Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

Corpus Alienum pada Kornea OS

Disusun Oleh:
Ghina Athirah
171 0221 034

Pembimbing:
dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
CORPUS ALIENUM PADA KORNEA OS

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:
Ghina Athirah
171 0221 034

Ambarawa, Februari 2019


Telah Disetujui dan Disahkan Oleh,

dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus yang berjudul
“Corpus Alienum pada Kornea OS”. Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu syarat kepaniteraan klinik departemen kesehatan Mata.

Penyusunan makalah ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Retno
Wahyuningsih, Sp.M selaku pembimbing dan seluruh teman kepaniteraan klinik
departemen kesehatan Mata atas kerjasamanya selama penyusunan makalah ini.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca


guna perbaikan yang lebih baik. Semoga makalah laporan kasus ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak
yang berkepentingan.

Ambarawa, Februari 2019

Penulis

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

Struktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari
trauma. Bola mata terletak pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang-tulang
yang kuat. Kelopak mata dapat menutup dengan cepat untuk mengadakan
perlindungan dari benda asing, dan mata dapat mentoleransi tabrakan kecil tanpa
kerusakan. Walau demikian, trauma dapat merusak mata, terkadang sangat parah
dimana terjadi kehilangan penglihatan, dan lebih jauh lagi, mata harus di keluarkan.
Corpus alienum adalah benda asing yang menyebabkan terjadinya cedera
mata, sering mengenai sclera, konjungtiva dan kornea. Kebanyakan cedera bersifat
ringan, beberapa cedera dapat berakibat serius. Corpus alienum kornea adalah
benda asing yang terdapat pada kornea seperti serpihan logam, kaca, atau pun
serpihan bahan-bahan organic. Corpus alienum yang masuk ke dalam mata dapat
mengakibatkan reaksi inflamasi yang hebat serta timbul kerusakan. Benda asing
pada kornea dapat terjadi dimana saja dan biasanya tanpa disengaja. Trauma
biasanya terjadi pada saat bekerja ataupun pada cuaca berangin.
Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau
menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata
seperti kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan
orbita. Kerusakan mata akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi
penglihatan. Kebanyakan trauma mata adalah ringan, namun karena luka memar
yang luas pada sekeliling struktur, maka dapat terlihat lebih parah dari sebenarnya.

5
BAB II
STATUS PASIEN

II.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Agama : Islam
No. RM : 164***
Tanggal Periksa : 4 Februari 2019

II.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan autoanamnesis pada tanggal 4 Februari 2019.
II.2.1 Keluhan Utama
Mata terasa mengganjal sejak 2 hari yang lalu.
II.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RSUD Ambarawa dengan keluhan mata kiri terasa
mengganjal sejak 2 hari yll. Keluhan ini disertai dengan mata merah dan rasa nyeri
pada bagian mata. Awal keluhan ini timbul secara tiba-tiba setelah pasien
memotong gerinda dan mata kiri terkena serpihan gerinda. Pada saat memotong
dengan gerinda, pasien mengaku tidak menggunakan alat pelingdung diri seperti
kacamata. Pasien memgatakan rasa ganjal pada mata dan nyeri yang semakin berat
mengganggu aktivitas pasien. Sejak 1 hari yang lalu, pasien juga merasakan
pandangan kabur secara perlahan-lahan pada mata kirinya. Adanya sekret lengket
dan mata terus berair disangkal oleh pasien. Pasien belum memberikan obat tetes
mata ataupun lainnya untuk mengurangi keluhan tersebut.
II.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan serupa sebelumnya. Riwayat diabetes
melitus, hipertensi, alergi disangkal oleh pasien.

6
II.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat diabetes
melitus, hipertensi, dann alergi disangkal.
II.2.5 Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
Pasien seorang wiraswasta. Biaya pengobatan pasien ditanggung umum.
Pasien biasa menggunakan gerinda namun tidak menggunakan alat pelingdung diri
seperti kacatama.

II.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
- TD : 110/85 mmHg
- Nadi : 72 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 37,3oC
Status Generalisata
- Kepala : normocephal
- Leher : KGB tak teraba membesar
- Thorax :
Paru : Suara napas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung : dalam batas normal
- Abdomen : dalam batas normal
- Ekstremitas : dalam batas normal

7
Pemeriksaan Lokalis
STATUS OFTALMOLOGI

Oculi Dekstra Pemeriksaan Oculi Sinistra


6/6 Visus 6/9
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Sensus Coloris Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas di Parese/ Paralysis Gerak bola mata bebas di
segala arah, ortophori, segala arah, ortophori,
eksoftalmos (-) eksoftalmos (-)
Trikiasis (-), distikiasis (- Supercilia Trikiasis (-), distikiasis (-
), bulu mata rontok (-), ), bulu mata rontok (-),
krusta (-) krusta (-)
Hiperemis (-), spasme (-), Palpebra Superior Hiperemis (-), spasme (-),
ptosis (-), belvenomen ptosis (-), belvenomen
(+), nyeri tekan (+), (+), nyeri tekan (-), massa
massa (-), udem (-), (-), udem (-), entropion (-
entropion (-), ektropion (- ), ektropion (-)
)
Hiperemis (-), spasme (-), Palpebra Inferior Hiperemis (-), spasme (-),
ptosis (-), belvenomen ptosis (-), belvenomen
(+), nyeri tekan (-), massa (+), nyeri tekan (-), massa

8
(-), udem (-), entropion (- (-), udem (-), entropion (-
), ektropion (-) ), ektropion (-)
Hiperemis (-), corpal (-), Conjunctiva Palpebra Hiperemis (+), corpal (-),
secret (-) mukopurulent, secret (-), cobelstone (-)
cobelstone (-)
Hiperemis (-), corpal (-), Conjunctiva Fornices Hiperemis (+), corpal (-),
secret (-) mukopurulent, secret (-), cobelstone (-)
cobelstone (-)
Injeksi konjungtiva (-), Conjunctiva Bulbi Injeksi konjungtiva (+),
hiperemis (-), corpal (-), hiperemis (+), corpal (-),
pterygeum (-), pterygeum (-),
simblefaron (-), secret (-) simblefaron (-), secret (-)
mukopurulen
Ikterik (-), hiperemis (-) Sclera Ikterik (-), hiperemis (+)
Jernih (+), defek(-), Cornea Jernih (+), defek (-),
neovaskularisasi (-), neovaskularisasi (-),
udem (-), udem (-) corpal (+)
Jernih, tyndal efek (-), Camera Oculi Anterior Keruh, tndal efek (-),
kedalaman cukup, hifema kedalaman cukup, hifema
(-), hipopion (-) (-), hipopion (-)
Coklat, kripte (+), Iris Coklat, kripte (+),
tremulan (-), tremulan (-),
neovaskularisasi (-) neovaskularisasi (-)
Bulat, central, regular, Pupil Bulat, central, regular,
diameter 3 mm, reflek diameter 3 mm, reflek
cahaya (N +) cahaya (N +)
Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan Fundus Reflek Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Corpus Vitreum Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tensio Oculi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan System Canalis Tidak dilakukan
Lacrimalis

9
Tidak dilakukan Tes Fluorescein Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Funduscopy Tidak dilakukan

II.4 Resume
II.4.1 Anamnesis
- Mata kiri terasa ganjal sejak 2 hari yll ketika pasien sedang memotong
dengan gerinda.
- Mata kiri berwarna merah dan terasa nyeri.
- Keluhan serupa sebelumnya dan pada keluarga disangkal oleh pasien.
II.4.2 Pemeriksaan Fisik

Status Oftalmologi Oculi Dekstra Oculi Sinistra


Visus 6/6 6/9
Conjunctiva palpebra Hiperemis (-), secret (-) Hiperemis (+), secret (-)
mukopurulen
Conjunctiva fornices Hiperemis (-), secret (-) Hiperemis (+), secret (+)
mukopurulen
Conjunctiva bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi konjungtiva (+),
hiperemis (+)
Sclera Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Kornea Defek, udem (-), Defek (-), udem (-),
hipopion (-) , hipopion (-), Corpal (+)

II.5 Diagnosis
Corpus Alienum kornea

II.6 Tatalaksana
1. Corpus Alienum
 Terapi
- Ekstraksi Corpal
- C- Xytrol Eye Ointment Tube  3 x 1 OS
- Ciproflocaxin 2 x 500mg perhari

10
- Natrium Diklofenak 2 x 50mg perhari
 Edukasi
- Menjelaskan ke pasien mengenai Corpus alienum serta
komplikasinya
- Menjjelaskan pengobatan terutama konsumsi obat
(Ciproflocaxin secara teratur 2x sehari, Metil prednisolon 3x
sehari) dan mengoleskan (C- Xytrol ) secara teratur 3x sehari.
- Tidak mengucek mata
- Menggunakan kacamata atau Google saat bekerja
- Kontrol kembali saat obat sudah habis

II. 7 Prognosis
 Qua ad visam : ad bonam
 Qua ad sanam : ad bonam
 Qua ad vitam : ad bonam
 Qua ad cosmeticam : ad bonam

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi kornea


Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung
melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar
11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-
beda. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan
lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. 3

Gambar 1. Anatomi Kornea


Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:3
1. Lapisan epitel
Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal
sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel
sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui

12
desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel berasal dari
ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Bersifat
sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden.

Gambar 2. Corneal Cross Section

13
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk
ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung
Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. 4
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari
atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,
avaskularitasnya dan deturgensinya.3,4

3.3 Corpus alienum


Corpus alienum adalah benda asing yang menyebabkan terjadinya cedera
mata, sering mengenai sclera, konjungtiva dan kornea. Kebanyakan cedera bersifat
ringan, beberapa cedera dapat berakibat serius. Corpus alienum kornea adalah
benda asing yang terdapat pada kornea seperti serpihan logam, kaca, atau pun
serpihan bahan-bahan organic. Corpus alienum yang masuk ke dalam mata dapat
mengakibatkan reaksi inflamasi yang hebat serta timbul kerusakan. 1.2
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu 4 :
1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian
3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan
tidak mengganggu fungsi mata. Contoh : emas, platina, batu, kaca, dan
porselin
4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi
jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam,
seng, nikel, alumunium, tembaga
Benda asing pada kornea dapat terjadi dimana saja dan biasanya tanpa
disengaja. Mekanisme trauma dapat membantu membedakan trauma superficial
ataupun dalam (intraokuler). Beberapa benda yang dapat mengenai seperti sepihan
besi, kayu, plastik, pasir dan lain-lain. Trauma biasanya terjadi pada saat bekerja
ataupun pada cuaca berangin. Benda asing pada kornea biasanya terdapat pada

14
lapisan epitel ataupun stroma. Keadaan ini dapat menyebabkan reaksi inflamasi
sehingga menimbulkan dilatasi pembuluh darah disekitarnya, udem palpebra,
konjungtiva, sclera. Jika tidak segera dikeluarkan, hal ini akan menyebabkan
indeksi ataupun nekrosis jaringan. Defek pada epitel kornea merupakan tempat
masuknya mikroorganisme ke dalam lapisan stroma kornea yang dapat
menyebabkan ulserasi. Selama fase inisial, sel epitel dan stroma pada area defek
akan terjadi udem dan nekrosis.1,2,5

Gambar 3. Corpus alienum pada kornea


Adapun gejala yang ditimbulkan adalah sensasi adanya benda asing, nyeri,
mata merah dan berair, fotofobia. Pada pemeriksaan oftalmologi dapat ditemukan
visus normal ataupun turun, adanya injesi siliar atau konjungtiva, dapat tampak
benda asing yang menempel pada kornea. Jika benda asing seperti logam sudah
beberapa jam atau hari menempel maka akan tampak “rush ring”. Defek kornea
dapat dilihat pada pemeriksaan flueresens. Pada beberapa kasus juga dapat
asimptomatik.1,2
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan4 :
1) Anamnesis kejadian trauma.
2) Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata.
3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop.
4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma.
5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita
Tujuan dari penatalaksanaan adalah mengeluarkan benda asing tersebut.
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola
mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka
dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk

15
mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam. Arah
pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat
dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik,
dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban3.
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di
limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda
asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung
benda asing tersebut 3.
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan
dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik
dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat
dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan ekstraksi
ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua2,3.
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan
dengan giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan
dengan operasi vitrektomi3.
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, jenis benda, posisi,
kecepatan kedalaman dan efek dari korpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar,
terletak di bagian sentral dimana focus cahaya lewat makan akan mempengaruhi
visus.2 Adapun pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata baik
dalam bekerja maupun berkendara dengan menggunakan kaca mata pelindung. 2,5

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI
Jakarta.
2. Anonim, 2008. Trauma Mata. Available on
http://www.rsmyap.com/component/option,com_frontpage/Itemid,1/
3. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2010. Widya Medika
Jakarta.
4. Bashour M., 2008. Corneal Foreign Body. Available on
http://emedicine.medscape.com/ article/
5. Skuta GL, Louis BC and Jayne SWl. Basic and clinical science course:
External disease and cornea. American Academy of ophthalmology.2009.
6. Bashour M. Corneal foreign body. 2008. Evailable on
http://emedicine.medscape.com/article/1195581-overview (15 juni 2014)
7. Vaughan D. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Widya Medika, Jakarta, 2009
8. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004

17

Anda mungkin juga menyukai