Anda di halaman 1dari 12

Perkembangan dan Klasifikasi Bonding Agent

Perkembangan Bonding Agent

GENERASI PERTAMA
Pada tahun 1956, Buonocore dkk. menunjukkan bahwa penggunaan
glycerophosphoric acid dimethacrylate yang mengandung bahan resin dapat melekat
pada dentin melalui etsa asam. Perlekatan ini diyakini terdapat hubungan antara
molekul resin dengan ion kalsium hidroksiapatit. Adanya air (kondisi basah) dapat
mengurangi kekuatan perlekatan. Sembilan tahun kemudian Bowen mencoba
mengatasi masalah ini menggunakan Nphenylglycine and glycidyl methacrylate (NPG-
GMA). NPG-GMA adalah molekul bifungsi atau agen ganda. Ini berarti bahwa salah satu
ujung molekul berikatan dengan dentin sedangkan yang lainnya (berpolimerisasi)
berikatan dengan resin komposit. Kekuatan perlekatan dari sistem ini awalnya hanya 1
sampai 3 megapaskal yang memberikan efek klinis sangat rendah. Bahan ini
direkomendasikan terutama untuk kavitas kecil, seperti kelas III dan kelas V.

GENERASI KEDUA
Merupakan pengembangan yang dilakukan pada bahan adhesif yang berfungsi
ganda untuk komposit dan mempunyai daya lekat ke dentin lebih baik. Sistem generasi
kedua ini diperkenalkan pada akhir 1970-an. Sebagian besar generasi kedua ini berisi
ester-ester halophosphorous seperti bisphenol-A glycidyl methacrylate atau Bis-GMA,
atau hydroxyethyl methacrylate atau HEMA.
Mekanisme generasi kedua dari sistem ini adalah terbentuknya ikatan ionik
dengan kalsium melalui kelompok-kelompok chlorophosphate. Generasi kedua ini
memiliki perlekatan yang lemah (dibandingkan dengan sistem generasi kelima-keenam)
tetapi memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan sistem generasi pertama. Sebagai
pengembangan bahan bonding sebelumnya, maka di generasi kedua ini penghapusan
smear layer menjadi keharusan walaupun ada beberapa hal yang harus menjadi
pertimbangan.
Salah satu perhatian utama dari sistem ini adalah bahwa ikatan fosfat dengan
kalsium pada dentin tidak cukup kuat untuk menahan hidrolisis yang dihasilkan dari
pembilasan oleh air. Proses hidrolisis ini dapat menurunkan perlekatan resin komposit
dengan dentin dan menyebabkan microleakage. Karena sistem ini awalnya tidak
melibatkan dentin melalui pengetsaan, maka sebagian besar bahan adhesif melekat
pada smear layer. Beberapa produk dari sistem generasi kedua ini dianggap dapat
melunakkan smear layer sehingga mampu meningkatkan penetrasi resin. Namun,
faktanya sistem ini menghasilkan kekuatan ikatan yang lemah dengan dentin.

GENERASI KETIGA
Sistem generasi ketiga mulai dikenalkan sekitar tahun 1980-an yaitu penggunaan
etsa asam pada dentin dan bahan primer yang didesain untuk penetrasi ke tubulus dentin
sebagai metode untuk meningkatkan kekuatan perlekatan. Sistem ini meningkatkan
kekuatan perlekatan ke dentin sebesar 12MPa-15MPa dan mengurangi terjadinya
microleakage.
Generasi ketiga ini adalah "generasi" pertama yang terikat tidak hanya untuk
struktur gigi, tetapi juga untuk logam gigi dan keramik. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa retensi perekat dengan bahan-bahan ini mulai menurun setelah 3 tahun. Untuk
mengurangi adanya sensitivitas setelah penumpatan pada gigi posterior, beberapa dokter
gigi mengaplikasikan basis sebelum dilakukan penumpatan komposit.

GENERASI KEEMPAT
Penghilangan secara keseluruhan smear layer dicapai dengan sistem bonding
generasi keempat. Untuk menghasilkan ikatan pada email dan dentin, Fusayama dkk
melakukan etsa dengan asam fosfat 40%. Sayangnya prosedur ini menyebabkan
kerusakan serat kolagen karena proses etsa yang tak terkontrol pada dentin. Pada tahun
1982, Nakabayashi dkk melaporkan pembentukan hybrid layer yang dihasilkan dari
polimerisasi metakrilat dan dentin. Hybrid layer didefinisikan sebagai struktur yang
terbentuk dalam jaringan keras gigi (enamel, dentin, sementum) oleh demineralisasi
permukaan yang diikuti oleh infiltrasi dari monomer dan kemudian mengalami
polimerisasi.
Penggunaan teknik total etsa adalah salah satu ciri utama dari sistem bonding
generasi keempat. Teknik total etsa membolehkan etsa enamel dan dentin secara simultan
dengan menggunakan asam fosfat selama 15 sampai 20 detik. Permukaan harus dibiarkan
lembab ("ikatan basah"), untuk menghindari kerusakan kolagen, penerapan bahan primer
hidrofilik dapat masuk ke jaringan kolagen yang terbuka membentuk hybrid layer.
Sayangnya, "dentin lembab" tidak mudah didefinisikan secara klinis dan dapat
mengakibatkan ikatan yang kurang ideal jika dentin tersebut kondisinya terlalu basah atau
kering.

GENERASI KELIMA
Mulai dikenalkan pada pertengahan tahun 1990-an. Sistem bonding ini bertujuan
untuk menyederhanakan prosedur klinis dengan mengurangi langkah aplikasi bonding
dan mempersingkat waktu kerja. Generasi kelima ini dikembangkan untuk membuat
penggunaan bahan bonding lebih dapat diandalkan bagi para praktisi. Generasi kelima
disebut one-bottle yang merupakan kombinasi antara bahan primer dan bahan adhesif
dalam satu cairan untuk diaplikasikan setelah etsa enamel dan dentin secara bersama-
sama (the total-etch wet-bonding technique) dengan 35-37% asam fosfat selama 15
sampai 20 detik. Sistem ini menghasilkan mechanical interlocking melalui etsa dentin,
terbentuknya resin tags, percabangan bahan adhesif dan pembentukan hybrid layer serta
menunjukkan kekuatan perlekatan yang baik pada email dan dentin.

GENERASI KEENAM
Mulai dikenalkan pada akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an.
Watanabe dan Nakabayashi mengembangkan self-etching primer yang merupakan
larutan 20% phenyl-P dalam 30% HEMA untuk bonding email dan dentin secara
bersama-sama. Kombinasi antara etsa dan bahan primer merupakan suatu langkah yang
dapat mempersingkat waktu kerja, meniadakan proses pembilasan etsa dengan air dan
juga mengurangi risiko kerusakan kolagen. Namun, self-etching primer juga memiliki
beberapa kelemahan. Sebagai contoh, penyimpanan larutan harus diperhatikan supaya
formulasi cairan tidak mudah rusak, dan seringkali menyisakan smear layer diantara
bahan adhesif dan dentin. Efektivitas self-etching primer pada permukaan email ternyata
kurang kuat hasilnya bila dibandingkan etsa dengan asam fosfat. Toida menyarankan
bahwa penghilangan smear layer dengan langkah etsa terpisah sebelum aplikasi bonding
akan menghasilkan perlekatan dengan dentin yang kuat dan tahan lama. Generasi keenam
ini mempunyai kekuatan bonding yang lemah bila dibandingkan dengan generasi kelima
atau keempat.

GENERASI KETUJUH
Sistem Bonding Generasi ketujuh merupakan bahan adhesif “all in one” yaitu
kombinasi antara bahan etsa, bahan primer, dan bonding dalam satu larutan. Mulai
dikenalkan pada akhir tahun 2002-an. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan hasil
bahwa generasi ini memiliki kekuatan perlekatan dan penutupan daerah margin sama
dengan sistem generasi keenam.
Klasifikasi Bonding Agent

1. Berdasarkan mekanisme
a. Bonding mekanis dengan asam etsa (resin komposit, Bis-GMA,
TEGDMA, Cyanoacrylates)
b. Bonding kimia dengan aplikasi langsung (semen polycarboxylate
(ZnPolyC) dan GIC)

2. Berdasarkan aplikasi
a. Dentin bonding agent
b. Enamel bonding agent

Komposisi dan Peran/Fungsi masing masing komponen

Etchants ( Etsa )

Contoh etchants :
 Organic acid ( maleic, tartaric, citric, EDTA, acidic monomers )
 Polymeric acid ( polyacrylic acid )
 Mineral acid ( hydrochloric, nitric, hydrofluoric )
Most Reliable Etching Patterns :
 Phosphoric acid solutions dan gels ( 37%,35%,10% )
Asam etsa disebut juga conditioners untuk menghilangkan fakta bahwa hamper semuanya
merupakan asam yang kuat( PH = 1)
Larutan etsa adalah free flowing liquids dan susah untuk dikontrol selama pergantian
Etsa gel terbentuk dengan:
 Menambahkan small amounts dari microfiller atau selulosa thickening agents
 Mengalir dibawah tekanan tetapi tidak mengalir dibawah berat mereka sendiri

Primers
 Hidrophillic monomers
 Acidic primers
o Mengandung carboxylic acid grup
o Digunakan dalam self etching bonding agents
 Solvents : acetone, ethanol, dan air
 Bbrp solvent levels bisa mencapai 90%
 Primer ada perbedaan dalam evaporation rates, drying patterns, dan penetration
characteristic yang bisa mempengaruhi hasil akhir bonding agent

Adhesive

Umumnya hydrophobic, dimethacrylate oligomers yang compatible dengan monomer di


primer dan komposit
Oligomers umunya diluted with lower molecular weight monomers

Initiators dan Accelerators

Umumnya dari bonding agent adalah light cured dan mengandung activator seperti
camphoroquinone and an organic amine
Dual cured bonding agent mencakup katalis untuk mempromosikan self curing.
Fillers

Walaupun sebagian besar bonding agents tidak filled, tetapi bbrp produk mengandung
inorganic fillers tank antara 0.5 % hingga 40% by weight.
Filler particles include microfilllers disebut nanofillers dan sub-micron glass
Filled bonding agent cenderung memproduksi higher dalam vitro bond strength

CARA PEMAKAIAN BONDING AGENT


 Mekanisme dasar adhesi terhadap struktur gigi dapat dianggap hanya sebagai
pertukaran dimana material gigi anorganik (hidroksiapatit) digantikan oleh resin
sintetis.
 Ada 2 proses:
o Menghilangkan hidroksiapatit untuk membentuk micropores
o Infiltrasi resin monomer ke dalam micropores, kemudian polimerisasi
 Hasilnya, terbentuk resin tag yang secara mikro interlock atau interpenetrate
dengan jaringan keras
 Mungkin juga ada interaksi kimia dengan substrat
gigi jika monomer memiliki gugus fungsi asam.
 Secara umum, faktor-faktor berikut dapat berperan
dalam mencapai adhesive bond:
o Energi permukaan dan wetting
o Interpenetration (pembentukan zona hybrid)
o Micromechanical interlocking
o Chemical bonding
 Wetting  langkah pertama dalam mekanisme
adhesi. Adhesive tidak dapat membentuk
micromechanical interlocks, chemical bonds, atau
interpenetrating networks dengan permukaan gigi
kecuali ia dapat membentuk kontak langsung
dengan permukaan, menyebar di atasnya dan
menembusnya dengan daya tarik kapiler ke setiap
persimpangan mikroskopik dan submikroskopik.
Kondisi ini dicapai jika adhesive membasahi
permukaan.
 Wettability liquid dalam solid (padat) dapat
dicirikan dengan sudut kontak yang terbentuk antara
liquid dan solid, yang diukur dalam cairan.
 Kategori wettability :
o Mostly nonwetting (>90 derajat)
o Absolutely no wetting (180 derajat)
o Mostly wetting (<90 derajat)
o Absolute wetting (0 derajat)
 Secara umum, wettability dapat ditinggikan dengan
meningkatkan energi permukaan substrat (contoh:
dentin, enamel, material sintetis).
 Karena permukaan gigi yang bersih, microroughened memiliki energi
permukaan yang lebih tinggi daripada permukaan gigi yang belum bersih.
Adhesif organik secara inheren dapat basah dan menyebar di permukaan seperti
itu kecuali jika tegangan permukaan material terkontaminasi sebelum adhesive
dapat digunakan.
 Acid-etch technique, yaitu dengan menghilangkan kontaminan dan membuat
mikroporositas, digunakan untuk menghasilkan permukaan gigi berenergi tinggi
dan meningkatkan pembasahan (wetting) oleh monomer perekat (adhesive).
 Meskipun wetting merupakan langkah yang esensial untuk intraoral adhesi,
tetapi tidak dapat pasti digunakan untuk bonding yang tahan lama. Untuk
mendapatkan bonding yang kuat melalui mekanisme micromechanical
interlocking, wetting monomer harus dapat beradaptasi dengan enamel dan
mengisi permukaan enamel secara irregular dan infiltrasi ke jaringan kolagen
demineralisasi pada dentin.
 Beberapa monomer asam dengan fosfat (phenyl-P) atau kelompok karbonil (4-
MET) memiliki potensi untuk membentuk chemical bond dengan kalsium pada
residual jaringan gigi.
 Persyaratan lain untuk mencapai lasting ikatan intraoral adalah stabilitas
hidrolitik (ketahanan terhadap degradasi kimia oleh air).
 Enamel dan dentin dapat terhidrasi, hidrofilik, dan permeabel terhadap air.
Bahkan jika permukaan enamel atau dentin pada awalnya dikeringkan sebelum
menerapkan adhesi, kontaminasi dan difusi yang tidak disengaja dapat dengan
mudah menghasilkan air yang terikat kuat pada jaringan keras dan perekat
(adhesive).
 Monomer perekat untuk membasahi jaringan keras gigi serta membentuk ikatan
yang tahan lama di lingkungan mulut yang lembab, harus hidrofilik untuk
kompatibilitas air dan stabil secara hidrolis.

Tahap Pembentukan Adhesi


1. Permukaan substrat (gigi) harus bersih. Ketika permukaannya bersih, surface
energy-nya tinggi dan lebih memungkinkan penyerapan material seperti saliva.
2. Adhesive harus membasahi substrat dengan mungkin untuk menghilangkan
lapisan tipis, sudut kontak yang kecil, dan menyebar merata.
3. Jangan sampai terdapat udara yang terjebak atau material di antara adhesive dan
substrat.
4. Kontak yang tepat antara adhesive dan substrat menghasilkan ikatan fisik,
kimiawi, atau mekanik. Ikatan material restoratif secara kimiawi sulit dicapai,
oleh karena itu umumnya memiliki ikatan mekanik. Ikatan mekanik meliputi
adhesive interlocking dengan permukaan yang tidak rata.
5. Dilakukan curing yang tepat pada adhesive.

BONDING AGENT

Bonding pada enamel terjadi terutama dengan retensi micromechanical setelah etsa asam digunakan
untuk menghilangkan smear layer dan larutnya kristal hidroksiapatit di permukaan luar dari interface.
cairan perekat masuk permukaan irregular yang baru terbentuk karna etsa asam yang baru
terbentuk dan menjadi terjebak ke dalamnya setelah perekat berpolimerisasi.
Gel etsa (teruama asam fosfat) dikeluarkan dari alat suntik ke permukaan gigi yang teretsa. Waktu etsa
enamel berbeda tergantung pada tipe dan kualitas enamel. Umumnya, etsa 15 detik dengan 37%
asam fosfat cukup untuk menghasilkan microtags.
Walaupun begitu, sampai macro-spaces jelas, titik akhir karakteristik klinis a frosty enamel appearance
tidak akan berkembang.

Frosty enamel
app

Beberapa email mungkin telah diberikan lebih larut sebagai akibat dari fluorosis. Dalam kasus itu,
perpanjangan waktu etsa dibutuhkan untuk memastikan bahwa ikatan micromechanical dapat
terjadi. Tidak jarang untuk memperpanjang waktu etsa selama beberapa menit untuk mencapai
tingkat etsa yang memadai. Yang harus diperhatikan, dentin harus dilindungi dari perlakuan asam.
Setelah waktu etsa dengan fourth, dan fifth-generasi system bonding, material dibilas dan struktur gigi
dipertahankan dalam kondisi permukaan lembab untuk tahap ikatan berikutnya. Kemudian, primer
dapat mengalir ke permukaan untuk menembus ke dalam permukaan irreguler yang tersedia. Primer
dan perekat yang mengalir ke dalam irreguler yang lebih besar, seperti perifer prisma menghasilkan
resin tag sekali perekat digunakan. Tag ini sebenarnya ‘macrotags’. Pemeriksaan rincian permukaan
tunggal prisma menghasilkan bentuk tag yang lebih kecil ‘microtag’ dimana perekat mengalir ke
ruang-ruang antara sebagian kristal hidroksiapatit terlarut. Microtag jauh lebih banyak dan
berkontribusi ke sebagian besar retensi micromechanic.
Dentin Bonding Tidak seperti enamel, dentin terdiri atas zat organic
dan bonding semakin sulit. Smear layer harus dihilangkan sehingga material dapat
mencapai dentin dan berikatan dengannya. Harus ada jumlah sedikit kelembaban yang
dipertahankan agar tidak rusak pada gigi, dan aplikasi material harus bisa melindungi
pulpa, tidak mengiritasinya.
Komponen dari dentin bonding agent terdiri dari tiga komponen essensial:
 Primer
 Coupling agent
 Sealer
primer umumnya disebut dentine conditioner, dan terdiri atas berbagai asam yang
mengubah penampakan permukaan dan karakteristik dentin. Satu factor besar
pembeda dentin bonding agent adalah variasi dari dentine conditioner yang telah
digunakan selama ini. Ini meliputi asam malat, EDTA, asam oxalate, asam fosfat, dan
asan nitrat. yang mereka miliki pada umumnya adalah mereka semua asam dan
mereka mengubah smear layer menjadi tingkatan yang berbeda. Pengaplikasian asam
pada permukaan dentin menghasilkan reaksi asam basa dengan hidroksiapatit. Ini
menyebabkan hidroksiapatit menjadi larut dan menghasilkan pembukaan tubulus
dentin dan membuat permukaan dentin terdemineralisasi yang umumnya hingga
kedalaman 4 μm. Semakin kuat asam, semakin terlihat efeknya. Demikian, untuk EDTA,
yang merupakan asam yang tidak terlalu kuat, hanya sebagian tubulus dentin yang
terbuka, sementara itu untuk asam nitrat, yang merupaka asam kuat, semakin banyak
pembukaan tubulus dentin yang terjadi.

Peran dari primer adalah bereaksi sebagai adhesive dalam dentin bonding
agent karena mempunyai metode mengikat hidrofobik komposit dan
kompomer(komposit dan resinnya) pada hidrofilik dentin. Dengan
demikian, primer berperan sebagai media penyambung dan terdiri dari monomer dua
fungsi yang terlarut dalam larutan yang sesuai. Monomer dua fungsi dalam
kenyataannya sebuah coupling agent yang bisa menggabungkan dua material berbeda
dengan jelas. Sistuasi ini dianalogikan seperti bonding resin pada glass di komposit,
dimana silane coupling agent digunakan. Rumus umum untuk coupling
agentdalam dentine conditioner sebagai berikut:
Methacrylate Group –Spacer group-Reactive group
Methacrylate group (M) mempunyai kemampuan untuk mengikat resin komposit dan
menyediakan ikatan kovalen. Methacrylate group harus mampu menyediakan metode
yang memuaskan untuk polimerisasi dengan resin pada komposit. Spacer group harus
bisa menyediakan fleksibelitas yang dibutuhkan terhadap coupling agent untuk
meningkatkan potensi untuk mengikat reactive group.Reactive group (R)
,merupakan polar pendent– atau end group. Ikatan polar akibat dari distribusi elektron
asimetris dalam ikata. Reaksi polar terjadi sebagai akibat tekanan tarik-menarik anatar
positif dan negative dalam molekul. Dengan demikian, polar pendent- dan end group di
atas coupling agent bisa menggabungkan dengan molekul polar serupa dalam dentin.
Sifat dari reactive group ini akan menentukan apakah ikatan akan pada apatit di dalam
dentin atau pada kolagen.
Agar mencapai kedalam penembusan yang bagus, oleh karena itu coupling
agent dilarutkan dalam pelarut, seperti etanol atau aseton. Pelarut sangat efektif
dalam mengeluarkan air dan menggantinya, membawa coupling agent bersama
dengannya dan menembus dentin yang terdemineralisasi.
Dentin sealer yang terbaru menggunakan light atau dial cured unfilled Bis-GMA atau
UDMA resin. Walaupun aplikasi dari unfilled resin secara langsung ke permukaan
dentin yang tereaksi dengan asam, akan menghasilkan susunan resin-tag. Perbedaan
besar antara tidak menggunakan primer, hidrofobik resin akan beradaptasi dengan
lemah pada hidrofilik dentin. Ketika primer digunakan, aksinya untuk membuat
permukaan dentin semakin hidrofobik, dengan demikian mencegah resin menyusut
dari dinding dalam tublus dentin dan menjamin susunan struktur fitting resin-
tag dengan kuat. Permukaan dentin is thus thoroughly sealed dengan resin yang
terikat pada dentin melalui coupling agent pada primer. Sealer ini akan dengan mudah
mengikat resin komposit.

Anda mungkin juga menyukai