Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu ukur tambang adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau
absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi
kebutuhan seperti penentuan posisi relatif suatu daerah dan pemetaan.
Pengukuran – pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan dan
pada keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik – titik diatas permukaan bumi
terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapat hubungan antara titik – titik itu, baik hubungan
yang mendatar maupun hubungan tegak, diperlukan sudut – sudut yang harus diukur.
(wongsotjipto, 2010).
Pengukuran awal dari pekerjaan pemetaan adalah pengadaan titik-titik kerangka dasar
pemetaan (TKDP) yang cukup merata yang cukup merata di daerah yang akan di petakan.
TKDP ini akan di jadikan ikatan dari detil-detil yang merupakan obyek dari unsur-unsur yang
ada di permukaan bumi yang akan di gambarkan dalam peta. Apabila kerangka peta ini baik
dalam arti bentuk, distribusi dan ketelitian nya sesuai dengan yang di harapkan, maka bisa di
harapkan peta yang akan di hasilakan juga baik. Namun sebaliknya, apabila kerangka dasar
pemetaannya tidak baik, peta yang dihasilkan juga di ragukan kualitasnya. (kerangka dasar
pemetaan, slamet basuki, 2006). Untuk Pemetaan diperlukan adanya kerangka peta, yaitu
terdiri dari titik-titik pasti di permukaan bumi yang tertentu didalam hubungan horizontal
koordinat-koordinatnya (X,Y) dan hubungan vertikal yang menunjukkan ketinggian (Z).
Pengukuran titik detail dilakukan dengan mengambil data dari permukaan fisis bumi yang
dianggap pantas untuk dijadikan wakil gambaran tersebut diatas peta. Dengan sendirinya
gambaran ini harus tentu terhadap interfensi yang telah ada, yaitu kerangka dasar diatas.
Dengan demikian, titik ikat tersebut dapat langsung menjadi acuan dari titik – titik detail yang
berada disekitarnya. (Soejadi, 2000)
Pemilihan titik detail ini sangat berkaitan dengan kelengkapan peta yang diinginkan.
Seperti persyaratan yang berikut : a) Beda kontur dalam penggambaran nantinya tergantung
dari skala yang diminta dan bilangan skala tersebut, selanjutnya diperkirakan gerakan
pemegang rambu oleh juru ukur. b) Penggambaran garis konturya boleh dilakukan dengan
melakukan inter-polarisasi antar dua buah titik detail saja. Dengan demikian gerakan pemegang
rambu dapat dilakukan dari satu titik ke titik detail lainnya. c) Pemilihan nilai ketinggian garis
kontur untuk penggambaran diambil bertahap sesuai dengan kelipatan beda kontur dengan
bilangan bulat (integer). d) Penggambaran dimulai dengan ketinggian terendah dan kelipatan
beda kontur, namun nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan titik detail yang terendah.
(Krakwisky, 2001)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pengukuran kerangka control dan pengukuran detil?
2. Apa saja alat yang digunakan pada penggukuran kerangka control dan pengukuran
detil?
3. Bagaimana cara penggukuran kerangka control dan pengukuran detil?
4. Bagaimana proses perhitungan pada pengukuran kerangka control dan pengukuran
detil?
5. Bagaimana cara plotting peta kontur data hasil pengukuran secara manual dan digital?
6. Bagaimana cara membuat peta DEM mengunakan software QGIS?
7. Bagaimana prosedur pembuatan profil ketinggian baik secara manual maupun digital
pada suatu koordinat?

1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengukuran ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tambang
2. Mengetahui hasil pengukuran sudut dan jarak pada poligon tertutup.
3. Mengetahui hasil pengukuran detail pada poligon tertutup.
4. Dapat menentukan bentuk kerangka kontrol yang akan digunakan sesuai dengan
bentuk lokasi yang akan dipetakan.
5. Dapat melakukan pengukuran kerangka kontrol dengan toleransi yang ditentukan.
6. Dapat menggunakan polygon tertutup untuk pemetaan titik-titik tinggi.
7. Dapat melakukan penggambaran hasil pengukuran.
8. Dapat membuat peta kontur yang akan digunakan untuk rekayasa dan perencanaan.
9. Dapat melakukan pembuatan peta kontur menggunakan perangkat lunak QGIS.
10. Dapat membuat profil tinggi menggunakan perangkat lunak QGIS dan secara
manual.

1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum pengukuran ini adalah:
1. Mengerti dan memahami cara menggunakan alat theodolit dan (theodolit manual) T0
pada pengukuran kerangka kontrol dan pengukuran detil.
2. Mengetahui hasil pengukuran sudut dan jarak pada poligon tertutup
3. Mengetahui beda tinggi antara titik-titik dalam pengukuran.
4. Mengetahui hasil pengukuran detail pada polygon tertutup
5. Mengerti dan memahami cara membuat peta kontur secara manual maupun digital
6. Mengerti dan memahami cara membuat peta DEM menggunakan software QGIS
7. Mengerti dan memahami cara membuat profil ketinggian menggunakan software
QGIS dan manual.
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
3.1.1 Tempat
Lokasi pengukuran kerangka kontrol horizontal dan pengukuran detil dilakukan
di Lapangan Motocross San Marina, Lamnyong dengan empat titik dimana koordinatnya:
Titik A :
46 N 0761188
UTM 0616542

Gambar 3.1 Koordinat Titik A


Titik B :
46 N 0761233
UTM 0616541

Gambar 3.2 Koordinat Titik B


Titik C :
46 N 0761212
UTM 0616581

Gambar 3.3 Koordinat Titik C


Titik D :
46 N 0761166
UTM 0616583

Gambar 3.4 Koordinat Titik D

3.1.2 Waktu
a. Waktu Pengukuran Kerangka Kontrol
Waktu dilakukan pengukuran kerangka kontrol pada hari Senin tanggal 28
November 2018 dimulai pada pukul 09.00 – 11.00 WIB.
b. Waktu Pengukuran Detil
Waktu dilakukan pengukuran detil selama 4 hari dimulai pada tanggal 3 Desember
2018 sampai 6 Desember 2018 dan dimulai pada pukul 09.00 – 11.00 WIB dan pukul
14.00 – 16.00 WIB.

3.2 Alat
Adapun alat-alat yang diperlukan pada pengukuran kerangka kontrol, pengukuran detil
serta pembuatan kontur sebagai berikut :
1. Pita Ukur

Gambar 3.5 Pita Ukur


2. GPS

Gambar 3.6 GPS

3. Kompas Geologi

Gambar 3.7 Kompas Geologi


4. Jalon/Anjir
Gambar 3.8 Jalon/Anjir
5. Theodolit

Gambar 3.9 Theodolit


6. Theodolit Manual (T0)

Gambar 3.10 Theodolit Manual


7. Tripod/Statif
Gambar 3.11 Tripod/Statif
8. Rambu Ukur

Gambar 3.12 Rambu Ukur

9. Nivo Rambu Ukur

Gambar 3.13 Nivo Rambu Ukur


10. Tribrach

Gambar 3.14 Tribrach


11. Payung

Gambar 3.15 Payung


12. Unting-Unting

Gambar 3.16 Unting-Unting


13. Alat Tulis dan Kalkulator

Gambar 3.17 Alat Tulis dan Kalkulator


14. Kertas Milimeter Blok ukuran A1
Gambar 3.18 Kertas Milimeter Blok
15. Laptop

Gambar 3.17 Alat Tulis dan Kalkulator

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Prosedur Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal
Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) merupakan kerangka dasar pemetaan yang
memperlihatkan posisi titik satu terhadap yang lainnya di suatu poligon yang datar dan
horizontal. Tahap-tahap yang dilakukan pada kerangka kontrol horizontal adalah:
1. Tentukan titik-titik yang akan dibuat kerangka kontrol.
2. Tentukan jarak di setiap antar titik dengan menggunakan pita ukur.
3. Pengukuran dimulai dari titik A. Berdirikan teodolit pada titik A dan lakukan
centering theodolit.
4. Setelah centering selesai, letakkan kompas pada theodolit. Atur theodolit searah
dengan kompas ke arah utara dan mengatur sudutnya menjadi 0o 0’ 0”.
5. Setelah itu bidik titik B dan catat angka yang di dapat, maka akan didapatkan sudut
azimuth.
6. Azimuth telah didapatkan. Langkah selanjutnya yaitu mencari sudut dalam.
7. Letakkan theodolit tetap pada titik A, kemudian bidik titik D dan atur sudutnya
menjadi 0o 0’ 0” pada theodolit, kemudian arahkan teropong ke titik B, bidik titik B
dan catat angka yang di dapat. Maka akan akan didapat sudut biasa.
8. Untuk mendapatkan sudut luar biasa, putar teropong ke belakang dan putar theodolit
secara horizontal 180o. Bidikkan teropong kembali pada titik B dan catat angka yang
didapat, kemudian arahkan teropong ke titik D, bidik titik D dan catat angka yang di
dapat.
9. Untuk mendapatkan sudut dalam A, hitung sudut dengan persamaan seri-rangkap.
10. Pindahkan alat ke titik selanjutnya, yaitu titik B dan lakukan centering theodolit.
11. kemudian bidik titik A dan atur sudutnya menjadi 0o 0’ 0” pada theodolit, kemudian
arahkan teropong ke titik C, bidik titik C dan catat angka yang di dapat. Maka akan
akan di dapat sudut biasa.
12. Untuk mendapatkan sudut luar biasa, putar teropong ke belakang dan putar theodolit
secara horizontal 180o. Bidikkan teropong kembali pada titik C dan catat angka yang
didapat, kemudian arahkan teropong ke titik A, bidik titik A dan catat angka yang di
dapat.
13. Untuk mendapatkan sudut dalam B, hitung sudut dengan persamaan seri-rangkap.
14. Pindahkan alat ke titik selanjutnya, yaitu titik C dan lakukan centering theodolit.
15. kemudian bidik titik B dan atur sudutnya menjadi 0o 0’ 0” pada theodolit, kemudian
arahkan teropong ke titik D, bidik titik D dan catat angka yang di dapat. Maka akan
akan di dapat sudut biasa.
16. Untuk mendapatkan sudut luar biasa, putar teropong ke belakang dan putar theodolit
secara horizontal 180o. Bidikkan teropong kembali pada titik D dan catat angka yang
didapat, kemudian arahkan teropong ke titik B, bidik titik B dan catat angka yang di
dapat.
17. Untuk mendapatkan sudut dalam C, hitung sudut dengan persamaan seri-rangkap.
18. Pindahkan alat ke titik selanjutnya, yaitu titik D dan lakukan centering theodolit.
19. kemudian bidik titik C dan atur sudutnya menjadi 0o 0’ 0” pada theodolit, kemudian
arahkan teropong ke titik A, bidik titik A dan catat angka yang di dapat. Maka akan
akan di dapat sudut biasa.
20. Untuk mendapatkan sudut luar biasa, putar teropong ke belakang dan putar theodolit
secara horizontal 180o. Bidikkan teropong kembali pada titik A dan catat angka yang
didapat, kemudian arahkan teropong ke titik C, bidik titik C dan catat angka yang di
dapat.
21. Untuk mendapatkan sudut dalam D, hitung sudut dengan persamaan seri-rangkap.

3.3.2 Prosedur Pengukuran Detil


1. Letakkan theodolit pada titik A dan lakukan centering.
2. Ukur tinggi alat pada titik A dengan menggunakan pita ukur.
3. Letakkan rambu ukur pada titik yang diinginkan.
4. Lakukan pembacaan pada rambu ukur (BA, BT, BB), sudut horizontal dan sudut
vertikal pada setiap titik detail.
5. Pindahkan rambu ukur pada titik lainnya. Lakukan pembacaan pada rambu ukur
(BA, BT, BB), sudut horizontal dan sudut vertikal pada setiap titik detil. Pada titik A
dilakukan pengukuran titik detil minimal sebanyak 100 titik.
6. Lakukan langkah yang sama pada pengukuran berikutnya di titik B, titik C dan titik
D.

3.3.3 Prosedur Pembuatan Peta Kontur secara Manual


3.3.4 Prosedur Pembuatan Peta Kontur secara Digital
Pembuatan peta kontur dengan perangkat lunak QGIS dilakukan dengan
menggunakan plugin Contour. Jika plugin tersebut belum ada dalam perangkat lunak
QGIS, maka dapat dilakukan proses instalasi dengan langkah-langkah berikut:
1. Buka QGIS, kemudian pilih menu plugins, pilih Manage and Install.

Gambar Menu Plugin


2. Kemudian akan muncul jendela plugin. Pilih menu All, ketikkan Contour pada kotak
Search. Maka Plugin Contour akan muncul. Cek plugin tersebut. Kemudian Pilih
Install Plugin atau Upgrade Plugin untuk memperbaharui plugin.
Gambar Jendela Plugin
3. Setelah melakukan instal plugin, pilih Close maka akan muncul tampilan utama
seperti berikut.

Gambar Tampilan Utama QGIS


4. Setelah instal Plugin Contour, untuk membuat peta kontur siapkan koordinat titik
tinggi yang telah diukur dalam excel dengan urutan kolom : x, y, z.
5. Simpan data excel tersebut ke dalam format Text Document (.txt).
Gambar Data X, Y, Z dalam format Text Document
6. Tambahkan data-data titik tinggi tersebut ke dalam QGIS melalui menu Layer pilih
Add Layer, kemudian pilih Add Delimited Text Layer.

Gambar Menambahkan Data Titik Tinggi


7. Maka akan muncul tampilan sebagai berikut. Pilih nama arsip yang ingin dimasukkan,
kemudian pilih Add.
Gambar Jendela Add Delimited Text Layer
8. Setelah pilih Add, pilih Close untuk menutup tampilan Add Delimited Text Layer.
Maka akan muncul titik-titik yang telah ditambahkan dalam QGIS.

Gambar Tampilan Titik-Titik Tinggi Dalam QGIS


9. Kemudian klik pada kontur plugin untuk membuka kontur plugin.
Gambar Kontur Plugin
10. Maka akan muncul jendela kontur plugin. Pada dialog kontur plugin tersebut pilih layer
titik-titik tinggi yang telah ditambahkan sebelumnya. Kemudian tentukan kolom yang
berisi data ketinggian. Isi jumlah garis kontur dan tentukan nama layer hasil keluaran.
Dan kemudian klik Add.

Gambar Jendela Kontur Plugin


11. Maka akan muncul tampilan sebagai berikut.
Gambar Hasil Keluaran Garis Kontur
12. Agar tampilan garis kontur lebih smooth, maka dapat menggunakan contour smoothing.
Pilih menu Processing, pilih Toolbox.

Gambar Membuka Toolbox


13. Selanjutnya pada jendela Processing Toolbox, cari tool smooth dengan mengetikkan
smooth. Maka akan muncul Tool tersebut.
Gambar Mencari Smooth Tool
14. Kemudian klik pada tool smooth tersebut. Kemudian jendela smooth tool akan muncul.
Masukkan layer garis kontur yang telah dihasilkan dari proses sebelumnya. Jika dirasa
perlu ubah beberapa parameter yang tersedia. Penjelasan tiap-tiap parameter tersebut
dapat dilihat pada penjelasan yang ada pada jendela yang menempel di sisi kanan. Jika
telah selesai pilih tombol Run in Background untuk menjalankan proses smoothing.

Gambar Jendela Contour Smoothing


15. Jika proses smoothing telah selesai, maka layer smooth akan ditambahkan secara
otomatis ke dalam QGIS seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar Hasil Keluaran Garis Kontur Smooth


3.3.5 Prosedur Pembuatan Peta DEM
Untuk membuat profil ketinggian di QGIS, data yang diperlukan adalah data
ketinggian dalam bentuk raster atau Digital Elevation Model (DEM). Untuk itu langkah
pertama yang harus dilakukan adalah merubah data titik-titk ketinggian menjadi data DEM,
dengan langkah-langkah berikut:
1. Tambahkan data titik-titik ketinggian ke dalam QGIS.
2. Untuk membuat DEM akan digunakan tool Natural Neighbour dari SAGA. Untuk itu
buka tool Processing Toolbox. Kemudian cari Natural neighbour, lalu klik.

Gambar Mencari Tool Natural Neighbour


3. Setelah tool tersebut dibuka maka akan muncul jendela tool Natural neighbour. Input
parameter-parameter yang diperlukan. Kemudian klik Run.

Gambar Jendela Tool Natural Neighbour


4. Jika proses telah selesai maka hasil DEM akan ditambahkan ke dalam QGIS seperti
gambar dibawah ini.

Gambar Output DEM


3.3.6 Prosedur Pembuatan Profil Ketinggian secara Manual
3.3.7 Prosedur Pembuatan Profil Ketinggian secara Digital
Setelah DEM dibuat, selanjutnya proses pembuatan profil ketinggian baru dapat
dilakukan. Pembuatan profil ketinggian dibuat menggunakan plugin Terrain profile. Jika
plugin tersebut belum diinstal, maka lakukan instalasi terlebih dahulu. Langkah-langkah
pembuatan profil ketinggian adalah sebagai berikut:
1. Buka QGIS, kemudian pilih menu plugins, pilih Manage and Install.

Gambar Menu Plugin


2. Kemudian akan muncul jendela plugin. Pilih menu All, ketikkan profil pada kotak
Search. Maka Terrain profil akan muncul. Cek plugin tersebut. Kemudian Pilih Install
Plugin atau Upgrade Plugin untuk memperbaharui plugin.

Gambar Jendela Plugin


3. Setelah melakukan instal plugin, pilih Close maka akan muncul tampilan utama
seperti berikut.
Gambar Tampilan Utama QGIS
4. Buka plugin Terrain profile. Sehingga akan muncul jendela profile tool.

Gambar Jendela Profile Tool


5. Pada profile tool tersebut tambahkan layer DEM yang telah dibuat. Untuk Selection
pilih Temporary polyline.
6. Selanjutnya aktifkan tool terrain profile jika belum aktif dengan meng-klik pada icon-
nya. Kemudian gambarkan sebuah garis diatas DEM sesuai dengan profil ketinggian
yang akan dibuat. Klik dua kali jika garis selesai dibuat.
Gambar Profil Ketinggian
7. Nilai-nilai ketinggian di sepanjang garis dapat dilihat dengan menggerakkan kursor
pada grafik profil tinggi.
8. Untuk menyimpan profil tersebut dapat dilakukan dengan tombol Save as.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengukuran Kerangka Kontrol
Proses perhitungan Pengukuran Kerangka Kontrol dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Office Excel yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran.
4.1.2 Hasil Pengukuran Titik Detil
Proses perhitungan Pengukuran Titik Detil dilakukan dengan menggunakan
Microsoft Office Excel yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran.
4.1.3 Hasil Pembuatan Peta Kontur
Hasil peta kontur secara manual dan digital dapat dilihat pada Lampiran.
4.1.4 Hasil Peta DEM dan Profil Ketinggian
Hasil peta DEM dan profil ketinggian secara manual dan digital dapat dilihat pada
Lampiran.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Kerangka Kontrol
Dalam pengukuran kerangka kontrol ada beberapa komponen yang perlu dicatat
selama proses pengukuran dilapangan yaitu:
a) Jarak langsung
b) Koordinat gps pada titik A
c) Sudut azimuth
d) Sudut horizontal( untuk penentuan sudut dalam)
Hasil pengukuran sudut dalam pada ke empat titik berjumlah 360,2047223.
Sehingga diperlukan fs sebesar -0,2047223 untuk sudut koreksi. Pada kerangka control
pengambilan sudut azimuth pertama menggunakan theodolit. Sedangkan untuk Sudut
azimuth berikutnya menggunakan rumus 𝛼2 = 𝛼1 + 𝛽1 − 180⁰ karena penentuan titik
dalam pengukuran yang dilakukan unclock wise(barlawanan arah jarum jam). Sehingga
tidak bisa mengunakan rumus 𝛼2 = 𝛼1 − 𝛽1 + 180⁰ untuk menghitung sudut azimuth
pada kerangka control diatas. Jika menggunakan rumus clock wise maka hasil ploting
titik C dan D pada google earth akan menghasilkan titik pencerminan dari titik sebenarnya.
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan tabel hitungan bowditch polygon
tertutup diperoleh hasil titik koordinat awal(Xawal,Yawal) sama dengan titik koordinat
akhir(Xakhir, Yakhir) maka perhitungan tersebut dianggap benar.

4.2.2 Pembahasan Pengukuran Titik Detil


Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan, selain pengukuran Kerangka Dasar
Horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran
titik-titik detil untuk menghasilkan yang tersebar di permukaan bumi yang
menggambarkan situasi daerah pengukuran.
Dalam pengukuran titik-titik detil prinsipnya adalah menentukan koordinat dan
tinggi titik-titik detil dari titik-titik ikat. Metode yang digunakan dalam pengukuran titik-
titik detail adalah metode offset dan metode tachymetri. Namun metode yang sering
digunakan adalah metode Tachymetri karena Metode tachymetri ini relatif cepat dan
mudah karena yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal
(azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang
diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y dan ketinggian Z.
Dalam pengukuran detil dengan empat titik ikat, kami mengambil titik detil sebanyak 476
titik dimana setiap titik ikat diambil titik detil minimal 116 titik sebagai acuan dalam
pembuatan peta kontur.
4.2.3 Pembahasan Peta Kontur
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyatuan titik-titik detail akan menghasilkan gambar peta selain itu semakin banyak titik-
titik detailnya maka akan semakin terlihat profil kolam tersebut.
5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai