3 - Koreksi BAB II

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi informasi dan komunikasi yang dikutip dalam Rusman (2011),

adalah sebuah teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan,

pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Tercakup dengan

defenisi tersebut semua perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan

infrastruktur komputer maupun komunikasi.

Pemanfaatan teknologi dan komunikasi dalam bidang pendidikan menurut

Munir (2009), menyatakan komputer dan jaringan komputer memberikan kesempatan

kepada setiap pembelajaran untuk mengakses materi pembelajaran yang disajikan

dalam bentuk interaktif melalui jaringan komputer. Pemanfaatan TIK juga dalam hal

mencari bahan belajar dari sumber-sumber yang asli dan diakui. Dari penjelasan

tersebut dapat dimaknai bahwa TIK merupakan media yang berupa teknologi seperti

komputer beserta jaringanya yang dapat digunakan untuk proses pengolahan dan

pemprosesan data yang berguna untuk pemanfaatan bidang pendidikan.

1. Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran


Pemanfaatan Teknologi Informasi sebagai media pembelajaran dapat melalui

pemanfaatan internet dalam e-learning maupun penggunaan komputer sebagai media

interaktif, yaitu:

1) Komputer sebagai media pembelajaran


Komputer awalnya digunakan amat terbatas, hanya untuk keperluan

menghitung dalam kegiatan administrasi saja, tetapi sekarang aplikasi komputer tidak

lagi hanya digunakan sebagai sarana komputasi dan pengolahan kata (word

processor) tetapi juga sangat memungkinkan sebagai sarana belajar untuk keperluan

pendidikan, (Rusman, 2011).

Pada masa sekarang aplikasi-aplikasi pada komputer terus berkembang

bahkan pemakai komputer atau user juga dimungkinkan untuk dapat melakukan

interaksi langsung dengan sumber informasi baik secara online maupun offline.

Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat berlangsung dengan tersedianya

medium komputer. Pemanfaatan ini didasarkan pada kemampuan yang dimiliki oleh

komputer dalam memberikan umpan balik (feedback) yang segera kepada

pemakainya.

Peranan komputer sebagai media pembelajaran adalah menjadi sumber

utama (major resource) dalam mengimplementasikan program pembelajaran di

sekolah. Melalui komputer, siswa dapat menjalankan aplikasi program yang di

dukung juga dengan fasilitas penunjang lain yang saat ini berkembang yaitu internet.

2) Pemanfaatan internet dalam pembelajaran

Internet sebagai hasil dari perkembangan teknologi tentunya memiliki

pengaruh dalam dunia pendidikan. Secara tidak langsung internet mendorong dunia

pendidikan untuk menyesuaikan dengan arus informasi globalisasi. Secara langsung

internet dapat dimanfaatkan sebagai sumber dan media pembelajaran bagi para

peserta didik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.


Beberapa keuntungan atau manfaat pembelajaran melalui internet, menurut

Siahaan (2011) adalah sebagai berikut:

a) Menjadi alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b) Melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian peserta didik.

c) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran mutu

belajar mengajar.

d) Membantu peserta dalam memahami materi pelajaran.

2. Penggunaan TIK dalam pembelajaran kimia (yg sy tandai kuning, ganti dg

yang untuk anak SMA, bukan mahasiswa

Salah satu cabang ilmu sains adalah ilmu kimia yang memanfaatkan TIK,

melalui penggunaan laboratorium kimia virtual. Seorang peneliti kimia komputasi

tidak akan bekerja dengan zat-zat kimia di laboratorium yang beberapa di antaranya

berbahaya bagi tubuh apabila terpapar dalam waktu yang lama dan dengan

konsentrasi paparan yang tinggi. Seorang peneliti kimia komputasi akan berkutat

dengan gambar-gambar struktur menggunakan komputer dan beberapa aplikasi

penunjang penelitian kimia komputasi. (mungkin diganti siswa/anak didik


Kimia dapat juga berkolaborasi dengan ilmu biologi dan ilmu informatika

membentuk suatu cabang ilmu yang dinamai bioinformatika. Cabang ilmu kimia ini

adalah ilmu yang mempelajari penerapan teknik komputasional untuk mengelola dan

menganalisis informasi biokimia. Bidang ini mencakup penerapan metode-metode

matematika, statistika, dan informatika untuk memecahkan masalah-masalah

biologis, terutama dengan menggunakan sekuens DNA dan asam amino serta
informasi yang berkaitan dengannya. Contoh topik utama bidang ini meliputi basis

data untuk mengelola informasi biologis, penyejajaran sekuens (sequence alignment),

prediksi struktur untuk meramalkan bentuk struktur protein maupun struktur sekunder

RNA, analisis filogenetik, dan analisis ekspresi gen (Wikipedia, 2012).

Menurut Onwu dan Ngamo (2005), penerapan TIK dalam kimia meliputi beberapa

hal yaitu:

a. Penggunaan simulasi (animasi multimedia) dan laboratorium virtual,


b. Pelaksanaan perkuliahan menggunakan cara online (jarak jauh),
c. Penggunaan software pemodelan kimia,
d. Penggunaan sumber dan media lainnya seperti kamera digital, peralatan kimia

sensor, e-mikroskop, dan sebagainya.

Menurut Gulińska (2005), menyebutkan bahwa penggunaan TIK dalam

pembelajaran kimia meliputi: penggunaan buku teks berbasis multimedia,

penggunaan animasi yang menarik, dan aspek pengelolaan pelayanan TIK. Riset yang

dilakukan Schmid et al (2009), mereka menentukan format yang paling efektif dalam

menentukan modul pembelajaran kimia secara online untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran kimia. Studi yang dilakukan ini menunjukkan bahwa siswa memiliki

berbagai pilihan belajar serta lebih tertantang dengan adanya animasi dan versi

interaktif menggunakan modul pembelajaran kimia online yang telah dirancang oleh

peneliti dibandingkan dengan modul statis yang sebelumnya digunakan.

Laboratorium pengajaran sains dimasa depan sangat menjanjikan dalam hal

penyediaan akses terhadap berbagai sumber belajar secara luas. Banyak sumber
bahan belajar yang sangat cocok diambil dari internet, meskipun dari sekolah juga

menyediakan bahan belajar selain internet (Rogers, 2004).


Pembelajaran dengan bantuan komputer dapat memvisualisasikan aspek

mikroskopis dan menyajikan keterkaitannya dengan aspek makroskopis dan simbolis.

Media pembelajaran berbasis komputer dapat membantu guru mengemas

pembelajaran dengan menarik, menyampaikan konsep laju reaksi secara lebih konkrit

dan meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.


Hal yang paling membantu dalam penggunaan TIK adalah penyajian proses

kimia yang cukup berbahaya melalui laboratorium virtual. Sebelum siswa

melakukannya secara langsung di dunia nyata, perlu pengelanalan secara virtual,

seolah-solah mereka berada di dunia nyata. Peranan TIK dalam menyediakan

fasilititas belajar virtual adalah sebagai sarana untuk memperkaya pemahaman siswa.

Menariknya dalam penelitian Lerman dan Morton (2009), menggunakan seni

tari dan animasi komputer untuk membuat pelajaran kimia menjadi mudah diterima.

Metode pengajaran ini telah dibuktikan pada seluruh tingkat pembelajaran di

beberapa lembaga pendidikan di Amerika Serikat. Evaluasi yang dihasilkan

menunjukkan bahwa diperoleh peningkatan prestasi 20 % lebih tinggi dari

sebelumnya.

B. Kompetensi Guru

Kompetensi dapat diartikan kewenangan dan kecakapan atau kemampuan

seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan jabatan yang
disandangnya. Dalam hal ini tugas atau pekerjaan yang dimaksud adalah profesi

Guru. Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang pada abad

ini, terutama bidang teknologi informasi yang serba canggih membuat dunia ini

semakin sempit. Beragam informasi dari berbagai sudut dunia mampu diakses dengan

mudah. Komunikasi antar personal dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.

Perubahan-perubahan tersebut semakin terasa, termasuk didalamnya pada

dunia pendidikan. Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era

sebelumnya. Guru menghadapi siswa yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang

lebih kompleks. Standar proses pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan

berfikir siswa yang lebih tinggi, untuk itu dibutuhkan guru yang mampu bersaing

bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak.

Rumusan kompetensi guru yang dikembangkan di Indonesia sudah tertuang

dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kompetensi guru

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan

pemahaman terhadap peserta didik dan pengelolaan pembelajaran mulai dari

merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengevaluasi. Secara umum

kompetensi inti pedagogik meliputi: (a) menguasai karakteristik peserta didik dari

aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (b) menguasai teori

belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik; (c) mengembangkan kurikulum


yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu; (d)

menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; (e) memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran; (f) memfasilitasi

pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimiliki; (g) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik;

(h) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (i)

memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (j)

melakukan tindakan untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Mulyasa, 2011)

Guru perlu memahami kompetensi pedagogik di era yang serba online dan

digital ini, pendidikan haruslah segera bertransformasi atau berubah ke arah yang

lebih maju agar tidak tertinggal dengan negara lain. Pendidikan memegang peranan

yang sangat penting dalam suatu negara. Semakin tertinggal pendidikan suatu negara

maka semakin terbelakanglah negara tersebut.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran seperti memahami karakteristik siswa, kemampuan merencanakan

pembelajaran, melaksanaan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, serta

kemampuan mengembangan ragam potensi siswa (Djamarah, 2002). Kompetensi

pedagogik guru tidak cukup hanya mampu menyelenggrakan pembelajaran seperti

biasanya, namun guru dituntut untuk adaptif terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta mampu memanfaatkannya

dalam proses pembelajaran. Artinya kemampuan guru khususnya digital literasi perlu

terus untuk ditingkatkan. Kemajuan perkembangan teknologi membuat guru semakin


dituntut meningkatkan kemampuan untuk menguasai teknologi, agar dapat

mengimplementasikan dalam proses belajar mengajar sehingga hasil yang diperoleh

maksimal.

2. kompetensi kepribadian.

Kompetensi kepribadian merupakan personal yang mencerminkan

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi

peserta didik dan berakhak mulia (Syah, 2008). Kompetensi inti kepribadian meliputi

(a) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

Indonesia, (b) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan

teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (c) menampilkan diri sebagai pribadi yang

mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (d) menunjukkan etos kerja, tanggung

jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan (e)

menjunjung tinggi kode etik (Mulyasa, 2011).

3. Kompetensi Sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari

manusia lain. Manusia tak lepas dari kehidupan bermasyarakat. Kompetensi sosial

berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar (Djamarah, 2002).

Kompetensi sosial penting dimiliki bagi seorang pendidik yang profesinya

senantiasa berinteraksi dengan human (manusia) lain. Berinteraksi dengan pendidik

dan tenaga kependidikan, misalnya sangat penting untuk berbagi pengalaman tentang
belajar mengajar dan berkaitan dengan tugas-tugas administratif sekolah. Guru juga

harus mampu berkomunikasi dengan siswa agar mampu menerapkan langkah dan

metode apa yang cocok dalam masing-masing kelas karena karakter dan bakat setiap

kelas berbeda-beda. Berkomunikasi dengan orang tua dan masyarakat juga sangat

penting karena orang tua merupakan orang terdekat siswa yang sangat berperan

dalam kemajuan belajar siswa (Depdiknas, 2011).

4. Kompetensi Professional

Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang berkenaan dengan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup

penguasaan substansi isi materi pembelajaran, dan substansi keilmuan yang menaungi

materi dalam kurikulum, serta menambah wawasan keilmuan (Depdiknas, 2011).

Strategi dan bentuk kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

profesional pedagogik ini seperti : (a) kegiatan seminar, penataran guru, workshop,

dan pelatihan-pelatihan yang diselenggrakan oleh lembaga profesi guru; (b) forum

guru (MGMP), konsorsium, perguruan tinggi, swasta maupun pemerintah dalam hal

ini dinas pendidikan; (c) IHT (In House Training) adalah pelatihan yang dilaksanakan

secara internal di MGMP maupun sekolah. Strategi pembinaan melalui IHT

berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi

dan karir guru dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada guru lain

yang memiliki kompetensi sehingga lebih menghemat biaya; (d) Pendidikan

lanjut/studi lanjut program magister merupakan cara yang dapat ditempuh oleh para

guru untuk meningkatkan kompetensinya; (e) Pembelajaran jarak jauh sudah


diterapkan oleh pemerintah melalui GPO (Guru Pembelajar Online). Pada kegiatan

ini guru mendapatkan modul dan latihan yang dapat diakses melalui intermet, serta

dibimbing oleh mentor; (f) Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendididkan

lainnya dimaksudkan untuk melatih dan meningkatkan kompetensi guru dalam

beberapa kemampuan seperti menyusun PTK, Karya Ilmiah (Daryanto, 2013).

Berikut ini adalah lima karakteristik guru era milenial yang efektif: 1)

mengantisipasi masa depan, 2) pembelajaran seumur hidup, 3) memupuk hubungan

teman sejawat, 4) mampu mengajar dan menilai semua tingkat pelajar, 5) mampu

membedakan teknologi efektif vs teknologi non-efektif (Mudlofir, A. 2012). Guru era

milenial harus dapat mengimbangi perubahan teknologi yang berjalan dengan cepat.

Fokus guru membekali siswa untuk masa akan datang, bukan hanya saat ini saja.

C. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar merupakan salah satu indikator perkembangan dan kemajuan

siswa atas penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswa

(Pratiwi, S. 2005). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan olah Djamarah

(2008) bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan

kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan

kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi dari

berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun

dari luar (faktor eksternal). Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:


1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa antara lain:

a. Faktor Jasmaniah (fisiologi)

Faktor jasmaniah terdiri dari: 1) Faktor kesehatan: Agar siswa dapat belajar

dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara

selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang belajar, bekerja, istirahat, tidur,

makan, ibadah, olahraga, dan rekreasi. 2) Cacat tubuh: Keadaan cacat tubuh juga

mempengaruhi belajar, siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini

terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat

bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam diri merupakan hal yang utama

untuk menentukan intensitas belajar seorang siswa. Oleh Karena itu, intelegensi,

minat, bakat, motivasi adalah faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan

hasil belajar anak didik (Djamarah, 2002). Faktor psikologis dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Intelegensi
Kecerdasan atau intelegensi diakui ikut menentukan keberhasilan belajar

seseorang. Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ tinggi) umumnya mudah

belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya siswa yang intelegensinya
rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga

prestasi belajarnya pun rendah (Djamarah, 2002).

2) Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau

efektifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan

suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau

dekat hubungan tersebut semakin dekat pula minat (Slameto, 1995). Dalam konteks

itulah diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.

3) Bakat

Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang

tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau

motivasi agar bakat dapat terwujud. Misalnya seseorang mempunyai bakat

menggambar, jika tidak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkan, maka

bakat tersebut tidak akan tampak (Sunarto, 2004).

4) Motivasi

Menurut Slameto (2010), motivasi adalah kondisi psikologis yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah

kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal meliputi tiga faktor sosial yaitu faktor lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat.

a. Faktor keluarga
Keluarga adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam

masyarakat. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah memiliki pengaruh

terhadap prestasi akademik siswa. Dengan adanya perhatian dari orang tua terhadap

pendidikan akan membuat anak termotivasi untuk belajar (Slameto, 2010).

b. Faktor sekolah
1. Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Depdiknas, 2006).

muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik.

Seorang guru terpaksa menjejalkan sejumlah bahan pelajaran kepada anak didik

dalam waktu yang tersisa sedikit karena ingin mencapai target kurikulum, hal ini akan

memaksa anak didik belajar dengan keras tanpa mengenal lelah.

2. Strategi pembelajaran

Dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai

perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai

tujuan pembelajaran tertentu. Untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun tersebut diperlukan upaya atau cara yang digunakan untuk melaksanakan

strategi ini yang dinamakan metode (Sanjaya, 2009). Keberhasilan implementasi

strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode

pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat

diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.


3. Guru

Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru

mutlak diperlukan didalamnya. Jika hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, maka

tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jangankan ketiadaan guru,

kekurangan guru saja sudah menjadi masalah (Djamarah, 2002).

Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya

merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi

rendahnya pengetahuan guru dan cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada

anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang dapat dicapai anak didik.

4. Sarana pembelajaran

Keberhasilan pembelajaran juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana

belajar. Termasuk ketersediaan sarana itu meliputi sarana ruang kelas dan penataan

tempat duduk siswa, media dan sumber belajar. Misalnya ruang kelas yang terlalu

sempit akan mempengaruhi kenyamanan siswa dalam belajar. Begitu juga dengan

penataan ruang kelas, kelas yang tidak ditata dengan rapi tanpa ada gambar dan

ventilasi yang memadai akan membuat siswa cepat lelah, bosan dan tidak bergairah

dalam belajar.

c. Faktor Masyarakat

1. Kegiatan siswa dalam masayarkat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat berpengaruh terhadap

perkembangan pribadinya. Namun jika siswa ambil bagian dalam kegaiatan


masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi sosial, keagamaan, dan lain-

lain belajarnya akan terganggu (Baharuddin, 2009).

2. Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar

siswa (Purwanto, N. 2007). Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak

terpelajar, penjudi, suka mencuri dan memiliki kebiasaan yang tidak baik akan

berpengaruh jelek pada siswa.

3. Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal juga sangat penting dalam

mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, suasana sekitar, iklim dan

sebagainya. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung maupun tidak

langsung dalam mencapai prestasi belajar.

D. Minat Belajar Siswa


Definisi minat menurut kamus besar bahasa indonesia adalah perhatian,

kesukaan, kecenderungan hati. Muhibbin (2008), mengatakan bahwa secara

sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu. Slameto (2003), mengatakan minat adalah suatu rasa

lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,

semakin besar minat. Slameto (2003), menambahkan, minat terhadap sesuatu


dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan

minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong

belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang

hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat

akan membantu seseorang mempelajarinya. Menurut Liang (2000), suatu pelajaran

dapat dipelajari dengan baik apabila siswa dapat memusatkan seluruh perhatian dan

konsentrasinya terhadap pelajaran itu dan minat merupakan salah satu faktor yang

memungkinkan konsentrasi tersebut.

Kecenderungan dari manusia adalah akan optimal dalam melakukan

pebelajaraanya ketika menyukai pembelajaran yang digelutinya. Dengan kata lain

dorongan akan pengerjaan dan hasil yang lebih baik akan lebih terlihat jika siswa

melakukan pebelajaran yang diminati dibandingkan dengan yang tidak diminatinya.

Demikian pula dalam hal belajar, siswa akan terpacu minatnya untuk giat belajar

ketika measa nyaman dan mempunyai minat yang tiggi terhadap suatu pelajaran. Dari

sini akan timbul satu dorongan yang menyebabkan ia akan lebih giat belajar guna

mendapakan hasl belajar yang baik terhadap mata pelajaran tersebut (Purwanto, N.

2007).

Minat ini biasanya dipengaruhi dorongan dari dalam diri siswa berupa

kesadaran bahwa dia akan lebih menikmati atau lebih bisa dengan salah satu

pelajaran. Kecenderugan faktor dari dalam ini berupa kemampuan atau lebih kepada

bakat yang ia bawa sejak lahir. Jika bakat tersebut sudah terlihat, maka dengan

polesan pendidikan yang baik maka akan menghasilkan seorang yang unggul,
profesional. Sedangkan dari faktor luar dapat berupa lecutan minat dan lingkungan

yang menyebabkan dirinya juga merasa nyaman terhadap satu pelajaran. Lecutan

minat tersebut dapat berupa guru yang mengajar menarik perhatiannya, misalnya

mengajarnya enak dan cepat ditangkap oleh siswa tersebut sehingga tumbuh

minatnya untuk lebih giat belajar dalam pelajaran tersebut (Djaali, 2008).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, minat adalah suatu sikap batin dalam

diri seseorang yang berkaitan dengan perhatian, kesukaan dan perasaan senang

terhadap sesuatu. Minat didasarkan atas kesukaan individu atas apa yang

diinginkannya. Minat berasal dari dalam diri siswa dan akan sangat berpengaruh

terhadap apa yang akan dilakukan seseorang.

1. Pengertian Minat Belajar

Minat belajar merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang

dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan (Ahmadi, 2009). Minat

tersebut akan menetap dan berkembang pada dirinya untuk memperoleh dukungan

dari lingkungannya yang berupa pengalaman. Pengalaman akan diperoleh dengan

mengadakan interaksi dengan dunia luar, baik melalui latihan maupun belajar. Faktor

yang menimbulkan minat belajar dalam hal ini adalah dorongan dari dalam individu.

Dorongan motif sosial dan dorongan emosional (Susanto, 2013).


Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat

belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu,

bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru (Slameto, 1995). Minat

belajar merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi.
Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari

kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan

minat belajar (Gie, 1998).


Minat belajar dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat

sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya

cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang

menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak pada objek

tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.


1. Ciri-Ciri Minat Belajar
Menurut Susanto (2013), menyebutkan ada tujuh ciri minat belajar sebagai

berikut: a. minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental; b. minat

tergantung pada kegiatan belajar; c.perkembangan minat mungkin terbatas; d. minat

tergantung pada kesempatan belajar; e. minat dipengaruhi oleh budaya; f. minat

berbobot emosional; g. minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang

terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya. Dari pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar adalah memiliki

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu secara terus

menerus, memperoleh kebanggaan dan kepuasan terhadap hal yang diminati,

berpartisipasi pada pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya.


2. Indikator Minat Belajar
Menurut Djamarah (2002), indikator minat belajar yaitu rasa suka/senang,

pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran untuk belajar

tanpa di suruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian. Menurut


Slameto (2010), beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan senang,

ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan mengenai indikator minat belajar

tersebut diatas, dalam penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu:

a) Perasaan senang
Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka

tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar. Contohnya yaitu senang mengikuti

pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat pelajaran.


b) Keterlibatan siswa
Ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan

tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Contoh:

aktif dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru.
c) Ketertarikan
Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda,

orang, kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh

kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda

tugas dari guru.


d) Perhatian siswa
Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan

sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap pengamatan

dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada

obyek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut.

Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi.

E. Keterampilan Berpikir Logis


Berpikir merupakan salah satu aktivitas mental yang tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan manusia. Kemampuan berpikir logis setiap individu berbeda antara

satu dengan lainnya sehingga perlu dipupuk sejak dini. Berpikir terjadi dalam setiap

aktivitas mental manusia berfungsi untuk memformulasikan atau menyelesaikan

masalah, membuat keputusan serta mencari alasan. Berpikir logis adalah sebuah

proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi

keyakinan dan pendapat mereka sendiri (Achmad, 2007).

Yildirim dan Sukran (2011), menyatakan berpikir logis adalah alat belajar

dan mengajar yang sangat penting. Berfikir logis merupakan keterampilan yang harus

diperoleh untuk memenuhi harapan masyarakat saat ini seperti pemikiran cepat,

komunikasi yang kompeten, dan kemampuan untuk menyelesaikan konflik dan

mendamaikan beragam perspektif. Ennis (2008), menyatakan bahwa berpikir logis

adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan

apa yang mesti dipercaya dan dilakukan. Berpikir logis dapat dicapai dengan lebih

mudah apabila seseorang itu mempunyai kemampuan yang dapat dianggap sebagai

sifat dan karakteristik pemikir yang logis. Sesorang yang mampu berpikir logis

memiliki karakter khusus yang dapat diidentifikasi dengan melihat bagaimana

seseorang menyikapi suatu masalah. Informasi atau argument karakter tersebut

tampak pada kebiasaan bertindak, beragumen dan memanfaatkan intelektual dan

pengetahuannya (Costa, 2005).

Al Wasilah (2008), menuliskan bahwa dalam berpikir logis dapat dibedakan

menjadi tiga hal, walaupun semuanya saling terkait, yaitu:


1)Teaching for thingking; upaya guru dan para administratornya untuk menciptakan

sekolah yang kondusif bagi siswa untuk berpikir baik melalui kurikulum,

pembelajaran maupun struktur fisik kelas. 2)Teaching of thingking; kegiatan guru

dalam membuat siswanya berpikir kritis. Dengan kata lain berpikir kritis sengaja

didesain, dengan melibatkan siswa seperti melalui perdebatan hal-hal controversial 3)

Teaching about thingking pengajaran tentang berpikir logis. Cakupannya setidaknya

mencakup tiga hal, yaitu fungsi otak, metakognisi, dan kognisi epistemic, seperti

mempelajari proses kreatif, hasil karya. Berpikir logis dapat muncul kapanpun

diperlukan suatu penilaian, keputusan, atau penyelesaian sebuah masalah secara

umum. Seseorang perlu berusaha untuk mengetahui apa yang perlu dipercaya, apa

yang perlu diketahui alasannya. Proses itu melalui usaha dan reflekif seperti

membaca, menulis, berbicara dan mendengar.

1. Karakteristik Berpikir logis

Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir logis, dijelaskan Barry,

K.B.(2011) sebagai berikut:

a. Watak (dispositions)

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir logis mempunyai sikap

skeptis (tidak mudah percaya), sangat terbuka, menghargai kejujuran, respek terhadap

berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari

pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat

sebuah pendapat yang dianggapnya baik.


b. Kriteria (criteria)

Kriteria berpikir logis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk

sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau

dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran,

namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan

standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta,

berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru,

logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

c. Argumen (argument)

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data.

Namun, secara umum argumen dapat diartikan sebagai alasan yang dapat dipakai

untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.

Keterampilan berpikir logis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan

menyusun argumen.

d. Pertimbangan atau pemikiran (reasoning)

Pertimbangan adalah kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu

atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara

beberapa pernyataan atau data.

e. Sudut pandang (point of view)

Sudut pandang adalah cara memandang atau landasan yang digunakan untuk

menafsirkan sesuatu dan yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang
berpikir dengan logis akan memandang atau menafsirkan sebuah fenomena dari

berbagai sudut pandang yang berbeda.

f. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)

Prosedur penerapan berpikir logis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur

tersebut akan meliputi merumuskan masalah, menentukan keputusan yang akan

diambil, dan mengindentifikasikan asumsi atau perkiraan- perkiraan.

Berpikir logis akan memudahkan siswa dalam memahami bidang ilmu

tertentu secara lebih mendalam persis ketika siswa tersebut memiliki sikap untuk

tidak percaya begitu saja pada apa yang diberikan oleh guru. Berpikir logis itu sangat

penting, karena memungkinkan siswa untuk menganalisa, menilai, menjelaskan, dan

merestrukturisasi pemikirannya, sehingga dapat memperkecil resiko untuk

mengadopsi keyakinan yang salah, maupun berpikir dan bertindak dengan

menggunakan keyakinan yang salah tersebut.

2. Indikator Kemampuan Berpikir logis

Menurut Ennis (2008), indikator kemampuan berpikir logis dapat diturunkan

dari aktivitas logis siswa meliputi: a) mencari pernyataan yang jelasn dari pertanyaan;

b) mencari alasan; c) berusaha mengetahui informasi dengan baik; d) memakai

sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya; e) memerhatikan situasi dan

kondisi secara keseluruhan; f) berusaha tetap relevan dengan ide utama; g) mengingat

kepentingan yang asli dan mendasar; h) mencari alternatif; i) bersikap dan berpikir

terbuka; j) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu;

k) mencari penjelasan sebanyak mungkin; l) bersikap secara sistematis dan teratur


dengan bagian dari keseluruhan masalah. Berdasarkan uraian tersebut, dapat

dirumuskan indikator kemampuan berpikir logis siswa yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengindentifikasi asumsi yang digunakan.

Asumsi ialah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berpikir

karena dianggap benar. Mengindentifikasi asumsi dipergunakan untuk menghindari

penyesatan pemikiran dan terjebak dalam prasangka. Berpikir logis menuntut kita

untuk selalu sadar akan setiap pemikiran kita, termasuk asumsi.

b. Merumuskan pokok-pokok permasalahan.

Merumuskan pokok-pokok permasalahan bertujuan untuk mencari,

menyaring dan memanfaatkan informasi yang jelas dari setiap pernyataan, sehingga

mampu menentukan solusi masalah atau mengambil keputusan, meliputi merumuskan

masalah, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengindentifikasikan

perkiraan- perkiraan.

c. Membuktikan kebenaran dari suatu pernyataan.

Pada indikator ini akan terlihat bagaimana menyikapi setiap pernyataan yang

diberikan orang lain dan membuktikan apakah pernyataan tersebut benar sesuai

dengan fakta yang ada.

d. Mengungkapkan konsep/teorema/definisi dan menggunakannya dalam

menyelesaikan masalah.

Indikator ini menuntut kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu

atau beberapa konsep/teorema/definisi yang akan digunakan. Prosesnya akan meliputi


kegiatan mengaitkan, menguji atau menerapkan hubungan konsep/teorema/definisi

antara beberapa pernyataan atau data.

Anda mungkin juga menyukai