Anda di halaman 1dari 7

61

Muhammadiyah Journal of Nursing

Nova Nur Windasari1, Samekto Wibowo2, Pendidikan Kesehatan dalam Meningkatkan


Mohammad Afandi
1
Kepatuhan Merawat Kaki pada Pasien
STIKES Mitra Lampung
2
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Diabetes Mellitus Tipe II
3
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
biebienda@gmail.com

ABSTRACT PENDAHULUAN
Background: Diabetes mellitus feet Diabetes Mellitus merupakan suatu gangguan
complications are a leading cause of mortality
in developing countries. The prevalence of metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang
diabetes is expected to increase in the next ditandai oleh hipergikemia atau peningkatan kadar
decade in the developing countries. Foot
care of patients with diabetes mellitus type II glukosa dalam darah yang terjadi akibat kelainan sekresi
is consisted of early detection, foot exercise insulin atau menurunnya kerja insulin (Adhiarta 2011
and practice for the foot care. The aim of this
study was to determine the adherence of foot dan American Diabetic Association 2012). Kejadian diabetes
care after the education program was given to yang paling banyak terjadi saat ini adalah diabetes
reduce of diabetic foot complications in the
health center Mergangsan area in Yogyakarta. mellitus tipe II dan diabetes mellitus tipe I (McInnes et al
Method: This research used quasy experimental 2010). Dalam upaya penatalaksanaan penyakit diabetes
design with pre and post test group control. The
total samples were 82 respondents (41 for the mellitus tipe II terdapat 4 pilar utama yaitu : perencanaan
intervention group, 41 for the control group). makan (diet), latihan jasmani (olahraga), terapi obat
Instrument used Nottingham Asessment of
Functional Foot Care and Diabetic Foot Care (insulin) dan edukasi (Perkeni 2011). Penyakit diabetes
Behaviour. mellitus membutuhkan penanganan yang cukup lama
Wilcoxon test results of intervention and
control group in this research between pre and sehingga perlu upaya pencegahan agar tidak terjadi
post intervention was p-value = 0.000 (p-value komplikasi lebih lanjut. Salah satu upaya preventif pada
< 0.05), that significant difference of adherence
for the practice of foot care. Mann-Whitney pasien diabetes mellitus yang sudah mengidap penyulit
test result p-value 0,000 (p-value < 0,05), which menahun adalah keterampilan perawatan kaki untuk
means there was a significant difference in
adherence between the intervention and mengurangi terjadinya komplikasi ulkus kaki diabetik
control group. (Vatankhah et al 2009). Selain itu dalam mencapai
Health education can improve patient
adherence foot care for diabetes mellitus type keberhasilan penatalaksanaan diabetes mellitus,
II in the area health center Mergangsan in diperlukan kepatuhan yang cukup baik dari penderita
Yogyakarta. Suggestion for further research is
examining factors that influence adherence for diabetes mellitus itu sendiri. Kepatuhan perawatan
the foot care practice with daily observations. kaki pasien diabetes mellitus merupakan perilaku
Key words : Adherence, Foot care, Health meyakini dan menjalankan rekomendasi perawatan kaki
Education diabetes mellitus yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Kepatuhan yang rendah pada pasien diabetes mellitus
akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi diabetes
mellitus, salah satunya adalah ulkus kaki diabetik (Tovar
2007).
62
Muhammadiyah Journal of Nursing

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan gula darah (Perkeni 2011).
pendidikan kesehatan dalam meningkatkan Perawatan kaki merupakan aktivitas sehari-
kepatuhan merawat kaki pada pasien Diabetes hari pasien diabetes mellitus yang terdiri dari
Mellitus tipe II diwilayah Kerja Puskesmas memeriksa kondisi kaki setiap hari, menjaga
Mergangsang Kota Yogyakarta. Instrumen kebersihan kaki, memotong kuku, memilih alas
penelitian yang digunakan sebelum dan sesudah kaki yang baik, pencegahan cedera pada kaki dan
diberikan intervensi pada kedua kelompok adalah pengelolaan awal cedera pada kaki. Perawatan
instrument Nottingham Assesment of Functional kaki yang baik dapat mencegah dan mengurangi
Footcare (NAFF) yang merupakan instrumen komplikasi kaki diabetik hingga 50% (American
pengukuran tingkat pengetahuan pasien tentang Diabetic Association 2012).
perawatan kaki dan Diabetic Functional Care Pendidikan kesehatan merupakan suatu
Behaviour (DFCB) yang merupakan lembar upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku
observasi praktik perawatan kaki. Intervensi kesehatan yang kondusif untuk kesehatan. Tujuan
pendidikan kesehatan diberikan kepada pendidikan kesehatan diantaranya adalah: untuk
kelompok intervensi melalui metode ceramah meningkatkan status kesehatan dan mencegah
dan demonstrasi selama ± 120 menit. timbulnya penyakit, mempertahankan derajat
kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi
REVIEW LITERATUR dan peran pasien selama sakit dan membantu
Diabetes melitus adalah suatu kelompok pasien serta keluarga untuk mengatasi masalah
penyakit metabolik dengan karakteristik kesehatan (Notoatmodjo 2010 dan Delamater
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi 2006). Pendidikan kesehatan merupakan salah
insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, satu pilar penatalaksanaan diabetes mellitus.
yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik Melalui pendidikan kesehatan secara terencana,
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. individu, kelompok dan masyarakat dapat lebih
Ada 4 klasifikasi diabetes mellitus yaitu : diabetes patuh dalam penatalaksanaan penyakit diabetes
mellitus tipe I (IDDM), diabetes mellitus tipe II mellitus sehingga dapat mengurangi terjadinya
(NIDDM), diabetes mellitus dengan kehamilan komplikasi disamping upaya penatalaksanaan
(DGM) dan diabetes mellitus tipe lain (Adhiarta yang lainnya.
2011 dan Perkeni 2011). Kepatuhan merupakan tingkat penderita
Dalam perjalanan penyakitnya, pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
yang menderita diabetes mellitus akan rentan disarankan oleh petugas kesehatan atau orang
mengalami komplikasi karena ketidakstabilan lain. Perilaku kepatuhan merupakan perilaku
kadar gula darah. Komplikasi tersebut meliputi yang harus dilakukan seorang pasien untuk
komplikasi akut dan kronik. Koplikasi akut melaksanakan cara pengobatan atau nasehat yang
meliputi ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ditentukan oleh tenaga kesehatan yang dapat
ketotik dan hipoglikemia. Sedangkan komplikasi memperbaiki keadaaan sesuai dengan penyakit
kronik meliputi makroangiopati, mikroangiopati diabetes mellitus yang dideritanya. Pendidikan
dan neuropatik diabetik atau kaki diabetik kesehatan adalah salah satu cara meningkatkan
(Perkeni 2011). Tingginya angka kejadian kaki kepatuhan (Delameter 2006).
diabetik tidak dibarengi dengan pengetahuan
tentang perawatan kaki yang baik. Manajemen METODE
diabetes mellitus meliputi edukasi, terapi gizi Penelitian ini merupakan jenis penelitian
medis atau perencanaan makan, latihan jasmani, quasy eksperimental dengan desain pretest-posttest
intervensi farmakologis dan monitoring keton with control group design. Pemberian intervensi
63
Muhammadiyah Journal of Nursing

pendidikan kesehatan melalui metode ceramah kontrol dengan usia >61 tahun sebanyak 23 orang
dan demonstrasi diberikan kepada kelompok (56,1%). Tingkat pendidikan responden, dengan
intervensi selama ± 120 menit, sedangkan persentase terbesar pada kelompok intervensi
kelompok kontrol tidak mendapatkan pendidikan yaitu pendidikan SD yang berjumlah total 21 orang
kesehatan secara langsung. Kemudian kedua (51,2%). Lama menderita DM dengan persentase
kelompok mendapatkan modul kesehatan tentang terbesar pada kelompok intervensi adalah <10
perawatan kaki diabetik. Pemilihan sampel pada tahun sebanyak 33 orang (80,5%). Sedangkan
penelitian ini menggunakan total sampling dan untuk pengalaman pendidikan perawatan kaki
penentuan kelompok intervensi dan kelompok sebelumnya, sejumlah 33 orang (80,5%) pada
kontrol menggunakan sistem pembagian wilayah. kelompok intervensi tidak pernah mendapatkan
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan perawatan kaki sebelumnya.
pendidikan kesehatan, variabel terikat adalah
kepatuhan merawat kaki. Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan
Penelitian dilakukan selama 5 minggu, Karakteristik Responden Pada Pasien Diabetes
pada minggu pertama peneliti memilih sampel Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
penelitian dan melakukan pretest pada kedua Mergangsan Kota Yogyakarta
kelompok dengan menggunakan 2 instrumen
Kelompok Kelompok
penelitian, minggu kedua peneliti memberikan Intervensi Kontrol
Kategorik (n=41) (n=41)
pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi
f % f %
dan membagikan modul kesehatan tentang
Jenis Laki-laki 13 31,7 20 48,8
perawatan kaki pada kedua kelompok. Responden
kelamin Perempuan 28 68,3 21 51,2
melakukan perawatan kaki pada minggu ketiga
Usia < 40 0 0 4 9,8
dan keempat dan pada minggu kelima peneliti 41-50 6 14,6 1 2,4
melakukan posttest dengan menggunakan 51-60 14 34,1 13 31,7
> 61 21 51,2 23 56,1
instrumen yang sama pada saat pretest pada
kedua kelompok. Tingkat SD 21 51,2 19 46,3
pendidikan SMP 5 12,2 6 14,6
Uji analisis yang digunakan dalam SMA 9 22,0 6 14,6
penelitian ini adalah uji non-parametic test. Sarjana 6 14,6 10 24,4

Untuk mengetahui perbedaan rerata kepatuhan Lama <10 tahun 33 80,5 29 70,7
merawat kaki sebelum dan sesudah diberikan menderita 10-15 tahun 5 12,2 8 19,5
DM >15 tahun 3 7,3 4 9,8
pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol, peneliti menggunakan Pengalaman Ya 8 19,5 9 22,0
pendidikan Tidak 33 80,5 32 78,0
uji wilcoxon test. Sedangkan untuk mengetahui perawatan
perbedaan rerata kepatuhan merawat kaki antara kaki
sebelumnya
kelompok intervensi dan kelompok kontrol,
peneliti menggunakan uji Mann Withney test.
Gambar 1 menunjukkan bahwa sebanyak 41
responden pada kelompok intervensi sebelum
HASIL DAN PEMBAHASAN
diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 80,5%
Hasil tabel 1 jumlah persentase terbesar jenis (33 orang) menunjukkan responden cukup patuh,
kelamin terdapat pada kelompok intervensi sesudah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 28 51,2% (21 orang) menunjukkan responden cukup
orang (68,3%). Untuk persentase usia, jumlah patuh. Sedangkan untuk kelompok kontrol,
persentase terbesar terdapat pada kelompok sebanyak 41 responden pada kelompok kontrol
64
Muhammadiyah Journal of Nursing

sebelum diberikan pendidikan kesehatan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari kedua kelompok
sebanyak 92,7% (38 orang) menunjukkan cukup diperoleh nilai p-value 0,000 (p-value <0,05) yang
patuh, sesudah diberikan pendidikan kesehatan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
sebanyak 87,8% (36 orang) menunjukkan cukup bermakna kepatuhan merawat kaki sebelum dan
patuh. sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Kelompok intervensi Kelompok kontrol

Tabel 3 Perbedaan Kepatuhan Merawat Kaki


Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol

Median
n Rerata ± s.b p-value
(Min-Max)
Intervensi 41 64 (32-82) 62,59 ± 12,70 0,000
Kontrol 41 50 (32-73) 51,00 ± 10,25

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji


perbedaan kepatuhan merawat kaki pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
diperoleh nilai p-value 0,000 (p-value <0,05), nilai
ini menunjukkan terdapat perbedaan kepatuhan
merawat kaki yang bermakna antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
Pada penelitian ini, kelompok intervensi yang
Gambar 1 Distribusi frekuensi kepatuhan
mendapatkan pendidikan kesehatan didapatkan
merawat kaki pada kelompok intervensi
jumlah responden yang pengetahuan baik lebih
dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah
besar dan praktik merawat kaki baik juga nilainya
diberikan pendidikan kesehatan
lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa melalui
pendidikan kesehatan, tingkat pengetahuan
Tabel 2 Perbedaan Kepatuhan Merawat Kaki
pasien yang baik dapat menunjang praktik
Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan
perawatan kaki yang baik. Dalam penelitian ini,
Kesehatan Pada Kelompok Intervensi dan
tingkatan praktik yang dilakukan oleh responden
Kelompok Kontrol
adalah melakukan praktik perawatan kaki
Median Rerata dengan benar secara otomatis dapat menjadi
Kelompok Kepatuhan N (Min- ± s.b p-value kebiasaan sehari-hari. Perawatan kaki yang baik
Max)
dan pengetahuan kaki yang baik dapat mencegah
Intervensi Sebelum 41 53 51,49 0,000
(32-72) ± terjadinya komplikasi kaki diabetik sejak dini.
11,09
Klien diabetes mellitus tipe II yang
Sesudah 64 62,59
(32-82) ± berpengetahuan baik memiliki peluang praktik
12,70 perawatan kaki yang baik dibandingkan dengan
Kontrol Sebelum 41 47 49,10 0,000 klien diabetes mellitus tipe II yang berpengetahuan
(31-69) ±
9,57 kurang. Seseorang yang berpengetahuan yang
Sesudah 51 51,00 baik memiliki perawatan yang baik pula dimana
(32-73) ±
10,26 kebiasaan terbentuk oleh pengetahuan yang
65
Muhammadiyah Journal of Nursing

dimiliki terutama kebiasaan baik tentang cara status sosial yang sangat berhubungan dengan
perawatan kaki (Desalu et al 2011). status kesehatan karena pendidikan penting
Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa dalam membentuk pengetahuan dan pola perilaku
terjadi peningkatan kepatuhan merawat kaki pada seseorang. Semakin tinggi pengetahuan yang
kelompok yang mendapat pendidikan kesehatan. dimiliki oleh pasien maka dapat meningkatkan
Kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku kepatuhan. Pengetahuan tersebut meliputi
dari perilaku yang tidak mentaati peraturan pengetahuan yang didapat secara aktif misalnya
ke perilaku yang mentaati peraturan. Proses melalui membaca buku dan mendapatkan
perubahan perilaku juga didasarkan oleh pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan
pengetahuan. Perilaku yang didasarkan oleh (Hokkam 2009).
pengetahuan akan lebih langgeng dibanding Pengetahuan yang baik merupakan kunci
perilaku yang tidak didasarkan oleh pengetahuan keberhasilan dari manajemen diabetes mellitus.
(Notoatmodjo 2010). Pengetahuan merupakan Pengetahuan adalah dasar dari perubahan
titik tolak terjadinya perubahan perilaku perilaku individu serta menentukan tingkat
seseorang yang akan mempengaruhi tingkat kemampuan individu dalam melakukan
kepatuhan seseorang dalam pengobatan. Tingkat perawatan secara mandiri (Delamater 2006 dan
pengetahuan yang kurang merupakan salah satu Niven 2008).
faktor yang menjadi penghambat dalam perilaku Pendidikan kesehatan penting bagi pasien
kepatuhan dalam kesehatan karena mereka yang diabetes mellitus. Melalui pendidikan kesehatan,
mempunyai pengetahuan yang rendah cenderung pasien dapat memperoleh informasi yang
sulit untuk mengikuti anjuran dari petugas memadai dan rasional dari petugas kesehatan.
kesehatan (Basuki 2009). Pengetahuan para penderita diabetes mellitus
Pendidikan kesehatan adalah pendidikan mengenai penyakitnya diharapkan akan semakin
dan pelatihan mengenai pengetahuan dan meningkat dan akan dapat dihindari berbagai
keterampilan bagi pasien diabetes mellitus informasi yang kadang malah menyesatkan
yang bertujuan menunjang perubahan perilaku pasien. Dengan kepatuhan yang baik akan
sehingga tercapai kualitas hidup yang lebih dapat diperoleh kepatuhan yang lebih besar
baik (Hokkam 2009). Pendidikan kesehatan terhadap anjuran pengelola kesehatan terutama
yang diberikan secara terus-menerus dapat perawatan kaki dan selanjutnya diharapkan hasil
berkontribusi terhadap keberhasilan pasien pengelolaan diabetes mellitus menjadi maksimal,
dalam melakukan perawatan kaki (Basuki 2009 yaitu berupa pencegahan terjadinya komplikasi
dan Hokkam 2009). Semakin sering seseorang kronik diabetes (Waspadji 2007 dan Bodenheimer
mendapatkan pendidikan kesehatan, maka akan et al 2007).
semakin baik pula perilakunya. Pada penelitian ini, peneliti melakukan
Peran pendidikan menunjukkan hubungan penelitian selama 5 minggu dengan memberikan
yang signifikan dengan pengetahuan dan 1x pendidikan kesehatan melalui metode
praktik tentang perawatan kaki. Pengetahuan ceramah dan demonstrasi pada kelompok
tentang perawatan kaki yang tepat secara positif intervensi yang dilakukan selama ± 120 menit.
sangat dipengaruhi oleh pendidikan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan
Dengan pengetahuan dan pendidikan yang baik kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan
diharapkan pasien mampu merawat kaki sehingga merawat kaki pada pasien diabetes mellitus
dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi tipe II. Penelitian ini juga membuktikan bahwa
pada kaki. Pendidikan juga merupakan aspek melalui pendidikan kesehatan, terjadi perubahan
66
Muhammadiyah Journal of Nursing

perilaku kepatuhan responden dalam merawat DAFTAR PUSTAKA


kaki. Selain itu, dari hasil observasi peneliti Adhiarta. (2011). Penatalaksanaan Kaki Diabetik.
didapatkan data objektif bahwa pada kelompok Artikel dalam Forum Diabetes Nasional V.
yang mendapatkan pendidikan kesehatan terjadi Diterbitkan oleh Pusat Informasi Ilmiah
perubahan secara nyata pada kondisi kaki pasien Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
yang meliputi kondisi kulit kaki, kebersihan Unpad. Bandung.
kaki, cara pemotongan kuku, kebersihan kuku, American Diabetes Asociation, (2012). Diagnosis
sampai penggunaan alas kaki baik didalam and Clasification of Diabetes Mellitus,
maupun diluar ruangan. Hal ini menunjukkan Diabetes Care, Volume 35, Suplement 1,
bahwa responden yang medapatkan pendidikan January 2012.
kesehatan mampu mengadopsi perilaku yang Basuki, E (2009). Teknik Penyuluhan Diabetes
diajarkan dan mempraktikan dengan hasil yang Mellitus dalam Soegondo, S., Soewondo,
nyata. P. & Subekta, I. (Eds). Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : Balai
SIMPULAN Penerbit FKUI
Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan Bodenheimer, T., Davis C., and Holman, H.
kepatuhan merawat kaki pada pasien diabetes (2007). Helping Patients Adopt Healthier
mellitus tipe II diwilayah kerja Puskesmas Behaviors. Clinical Diabetes, 25, 66-70.
Mergangsan Kota Yogyakarta. Terdapat perbedaan Delamater, A.M (2006). Improving Patient
kepatuhan merawat kaki antara kelompok yang Adherence. Clinical diabetes journal, 24
mendapatkan pendidikan kesehatan dengan (2) : 71-77 diakses tanggal 4 januari 2014
kelompok yang tidak mendapatkan pendidikan dari http://clinical.diabetesjournals.org/
kesehatan dimana kelompok yang mendapatkan content/24/2/71.full
pendidikan kesehatan tingkat kepatuhannya Desalu, O.O, Salawu, F.K, Jimoh, A.K., Adekoya,
lebih baik. A.O., Busari, A.O., & Olokaba, A.B
(2011). Diabetic Foot Care : Self Reported
SARAN Knowledge and Practice among Patient
Kegiatan pendidikan kesehatan perawatan Attending There Tertiary Hospital in
kaki perlu dikembangkan secara berkala dan Nigeria. Ghana medical Journal, 45 (2), 60-
dikenalkan sejak dini pada pasien diabetes 65.
mellitus sebagai salah satu upaya pencegahan Hokkam, EN. (2009). Assesment of Risk Factors in
ulkus diabetik. Selain itu perlu diadakan Diabetic Foot Ulceration and Their Impact
pendidikan kesehatan bersama tentang ulkus on the Outcome of the Disease. Primary
kaki dan perawatan kaki diabetik secara rutin di Care Diabetes 3 (2009) 219-224.
puskesmas. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan McInnes, W. Jeffcoate*, L. Vileikyte†, F. Game*, K.
melakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor- Lucas, N. Higson‡, L. Stuart§, A. Church,
faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan J. Scanlan– and J. Anders. (2010). Foot
pasien dalam merawat kaki secara lebih spesifik care education in patients with diabetes
serta perlunya dilakukan observasi harian dalam at low risk a complication : a consensus
pelaksanaan perawatan kaki melalui observasi statement. Diabetic Medicine 28, 162-167
langsung, teknik wawancara mendalam dan (2011)
buku harian tentang pelaksanaan perawatan kaki Niven, N. (2008). Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC
dirumah.
67
Muhammadiyah Journal of Nursing

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Pendidikan dan Vatankhah N, Khamseh ME, Noudeh YJ, Aghili
Perilaku Kesehatan Edisi Pertama. Jakarta. R, Baradaran HR, Haeri NS. (2009). The
Rineka Citra. Effectiveness Of Foot Care Education on
Perkeni, (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan People With Type 2 Diabetes in Tehran,
Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2011. PB. Iran. Primary Care Diabetes 3, 73-77.
Perkeni : Jakarta Waspadji, S. 2007. Kaki Diabetes, Ilmu Penyakit
Tovar, E.G (2007). Relationship Between Psychosocial Dalam Jilid 3 Edisi 4 Aru W. Sudoyo, Bambang
Factors and Adherence to Diet and Exercise Setyohadi, Idrus Alwi, Marcelius Sumadibrata,
in Adult with Type 2 Diabetes : A Test Of a Siti Setiadi (ed). Pusat Penerbitan Ilmu
Theoretical Model. The University of Texas Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
medical Branch. Universitas Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai