Anda di halaman 1dari 13

Jenis –jenis Penelitian

Karena penelitian mempunyai sejumlah arti dan dapat diterapkan dalam berbagai
bidang dan konteks, penelitian dapat dikelompok-kelompokkan berdasarkan cara
pandang seseorang. Dengan mengacu kepada sejumlah literatur seperti Abdurrahman
dan Muhidin (2011), Martono (2011), dan Danim (2000) penelitian dapat
dikelompokkan berdasarkan (1) tujuan penelitian, (2) manfaat penelitian, (3) waktu
pelaksanaan penelitian, (4) metode penelitian, (5) sifat penelitian, (6) fokus masalah
yang dikaji.

1. Penelitian Berdasarkan Tujuan

Menurut Martono (2011) jika ditinjau dari tujuannya, penelitian dapat dibedakan atas
(a) penelitian eksploratif, (b) penelitian deskriptif, dan (c) penelitiam eksplanatif.

Penelitian eksploratif disebut juga sebagai penelitian pendahuluan karena penelitian


ini berupaya untuk menggali informasi atau permasalahan yang relatif masih baru,
belum pernah menjadi bahan kajian sebelumnya. Penelitian eksploratif bertujuan
untuk (1) menjadikan penelitian lebih dekat dengan fakta sosial sekaligus
memperlihatkan kepedulian peneliti, (2) mengembangkan pengalaman mengenai
kejadian sosial yang terjadi dalam masyarakat, (3) menghasilkan gagasan dan atau
mengembangkan teori-teori tentatof yang mampu memprediksi terjadinya peristiwa
tertentu, (4) menentukan kelayakan untuk dapat melakukan penelitian lanjutan, (5)
merumuskan pertanyaan dan menemukan masalah-masalah penelitian yang dapat
diselidiki secara lebih sistematik, dan mengembangkan metode dan arah bagi
penelitian lanjutan.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberi gambaran


tentang karakter suatu variabel, kelompok atau peristiwa sosial yang terjadi dalam
masyarakat. Penelitian deskriptif merupakan penelitian lanjutan dari penelitian
eksploratif dengan tujuan untuk (1) menyediakan profil secara akurat suatu kelompok
masyarakat yang menjadi objek penelitian, (2) mendeskripsikan suatu proses,
mekanisme, prosedur, atau mendeskripsikan hubungan antar kelompok, (3)
memberikan gagasan secara verbal dan atau numerik, (4) menyediakan informasi
untuk merangsang munculnya penjelasan baru, (5) menunjukkan informasi tentang
latar belakang atau konteks suatu objek sosial, (6) membuat seperangkat kategori atau
klasifikasi jenis-jenis kejadian sosial, (7) menjelaskan urutan langkah atau rangkaian
tahapan, dan (8) mendokumentasikan informasi yang saling bertentangan tentang
keyakinan sebelumnya.

Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang berupaya menjelaskan mengapa suatu


peristiwa sosial dapat terjadi dengan cara menghubungkan satu kejadian dengan
kejadian yang lain yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Penelitian eksplanatif
bertujuan untuk (1) menentukan akurasi sebuah prinsip, teori, hukum, atau sifat, (2)
menemukan penjelasan yang saling bertentangan, (3) menjelaskan proses-proses yang
mendasar, (4) menghubungkan topik yang berbeda dengan pernyataan umum, (5)
membangun teori sehingga menjadi lebih lengkap, (6) memperluas prinsip atau teori
tertentu, dan (7) memberikan bukti-bukti untuk mendukung penjelasan terjadinya
suatu peristiwa.

2. Penelitian Berdasarkan Manfaat

Berdasarkan manfaatnya, jenis penelitian dapat dibedakan menjadi (a) penelitian


dasar (basic research) atau penelitian murni (pure research), dan (b) penelitian
terapan (applied research).

Penelitian dasar adalah penelitian yang semata-mata dimaksudkan untuk keperluan


penelitian itu sendiri tanpa ada misi praktis yang diinginkan dengan fokus kajian
masalah-masalah alam beserta hukum-hukumnya. Penelitian dasar banyak dilakukan
di negara-negara maju yang memiliki dana penelitian dalam jumlah besar dan
didukung oleh para ahli peneliti. Sebagai contoh, penelitian di bidang kedokteran
untuk menemukan spesies baru yang menerapkan bioteknologi melalui kloning dari
binatang dan atau tumbuhan-tumbuhan. Contoh lain, misalnya para ahli geologi
kelautan yang berusaha menggunakan kapal selam khusus melakukan eksplorasi
masuk ke dalam laut dalam untuk menyelidiki kehidupan laut dalam beserta
karakteristiknya. Hasil penelitian dasar mungkin belum dimanfaatkan pada saat
penelitian dilakukan, dan sangat mungkin akan memberikan manfaat bagi kehidupan
dalam abad yang akan datang.

Penelitian terapan (applied research) adalah penelitian yang dilaksanakan dengan


tujuan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat
yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia (baik secara individu
maupun secara kelompok) ataupun untuk keperluan perkembangan dunia industri.
Penelitian terapan umumnya bisa menjawab permasalahan secara nyata dan dapat
dirasakan oleh masyarakat yang bersangkutan. Sebagai contoh, penelitian tentang
bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses
pembelajaran dengan cara menerapkan salah satu model pembelajaran yang dirancara
secara khusus untuk itu. Contoh lain, misalnya penelitian tentang pengembangan
model pembelajaran membaca dengan teknik pelabelan objek sekitar (POS) bagi
murid TK yang dilaksanakan oleh basuki (2011).

3. Penelitian Berdasarkan Waktu Pelaksanaan

Jika ditinjau berdasarkan waktu pelaksanaannya, penelitian dapat dibedakan menjadi


(a) penelitian antarwaktu (longitudinal), dan (b) penelitian satu waktu (cross-
sectional).

Penelitian longitudinal adalah penelitian yang ditujukan untuk memahami suatu


masalah dengan cara mengikuti secara kronologis perkembangan suatu objek
berdasarkan runtut waktu yang panjang. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui
tahapan perkembangan kognitif manusia dengan cara mengamati sejumlah objek
sejak lahir hingga mencapai usia diewasa kemudian dicatat ciri-ciri yang menonjol
terjadi dalam rentang usia berapa. Dari hasil penelitian longitudinal ini, sangat
mungkin diperoleh teori yang bisa menjelaskan tahap-tahap perkembangan kognitif
manusia sejak lahir hingga dewasa. Tentu saja penelitian longitudinal membutuhkan
waktu yang sangat dalam dengan biaya yang tidak sedikit, bahkan dengan
memungkinkan peneliti akan kehiliangan beberapa objek karena meninggal sebelum
mencapai usia dewasa.

Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang hanya dikerjakan dalam satu waktu.
Pada contoh penelitian longitudinal di atas, bisa dilaksanakan secara cross-sectional
yakni dengan cara mengamati sejumlah kelompok manusia, seperti kelompok usia 0-
2 tahun, kelompok 3-5 tahun, kelompok 6-9 tahun, dan seterusnya untuk diteliti
dalam waktu yang bersamaan kemudian pada setiap kelompok usia dicatat ciri-ciri
menonjolnya dengan asumsi bahwa anak yang sekarang usia 0-2 tahun dengan ciri-
ciri tertentu, ketika nanti mereka berusia 3-5 tahun akan memiliki ciri-ciri yang mirip
sama dengan kelompok yang sekarang sedang diteliti, demikian seterusnya. Dengan
demikian pada penelitian cross-sectional tidak memerlukan waktu yang lama
sebagaimana pada penelitian longitudinal.

4. Penelitian Berdasarkan Metode

Di samping dibedakan menurut tujuannya, penelitian juga dapat dikelompokkan


berdasarkan metode yang digunakan. Menurut Abdurrahman dan Muhidin (2011),
jika dibedakan berdasarkan metode yang digunakan, ada (a) penelitian survei, (b)
penelitian ex post facto, (c) penelitian eksperimen, (d) penelitian naturalistik, (e)
penelitian kebijakan, (f) penelitian tindakan, (g) penelitian evaluasi, dan (h) penelitian
sejarah.

Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan ternadap sejumlah individu atau
unit analisis untuk menemukan fakta adat data atau keterangan faktual tentang
fenomena atau perilaku kelompok yang hasilnya dapat digunakan untuk mengambil
keputusan. Ciri pokok dari penelitian survei menurut Singarimbun dan Effendi
91995) bahwa informasi dan data dikumpulkan dari responden dengan menggunakan
kuesioner dan dilakukan terhadap sampel yang mewakili seluruh populasi. Dengan
demikian, survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Ini berbeda dengan
sensus, yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Pada umumnya yang
merupakan unit analisis dalam penelitian survei adalah individu, meskipun dalam
kasus tertentu, unit analisisnya mungkin berupa pasangan suami-istri atau rumah
tangga. Selanjutnya Singarimbun dan Effendi (1995) menjelaskan bahwa penelitian
survei dapat digunakan untuk maksud (a) penjajagan, (b) deskriptif, (c) penjelasan
hubungan kausal dan pengujian hipotesis, (d) evaluasi, (e) prediksi terhadap kejadian
tertentu di masa yang akan datang, (f) penelitian operasional, atau (g) pengembangan
indikator-indikator sosial. Sedangkan menurut Donald Ary, et al (1982) penelitian
survei dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat
penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melukiskan variabel atau kondisi apa yang
ada dalam suatu situasi atau bisa juga untuk membandingkan kondisi-kondisi tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya untuk menilai keefektifan suatu
program, menyelidiki hubungan atai untuk menguji hipotesis.

Penelitian ex post facto yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang
dilakukan untuk meneliti peristiwa yang terjadi dengan merunut ke belakang untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Pada penelitian
ex post facto variabel-variabel yang diamati telah melekat sebagaimana adanya dan
merupakan perwujudan dari perilaku subjek, sehingga variabelnya tidak dapat
dimanipulasikan atau tidak dapat dikendalikan sebagaimana halnya dalam penelitian
eksperimen.

Penelitian eksperimen (experiment research) merupakan penelitian di bawah kontrol


dan kondisi yang sengaja dibuat (artificial condition) dan diatur oleh peneliti. Atas
dasar penjelasan ini, Nasir (1988) mendefinisikan penelitian eksperimen sebagai
metode penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi (manipulated)
tindakan terhadap objek penelitian serta adanya kontrol atau pengendalian terhadap
kondisi-kondisi tertentu. Furchan (2007) menyebut ciri-ciri penelitian eksperimen
adalah (a) adanya variabel bebas yang dimanipulasi, (b) semua variabel, kecuali
variabel bebas, dipertahankan tetap atau dikontrol, dan (c) bermanfaat untuk intuisi
pengetahuan, (d) menggunakan metode kualitatif, (e) teknik samplingnya memiliki
tujuan (purposive) tertentu, (f) analisis data dikerjakan secara induktif, (g)
berdasarkan grounded theory, (h) desain penelitian bisa berubah, (i) hasil penelitian
dinegosiasikan, (j) bersifat studi kasus, (k) interpretasi berdasar idiografik, (l)
aplikasinya bersifat tentatif,(m0 batas fokusnya tertentu, dan (n) memiliki kriteria
tentang kebenaran.

Penelitian kebijakan (policy research) adalah proses penelitian yang dilaksanakan


untuk mendukung suatu kebijakan tertentu atau menganalisis sesuatu terhadap
masalah-masalah sosial yang bersifat fundamental dan teratur untuk membantu
pengambilan kebijakan dengan jalan menyediakan rekomendasi yang berorienyasi
pada tindakan pragmatik. Penelitian kebijakan diawali dengan pemahaman secara
menyeluruh terhadap masalah sosial, seperti masalah ledakan penduduk, urbanisasi di
kota, permukiman padat kumuh, status tanah yang tidak jelas, kemiskinan,
kekurangan gizi, kerawanan sosial, dan lain-lain dilanjutkan dengan pelaksanaan
penelitian untuk mencari alternatif pemecahannya yang fokus pada satu program
tertentu misalnya melalui program transmigrasi. Untuk itu, perlu dilakukan
pendekatan terhadap sejumlah warga yang menempati pemukiman tersebut kemudian
diwawancarai kemungkinan kesediaannya mengikuti program transmigrasi atau
program lainnya. Contoh penelitian kebijakan di bidang pendidikan adalah
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam kelas, maka fokus kajiannya bisa
terdiri dari intensitas interaksi pembelajaran atau kualitas guru dalam pembelajaran.
Penelitian tindakan (action research) adalah cara yang dilakukan oleh individu dan
atau kelompok untuk mengorganisasikan suatu kondisi sedemikian sehingga
memperoleh pengalaman dengan cara memberikan tindakan tertentu secara berulang-
ulang kemudian diamati untuk diketahui dampak dari tindakan tersebut dalam tujuan
yang diinginkan. Menurun Emzir 92008), beberapa nama lain dari penelitian
tindakan, antara lain penelitian partisipatori (participatory research), penelitian
kolaboratif (collaborative research), penelitian emansipatori (emancipatory
research), pembelajaran tindakan (action learning), penelitian tindakan kontekstual
(contextual action research). Sebagai contoh, penelitian tentang meningkatkan
aktivitas belajar dan prestasi belajar matematika SMP melalui penerapan model
pembelajaran realistik.

Penelitian evaluasi (evaluation research) adalah suatu penelitian yang dilakukan


dengan cara membandingkan suatu kejadian atau kegiatan atau produk tertentu
terhadap standar dan program yang ditetapkan. Sebagai contoh, penelitian dengan
judul: Studi Analisis Kebijakan Pendidikan di Kalimantan Tengan yang Brewawasan
Gender. Penelitian ini mendeskripsikan data profil pendidikan dasar dan menengah
menurut jenis kelamin, tempat tinggal, dan kelompok pengeluaran rumah tangga dari
aspek-aspek akses dan pemerataan, mutu dan relevansi, serta aspek manajemen
pendidikan kemudian mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya
kesenjangan gender dalam bidang pendidikan disertai dengan rencana aksi (action
plan) untuk mengurai kesenjangan gender dalam bidang pendidikan.

Penelitian sejarah dapat dimaknai sebagai sebuah penelitian dengan tujuan membuat
rekonstruksi masa lampau secara objektif dan sistematik dengan cara mengumoulkan,
mengevaluasi, menjelaskan, dan mensintesis bukti-bukti untuk menegakkan fakta
serta menarik kesimpulan. Menurut Nazir (1988) ada 4 ciri pokok penelitian sejara,
yaitu (a) lebih banyak menggantungkan pada data yang diamati orang lain pada masa
lampau, (b) lebih banyak menggantungkan data primer yang dikritisi secara internal
maupun kesternal, (c) mencari data secara tuntas dan menggali informasi dengan cara
mengaitkan kejadian yang satu dengan kejadian yang lain, dan (d) sumber data harus
dinyatakan secara definitif, artinya disebutkan nama, tempat, dan waktu yang diuji
kebenaran dan keaslinanya dan dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi
yang tidak pernah berhubungan.

5. Penelitian Berdasarkan Asumsi yang Mendasari

Jika ditinjau berdasarkan asumsi dasar dan sudut pandang (paradigma) dalam melihat
realita sosial penelitian dapat dibedakan sebagai (a) penelitian kuantitatif dan (b)
penelitian kualititatif. Martono (2011) menjelaskan sekurang-kurangnya ada sembilan
asumsi dasar yang membedakan antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif,
yaitu dari aspek-aspek (a) hakikat keberadaan (ontologi) gejala yang terjadi, (b)
hakikat manusia, (c) hakikat ilmu pengetahuan (epistemologi) kaitannya dengan nilai,
(d) kaitan ilmu dengan berpikir rasional, (e) metode yang ditempuh serta
kemungkinan untuk dibuat generalisasi, (f) cara memandang fungsi teori, (g)
kemungkinan dalam membangun hubungan yang bersifat kausalitas, (h) hakikat
kemanfaatan (aksiologi), dan (i) hubungan antara peneliti dengan objek yang diteliti.

Dari sudut pandangan hakikat keberadaan gejala yang terjadi, penelitian kuantitatif
menganggap bahwa gejala yang terjadi dalam masyarakat itu bersifat nyata dan
memiliki pola aturan yang hampir sama, dalam arti bahwa gejala sosial memiliki
sifat-sifat umum yang hampir sama, bersifat nyata sehingga bisa diamati dan diukur
melalui indikator-indikator tertentu. Sebaliknya, penelitian kualitatif beranggapan
bahwa gejala yang terjadi dalam masyarakat itu hanya bisa dipahami melalui hasil
pemaknaan dan interpretasi individu secara subjektif. Dengan demikian, gejala sosial
yang muncul dalam masyarakat sangat tergantung kepada bagaimana seseorang
memberikan interpretasi.

Penelitian kuantitatif berasumsi bahwa manusia itu pada hakikatnya adalah makhluk
yang rasional dan dapat diatur oleh hukum-hukum yang bersifat universal dan pasif.
Apa saja yang dikerjakan manusia lebih didasarkan kepada apa yang terjadi diluar
dirinya, setiap tingkah laku manusia dipengaruhi oleh faktor lain yang ada diluar
dirinya sendiri. Penelitian kualitatif beranggapan bahwa manusia itu pada hakikatnya
adalah makhluk yang memiliki kebebasan yang bersifat aktif sehingga mampu
memberikan makna terhadap semua gejala sosial secara bebas. Jadi perilaku manusia
bukan dipengaruhi oleh faktor lain diluar dirinya, akan tetapi didasarkan kepada
pemaknaan dirinya atas objek yang ada diluar dirinya sendiri.

Paradigma penelitian kualitatif menggap bahwa seorang peneliti itu mempunyai


kebebasan dalam menentukan berbagai kriteria atau kaidah untuk menilai gejala
sosial atau variabel yang akan diteliti. Hasil penilaian seorang peneliti tidak bisa
dipengaruhi oleh penilaian orang lain. Sebagai contoh, ketika mengukur prestasi
belajar beberapa siswa, seorang peneliti kuantitatif dapat saja menyatakan bahwa
siswa yang memperoleh nilai 8 keatas dikategorikan sebagai siswa yang
berkemampuan tinggi, sedangkan siswa yang memperoleh nilai antara 6-7
dikategorikan sebagai siswa yang berkemampuan sedang, dan siswa yang
memperoleh nilai dibawah 6 dikategorikan sebagai siswa yang berkemampuan
rendah. Kriteria yang dibuat oleh peneliti kuantitatif seperti itu tidak dapat
dipengaruhi oleh orang lain, bahkan siswa juga tidak memiliki hak untuk merasa
keberatan terhadap kriteria yang dibuat oleh peneliti. Dengan perkataan lain, seorang
peneliti kuantitatif pada saat mengumpulkan data sudah memiliki seperangkat alat
ukur (instrument) yang akan digunakan untuk mengamati objek penelitian.
Sebaliknya, para peneliti kualitatif justru berupaya untuk mendefinisikan penilaian
objek berdasarkan pemaknaan orang lain (informan) peran peneliti bersifat pasif,
tidak memaksakan kriteria nilai tertentu kepada informansehingga seorang peneliti
kualitatif ketika di lapangan memposisikan dirinya bahwa ia tidak memiliki
pemahaman yang luas tentang gejala sosial. Sebagai contoh, ketika melakukan
wawancaraterhadap siswa pelaku tawuran, peneliti kualitatif seakan-akan tidak
mengtahui sama sekali tentang seluk beluk tawuran pelajar (penyebabnya, pelakunya,
korbannya, akibatnya, dan sebagainya) meskipun dalam kenyataannya peneliti tadi
sudah mengetahui gambaran mengenai tawuran pelajar melalui literatur yang telah
dibaca sebelumnya.

Perbedaan lain antara penilaian kuantitatif dengan penelitian kulitatif bisa ditinjau
dari kaitan ilmu dengan akal sehat. Peneliti kuantitatif beranggapan bahwa
pengetahuan itu bersumber dari ilmu yang telah mapan sehingga bersifat objektif,
sedangkan peneliti kualitatif beranggapan bahwa pengetahuan itu diperoleh mulalui
pemaknaan atas realitas sosial yang tergantung kepada akal sehat.

Metode yang dilakukan dengan penelitian kualitatif bersifat deduktif-nomotetik,


sedangkan metode penelitian kualitatif bersifat induktif-ideografik. Penelitian
kuantitatif hanya memfokuskan kajian pada faktor-faktor tertentu (dipilih secara
khusus) yang mempengaruhi terjadinya gejala sosial dan tidak mengkaji semua faktor
secara umum. Sebagai contoh, ketika peneliti mengkaji faktor-faktor yang
menentukan prestasi belajar siswa, peneliti kuantitatif bisa saja memilih dan
memfokuskan pada faktor kedisiplinan belajar, aspirasi atau cita-cita tentang
pendidikan, dan status sosial orang tu, walaupun dalam kenyataannya prestasi belajar
siswa itu ditentukan oleh banyak faktor. Di samping itu, hasil penelitian kualitatif
dianggap bisa digeneralisasikan terhadap populasi yang lebih luas dari mana sampel
tersebut diambil. Penelitian kualitatif bertitik tolak dari gejala yang bersifat khusus-
individual kemudian dianalisis untuk menemukan keunikan fenomena tersebut,
sehingga hasil penelitian kualitatif umumnya tidak mungkin digeneralisasikan dalam
konteks, waktu, dan tempat yang berbeda dengan konteks, waktu, dan tempat
penelitian dilakukan.

Penelitian kuantitatif memposisikan teori sesuatu untuk diuji secara empiris melalui
pengumpulan data di lapangan. Dengan demikian, kebenaran atau keberlakuasn
sebuah teori alam diuji atau dibandingkan dengan kenyataan yang ada melalui
analisis data yang dikumpulkan terhadap sejumlah individu. Sebaliknya, pada
penelitian kualitatif memposisikan teori sebagai sesuatu yang akan ditemukan.
Dengan demikian, penelitian kualitatif lebih berupaya untuk menciptakan teori baru
daripada menguji kebenaran sebuah teori yang telah ada.

6. Penelitian Berdasarkan Sifat Masalahnya

Menurut Suryabrata ( 1992) jika dikaji berdasarkan sifat-sifat masalah yang teliti,
penelitian dapat dibedakan sebagai (a) penelitian historis, (b) penelitian deskriptif, (c)
penelitian perkembangan, (d) penelitian studi kasus, (e) penelitian korelasional, (f)
penelitian komparaif, (g) penelitian eskperimen, dan (h) penelitian tindakan.

Penelitian historis adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi


masa lampau secara sistematis dan objektif. Penelitian-penelitian yang berupaya
mencari tanggal berdirinya suatu kota, biasanya dilakukan melalui penelusuran atau
rekonstruksi peninggalan masa lampau, dan itu merupakan salah satu contoh
penelitian historis.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan secara


sistematik, faktual, dan akurat mengenai suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang
terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-
masalah yang aktual, sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung tanpa
sentuhan atau diberikan perlakuan tertentu. Melalui penelitian deskriptif, peneliti
berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa
memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti bisa
tunggal, satu variabel, bisa juga lebih dari satu variabel.

Penelitian perkembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki pola


dan urutan pertumbuhan dan atau perubahan sebagai fungsi waktu. Teori-teori belajar
banyak dikembangkan melalui penelitian perkembangan. Teori yang dikemukakan
oleh Jean Piaget tentang tahapan perkembangan intelektual manusia sejak lahir
hingga hidup dewasa misalnya, dibangun berdasarkan penelitian jenis ini.
Penelitian studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu
atau kelompok yang dipandang melalui kasus tertentu. Misalnya, mempelajari secara
khusus kepala sekolah yang tidak disiplin dalam bekerja. Terhadap kasus tersebut,
peneliti mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama.
Mendalam, artinya mengungkapkan semua variabel yang dapat menyebabkan
terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek. Tekanan utama dalam studi kasus
adalah mengapa individu melakukan apa yang dia lakukan dan bagaimana tingkah
lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan.

Penelitian korelasional mempelajari hubungan antara dua variabel atau lebih, yakni
sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel
yang lain. Derajat hubungan antara variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks
yang dinamakan koefisien korelasi, yang secara teori nilainya berada pada kisaran
antara -1,00 sampai dengan +1,00.

Penelitian komparatif adalah sebuah penelitian yang bersifat membandingkan nilai


variabel pada kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Banyaknya
kelompok yang dibandingkan nilai variabelnya bisa dua kelompok atau lebih.

Penelitian eksperimen (experiment research) merupakan penelitian di bawah kondisi


buatan (artificial condition)yang sengaja diatur dan atau dibuat oleh peneliti dengan
cara melakukan kontrol atau manipulasi terhadap variabel yang diinginkan. Ciri yang
menonjol dari penelitian eksperimen adalah (a) perlakuan atau manipulasi terhadap
variabel tertentu, dan (b) kontrol terhadap variabel yang tidak diinginkan
berpengaruh.

Penelitian tindakan (action research) adalah kajian tentang situasi sosial dengan
maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Sulipan, 2008).
Dikatakan pula oleh Kemmis dan McTaggart (1988) bahwa penelitian tindakan
adalah suatu bentuk refleksi diri secara kolektif yang dilakukan oleh peserta-
pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-
praktik tertentu maupun terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.
Berdasarkan pendapat-pendapat tado, jelaslah bahwwa penelitian tindakan dilakukan
dalam rangka agar seorang guru bersedia untuk mengintrospeksi, bercermin,
merefleksi, atau mengevaluasi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai guru
bisa ditingkatkan. Sunendar (2008) menyatakan bahwa penelitian tindakan setidak-
tidaknya memiliki ciri-ciri (a) didasarkan pada masalah yang dihadapi oleh guru
dalam pembelajaran, (b) adanya kolaborasi dalam melaksanakannya, (c) peneliti
sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refeksi, (d) bertujuan untuk memperbaiki
dan atau meningkat kualitas praktik pembelajaran, dan (e) dilaksanakan dalam
serangkaian langkah dengan beberapa siklus.

7. Penelitian Berdasarkan Fokus Kajiannya

Jenis penelitian juga dapat dibedakan berdasarkan latar atau fokus yang dikaji,
misalnya penelitian di bidang pendidikan, penelitian di bidang kedokteran, penelitian
di bidang ekonomi, penelitian di bidang agama, penelitian di bidang bahasa,
penelitian di bidang hukum, penelitian di bidang teknik, penelitian di bidang sosial,
dan lain sebagainya. Untuk selanjutnya masing-masing bidang tersebut dapat dirinci
lagi ke dalam bidang kajian yang secara khusus lebih fokus pada salah satu
subbidang.

Penelitian di bidang pendidikan misalnya, bisa dofokuskan pada kurikulum, proses


pembelajaran, sarana dan prasarana, manajemen, penilaian, pembiayaan, tekonologi
dan media, bimbingan dan koseling, dan sebagainya. Atau bisa juga menjangkau
pendidikan pada jalur nonformal atau informal, bahkan dapat dilakukan pada
berbagai jenjang pendidikan baik jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, atau jenjang pendidikan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai