Anda di halaman 1dari 12

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

IMPLEMENTASI UU NO 7 TAHUN 2017 TERHADAP KEDUDUKAN DAN


KINERJA PANITIA PENGAWAS PEMILU
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

Herry Febriadi
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Amuntai
Jalan Kuripan Murung Sari 54 Kab. Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan
Email: herryvida98@gmail.com

Abstract
With the enactment of Law No. 7 of 2017 concerning the amendment of Law Number 10 Year
2016 related to supervision namely that the Provincial Election Supervisory Body (Bawaslu)
receives, examines and decides the violation of the Electoral administration within a period of
14 (fourteen) days In this case Law No. 7 of 2017 there is no direct mention of the position of
the Supervisory Committee of Voters which must be the same position with the Provincial
Bawaslu but at the time in the district in practice there is an imbalance between the position
of the Supervisory Committee of the Voters with KPUD.Then in terms of duties and functions ,
The Supervisory Committee of Voters seemed to only supervise, in the stage of following up
the more important role of the Regional General Election Commission (KPUD), this is not in
line with Law No. 7 Year 2017.For this Researchers expect the amendment of Law No. 07 of
2017 about the position And the function of the Supervisory Committee (Panwaslih) in the
Regency / City to change adhoc status becomes permanent. Researchers also expect
additional budget related to general election supervision so that later can be formed Regional
Election Supervisory Board of Regency / City level.

Keywords: Position, Function, Adhoc, Permanent.

Abstrak
Dengan berlakunya Undang-Undang No 7 tahun 2017 tentang perubahan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2016 yang terkait dengan pengawasan yaitu Bahwa Bawaslu (Badan
Pengawas Pemilu) Provinsi menerima,memeriksa,dan memutus pelanggaran administrasi
Pemilihan dalam jangka waktu paling lama14 (empat belas) hari kerja. Dalam hal ini UU No
7 Tahun 2017 tidak ada menyinggung langsung kedudukan Panitia Pengawas Pemilu yang
harus nya sama kedudukannya dengan Bawaslu Provinsi namun pada saat di kabupaten pada
prakteknya terjadi ketidakseimbangan antara kedudukan Panitia Pengawas Pemilu dengan
KPUD. Kemudian dalam hal tugas dan fungsi,Panitia Pengawas Pemilih seakan-akan hanya
mengawasi, pada tahap menindaklanjuti yang lebih berperan yaitu Komisi Pemilu Umum
Daerah (KPUD),hal ini tidak sejalan dengan UU No 7 Tahun 2017. Untuk hal ini Peneliti
mengharapkan adanya amandemen UU No 7 tahun 2017 tentang kedudukan dan fungsi
Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) di Kabupaten/Kota untuk merubah status adhoc menjadi
permanen .Peneliti juga berharap adanya tambahan anggaran terkait dengan pengawasan
pemilu umum sehingga nantinya bisa dibentuk Badan Pengawas Pemilu daerah tingkat
Kabupaten/Kota.

Kata Kunci: Kedudukan, Fungsi, Adhoc, Permanen.

43
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

PENDAHULUAN publik juga dukungan penuh dari DPD RI


Implementasi demokrasi di yang memang sejak awal mendukung
Indonesia salah satunya di wujudkan dalam Pemilihan Kepala Daerah secara langsung
penyelesaian Pemilihan Kepala Daerah akhirnya pembuat undang – undang
secara langsung. Pada awalnya sistem kembali menetapkan mekanisme pilkada
Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia secara langsung melalui undang - undang
adalah melalui mekanisme pemilihan 3 no 10 tahun 2016 dan yang terbaru
(tiga) orang calon oleh DPRD kemudian Undang-Undang no 7 tahun 2017.
diajukan kepada Presiden pemilihan Undang-undang terakhir juga menetapkan
Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri Pemilihan Kepala Daerah secara langsung
untuk Pemilihan Bupati Dan Wali Kota, dilaksanakan secara serentak sehingga
setelah itu barulah ditunjuk Kepala Daerah diharapkan dapat menghasilkan efisiensi
yang baru. Selanjutnya sistem Pemilihan di dalam penyelenggaraannya.1
DPRD berdasarkan UU Nomor 22 Tahun Sistem pemilihan langsung ini
1999 tentang Pemerintah Daerah. merupakan bentuk dari perwujudan
Sejalan dengan penguatan demokrasi di Indonesia, dimana
demokrasi melalui amandemen UUD 1945, masyarakat dilibatkan langsung dalam
pada Tahun 2014 sistem pemilihan ini Pemilihan Umum. Masyarakat yang sudah
kembali berubah dari sistem pemilihan memenuhi syarat dapat berhak
melalui DPRD menjadi sistem pemilihan memberikan suaranya untuk pemilihan
langsung berdasarkan undang - undang Kepala Negara/Presiden, DPR, DPD,
nomor 32 tahun 2004 tentang DPRD Provinsi dan Kabupaten melalui
Pemerintahan Daerah. Pemilihan Kepala pencoblosan Di TPS. Tradisi berpikir
Daerah secara langsung menandai satu bebas atau kebebasan berpikir itu pada
babak demokrasi deliberative yang meretas gilirannya memengaruhi tumbuh
ke daerah sejalan dengan penguatan kembangnya prinsip-prinsip kemerdekaan
otonomi daerah. Hanya saja, melalui berserika dan berorganisasi serta berhak
undang - undang nomor 22 Tahun 2014 memberikan suaranya.2 Namun dalam
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
1
Walikota sistem pemilihan langsung ini Amirudin dan Zaini Bisri, Pilkada
Langsung Problem dan Prospek, Pustaka Pelajar,
sempat dikoreksi lalu dikembalikan kepada 2006, hlm. 16
2
Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan
mekanisme pemilihan di DPRD, meski Berserikat, Pembubara Partai Politik, dan
Mahkamah Konstitusi, Konpress, Jakarta, 2005,
kemudian karena protes dan desakan hlm. 46.

44
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

prakteknya ternyata banyak sekali Pengawas Pemilu yang dulunya status


permasalahan yang ditimbulkan dari sistem adhoc dalam mengawal, mengawasi
Pemilhan umum secara langsung, sebut pemilu di Kabupaten Hulu Sungai Utara
saja praktik politik uang, kecurangan pada berubah menjadi tetap/permanen.
saat perhitungan suara, politisasi birokrasi
RUMUSAN MASALAH
khususnya oleh petahana (Incumbent)
Dari fenomena tersebut penulis
keberpihakan oknum PNS kepada salah
tertarik untuk meneliti dan menganalisis
satu calon Kepala Daerah, konflik
lebih lanjut terhadap Implementasi payung
horizontal pemanfaatan fasilitas
hukum mengenai pemilukada itu sendiri
Pemerintah dan lain sebagainya. Dan yang
khususnya di Kabupaten Hulu Sungai
tidak kalah menariknya adalah tingginya
Utara, dengan rumusan masalah sebagai
angka golput, seperti yang terjadi dengan
berikut:
Pemilihan Gubernur DKI pada Tahun
1. Faktor -faktor apa saja yang dapat
2012, dimana golput mencapai lebih dari
mempengaruhi kinerja panitia
35 persen dan menduduki peringkat kedua
pengawas pemilu di Kabupaten
jika dikonversi suaranya.
Hulu Sungai Utara?
Sepertinya permasalahan-
2. Bagaimanakah kedudukan panitia
permasalahan yang terjadi pada
pengawas pemilu dalam
penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah
menjalankan tugas dan fungsi
secara langsung ini tidak pernah
sesuai dengan UU No 7 Tahun
habisnya.dan yang terjadi di kabupaten
2017 dengan lembaga
khususnya kabupaten hulu sungai utara
penyelenggara lainya?
dalam hal ini ada perubahan nama dari
panitia pengawas pemilu diganti dengan
METODE PENELITIAN
panitia pengawas pemilih,dikarenakan ada
Jenis Penelitian
beberapa masukan dari masyarakat dan
Jenis penelitian ini adalah
pemerintah bahwa yang diawasi dari
penelitian Kuantitatif merupakan metode
panitia tersebut bukan pemilunya
yang lebih menekankan pada aspek
melainkan pemilihnya,karena objek
pengukuran secara obyektif terhadap
sasaran nya adalah pemilih bukan sistem
fenomena social.untuk dapat melakukan
pemilunya.Selain itu masyarakat pada
pengukuran, setiap fenomena sosial
umumnya mempertanyakan kedudukan
dijabarkan kedalam beberapa komponen
dan tugas fungsi (kinerja) Panitia

45
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

masalah, variabel dan indikator. Setiap peraturan perundang-undangan


variabel yang ditentukan diukur dengan maupun data-data statistic yang
memberikan simbol –simbol angka yang berkaitan dengan topik penelitian.
berbeda–beda sesuai dengan kategori Teknik penarikan sample dalam
informasi yang berkaitan dengan variabel penelitian ini mengambil sampel sebesar
tersebut. Dengan menggunakan simbol – 10 % dari jumlah 219 desa adalah 21 Desa
simbol angka tersebut, tekhnik perhitungan dari 10 kecamatan yang ada di kabupaten
secara Kuantitatif dapat dilakukan Hulu Sungai Utara dan anggota Panwaslih
sehingga dapat menghasilkan suatu HSU serta Anggota KPU HSU 2017 yang
kesimpulan yang berlaku umum di dalam menjadi sample sekaligus menjadi
suatu parameter. responden dalam penelitian ini.
Mengacu pada tujuan penelitian ini Untuk memperoleh data primer dan
yakni untuk mengetahui kedudukan dan data sekunder yang dibutuhkan dalam
fungsi Panitia Pengawas Pemilih penelitian ini maka ada beberapa tekhnik
Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam yang di gunakan yaitu dokumentasi,
perspektif administrasi dan hukum, maka Kkuesioner dan wawancara.
metode yang digunakan dalam penelitian Sesuai dengan tujuan
ini adalah metode Penelitian Kuantitatif. penelitian,maka analisis data yang
Sumber data dalam penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah
adalah subjek dimana data dapat analisis kuantitatif deskriptif bertujuan
diperoleh.3 Adapun yang menjadi sumber unutk memberikan deskripsi mengenai
data dalam penelitian ini adalah: subjek penelitian berdasarkan data dari
1. Responden yaitu orang yang variable yang diperoleh dari kelompok
merespon dan menjawab subjek yang diteliti dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan peneliti baik teknik wawancara, untuk mengetahui
yang tertulis maupun lisan. tingkat kepuasaan baik yang dipersepsi
2. Informan yaitu orang memberikan maupun yang diharapkan dari Kedudukan
,informasi tentang pokok dan Fungsi Panwaslih itu sendiri.
permasalahan yang diteliti. Dalam konsep definisi operasional
3. Dokumen yang terdapat pada ini terdapat juga variabel yang biasa
instansi pemerintah baik berupa digunakan yaitu:
1. Variabel (independen dan
3
Ibid. dependen);

46
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

2. Definisi Konseptual; demokrasi yang akan mentolerir berbagai


3. Indicator yang digunakan; kelemahan dan peluang-peluang yang
4. Alat ukur yang dijalankan; dapat mengancam kehidupan demokratis
5. Penilaian alat ukur itu sendiri.
Pemilu dapat dikatakan demokratis
PEMBAHASAN jika memenuhi beberapa prasyarat dasar.
Faktor-faktor yang Dapat Tidak seperti pada masa rezim orde baru
Mempengaruhi Kinerja Panitia dimana pemilu seringkali disebut sebagai
Pengawas Pemilih di Kabupaten Hulu demokrasi seolah-olah Pemilu yang sedang
Sungai Utara berlangsung sekarang sebagai pemilu
Pemilu merupakan satu –satunya reformasi harus mampu menjamin
prosedur demokrasi yang melegitimasi tegaknya prinsip-prinsip pemilu yang
kewenangan dan tindakan para wakil demokratis. Setidak-tidaknya, ada 5 (lima)
rakyat untuk melakukan tindakan tertentu. parameter universal dalam menentukan
Pemilu adalah mekanisme sirkulasi dan kadar demokratis atau tidaknya pemilu
regenarasi kekuasaan.Pemilu juga satu- tersebut,yaitu:
satunya cara untuk menggantikan 1. Universalitas (Universality)
kekuasaan lama tanpa melalui kekerasaan Karena nilai-nilai demokrasi
(chaos) dan kudeta. Melalui pemilu rakyat merupakan nilai universal,maka
dapat menentukan sikap politiknya untuk pemilu yang demokratis juga harus
tetap percaya pada pemerintah lama, atau dapat diukur secara universal,
mengganti dengan pemerintahan yang artinya konsep, system, prosedur,
baru. perangkat dan pelaksanaan pemilu
Pemilu merupakan sarana penting harus mengikuti kaedah-kaedah
dalam mempromosikan dan meminta demokrasi universal itu sendiri.
akuntabilitas dari para pejabat publik, 2. Kesetaraan (Equality)
melalui pemilu diharapkan proses politik Pemilu yang demokratis harus
yang berlangsung akan melahirkan suatu mampu menjamin kesetaraan antara
pemerintahan baru yang sah, demokratis masing-masing kontestan untuk
dan benar-benar mewakili kepentingan berkompetisi.Salah satu unsure
masyarakat pemilih, oleh karena itu pemilu penting yang akan mengganjal
yang baru saja berakhir tahun 2017 tadi prinsip kesetaraan ini adalah
tidak dapat lagi disebut sebagai eksperimen

47
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

timpangnnya kekuasaan dan Segala hal yang terkait dengan


kekuatan sumberdaya yang dimiliki aktivitas pemilu harus berlandaskan
kontestan pemilu. Secara prinsip transparansi, baik KPU,
sederhana,antara partai politik peserta pemilu maupun Pengawas
besar dengan partai politik kecil Pemilu Transparansi ini terkait
yang baru lahir tentunnya memiliki dengan dua hal ,yakni kinerja dan
kesenjangan sumberdaya yang penggunaan sumberdaya .KPU
lebar, Oleh karena itu ,regulasi harus dapat meyakinkan public dan
pemiilu seharunnya dapat peserta pemilu bahwa mereka
meminimilasir terjadinya political adalah lembaga independen yang
inequality. akan menjadi pelaksana pemilu
yang adil dan tidak berpihak
3. Kebebasan (Freedom)
(imparsial). Pengawas dan
Dalam pemilu yang demokratis,
pemantau pemilu juga harus
para pemilih harus bebas
mampu menempatkan diri pada
menentukan sikap politiknya tanpa
posisi yang netral dan tidak
adanya tekanan, intimidasi, iming-
memihak pada salah satu peserta
iming pemberian hadiah tertentu
pemilu.Sementara peserta pemilu
yang akan mempengaruhi pilihan
harus dapat menjelaskan kepada
mereka.jika hal demikian terjadi
public darimana.berapa dan siapa
dalam pelaksanaan pemilu maka
yang menjadi donator untuk
pelakunya harus diancam dengan
membiayai aktifitas kampanye
sanksi pidana pemilu yang berat.
pemilu mereka.
4. Kerahasiaan (Secrecy)
Kemudian terkait dengan Fungsi
Apapun piilihan politik yang
dan Peran Pengawas Pemilu di berbagai
diambil oleh pemilih, tidak boleh
negara di dunia sebetulnya pelaksanaan
diketahui oleh pihak manapun,
pemilu yang demokratis tidak
bahkan oleh panitia
mengharuskan adanya lembaga yang kita
pemilihan.Kerahasiaan sebagai
kenal sekarang dengan sebutan Badan
suatu prinsip sangat terkait dengan
Pengawas Pemilu untuk tingkat nasional
kebebasan seseorang dalam
dan Panitia Pengawas Pemilu untuk tingkat
memilih.
Kabupaten/kota untuk menjamin
5. Transparansi (Transparency)

48
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil. kinerja individu dipengaruhi oleh enam
Bahkan dalam praktek pemilu di Negara- faktor:
negara yang sudah berpengalaman 1. Harapan Mengenai Imbalan;
melaksanakan pemilu yang demokratis, 2. Dorongan;
keberadaan Lembaga Pengawas Pemilu 3. Kemampuan,Kebutuhan,dan Sifat;
tidak dibutuhkan Namun para perancang 4. Persepsi terhadap tugas;
undang-undang pemilu sejak Orde baru 5. Imbalan internal dan eksternal,dan;
sampai sekarang menghendaki Lembaga 6. Persepsi tentang tingkat imbalan
Pengawas Pemillu eksis, karena posisi dan kepuasaan kerja.
maupun peran nya dinilai strategis dalam Panitia Pengawas Pemilihan Umum
upaya pengawasan pelaksanaan pemilu Dinamika kelembagaan pengawas Pemilu
sesuai aturan perundang-undangan yang ternyata masih berjalan dengan terbitnya
berlaku terutama menegakkan asas pemilu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011
yang Luber dan Jurdil. tentang Penyelenggara Pemilu.
Kerangka dasar teori yaitu dalam Secara kelembagaan pengawas
mencapai sebuah kinerja yang baik, Pemilu dikuatkan kembali dengan
seorang aparatur harus memiliki dibentuknya lembaga tetap Pengawas
kemampuan dalam mengatur waktu agar Pemilu di tingkat Provinsi dengan nama
dapat berjalan sesuai yang diharapkan.4 Badan Pengawas Pemilu Provinsi
Pendapat lain tentang kinerja, seperti yang (Bawaslu Provinsi). Selain itu pada bagian
dikemukakan oleh Widodo mengatakan kesekretariatan Bawaslu juga didukung
bahwa kinerja yaitu melakukan suatu oleh unit kesekretariatan eselon I dengan
kegiatan dan menyempurnakanya sesuai nomenklatur Sekretariat Jenderal Bawaslu.
dengan tanggung jawabnya dengan hasil Selain itu pada konteks kewenangan, selain
yang diharapkan. kewenangan sebagaimana diatur dalam
Untuk mengukur kinerja dan fungsi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007,
dari Panwaslih maka peneliti factor-faktor Bawaslu berdasarkan Undang-Undang
kinerja, menurut Donnelly, Gibson, dan Nomor 15 Tahun 2011 juga memiliki
Ivancevich dalam buku karangan Lijan kewenangan untuk menangani sengketa
Poltak Sinambela, mengemukakan bahwa Pemilu. Adapun kedudukan, susunan, dan
keanggotaan Panwaslu Kabupaten/Kota
4
Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai yang mempunyai tugas pokok melakukan
Politik, Garamedia, Jakarta, 1982, hlm. 52.
pengawasan terhadap tahapan

49
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

penyelenggaraan pemilu, di wilayah Kedudukan Panitia Pengawas Pemilu


kerjanya masing-masing, baik Pemilu dalam Menjalankan Tugas dan Fungsi
anggota DPR, DPD dan DPRD, Pemilu Sesuai dengan UU No. 7 Tahun 2017
Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilu Dalam melaksanakan tugas dan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. wewenangnya Panitia Pengawas Pemilu
Panwaslu Kabupaten/Kota bersifat adhoc, berkewajiban sebagai berikut:
dibentuk paling lambat satu bulan sebelum 1. Panitia Pengawas Pemilu bersikap
tahapan pertama penyelenggaraan dimulai tidak diskriminatif dalam
dan berakhir paling lambat dua bulan menjalankan tugas dan
setelah seluruh tahapan penyelenggaraan wewenangnya.
Pemilu selesai. Panwaslu Kabupaten/Kota 2. Melakukan pembinaan dan
berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota. pengawasan terhadap pelaksanaan
Anggota Panwaslu Kabupaten/Kota tugas pengawas pemilu pada
sebanyak tiga orang, terdiri dari kalangan tingkat bawahnya.
profesional yang mempunyai kemampuan 3. Menerima dan menindaklanjuti
dalam melakukan pengawasan, dan tidak laporan yang berkaitan dengan
menjadi anggota Partai Politik. Dalam dugaan adanya pelanggaran
komposisi anggota Panwaslu terhadap pelaksanaan peraturan
Kabupaten/Kota harus memperhatikan perundang-undangan mengenai
keterwakilan perempuan sekurang- pemilu.
kurangnya 30% (tiga puluh persen). 4. Menyampaikan hasil pengawasan
Masing-masing anggota Panwaslu kepada Bawaslu provinsi sesuai
Kabupaten/Kota, mempunyai hak suara dengan tahapan pemilu secara
yang sama. Panwaslu Kabupaten/Kota periodi dan/atau berdasarkan
terdiri dari seorang ketua merangkap kebutuhan.
anggota dan anggota. Ketua Panwaslu 5. Meyampaikan temuan dan laporan
Kabupaten/Kota dipilih dari dan oleh kepada bawaslu Provinsi berkaitan
anggota Panwaslu Kabupaten/Kota sendiri. dengan adanya dugaan pelanggaran
yang dilakukan oleh anggota KPU
Kabupaten/Kota yang
mengakibatkan adannya dugaan
pelanggaran tahapan pemilu
ditingkat kabupaten kota.

50
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Dalam menjalankan tugas dan telah memengaruhi terpilih tidaknya yang


wewenang mengawasi setiap tahapan bersangkutan kedalam jabatan yang
pemilu, apa yang dilakukan Panitia diperebutkan melalui pemilu tersebut.5
Pengawas Pemilu (Panwaslu) sebetulnya Jika dalam hal menangani kasus-
tidak jauh berbeda dengan apa yang kasus pelanggaran administrasi, Panwaslu
dilakukan pemantau pemilu atau pengamat bertambah kekuatanya, tidak demikian
pemilu, yakni sama-sama mengkritik, halnya dalan hal penanganan kasus-kasus
menghimbau, dan memproses apabila pidana.dalam hal ini menurut hemat
terdapat hal yang menyimpang dari peneliti Panwaslu masih berkerja sama
undang-undang. Namun terkait dengan dengan institusi terkait misal dengan
penanganan kasus-kasus dugaan kepolisian dan kejaksaan, menurut peneliti
pelanggaran pemilu, maka disini terdapat hal ini lah membuat panwaslu menjadi
perbedaan yang fundamental, karena lemah dan tidak independent lagi. Dengan
pengawas pemilu menjadi satu-satunya memperhatikan kelemahan ini panwaslu
lembaga yang berhak menerima laporan, disamping harus meningkatkan kapasitas
dengan kata lain Panwaslu merupakan dan kemampuannya juga harus benar-
satu-satunya pintu masuk untuk benar dapat bertindak secara professional.
penyampaian laporan pelanggaran pemilu. Selain itu faktor lain menjadi
Selain itu pula Panwaslu juga satu-satunya kendala dalam pelaksanaan fungsi dan
lembaga yang mempunyai kewenangan pengawasan pemilu adalah kendala waktu,
untuk melakukan kajian terhadap laporan dilain pihak undang-undang juga
atau temuan dugaan pelanggaran pemilu membatasi waktu laporan pelanggaran
untuk memastikan apakah hal tersebut pemilu pada setiap tahapan
benar-benar mengandung pelanggaran, penyelenggaraan pemilu disampaikan
dalam menjalankan konstitusi terkait paling lama tiga (tiga) hari sejak terjadinya
pelanggaran, salah satu objek nya yaitu pelanggaran pemilu. Mengenai pembatasan
penyelengara (KPU), pihak yang menjadi waktu tersebut memang baik untuk
termohon dalam perkara perselisihan hasil memberi kepastian hukum dalam
pemilu. KPU sebagai pihak penyelenggara penanganan tindak pidana pemilu tetapi
pemilihan umum itulah yang telah dilain pihak pengawas pemilu akan
menetapkan hasil pemilihan umum yang
5
dianggap merugikan hak konstitusional Soerdarsono, Mahkamah Konstitusi
Sebagai Pengawal Demokrasi, Jakarta, 2006, hlm.
peserta pemilu, karena secara langsung 33.

51
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

mengalami kesulitan jika saksi yang harus 3. Mengusahakan kelengkapan sarana


di klarifikasi bertempat tinggal jauh prasarana yang masih kurang
terutama di pedesaan. Kendala tersebut dengan menjalin kerjasama dengan
coba diatasi oleh Bawaslu RI bersama pihak-pihak yang terkait seperti
dengan Jaksa Agung RI dan Kepala penyelenggara pemilu dan tokoh
Kepolisian RI dengan membuat MoU masyarakat.
tentang Sentra Gakkumdu. Secara umum
DAFTAR PUSTAKA
dapat dikatakan keberadaan Sentra
Buku
Gakkumdu cukup berhasil dalam
Amirudin dan Zaini Bisri, 2006. Pilkada
melaksanakan penegakkan hukum secara
Langsung Problem dan Prospek,
sinergis antara Bawaslu ,Kepolisian,dan Penerbit Pustaka Pelajar, Jakarta.
Kejaksaan yang jenggalnya ditingkat Agus Dwiyanto, dkk, 2008, Reformasi
kabupaten yaitu Panwaslih ikut dalam Birokrasi Publik di Indonesia,
Gakkumdu.oleh karena itu peneliti Pusat Studi Kependudukan dan
kebijakan,Gadjah Mada University
menginginkan adanya amandemen
Press, Yogyakarta.
mengenai PKPU No 11 tahun 2016 dan
Ahmad Nadir, 2005, Pilkada Langsung
UU N0 10 Tahun 2016 yang dirubah dan Masa Depan Demokrasi di
menjadi UU NO 7 Tahun 2017 salah Indonesia, Penerbit Averroes Press,
Malang.
satunya terkait dengan perubahan
kedudukan dan fungsi Panitia Pengawas Bagir Manan, 2003, DPR, DPD, MPR
dalam UUD1945 yang baru, FH
Pemilu. UII Press, Jakarta.
Panitia Pengawas Pemilu
Donni Edwin, 2005, Pilkada Langsung:
kabupaten Hulu Sungai Utara perlu juga Demokratisasi Daerah dan Mitos
memperhatikan pelayanan terhadap Good Governance, Partnership,
Jakarta.
masyarakat mengenai pengawasan:
Joko Prihatmoko, 2005, Pemilihan Kepala
1. Mengevaluasi kinerja pelayanan
Daerah Langsung Filosofi Sistem
selesai pemilukada dengan dan Problem Penerapan di
melibatkan seluruh komponen. Indonesia, Pustaka Pelajar,
2. Kedepan Pemerintah Pusat dalam Jogyakarta.

hal ini memberikan usulan kepada Jimly Asshiddiqie, 2005, Kemerdekaan


Berserikat, Pembubaran Partai
DPR RI untuk dapat memperkuat
Politik, dan mahkamah Konstitusi,
lagi pengawasan di Bawaslu Pusat StudiHukum Tata Negara UI.
Kabupaten.

52
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Koirudin, 2004, Partai Politik dan Agenda Topo Santoso, 2006, Tindak Pidana
Transisi Demokrasi, Pustaka Fajar, Pemilu, Penerbit Sinar Grafika,
Jogyakarta. Jakarta.
Laporan Penelitian Tim PDN P3DI, 2010, Umar Husien, 1999, Riset Sumber Daya
Pemilihan Umum Kepala Daerah Manusia Dalam Organisasi, Edisi
Bupati/Walikota Di Provinsi Riau, Revisi dan perluasan, PT.
Setjen DPR-RI. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Leo Agustino, 2005, Politik dan Otonomi
Peraturan Perundang-undangan
Daerah, Untirta Press, Banten.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Mahfud M, 1999, Hukum dan Pilar-Pilar
tentang Pemerintahan Daerah.
Demokrasi, Gama Media,
Jogyakarta. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007
tentang Penyelenggaraan Pemilu.
Miriam Budiardjo, 1982, Partisipasi dan
Partai Politik, Garamedia, Jakarta. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
tentang perubahan kedua atas
Modul Pengawasan, 2009, Badan
Undang-Undang nomor 1 Tahun
Pengawas Pemilu - Indonesia
2015 tentang Penetapan Peraturan
Corruption Watch, Jakarta
Pemerintah Pengganti Undang-
Nurdin Rachamad K Dwi Susilo, Tri Undang Nomor 1 tahun 2014
Sulistyaningsih, 2006, Kebijakan tentang Pemilihan Gubernur,
Elitis Politik Indonesia, Penerbit Bupati dan Walikota menjadi
Pustaka Pelajar - Fisip UMM, Undang-Undang.
Malang.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Pedoman Pengawasan Pemilu 2016-2017 tentang Pemilihan Umum.
Bawaslu RI, Jakarta
Internet
Ramlan Subakti dkk, 2008, Perekayaan
Sistem Pemilihan Umum Untuk http://www.google.co.id/International
Pembangunan Tata Politik IDEA, 2000. Demokrasi dan
Demokratis, Patnership for Konflik YangMengakar: Sejumlah
Governance Reform Indonesia, Pilihan Untuk Negosiator, Seri
Jakarta. Buku Pegangan InternasionalIDEA,
Jakarta./diakses tanggal 8 Mei
Soerdarsono, 2006, Mahkamah Konstitusi
2017.
Sebagai Pengawal demokrasi,
Jakarta. http://www.bawaslu.go.id/berita/35/tahun/
2017/bulan/57/tanggal/21/id/1504/,
Sigit Putranto dan Kusomowidagdo, 1981,
diakses tanggal 7 Mei 2017.
Sistem Pemilihan Umum Universal
dan Parohial, Prisma.

53
Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

54

Anda mungkin juga menyukai