Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TAHAPAN PERKEMBANGAN LANSIA

MUHAMAD YAMIN
(18170100037)

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN

LANSIA

A. Pengertian Lansia

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun (1998) dalam Nugroho (2008), tentang

kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO menyatakan bahwa

lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun. Menua

(manjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita.

B. Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahap :

1) Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun

2) Lanjut usia (elderly) : 60 – 74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) : 75 – 90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

C. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,

lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2008).

Adapun tipe lansia yaitu :

1) Tipe arif bijaksana


Lansia yang kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2) Tipe mandiri

Lansia mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.

3) Tipe tidak puas

Terjadi konflik lahir batin pada lansia yakni menentang proses penuaan

sehingga lansia akan menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit

dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4) Tipe pasarah

Lansia akan menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama

dan melakukan pekerjaan apa saja.

5) Tipe bingung

Lansia yang mudah kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

minder, menyesal, pasif, dan bersikap acuh tak acuh.

D. Teori – Teori Penuaan

Teori – teori yang mendukung terjadinya proses penuaan, antara lain:

1) Teori Biologis

a) Teori Genetik Lock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –

spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia

yang diprogram oleh molekul. Molekul DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel –

sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel) (Maryam dkk,

2008).

b) Immunology Slow Theory

Menurut teori ini, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia

dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan

organ tubuh (Maryam dkk, 2008).

c) Teori Stress

Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-selnya

yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan

stress yang menyebabkan sel – sel tubuh lelah terpakai (Maryam dkk,

2008).

d) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas

(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik

seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel – sel tidak

dapat melakukan regenerasi (Maryam dkk, 2008).

e) Teori Rantai Silang

Pada teori ini, diungkapkan bahwa reaksi kimia sel – sel yang tua atau

usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan

ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi

sel (Maryam dkk, 2008).


2) Teori Psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan

pertambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula

dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya

penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif,

memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk

dipahami dan berinteraksi. Semua penurunan tersebut dikaitakn dengan

penurunan fisiologis dan fungsional organ otak (Maryam dkk, 2008).

3) Teori Sosial

Teori Interaksi Sosial (Social Excahnge Theory)

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi

tertentu, yaitu atas dasar hal – hal yang dihargai masyarakat. Pada lansia,

kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi sosial

mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan

mereka untuk mengikuti perintah. Pokok – pokok teori interaksi sosial ini

adalah masyarakat terdiri atas aktor – aktor sosial yang berupaya mencapai

tujuannnya masing – masing. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial

yang memerlukan biaya dan waktu. Untuk mencapai tujuan yang hendak

dicapai, seorang aktor harus mengeluarkan biaya dan senantiasa berusaha

mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian. Hanya interaksi yang

ekonomis saja ynag dipertahankan olehnya (Maryam dkk, 2008).


4) Teori Penarikan Diri

Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang

berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan

diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi

kematiannya. Pada lansia terjadi kehilangan ganda (triple loss) yaitu

kehilangan peran (loss of roles), hambatan kontak sosial (restriction of

contacts and relationship) dan berkurangnya komitmen (reduced commitment

to social moralres and values).

5) Teori Aktivitas

Teori ini menyatakn bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana

seorang lansia merasakan kepuasan dalm melakukan aktivitas serta

mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dari

aktivitas yang dilakukan. Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa

proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha

untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya. Pokok – pokok

teori aktivitas ini adalah moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial

dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat serta kehilangan peran

akan menghilangkan kepuasan seorang lansia (Maryam dkk, 2008).

6) Teori Kesinambungan

Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya

kesinambungan dalam siklus kehidupan manusia. Pengalaman hidup

seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia

menjadi lansia. Kesulitan untuk menerapkan teori ini adalah sulit untuk
memperoleh gambaran umum tentang seseorang, karena kasus tiap orang

berbeda – beda.

7) Teori Perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh

lansia pada saat muda hingga dewasa. Teori ini menjelaskan bagaimana

proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagimana jawaban lansia

terhadap tantangan tersebut yang dapat bernilai positif dan negatif. Masa tua

merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya dan

merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu

pensiun atau menjanda dan menduda. Lansia juga harus menyesuaikan diri

sebagai akibat dari perannya yang berakhir dalam, kehilangan identitas dan

hubungan sosialnya srta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman –

temannya.

8) Teori Stratifikasi Sosial

Dua elemen penring dari model stratifikasi usia tersebut adalah yang pertama

struktur yang mencakup bagaimana penilaian strata, dan bagaimana terjadinya

penyebaran peran dan kekuasaan yang tak merata pada masing – masing

strata, yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lansia. Kedua, proses

yang mencakup bagaiman menyesuaikan kedudukan seseorang dengan peran

yang ada serta bagaimana cara mengatur transisi peran secara berurutan dan

terus – menerus.

9) Teori Spiritual
Teori ini tentang hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi

individu tentang arti kehidupan. Menurut Fowler, kepercayaan adalah suatu

fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan

orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan harapan.

Fowler juga meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan

lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai – nilai dan

pengetahuan. Perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap

penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan (Maryam dkk, 2008).

E. Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Nugroho (2008) menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut

usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan

perkembangan spiritual.

1) Perubahan Fisik

a) Sel

Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya,

berkurangnya jumlah cairan cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah,

dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme

perbaikan sel, serta otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

(Nugroho, 2008).

b) Sistem Persarafan

Terjadi penurunan berat otak sebesar 10-20%, cepatnya menurun

hubungan persarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi


sensitif terhadap sentuhan. Pada sistem pendengaran terjadi

presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) hilangnya kemampuan

pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau

nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti katakata,

otosklerosis akibat atrofi membran timpani, dan terjadinya

pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena meningkatnya

keratin, serta biasanya pendengaran bertambah menurun pada lanjut

usia yang mengalami ketegangan jiwa/stress (Nugroho, 2008).

c) Sistem Penglihatan

Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih

berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak,

meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap,

hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang, serta

menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau (Nugroho,

2008).

d) Sistem Kardiovaskuler

Terjadi penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan

menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun,

kurangnya elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh

darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk

atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun,

mengakibatkan pusing mendadak, serta meningginya tekanan darah


akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nugroho,

2008).

e) Sistem Pengaturan

Temperatur tubuh terjadi hipotermia secara fisiologis akibat

metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak

dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun (Nugroho,

2008).

f) Sistem Respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,

menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas,

menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun,

dan kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dari biasa

dan jumlahnya berkurang, kemampuan untuk batuk berkurang, serta

kemampuan kekuatan otot pernafasan menurun (Nugroho, 2008).

g) Sistem Gastrointestinal

Terjadi kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang

buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun, hilangnya

sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam,

atau pahit, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung

menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, serta

melemahnya daya absorbsi (Nugroho, 2008).


h) Sistem Reproduksi

Terjadi penciutan ovari dan uterus, penurunan lendir vagina, serta

atrofi payudara, sedangkan pada laki-laki, testis masih dapat

memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara

berangsur-angsur, kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa

lanjut usia asal kondisi kesehatan baik (Nugroho, 2008).

i) Sistem Perkemihan

Terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%,

otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil

meningkat dan terkadan menyebabkan retensi urin pada pria

(Nugroho, 2008).

j) Sistem Endokrin

Terjadi penurunan semua produksi hormon, mencakup penurunan

aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran zat, produksi aldosteron,

progesterone, estrogen, dan testosteron (Nugroho, 2008).

k) Sistem Integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses

keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis,

rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga

menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan

vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras


dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya, serta kelenjar keringat yang

berkurang jumlah dan fungsinya (Nugroho, 2008).

l) Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis,

pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian membesar

dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, serta

atrofi serabut otot (Nugroho, 2008).

2) Perubahan Mental

Perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga,

bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Pada perubahan

mental juga terjadi perubahan pada kenangan yang biasa dikenal

dengan demensia dan perubahan pada IQ dapat terjadi pada daya

membayangkan karena faktor waktu. Penampilan, persepsi dan

keterampilan psikomotor juga akan berkurang (Nugroho, 2008).

3) Perubahan Psikososial

Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan identitasnya

dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Pada lansia yang mengalami

masa pensiunan akan mengalami kehilangan finansial, status, teman atau

relasi, dan kehilangan pekerjaan atau kegiatan (Nugroho, 2008).

4) Perkembangan Spiritual

Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun yaitu berfikir dan bertindak

dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan. Lanjut usia
semakin matur dalam kehidupan keagamaannya karena agama semakin

terintegrasi dalam kehidupan(Nugroho, 2008).

F. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erikson dalam Maryam dkk (2008), kesiapan lansia untuk beradaptasi

atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh

proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan

lansia antara lain; lansia harus mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun dan

masa pensiun. Lansia sebaikanya membentuk hubungan baik dengan orang

seusianya dan melakukan adaptasi terhadap kehidupan sosial / masyarakat secara

santai. Selain itu lansia juga harus mempersiapkan kehidupan barunya sebagai

lansia dan mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam

dkk, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Siti R, dkk (2008). Mengenal Lanjut Usia Dan Penanganannya. Jakarta:Salemba
Medika

Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai