ID None PDF
ID None PDF
Tabel 2. Review Keterpusatan pada Pasien dan Kolaborasi di Rekam Medis Terintegrasi RSUP Dr Sardjito (n: 192)
Variabel Ya (%) Tidak (%)
Berpusat pada pasien
a. Tertulis data obyektif dan subyektif 177 (92,2) 15 (7,8)
b. Rencana individual dan komprehensif 139 (72,4) 53 (27,6)
Kolaborasi
a. Menggunakan formulir catatan terintegrasi 192 (100) 0
b. Ada monitoring terpadu rawat inap 188 (98,0) 4 (2,0)
c. Sistem dokumentasi yang relevan 192 (100) 0
d. Berdasarkan pengamatan profesional 192 (100) 0
e. Mendokumentasikan persetujuan tindakan 169 (88,0) 23 (12,0)
f. Bisa diakses informasi pasien 191 (99,5) 1 (0,5)
g. Dokumentasi intervensi melalui telepon 192 (100) 0
h. Staf klinis sering berkolaborasi 192 (100) 0
i. Dokumentasi mencatat tindakan, informasi,respon 188 (98,0) 4 (2,0)
j. Kesimpulan dan keputusan didukung data 192 (100) 0
DKT dilakukan kepada dokter, perawat, dan ahli terintegrasi beserta penghambat dan penyebab tidak
gizi untuk mencari manfaat dan pendukung RM standarnya RM terintegrasi (lihat Tabel 3).
Tabel 3. Identifikasi Kemungkinan Penyebab Temuan Rekam Medis yang Tidak Sesuai Standar
Permasalahan terkait Kemungkinan Penyebab
Kejelasan
a. Pembetulan tidak dicoret dan 1) Kurangnya pemahaman responden
diparaf (70,3%) 2) Kolom di rekam medis kecil-kecil contohnya format monitoring PICU
b. Menggunakan singkatan tidak 1) Responden tidak mengetahui adanya daftar singkatan baku
baku (100%) 2) Seringnya membuat singkatan sesuai persepsi dan kebiasaan masing-masing
Kelengkapan
a. Catatan perawatan dari 1) Terjadi rebutan rekam medis untuk mendokumentasikan pada catatan
pengkajian, perencanaan terintegrasi
tindakan dan evaluasi tidak jelas 2) Format rekam medis yang belum sesuai: adanya format yang harus ditulis oleh
dan singkat (38,5%) dokter ahli sehingga dokter bangsal/residen tidak berani mengisi walaupun
dokter tersebut yang memeriksa pasien pertama kali, lokasi pengkajian yang
terbatas karena adanya pertanyaan yang terstruktur, perencanaan keperawatan
dalam bentuk print out dan belum terintegrasi, kesulitan menuliskan evaluasi
karena kolomnya kecil
b. Catatan terintegrasi tidak terisi 1) Keterbatasan waktu dan tenaga khususnya pada pasien yang hari rawatnya
lengkap (14,6%) pendek seperti pasie kemoterapi
2) Pengisian instruksi pengobatan dan pemberian cairan infus pada monitoring
terpadu tidak sesuai kompetensinya, seharusnya ditulis oleh dokter tetapi ditulis
oleh perawat
3) Perubahan format monitoring terpadu yang dirasa lebih pas format yang
sebelumnya (versi 1), catatan perkembangan terintegrasi kolomnya kecil- kecil
c. Tidak tertulis nama dan tanda 1) Responden mengatakan karena faktor kelupaan, terkadang hanya tanda
tangan (18,7%) tangan saja, ada kondisi kegawatan pasien
2) Adanya perubahan format implementasi yang kolomnya kecil-kecil sehingga
hanya tanda tangan saja
Kebaruan: tidak tertulis tanggal dan 1) Dikarenakan responden lupa, hanya menuliskan jam pada waktu menulis yang
waktu tindakan (59,4%) pertama dan mengikuti tanggal yang di atasnya
2) Di VIP sering terjadi pada dokumentasi yang ditulis oleh konsulen
Komprehensif: tidak komprehensif Kurangnya pemahaman responden tentang pentingnya rekam medis
(5,0%) komprehensif: kejadian tidak diharapkan misalnya pasien jatuh ditulis di
kronologis kejadian tetapi tidak ditulis di rekam medis.
Berpusat pasien 1) Dalam kolom SOAP yang lama tidak ada panduannya S itu apa, O itu apa
a. Tidak tertulis data 2) Untuk perawat karena kelalaian
obyektif dan subyektif (7,8%) 1) Kurangnya sosialisasi di tingkat dokter spesialis, apalagi dengan sistem DPJP
b. Rencana tidak 2) Kurangnya komunikasi antar bagian/SMF
individual dan 3) Perlunya pertemuan atau pembahasan kasus sulit
4) Perlunya clinical pathway supaya tidak terjadi penanganan yang overlapping
komprehensif
dan tidak sinkron
(27,6%) 5) Belum adanya sistem komputer rekam medis
6) Belum semua responden menulis perencanaan sesuai standar, sehingga sering
lompat-lompat tidak terarah dari pertama
Kolaborasi: Tidak 1) Adanya revisi kebijakan informed concent
mendokumentasikan persetujuan 2) Responden belum memahami kebijakan informed concent yang baru: tindakan
tindakan (12,0%) apa saja yang memerlukan persetujuan, dan kapan harus minta persetujuan lagi
Integrasi dokumen diharapkan juga dapat menginte- Adanya supervisi dari atasan langsung. Adanya
grasikan pelayanan, tetapi kenyataannya belum se- tenaga fungsional dan pengawas RM. Format moni-
suai seperti kutipan berikut: “antara dokter satu de- toring PICU sudah mencerminkan integrasi.
ngan dokter yang lain, pada pasien yang sama
instruksi dietnya berbeda, contoh pasien Diabetes PEMBAHASAN
Mellitus (DM) mau operasi craniotomy, dikonsulkan Dari hasil penelitian pada Tabel 1, 2, dan 3 tam-
ke bagian endokrin mendapat diet DM, instruksi dok- pak bahwa kelengkapan dan komprehensif RM masih
ter bedah syaraf tertulis diet TKTP itu kan membi- kurang dalam hal kejelasan, kelengkapan, kebaruan,
ngungkan dan nggak sinkron.”Kolaborasi dokter dan komprehensif, berpusat pada pasien dan kolaborasi
perawat sangat diperlukan dalam pelayanan pasien dalam hal persetujuan tindakan. Setelah dilakukan
karena dapat meningkatkan akses, menurunkan ke- diskusi kelompok terarah kepada profesi dokter, pe-
jadian yang tidak diharapkan, meningkatkan hasil rawat dan ahli gizi, dapat dijabarkan dampak imple-
yang lebih baik, penggunaan sumber daya lebih baik mentasi RM terintegrasi terhadap RSUP Dr. Sardjito
dan meningkatkan kepuasan profesi kesehatan. Me- sebagai berikut.
nurut pandangan peneliti solusi dalam mengatasi hal
ini adalah (1) adanya rencana penatalaksanaan ter- 1. Dampak Positif Implementasi RM Terintegrasi
integrasi oleh semua profesi; (2) saling membaca Semua profesi sudah menulis pada format yang
dan memahami rencana; (3) sosialisasi kebijakan sama, mulai dari perencanaan, catatan perkembang-
DPJP dan DPJP utama kepada semua dokter; (4) an, instruksi, implementasi, evaluasi maupun eduka-
DPJP memverifikasi, mengoreksi, menambah dan si pasien. Hal ini sesuai pendapat dari Frelita et al.1
menyetujui rencana tersebut sesuai yang dibuat oleh yang menyatakan RM memfasilitasi dan mencermin-
masing-masing profesi; (5) adanya diskusi kasus kan integrasi dan koordinasi perawatan. Secara khu-
terpadu; (6) pembahasan kasus sulit bersama; (7) sus, setiap praktisi mencatat pengamatan, pengobat-
rapat tim; (8) adanya manajer kasus; dan (9) adanya an, dan hasil atau kesimpulan dari pertemuan tim
clinical pathway sebagai panduan kegiatan apa saja perawatan pasien dalam RM.
yang harus dilakukan pada masing-masing pasien. Pelayanan pasien lebih terintegrasi, pasien lebih
Manfaat RM terintegrasi adalah pasien menda- diperhatikan oleh semua profesi dan kolaborasi antar
pat pelayanan yang terkolaborasi dari semua profesi, petugas kesehatan menjadi lebih baik. Hal ini sesuai
perawatan lebih optimal, kepuasan meningkat dan dengan pendapat Frelita et al.1,8
lebih efisien biaya maupun waktu. Bagi profesi: peren-
canaan pasien jelas dan terarah; rencana pemulang- 2. Dampak Negatif Implementasi RM Terintegrasi
an pasien jelas; format lebih sederhana, beban kerja Perubahan format yang berulang-ulang membi-
menulis berkurang, lebih komunikatif dan lebih kola- ngungkan pelaksana dan beberapa kali ada perde-
boratif; tindakan lebih jelas dan meminimalkan keja- batan dan penolakan. Dokter merasa format terlalu
dian overlapping; pelayanan lebih berfokus pasien, sempit sehingga menulisnya tidak berurutan menu-
berkelanjutan dan terintegrasi; sebagai alat komuni- tut kolom. Untuk monitoring terpadu jumlah baris
kasi dan bukti otentik. Bagi rumah sakit: tercapai untuk pemberian obat kurang banyak. Akhirnya dise-
pelayanan prima, lebih hemat biaya, citra rumah pakati untuk format penatalaksanaan pemberian obat
sakit meningkat. disendirikan.
Hambatan implementasi RM terintegrasi adalah: Implementasi RM terintegrasi yang berhasil ada-
keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) lah ketersediaan format di setiap ruang rawat inap
ahli gizi. Sosialisasi RM terintegrasi ke semua pro- dan semua profesi sudah mengisi pada format RM
fesi kurang. Kurangnya komunikasi antar bagian/ terintegrasi karena kesadaran profesi untuk mendo-
SMF. Terjadi rebutan RM untuk mendokumentasi- kumentasikan sebagai bentuk tanggung gugat dan
kan. Kuangnya integrasi dalam pelayanan. Banyak- tanggung jawab. Sesuai dengan pendapat William
nya format yang harus diisi selain RM terintegrasi. et al. 1,9 Selain itu, disahkannya kebijakan pelayanan
Pendukung keberhasilan implementasi RM terinte- terintegrasi dan pemberian instruksi tertulis oleh
grasi adalah: Adanya kebijakan pelayanan terinte- direktur utama sebagai dasar implementasi RM ter-
grasi. Format terintegrasi lebih terstruktur sehingga integrasi di RSUP Dr. Sardjito. Hal ini sesuai dengan
meminimalkan deviasi. Tersedianya format yang men- panduan penyusunan dokumen akreditasi menurut
cukupi. Adanya sistem saling kolaborasi dan meng- Komite Akreditasi Rumah Sakit.10
ingatkan antar profesi. Adanya pelatihan terkait kebi- Berdasarkan variabel kelengkapan dan kompre-
jakan dan cara pengisian RM terintegrasi untuk hensif pada Tabel 1, semua tulisan dalam RM terbaca
tenaga keperawatan, ahli gizi dan sebagian dokter. dan menggunakan tinta, keringkasan dokumen, tertu-
lis sumber informasi, penulisan tepat waktu, penulis- klausul 4 tersebut. Hal kelengkapan RM ini ada per-
an berturut-turut, kebenaran dokumen, dokumen bedaan kriteria dengan penelitian Mikrajab14 yang
komprehensif. Hal ini sesuai dengan kewajiban pokok menyatakan 90% RM yang diteliti terisi lengkap dan
yang menyangkut isi RM berkaitan dengan aspek penelitian Nelfiyanti15 yang menyatakan bahwa ke-
hukum11 dan panduan dokumentasi RM menurut lengkapan pengisian dokumentasi asuhan kepera-
WHO.6 Variabel berpusat pada pasien dan kolaborasi watan pada RM 30,4% dengan kategori cukup leng-
pada Tabel 2, dengan hasil mayoritas 100%, hal ini kap. Perbedaan tersebut kemungkinan dari perbeda-
sesuai dengan panduan dokumentasi RM WHO 6, an kriteria penilaian yang digunakan.
persepsi profesi dalam manfaat RM terintegrasi dan Tidak tertulis tanggal dan waktu setiap tindakan
sesuai fungsi kerja tim dalam meningkatkan kola- dengan nilai 59,4%. Hal ini tidak sesuai dengan klau-
borasi.12,13 Kerahasiaan dokumen RM tercapai 100%, sul 5 yang bunyinya dokumentasi tepat waktu, dikait-
hal ini sesuai dengan aturan Kementrian Kesehatan kan dengan episode pelayanan yang terjadi. Doku-
Republik Indonesia 2008 11 tentang RM yang bermutu mentasi tidak komprehensif sebesar 5% menyang-
klausul 9 dan sesuai panduan RM WHO klausul 7, kut kejadian yang tidak diharapkan, hal ini tidak
8 dan 136. sesuai panduan WHO klausul 9: dokumentasi sering
Variabel kelengkapan dan komprehensif yang digunakan untuk mengevaluasi praktik profesional
belum berhasil adalah pembetulan tidak dicoret dan sebagai bagian dari mekanisme jaminan kualitas.
diparaf 70,3%. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan Kurangnya sosialisasi tentang panduan RM me-
Kemenkes RI, 2008 yaitu: jika salah menulis, coret- nurut standar WHO, peraturan Kementrian Kesehatan
lah dengan satu garis dan diparaf, sehingga yang dan kebijakan internal RSUP Dr. Sardjito kepada
dicoret masih bisa dibaca (klausul 9), jangan melaku- seluruh profesi terkait, merupakan salah satu penye-
kan penghapusan, menutup dengan tip-ex atau men- bab ketidak berhasilan tersebut. Pengisian rencana
corat-coret sehingga tidak bisa dibaca ulang (klausul penatalaksanaan terintegrasi belum optimal karena
10), bila melakukan koreksi di komputer, diberi space merupakan format baru. Hal ini sesuai penelitian
untuk perbaikan tanpa menghapus isi yang salah Rogers dalam Notoatmojo16 bahwa sebelum orang
(klausul 11) dan jangan merubah catatan RM dengan mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut
cara apapun karena bisa dikenai pasal penipuan terjadi proses awareness, interest, evaluation, trial,
(klausul 12). Terkait hal tersebut sudah dilakukan dan adoption. Selanjutnya dikatakan apabila peneri-
diskusi dengan salah satu staf Instalasi Catatan maan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesa-
Medis terkait beberapa usulan solusi karena sam- daran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut
pai saat ini kesalahan pembetulan dengan di-tip-ex akan bersifat langgeng.
atau ditambal masih terjadi.
Semua RM yang diteliti tidak menggunakan KESIMPULAN
singkatan baku hal ini tidak memenuhi kriteria Semua profesi telah mengimplementasikan RM
kejelasan RM klausul 5 panduan RM W HO: terintegrasi pada format yang telah ditentukan, de-
dokumentasi harus jelas, dan juga tidak sesuai ngan hasil yang baik dalam hal keringkasan, kebe-
panduan review dokumentasi menurut akreditasi naran, berturut-turut, kolaborasi, dan kerahasiaan.
JCI1: rumah sakit harus menentukan daftar singkatan Sedangkan beberapa hal perlu ditingkatkan yaitu:
baku yang digunakan dalam RM. kejelasan, kelengkapan, kebaruan, komprehensif,
Kelengkapan RM yaitu catatan jelas dan singkat berpusat pada pasien.RM terintegrasi bermanfaat
61,5%, catatan perkembangan terisi lengkap 85,4%, bagi pasien, profesional, dan rumah sakit.
pencapaian belum sesuai dengan panduan WHO.6 Organisasi perlu merevisi daftar singkatan baku
Klausul 5 yang berbunyi dokumentasi harus jelas, yang berlaku di RS sesuai masukan dari masing-
singkat, berturut-turut, benar, kontemporer, lengkap, masing profesi/bagian. Sosialisasi kebijakan RM ter-
komprehensif, kolaboratif, berpusat pada pasien, dan integrasi, cara pengisian RM terintegrasi, singkatan
rahasia. Hal ini disebabkan oleh kurang tertibnya baku dan Informed consent ke seluruh profesi yang
pengisian dokumentasi RM. Tertulis nama dan tanda terkait. Lakukan monitoring, evaluasi, dan review RM
tangan dengan nilai 81,3%. Hal ini tidak sesuai secara berkala serta berikan umpan balik ke pihak
dengan kewajiban pokok yang menyangkut isi RM11 terkait. Perlunya Clinical Pathway sebagai panduan
klausul 4: setiap tindakan yang dilakukan terhadap tindakan dan dokumentasi dan komunikasi antar
pasien harus dicatat dan dibubuhi paraf. Sehingga bagian/SMF dalam bentuk rapat tim atau diskusi
tanpa menuliskan nama pada kolom implementasi kasus bersama/pembahasan kasus sulit. Perlunya
yang kecil-kecil dinyatakan telah sesuai dengan penambahan/pengaturan tenaga ahli gizi sesuai
perhitungan. Pelaku/Profesi wajib mengikuti sosiali- Shop floor to Executive Suite. Journal of Man-
sasi terkait RM. Wajib mengimplementasikannya agement, 1997;23[3]: 239-90.
dalam RM. Pada pasien operasi, perawatan ICU, 9. Williams,J.G., Roberts,R., & Rigby, M.J. Inte-
lakukan pendokumentasian di catatan perkembang- grated patient records: another move towards
an terintegrasi sesuai panduan. Apabila RM sedang quality for patients? Qual. Health Care.1993;2;
diisi oleh dokter maka perawat bisa menulis di buku 73-4
catatan perawat/logbook. Revisi format RM mengacu 10. Komisi Akreditasi Rumah Sakit 2012. Panduan
pada kebijakan dan peraturan yang berlaku dan bisa Penyusunan Dokumen Akredtasi. 2012.
diimplementasikan. 11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indone-
REFERENSI sia tentang Rekam Medis. 2008.
1. Frelita G, Situmorang TJ, & Silitonga DS. Joint 12. Wagner EH, Austin BT, Von Korff M, Quarterly
Commission International Accreditation Stan- M. Organizing Care for patients with chronic ill-
dards for Hospitals 4 th ed., Oakbrook Terrace, ness. Group Health Coorperative of Puget Sound
Illinois 60181 U.S.A, 2011. ,1996;74(4); 511-44,
2. Iyer Patricia W. & Camp Nancy,H. Dokumentasi 13. Health Professions Networks Nursing and Mid-
Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses wifery Human Resources for HealthWorld Health
Keperawatan.EGC, Jakarta, 2004. OrganizationDepartment of Human Resources
3. Klehr J, Hafner J, Spelz LM, Steen S, & Weaver for Health20 & avenue Appia1211 Geneva 27
K. Implementation of standardized nomencla- Switzerland Framework for Action on Inter-
ture in the electronic medical record. Int J Nurs. professional Education & Collaborative Practice
Terminol. Classif. 2009;20;169-80. Appia1211 Geneva 27Switzerland, 2010.
4. Moss F. Spreading the word: information for 14. Mikrajab,MA. Evaluasi Implementasi Rekam
quality. Qual. Health Care,1994;.3 Suppl:46-50. Medis di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU
5. Yin Robert,K. Studi Kasus Desain dan Metode. Muhammadiyah Yogyakarta. SIMKES, IKM,
Rajawali Persada, Jakarta, 2011. UGM. Yogyakarta. 2011.
6. WHO. Guidelines for Medical Record and Clini- 15. Nelfiyanti. Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi
cal Documentation. 2007. Perawat terhadap Kelengkapan Pengisian Doku-
7. Creswell JW. & Clark VLP. Designing and Con- mentasi Asuhan Keperawatan pada Rekam
ducting Mixed Methods Research(Sage Publi- Medis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji
cations, Inc., California, 2007. Medan. IKM Universitas Sumatera Utara. 2009.
8. Cohen SG. & Bailey DE. What Makes Teams 16. Notoatmodjo,S. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Work Group Effectiveness Research from the Perilaku. Reneka Cipta. Yogyakarta, 2007.