifisis dan diapifisis yang di sebut cakram

epifisis.

Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifisis terus-menerus

membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafisis,

dengan demikian tebal cakram epifisis tetap sdangkan tulang akan terus bertambah panjang.

Pada pertumbuhan diameter tulang, daerah rongga sum-sum di hancurkan oleh osteoklas

sehingga rongga sum-sum tulang membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblast di

peroisteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.

Di dalam scenario dituliskan bahwa ibu tersebut merasakan lemah dan ngilu pada

tulang punggung ata vertebraeta dan lututnya ata pada makalah ini membahas femur.

Gambar 4. Tulang vertebrae


6
Columna vertebrae berfungsi untuk menyangga berat tubuh dan mengellingi medulla

spinalis. Kolumna ini terdiri darivertebrae-vertebrae yang di pisahkan discus fibrocartilago

intervertebrael.

Vertebrae cervics,memili foramina tranversal untuk lintasan arteri vertebrae. C1 & c2

berfunsi untuk menyangga dan menggerakan kepala. Pada bagian C 1 tidak mempunyai

corpus. Atlas. C2. Memiliki proccesus dentoid yang menonjol ke atas dan bersandar pada

tulang atlas.. selain itu C7. Memiliki proccesus spinosus yang panjang sehingga dapat teraba

dan terlihat pada pangkan leher. Biasa disebut prominens

Vertebraetae thoraciae, memiliki ciri seperti tidak memiliki foramina tranverse

kemudian pada vertebraeta vertebraee thoraciae emiliki spinosus pendek dan tebal.dan juga

memiliki faset articular pada proccesus tranverse untuk artikulasi tulang costae.

Pada Vertebraeta lumbalee memiliki bentuk lebih besar dari pada cervical dan

vertebraee thoraciae yang bertujuan untuk menahan gaya tekanan yang semakin meningkat

akibat berat tubuh. spinosus pada vertebraee lumbale pendek dan tebal

Sacrum berada di bawah vertebraeta vertebraee lumbalee, di sacrum terdapa banyak

foramen untuk lintasan arteri dan saraf, dan juga tepi anterior promontorium sacrum

berfungsi untuk petunjuk mengukur ukuran pelvis. Dibawah tulang sacrum terdapat tulang

cocygis atau biasa di sebut tulang ekor. ada 3- 4 ruas pada tulang ekor pada manusia dan

tulang ini berartikulasi pada ujung sacrum yang kemudian membentuk sendi dengan sedikit

pergerakan , pergerakan ini penting untuk jalur keluar kepa janin saat melahirkan.

Lengkung pada kolumna vertebrta

1. Lengkung primer (konkaf/cembung) terbentuk pada area vertebraee

thoraciae danpelvis selama pertumbuha janin

7
2. Terbentuk lengkung sekunder (konvex/cekung) setelah kelahiran dan

pada saat bayi mampu mengangkat kepala.


3. Lengkung abnormal (skoleosis, kifosis, lordosis

Gambar 5. tulang femur dan patella

Femur juga salah satu tulang yang beresiko terkena osteoporosis. Pada femur bagian

proksimal berartikulasi dengan pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui

condyles. Di daerah proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan

trochanter minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat

condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk

tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa intercondylar.

Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan

fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana keduanya

merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk

8
berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk

perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal

dan malleolus medial.

Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan

tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal,

fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.

kontraksi Otot

Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuan berkontraksi dan berelaksasi.

Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan , sedangkan relaksasi otot terjadi

jika otot sedang beristirahat. Otot dapat berkontraksi karena adanya rangsangan , kemudian

Otot juga memiliki 3 karakter, yaitu kontraksibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memendek

dan lebih pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang berkontraksi. Kemudian

ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih panjang dari ukuran

semula. Dan elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.

Otot tersusun atas dua macam filamen dasar, yaitu filament aktin dan filament miosin.

Filamen aktin tipis dan filament miosin tebal. Kedua filamen ini menyusun miofibril.

Miofibril menyusun serabut otot dan serabut otot-serabut otot menyusun satu otot.

Otot dibedakan menjadi tiga, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung. Yang

pertama adalah otot lurik atau disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja

di bawah kesadaran. Pada otot lurik, fibril-fibrilnya mempunvai jalur-jalur melintang gelap

(anisotrop) dan terang (isotrop) yang tersusun berselang-selang. Sel-selnya berbentuk

silindris dan mempunvai banvak inti. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat dan

mempunyai periode istirahat berkali - kali. Kemudian otot polos yang disebut juga otot tak

9
sadar atau otot alat dalam (otot viseral). Otot polos tersusun dari sel – sel yang berbentuk

kumparan halus. Masing – masing sel memiliki satu inti yang letaknya di tengah. Kontraksi

otot polos tidak menurut kehendak, tetapi di persarafi oleh saraf otonom. Otot polos terdapat

pada alat-alat dalam tubuh, seperti dinding saluran pencernaan, saluran pernafasan, pembuluh

darah dan saluran kelamin. Yang terakhir adalah otot jantung , otot ini mempunyai struktur

yang sama dengan otot lurik hanya saja serabut – serabutnya bercabang - cabang dan saling

beranyaman serta di persyarafi oleh saraf otonom , letak inti sel otot jantung berada di tengah.

Sifat kerja otot dibedakan atas antagonis yang kontraksinya menimbulkan efek gerak

berlawanan seperti fleksor-ekstensor, abductor-adduktor, depressor-adduktor, supinator-

pronator. dan kemudian sinergis yang kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya

pronator teres dan pronator kuadratus.

kontraksi didasarkan adanya dua set filamen di dalam sel otot kontraktil yang berupa

filament aktin dan filamen miosin. Rangsangan yang diterima oleh asetilkolin menyebabkan

aktomiosin mengerut (kontraksi). Kontraksi ini memerlukan energi.

Pada waktu kontraksi, filamen aktin meluncur di antara miosin ke dalam zona H

(zona H adalah bagian terang di antara 2 pita gelap). Dengan demikian serabut otot menjadi

memendek yang tetap panjangnya ialah ban A (pita gelap), sedangkan ban I (pita terang) dan

zona H bertambah pendek waktu kontraksi.

Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi ADP. Beberapa

energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk

ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri

dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan

energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat

inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung myosin menjadi

10
miosin ekor. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP

bergabung dengan ujung miosin. Kemudian siklus tadi berulang Iagi.

ATP (Adenosht Tri Phosphat) merupakan sumber energi utama untuk kontraksi

otot. ATP berasal dari oksidasi karbohidrat dan lemak. Kontraksi otot merupakan interaksi

antara aktin dan miosin yang memerlukan ATP.

ATP → ADP + P

Aktin + Miosin → Aktomiosin

Fosfokreatin merupakan persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat dalam

konsentrasi tinggi pada otot. Fosfokreatin tidak dapat dipakai langsung sebagai sumber

energi, tetapi fosfokreatin dapat memberikan energinya kepada ADP. Pada otot lurik jumlah

fosfokreatin lebih dari lima kali jumlah ATP. Pemecahan ATP dan fosfokreatin untuk

menghasilkan energy tidak memerlukan oksigen bebas. Oleh sebab itu , fase kontraksi otot

sering disebut fase anaerob.

Osteoporosis

Tulang bisa di katakana osteoporosis karena nilai densitas tulang 25 % dibawah rata-

rata dewasa muda. Penyakit ini di tandai dengan massa tulang yang rendah dan

memburuknya mikro-arsitektur jaringan tulang. Sehingga mengakibatkan peningkatan

kerapuhan tulang dan tentu saja peningkatan risiko fraktur. Penyakit ini berhubungan dengan

usia, dan berhubungan dengan penurunan tinggi badan. Banyak wanita kaukasia

pascamenopouse dan wanita yang berusia lebih dari dari 65 tahun mengalami osteoporosis.

Pada wanita yang berusia sekitar 65 tahun mengalami kompresi spinal dan kemudian

mengalami fraktur vertebra pada usia sekitar 75 tahun. Di USA mengalami fraktur pinggul

pada usia 90 tahun.

11
Penyakit ini bisa di sebabkan oleh keturunan. Selain itu, adalah factor usia, ras

kaukasia, riwayat fraktur, meroko dan asupan kopi yang terlalu tinggi, berat badan berlebih

atau terlalu rendah, asupan kalsium atau tinggi fosfat, gaya hidup yang kurang gerak, dan

depresi. Remodeling tulang terjadi karena osteoklas menggali loorng pada permukaan tulang

dan osteoblast mengisinya dengan tulang baru.kekurangan osterogen akan mempercepat

pengantian tulang dengan peningkatan aktivitas osteoklas, semakin banyak permukaan tulang

yang mengalami kejadian remodeling, dan kurang efektif pengisian rongga erosi oleh

osteoblast yang mengakibatkan osteoporosis karena kehilangan tulang. Kemudian

Osteoporosis biasa terjadi pada tahun pertama menopause.

Kesimpulan

Tulang adalah suatu organ yang berfungsi membentuk postut tubuh dan menopang

beban tubuh. Pada wanita lanjut usia sering terjadi kerusakan pada tulang sehingga tidak

mampu menopang beban tubuh dan juga sulit untuk beraktivitas di karenakan kurangnya

kadar esterogen yang mengakibatkan remodeling tulang menjadi tidak efektif.

Daftar Pustaka

1. Universitas Jember. Mekanisme pembentukan tulang. Post at 2010. Diunduh

darihttp://www.scribd.com/doc/29426430/MEKANISME-PEMBENTUKAN-TULANG,

22 Maret 2014.

2. Chapman, hall. Buku ajar histologi. Ed. 12. Jakarta. EGC. 2002.hlm. 176-9

12
3. Cameron JR, Skofronick JG, Grant RM. Fisika tubuh manusia. Ed. 2. Jakarta. EGC.

1999.hlm 46-8

4. Tambayong Jan. Histologi dasar: teks dan atlas. Ed. 10. Jakarta: EGC; 2007.h.134-7.

5. Isselbacher, Braundwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Harrison prinsip-prinsip ilmu

penyakit dalam. Ed. 13. Jakarta. EGC. Hlm 175

6. Anonim. Struktur dan penyakit tulang di unduh dari :

.http://www.medicastore.com/alovell/isi.php?isi=tulang 22 Maret 2014.

7. Vanderbilt. Komposisi tulang. Post at 2008. Diunduh dari :

http://mc.vanderbilt.edu, 22 Maret 2014.

8. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta.Gramedia. anonym. Hlm 24-9

9. Jones dan bartlet. Anatomi dan fisiologiuntuk pemula. Jakarta. EGC. 2004. Hlm 119-131

10. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan & manajemen. Ed. 2. Jakarta.

EGC. 2003. Hlm 337-8

13

Anda mungkin juga menyukai