Anda di halaman 1dari 27

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Riau Silip

1. Kondisi Geografi dan Kondisi Demografi

a. Kondisi Geografi

Kecamatan Riau Silip adalah salah satu kecamatan di wilayah

Kabupaten Bangka. Dengan luas wilayah 513,63 km2 dengan jumlah

penduduk sebanyak 25.724 jiwa. Kecamatan Riau Silip terbagi menjadi 9

desa dengan 24 dusun.

Kecamatan Riau Silip berbatasan langsung dengan kecamatan Belinyu

dan Laut Cina Selatan di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan laut

Cina Selatan dan Kecamatan Sungailiat, di sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Kelapa dan Kecamatan Belinyu.

Suhu udara rata-rata di Kecamatan Riau Silip adalah 27,1˚C dengan

kisaran 23,7˚C hingga 31,18˚C, dan kelembaban udara rata-rata 81%.

Sementara penyinaran matahari sebesar 38,9 % dengan tekanan udara rata-

rata 1.009,9 MBS. Jarak yang paling jauh dari desa ke Kecamatan Riau Silip

adalah Desa Deniang


Tabel 5.2
Jarak dari Desa ke Puskesmas Riau Silip.

NO Nama Desa Jarak Desa Ke kota

1. RIAU 1

2. SILIP 4

3. PUGUL 7

4. MAPUR 20

5. CIT 15

6. DENIANG 26

7. PANGKAL NIUR 22

8. BANYUASIN 20

9. BERBURA 16
b.Kondisi Demografi

tabel 5.3
Luas wilayah, Jumlah desa/kelurahan, Jumlah penduduk dan kepadatan
Penduduk menurut Kecamatan Riau Silip Tahun 2015

NO DESA LUAS

WILAYAH JUMLAH PENDUDUK

(km2)

1 RIAU 51,72 3,218

2 SILIP 58,45 2,813

3 PUGUL 71,70 3,484

4 MAPUR 79.69 2,143

5 CIT 64,47 4,824

6 DENIANG 76,69 2,679

7 PANGKAL NIUR 42.25 3,617

8 BANYUASIN 33.54 1,473

9 BERBURA 35,12 1,473

Pada tahun 2015 ada 9 desa dan 24 dusun di seluruh Kecamatan Riau Silip.

Penduduk Kecamatan Riau Silip pada tahun 2013 berjumlah 25.724 jiwa. Desa yang

paling banyak penduduknya adalah Cit dengan jumlah penduduk 4.824 jiwa

sedangkan yang paling sedikit adalah desa Berbura dengan Banyuasin dengan jumlah

penduduk 1.473 jiwa


Tabel 5.4
Jumlah penduduk berdasarka jenis kelamin laki-laki dan perempuan di
Puskesmas Riau Silip tahun 2015
M
NO KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK

UMUR LAKI- PEREMPUAN LAKI-

(TAHUN) LAKI LAKI+PEREMPUAN

1 0–4 1378 1305 2,683

2 5 – 14 2499 2381 4,880

3 15 – 44 6872 6157 13,029

4 45 – 64 2051 1870 3,921

5 >=65 526 685 1,211

JUMLAH 13,326 12,398 25,724

Menurut jenis kelaminnya, proporsi penduduk laki-laki berjumlah 51,80%

lebih tinggi dibandingkan proporsi penduduk perempuan 48,19%. Proporsi

penduduk yang paling besar menurut golongan umur terdapat pada usia

produktif yaitu antara 15 – 44 tahun sebesar 50,64%, sedangkan yang terkecil

terdapat pada golongan umur > = 65 tahun sebesar 0,04 %.


2. Profil Puskesmas Riau Silip
Berlokasi di Jalan Raya Belinyu, Desa Riau, Kecamatan Riau Silip,

Puskemas ini dibangun sejak tahun 1987. Saat ini dipimpin oleh Usman,

SKM. Sumber listrik Puskesmas berasal dari PLN. Sumber air bersih berupa

sumur.

Pelayanan kesehatan di Puskesmas Riau Silip berjalan setiap hari

Senin sampai Sabtu dimulai pukul 08.00–14.00 WIB, kecuali pada hari Jumat

yang berakhir pukul 11.00 WIB.

Terdapat 5 PUSTU (Puskesmas Pembantu) dan 9 POSKESDES (Pos

Kesehatan Desa) di wilayah kerja Puskemas Riau Silip.

Jumlah Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Riau Silip ada

23 buah dengan 4 diantaranya juga merangkap sebagai Posyandu Usila.

Tenaga kader kesehatan berjumlah 110 orang. Dukun bayi terlatih berjumlah

11 orang. Tenaga pengobatan tradisional berjumlah 67 orang.

3. Visi, Misi dan Motto Puskesmas Riau Silip

a. Visi Puskesmas Riau Silip

Tercapainya Kecamatan Riau Silip Sehat untuk menuju Indonesia Sehat.

b. Misi Puskesmas Riau Silip

1) Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta

lingkungannya.

2) Tercapainya Kecamatan Riau Silip Sehat untuk menuju Indonesia Sehat.


3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan.

4) Mendorong kemandirian masyarakat berperilaku hidup sehat dan bersih.

5) Berupaya meningkatkan kesehatan mencegah dan menyembuhkan penyakit


serta memulihkan kesehatan perorangan.
6) Menggerakkan pembangunan desa yang berwawasan kesehatan.

A. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Hasil penelitian dengan menggunakan analisis univariat ini untuk

mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan persentase dari semua variabel

yang diteliti, yaitu variabel independen : pengetahuan, pendidikan, pendapatan,

dukungan suami, dan sosial budaya, sedangkan variable dependen : penggunaan

alat kontrasepsi implant. Hasil dari tiap variabel ini akan disajikan dalam

bentuk tabel dan teks.

a. Distribusi Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant

Analisa univariat dilakukan terdapat 126 akseptor untuk mengetahui

distribusi frekuensi setiap variabel yaitu variabel dipendent (penggunaan

alat kontrasepsi implant) dan variabel independent yaitu pengetahuan,

pendidikan, dukungan suami, pendapatan dan sosial budaya.


Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Akseptor Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No. Alat kontrasespsi Jumlah Orang Persentase (%)


implant
1. Kasus 42 33,3
2. Kontrol 84 66,7
Total 126 100

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dari 126 Responden dengan ibu

yang menggunakan Alat Kontrasepsi Implant (kasus) 42 orang

(33,3%) lebih kecil dibandingkan ibu yang tidak menggunakan alat

kontrasepsi implant (kontrol).

b. Pengetahuan

Pada penelitian ini variabel pengetahuan akseptor Implant di

kategorikan menjadi 2 kategori yaitu tinggi (jika responden dapat

menjawab pertanyaan dengan benar ( ≥ 75%) dan rendah (jika

responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar (< 75%).

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Akseptor Implant Berdasarkan Pengetahuan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No. Pengetahuan Jumlah Orang Persentase (%)


1. Tinggi 55 43,7
2. Rendah 71 56,3
Total 126 100
Dari tabel 5.5 diatas dari 126 Responden dengan ibu yang

menggunakan Alat Kontrasepsi Implant adalah ibu dengan tingkat

pengetahuan rendah sebesar 13% lebih besar dibandingkan ibu dengan

tingkat pengetahuan tinggi.

c. Pendidikan

Pada penelitian ini variabel pendidikan dikategorikan menjadi 2

kategori yaitu tinggi (minimal SMA) dan rendah (maksimal SMP).

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Akseptor Implant Berdasarkan Pendidikan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No Pendidikan Jumlah Orang Persentase (%)


1. Tinggi 52 41,3
2. Rendah 74 58,7
Total 126 100

Berdasarkan tabel 5.6 dari 126 Responden dengan ibu yang

menggunakan Alat Kontrasepsi Implant adalah ibu dengan tingkat

pendidikan rendah sebesar 17% lebih besar dibandingkan dengan

tingkat pendidikan tinggi.

d. Dukungan Suami

Pada penelitian ini variabel status dukungan suami di

kategorikan menjadi 2 kategori yaitu mendukung dan tidak

mendukung.
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Alat Kontrasepsi Berdasarkan Dukungan
Suami Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No Dukungan Suami Jumlah Orang Persentase (%)


1 Mendukung 46 36,5
2 Tidak Mendukung 80 63,5
Total 126 100,0

Berdasarkan tabel 5.8 diatas dari 126 Responden dengan ibu

yang menggunakan Alat Kontrasepsi Implant adalah ibu dengan

tingkat dukungan suami yang tidak mendukung sebesar 27% lebih

besar dibandingkan dengan tingkat dukungan suami yang mendukung.

e. Pendapatan

Pada penelitian ini variabel status ekonomi keluarga di

kategorikan menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Hasil analisis

dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Akseptor Implant Berdasarkan Pendapatan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No Pendapatan Jumlah Orang Persentase (%)


1 Tinggi 37 29,4
2 Rendah 89 70,6
Total 126 100,0

Berdasarkan tabel 5.9 diatas dari 126 Responden dengan

pendapatan rendah sebesar 41% lebih besar dibandingkan tingkat

pendapatan tinggi.
f. Sosial Budaya

Pada penelitian ini variabel status sosial budaya di kategorikan

menjadi 2 kategori yaitu percaya dan tidak percaya.

Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Alat Kontrasepsi Berdasarkan Sosial Budaya
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

No Sosial Budaya Jumlah Orang Persentase (%)


1 Percaya 63 50,0
2 Tidak percaya 63 50,0
Total 126 100,0

Berdasarkan tabel 5.10diatas dari 126 Responden dengan ibu

yang menggunakan Alat Kontrasepsi Implant adalah ibu yang percaya

sebanyak 63 akseptor Implant (50,0%) sama banyak dengan ibu yang

tidak percaya.

1. Analisa Bivariat

a. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Alat Kontrasepsi Implant

Pada penelitian ini variabel pengetahuan ibu dikategorikan menjadi 2

kategori yaitu rendah (jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar < 75%) dan tinggi (jika responden dapat menjawab pertanyaan dengan

benar ≥ 75%) yang di uji dengan menggunakan uji Chi Square dan OR (95%

CI) dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 5.11
Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Alat Kontrasepsi Impant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016

Alat Kontrasepsi Implant Nilai


Pengetahuan Kasus Kontrol P OR
n % n % Value (95% CI)
Tinggi 24 57,1 31 36,9 2,280
0,049 (1,072-4,850)
Rendah 18 42,9 53 63,1
Jumlah 42 100 84 100

Dari hasil analisis hubungan pengetahuan Ibu dengan kelompok

pengetahuan tinggi pada kasus sebesar (57,1%) lebih besar dibandingkan

dengan kelompok kontrol (36,9%). Sedangkan pengetahuan rendah pada Ibu

dengan kelompok kasus sebesar (42,9%) lebih kecil dibandingkan dengan

kelompok kontrol (63,1%).

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,049 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant.

Hasil uji analisa hubungan kasus kontrol pengetahuan tinggi dan

rendah diperoleh nilai OR = 2,280 (95% CI: 1,072 – 4,850). Artinya Ibu

dengan pengetahuan tinggi lebih besar beresiko 2.280 kali menggunakan alat

kontrasepsi implant dibandingkan dengan Ibu yang pengetahuan rendah.

b. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Alat Kontrasepsi Implant

Pada penelitian ini variabel pendidikan dikategorikan menjadi 2

kategori yaitu tinggi (minimal SMA) dan rendah (maksimal SMP) yang di
uji dengan menggunakan uji Chi Square dan OR (95% CI) dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.12
Hubungan Antara Pendidikan Dengan Alat Kontrasepsi Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

OR
Alat Kontrasepsi Implant Nilai (95% CI)
Pendidikan P
Kasus Kontrol
Value
n % n %
Tinggi 23 54,8 29 34,5 2,296
0,047 (1,078-4,889)
Rendah 19 45,2 55 65,5
Jumlah 42 100 84 100

Dari hasil analisa hubungan pendidikan dengan penggunaan Alat

Kontrasepsi Implant Ibu yang pendidikan tinggi pada kasus sebesar (54,8%)

lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar (34,5%).

Sedangkan Ibu yang pendidikan rendah pada kelompok kasus sebesar

(45,2%) lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,047 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu dengan penggunaan Implant.

Analisa hubungan kasus kontrol pendidikan yang tinggi dan rendah

nilai OR = 2,296 (95% CI: 1,078 – 4,889). Artinya mereka dengan

pendidikan rendah lebi besar berisiko 2.296 kali lebih besar untuk tidak

menggunakan alat kontrasepsi implant dibandingkan dengan mereka yang

berpendidikan yang tinggi.


c. Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Alat Kontrasepsi Implant

Pada penelitian ini variabel status dukungan suami dikategorikan

menjadi 2 kategori yaitu mendukung dan tidak mendukung yang di uji

dengan menggunakan uji Chi Square dan OR (95% CI) dapat dilihat dari

tabel berikut:

Tabel 5.13
Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Alat Kontrasepsi
Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

Alat Kontrasepsi Implant Nilai OR


Dukungan
Kasus Kontrol p (95%CI)
Suami
n % n % Value
Mendukung 24 57,1 22 26,2 3,758
0,001 (1,721-
Tidak 18 42,9 62 73,8 8,206)
Mendukung
Jumlah 42 100 84 100

Dari hasil analisa hubungan Ibu dengan dukungan suami yang

mendukung menggunakan Alat Kontrasepsi Implant pada kelompok kasus

sebesar (57,1%) lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar

(26,2%). Sedangkan Ibu yang mendapatkan dukungan suami yang tidak

mendukung menggunakan Alat Kontrasepsi Implant pada kelompok kasus

sebesar (42,9%) lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar

(73,8%).

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,001 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

status dukungan suami dengan pengggunaan Alat Kontrasepsi Implant.


Analisa hubungan kasus kontrol dukungan suami mendukung dan

tidak mendukung nilai OR = 3,758 (95% CI: 1,721 – 8,206). Artinya Ibu

dengan yang mendapat dukungan suami lebih beresiko 3.758 kali untuk

menggunakan alat kontrasepsi implant dibandingkan dengan Ibu yang tidak

mendapat dukungan suami.

d. Hubungan Antara Pendapatan Dengan Alat Kontrasepsi Implant

Pada penelitian ini variabel pendapatan keluarga dikategorikan

menjadi 2 kategori yaitu tinggi (jika pendapatan keluarga ≥ Rp 1.906.000

perbulan) dan rendah (jika pendapatan keluarga < Rp 1.906.000 perbulan)

yang di uji dengan menggunakan uji Chi Square dan POR (95% CI) dapat

dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5.14
Hubungan Antara Pendapatan Dengan Alat Kontrasepsi Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

Alat Kontrasepsi Implant Nilai OR


Pendapa
Kasus Kontrol P (95% CI)
tan
n % n % Value
Tinggi 15 35,7 22 26,2 1,566
0,369 (7,06-3,473)
Rendah 27 64,3 62 73,8
Jumlah 42 100 84 100

Dari hasil analisa hubungan pendapatan responden dengan pendapatan

keluarga yang tinggi pada kelompok kasus sebesar (35,7%) lebih besar

dibandingkan kelompok kontrol sebesar (26,2%). Sedangkan responden

yang pendapatan rendah pada kelompok kasus sebesar 64,3%) lebih kecil

dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar (73,8%).


Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,369 > α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna

antara pendapatan ibu dengan Alat Kontrasepsi Implant dengan OR = 1,566

(95% CI: 1,566 – 3,473).

e. Hubungan Antara Sosial Budaya Dengan Alat Kontrasepsi Implant

Pada penelitian ini variabel Sosial Budaya dikategorikan menjadi 2

kategori yaitu percaya dan tidak percaya yang di uji dengan menggunakan

uji Chi Square dan OR (95% CI) dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 5.15
Hubungan Antara Sosial Budaya Dengan Alat Kontrasepsi Implant
Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

Alat Kontrasepsi Implant Nilai OR


Sosial
Kasus Kontrol p (95%CI)
Budaya
n % n % Value
Percaya 27 64,3 36 42,9 2,400
0,038 (1,117-5,157)
Tidak 15 35,7 48 57,1
Percaya
Jumlah 42 100 84 100

Dari hasil analisa hubungan sosial budaya Ibu yang percaya

menggunakan alat kontrasepsi implant pada kelompok kasus sebesar

(64,3%) lebih besar dibandigkan kelompok kontrol sebesar (42,9%).

Sedangkan Ibu dengan kelompok kasus sosial budaya yang tidak percaya

sebesar (35,7%) lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol sebesar

(57,1%).
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,038 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

status dukungan suami dengan pengggunaan Alat Kontrasepsi Implant.

Analisa hubungan kasus kontrol sosial budaya yang percaya dan tidak

percaya nilai OR = 2,400 (95% CI: 1,117 – 5,157). Artinya Ibu yang

mendapat kepercayaan tinggi lebih beresiko 2,4 kali dapat menggunakan alat

kontrasepsi implant dibandingkan dengan rendahnya mereka yang tidak

percaya.

B. Pembahasan

1. Keterbatasan Penelitian

a. Penelitian ini disadari masih jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan akan

kemampuan dan keterbatasan penulis dalam mendesain kuesioner,

pengolahan alisis data. Keterbatasan lain yang mungkin terjadi adalah bias

informasi tentang kuesioner tersebut sehingga untuk mengurangi bias itu

penulis mengarahkan responden maksud dari soal kuesioner yang tidak

mereka mengerti. Sehingga dengan adanya arahan dapat membantu

responden tidak asal menjawab.

b. Bias informasi adalah kesalahan yang terjadi bila informasi yang

didapatkan tidak valid. Dalam penelitian ini bias informasi terjadi pada:

1) Pemahaman responden terhadap kuesioner masih kurang

2) Bahasa yang sulit dimengerti responden


Jenis penelitian ini menggunakan “Case Control” atau disebut juga

dengan studi retropektif (mundur kebelakangan). Studi Case Control

membandingkan antara kelompok kasus PUS yang memakai alat

kontrasepsi implant dan kelompok kontrol PUS yang tidak memakai

alat kontrasepsi implat (Notoatdmodjo 2012).

Untuk meminimalisir bias informasi, cara yang dilakukan adalah

menjelaskan kepada responden tentng penelitian yang dilakukan,

menggunakan padanan bahasa daerah setempat sehingga lebih mudah

dimengerti serta mengulang kembali pertanyaan dan menjelaskan

maksud dari pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden.

C. Pembahasan Dan Hasil Penelitian

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di

Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,049 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant. Analisa lebih

lanjut untuk melihat besarnya resiko, diperoleh nilai OR = 2,280 (95% CI:

1,072 – 4,850) artinya Ibu dengan pengetahuan tinggi lebih beresiko 2.280 kali

menggunakan Alat Kontrasepsi Implant dibandingkan dengan mereka yang

berpengetahuan rendah.
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dan ini setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, raba dan rasa (Notoatmodjo, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Healthzone (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan ibu dengan penggunaan alat kontrasepsi implant.

Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap

penggunaan alat kontrasepsi implant. ( Healthzone, 2001)

Peneliti berasumsi bahwa penggunaan alat kontrasepsi implant banyak

digunakan pada kelompok ibu yang memiliki pengetahuan tinggi. Secara

teorotis pengetahuan tinggi akan berpengaruh pada tepatnya PUS yang

mengambil keputusan saat memilih alat kontrasepsi seperti mengetahui alat

kontrasepsi apa yang sesuai dengan umurnya, yang cocok untuk kondisi

kesehatannya dan yang cocok untuk kondisi ekonominya.

2. Hubungan Pendidikan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di

Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,047 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu dengan alat kontrasepsi implant. Analisa lebih lanjut untuk

melihat besarnya resiko, diperoleh nilai OR = 2,296 (95% CI: 1,078 – 4,889)

yang artinya ibu dengan pendidikan rendah lebih besar 2.296 kali menggunakan

Alat Kontrasepsi Implant dibandingkan dengan ibu yang pendidikan tinggi.


Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini

mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa

dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dn dilembagakan

untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan

dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia

hidup.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku akan

pola hidup terutama dalam motivasi untuk siap berperan serta dalam

pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin

mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan seseorang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai- nilai yang baru di

perkenalkan (Notoatmodjo, 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erfandi

(2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu dengan alat kontrasepssi implant. Berdasarkan penelitian

tersebut maka tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan ibu bisa

memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan melakukan penggunaan alat

kontrasepsi implant. (Erfandi, 2011)

Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan alat

kontrasepsi implant banyak dilakukan oleh kelompok ibu dengan pendidikan

tinggi. Hal ini bisa saja karena ibu yang berpendidikan tinggi dapat memegang

peranan penting dalam menjaga kesehatan dirinya. Ibu yang berpendidikan


tinggi diharapkan memiliki wawasan yang lebih baik dan mudah dalam

menerima akses informasi mengenai pentingnya penggunaan alat kontrasepsi

implant.

Peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu

khususnya mengenai penggunaan alat kontrasepsi implant tidak hanya

didapatkan melalui lingkungan pendidikan formal saja, akan tetapi bisa saja

diperoleh melalui penyuluhan-penyuluhan yang diterimanya saat berada di

Puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Mencari informasi

melalui media massa.

3. Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Penggunaan Alat


Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip Tahun 2016

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,001 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara

dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi implant. Analisa

hubungan kasus kontrol dukungan suami mendukung dan tidak mendukung

nilai OR = 3,758 (95% CI: 1,721 – 8,206). Artinya Ibu yang mendapat

dukungan suami lebih beresiko 3.758 kali untuk menggunakan alat kontrasepsi

implant dibandingkan dengan Ibu yang tidak mendapat dukungan suami.

Dukungan suami yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peran serta

suami dalam pengambilan keputusan dalam memilih alat kontrasepsi implant.

Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari

suami. Ikatan suami istri yang kuat sangat membantu ketika keluarga

menghadapi masalah, karena suami atau istri sangat membutuhkan dukungan


dari pasangannya (Sarwono,2010) ikatan suami yang kuat sangat membantu

ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami atau istri sangat

membutuhkan dukungan dari pasangannya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Hartanto (2012), bahwa ada

hubungan bermakna antara status dukungan suami dengan penggunaan alat

kontrasepsi implant. Hartanto (2012) mengatakan bahwa metode kontrasepsi

tidak dapat digunakan istri tanpa dukungan suami dan saling percaya. Keadaan

ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi

yang terbaik, saling kerja sama dalam penggunaan, membiayai pengeluaran

kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya penggunaan.

Peneliti berasusmsi bahwa penggunaan alat kontrasepsi implant banyak

mendapat dukungan suami. Penulis berasumsi bahwa keuntungan-keuntungan

dari alat kontrasepsi implant sangat dirasakan PUS, dimana alat kontrasepsi

implant efektifitasnya sangat tinggi dan berjangka panjang (dapat selama 10

tahun). Sehingga tidak perlu lagi mengingat – ingat, tidak perlu takut untuk

hamil, tidak ada efek samping hormonl dan dapat digunakan sampai

menoupose.

4. Hubungan Pendapatan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di

Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,369 > α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendapatan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant.


Pendapatan adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang.

Pendapatan juga cakupan urusan keuangan rumah tangga (kemendiknas, 2012).

Pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan

karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor

harus menyediakan dana yang diperlukan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan AR

Andhyani (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara pendapatan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant. (andhyani,

2012)

Tingkat pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini

disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan

akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun pendapatan yang

diteliti berdasarkan Upah Minimal Kabupaten Bangka Tahun 2015 adalah

pendapatan tinggi jika  Rp. 1.906.000,- perbulan dan rendah  Rp. 1.906.000,-

perbulan.

Peneliti bahwa hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa

penggunaan alat kontrasepsi implant dapat gratis dikarenakan di Puskesmas

Riau Silip mengadakan KB SAFARI maka dari itu pendapatan tidak

mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant.

5. Hubungan Antara Sosial Budaya Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi


Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016
Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,038 < α (0,05)

menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang bermakna antara sosial
budaya dengan penggunaan alat kontrasepsi implant. Analisa hubungan kasus

kontrol sosial budaya percaya dan tidak percaya diperoleh nilai OR = 2,400

(95% CI: 1,117 – 5,157). Artinya mereka dengan sosial budaya keluarga yang

tinggi beresiko 2.400 kali untuk menggunakan implant dibandingkan dengan

ibu yang tidak percaya.

Hasil penelitian (Mohammad,2012). Pada sebagian besar masyarakat

aspek budaya dari pemakaian alat kontrasepsi berperan kuat terhadap perilaku

memilih kontrasepsi. Di samping itu, ada budaya dalam masyarakat yang

mempunyai keyakinan banyak anak banyak rezeki, sehingga kadang ibu

memilih untuk tidak memakai alat kontrasepsi.

Peneliti berasumsi bahwa faktor sosial budaya sangat berpengaruh

tingkah laku masyarakat menerima budaya itu berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu, sehingga bila masyarakat percaya KB

Implant akan mengakibatkan kegemukan dan tidak terjadi menstruasi

(amenorhea) maka masyarakat di Puding Besar akan memilih kontrasepsi yang

lain. Sebagian ibu yang menggunakan Alat Kontrasepsi Implant mengalami

kenaikan berat badan setelah memakai KB Implant.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Penelitian Yang Telah Dilakukan Faktor - Faktor Yang

Berhungan Dengan Pemakaian Alat Kontrasepi Implant Di Wilayah Puskesmas

Riau Silip Tahun 2016 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada Hubungan Yang Bermakna Antara Pengetahuan, Pendidikan, Dukungan

Suami Dan Sosial Budaya Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Implant Di

Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

2. Tidak Ada Hubungan Yang Bermakna Antara Pendapatan Dengan Pemakaian

Alat Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Riau Silip tahun 2016.

3. Faktor Yang Paling Dominan Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Alat

Kontrasepsi Implant Adalah Pengetahuan Ibu. Dengan Nilai p value :

(0,049) dan Nilai OR : 2,280. 2,280 (95% CI: 1,072 – 4,850)

B. Saran

1. Bagi petugas kesehatan

Agar petugas kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat khususnya pada program KB, dengan cara :


a. mempertimbangkan hak - hak klien dalam perencanaan, manajemen dan

penilaian dalam pelayanan KB.

b. Meningkatkan ketersediaan berbagai metode kontrasepsi sehingga klien

dapat memilih metode kontrasepsi yang paling cocok untuk mereka.

c. Melaksanakan konseling dan pelayanan KB berdasarkan kriteria dan

persyaratan medis yang terkini.

d. Mengadakan program tentang penyuluhan KB yang menarik di tiap desa,

agar masyarakat dapat mengetahui informasi tentang KB dan macam -

macam KB. Sehingga dengan diadakannya program tersebut masyarakat

dapat mengetahui informasi tentang KB dan macam - macam KB, khusnya

tentang KB implant, juga masyarakat dapat tertarik dan antusias untuk hadir

dalam penyuluhan KB tersebut.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswi

terutama dalam hal referensi untuk penelitian, serta dapat digunakan sebagai

tambahan sumber bacaan tentang KB, khususnya KB Implant.

3. Bagi peneliti lain

Diharapkan peneliti yang lain dapat meneliti variabel - variabel lain yang

belum diteliti seperti faktor tradisi dan faktor - faktor yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai