Anda di halaman 1dari 48

PENENTUAN KEKERUHAN PADA AIR RESERVOIR

DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR SUNGGAL


MEDAN METODE TURBIDIMETRI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar
Ahli Madya

AHMAD KALI ANSORI NST


052401054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
PENENTUAN KEKERUHAN PADA AIR RESERVOIR
DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR SUNGGAL
MEDAN METODE TURBIDIMETRI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar
Ahli Madya

AHMAD KALI ANSORI NST


052401054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA ANALIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
PERSETUJUAN

Judu : PENENTUAN KEKERUHAN PADA AIR


RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI
PENGOLAHAN AIR SUNGGAL MEDAN
METODE TURBIDIMETRI
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : AHMAD KALI ANSORI NST
Nomor Induk Mahasiswa : 052401054
Program Studi : DIPLOMA III KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di
Medan, Mei 2008

Komisi Pembimbing :
Diketahui / Disetujui oleh
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing

DR. RUMONDANG BULAN, MS. Dra. YUGIA MUIS, M.Sc.


NIP. 131 459 466 NIP. 130 872 289
PERNYATAAN

PENENTUAN KEKERUHAN PADA AIR RESERVOIR


DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR SUNGGAL MEDAN
METODE TURBIDIMETRI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2008

AHMAD KALI ANSORI NST


052401054

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Dalam penulisan Karya
Ilmiah ini penulis memilih judul PENENTUAN KEKERUHAN PADA AIR
RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI INSTALASI PENGOLAHAN AIR
SUNGGAL MEDAN METODE TURBIDIMETRI yang merupakan salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Kimia Analis.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis telah banyak mendapatkan


bimbingan, pengarahan, bantuan dan saran kritik dari banyak pihak. Oleh sebab itu
dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Yugia Muis, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
2. Ibu DR. Rumondang Bulan, MS., selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Orang tua tercinta H. Nasrun Nst dan Hj. Nur Hawati Hsb yang telah
mendidik, mendoakan dan memberikan dukungan moril dan materil kepada
penulis.
4. Buat saudara-saudara ku yang telah memberikan dukungan yang begitu besar
kepada penulis.
5. Sahabatku Acep, Rizky dan Beni yang telah memberikan saran, semangat,
serta inspirasi kepada penulis.
6. Bang Iwan, Kak Asmidar, Kak Yurika sebagai Staf Pengendalian Mutu di
PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
7. Serta seluruh teman-teman mahasiswa Kimia Analis yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Dalam penulisan Karya Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Karya Ilmiah ini
dapat lebih sempurna lagi.
Penulis berharap Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2008

Penulis
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRAK

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya


cahaya yang diserap oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan
disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut
(misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa
plankton dan mikroorganisme lain. Dalam hal ini PDAM Tirtanadi Instalasi
Pengolahan Air Sunggal Medan melakukan analisa kekeruhan pada air reservoir
dengan menggunakan metode Turbidimetri. Upaya yang dilakukan untuk menurunkan
kekeruhan yaitu melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu
yang disebut flokulan. Nilai kekeruhan yang ditetapkan pada Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/VII/2002 adalah 5 NTU, dimana hasil analisa
yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai kekeruhan pada air reservoir masih jauh
dibawah standar mutu air yang ditetapkan sehingga air hasil olahan PDAM Tirtanadi
Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan masih baik dan layak untuk dikonsumsi oleh
masyarakat.

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
DETERMINATION OF TURBIDITY ON RESERVOIR WATER AT PDAM
TIRTANADI WATER PROCESSING INSTALLATION IN SUNGGAL
MEDAN BY TURBIDIMETRY METHOD

ABSTRACT

Turbidity define the water optic determined based on amount of lihgts absorbed by
materials in water. Turbidity caused by organic and inorganic materials which
suspended and solved (such as mud and smooth sand), also organic and inorganic
materials which in form of plankton and other microorganism. In this case, PDAM
Tirtanadi Water Processing Installation in Sunggal Medan analyze the turbidity on
reservoir water using Turbidimetry method. Effort to degrade the turbidity done by
pouring some chemical substance with certain kinds that called floculant. Value of
turbidity based on Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 907/MENKES/VII/2002 is 5
NTU, which this determination value show that the turbidity on reservoir water still
away under water quality standard that certified so that the water that analyzed by
PDAM Tirtanadi Water Processing Installation in Sunggal Medan still in good
condition and deserve to consumed by people.

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Lampiran ix

BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Tujuan 4
1.4. Manfaat 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5


2.1. Air 5
2.2. Kualitas Air 5
2.3. Sumber Air 6
2.3.1. Air Sungai 6
2.3.2. Air Tanah 7
2.3.3. Air PAM (Perusahaan Air Minum) 7
2.4. Karakteristik Air 8
2.4.1. Karakteristik Fisik Air 8
2.4.2. Karakteristik Kimia Air 9
2.5. Syarat - Syarat Air Minum 10
2.5.1. Syarat – Syarat Fisika 10
2.5.2. Syarat – Syarat Kimia 11
2.5.3. Syarat – Syarat Bakteriologik 11
2.6. Komponen Pencemar Air 11
2.6.1. Bahan Buangan Padat 12
2.6.2. Bahan Buangan Organik 12
2.6.3. Bahan Buangan Anorganik 13
2.6.4. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan 13
2.6.5. Bahan Buangan Cairan Berminyak 14
2.6.6. Bahan Buangan Zat Kimia 14
2.6.7. Bahan Buangan Berupa Panas 15
2.7. Proses Pengolahan Air 15
2.8. Kekeruhan Air 19
2.9. Turbidimetri 22
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN 26
3.1. Persiapan Sampel 26
3.2. Alat - Alat 26
3.3. Prosedur 26

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 28


4.1. Hasil 28
4.2. Pembahasan 28

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 30


5.1. Kesimpulan 30
5.2. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Syarat - Syarat Kekeruhan 10

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.Gambar Turbidimeter 2100N 32


Lampiran 2.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:907/MENKES/VII/2002 34
Lampiran 3.Proses Pengolahan Air 35

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air adalah kehidupan, boleh dikatakan semua kehidupan dijagad raya ini

bergantung pada ketersediaan air. Oleh karena itu air menjadi indikasi utama adanya

kehidupan di suatu tempat di jagat raya.Air merupakan sumber daya alam yang

diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh

karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan

baik oleh manusia dan makhluk hidup yang lain. Air digunakan manusia untuk air

minum, kebutuhan rumah tangga, maupun keperluan industri. Tanpa air manusia dan

makhluk hidup lainnya tidak dapat hidup.

Di Indonesia dengan penduduk 220 juta jiwa lebih, kebutuhan air sangat

bergantung kepada sumber air baku yang didapat langsung dari alam, seperti air hujan,

sungai, dan air tanah (sumur bor dan sumur gali). Oleh karena itu kelestarian sumber

air baku adalah harga mati demi kontinuitas air.

Permasalahan perkotaan yang memiliki kepadatan pernduduk yang relatif

tinggi, sediaan air adalah salah satu masalah yang sangat pokok . Pengadaan air

minum yang didominasi oleh pengolahan air baku dari air permukaan merupakan

suatu pekerjaan yang relatif kompleks. Sumber air baku yang masih banyak

mengandung partikel-partikel koloid dan logam-logam berat harus diolah terlebih


Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
dahulu pada instalasi-instalasi pengolahan air minum dengan menggunakan bahan

kimia yang terdiri dari koagulan, pH dan desinfektan. Air hasil olahan harus

memenuhi persyaratan tertentu hingga aman untuk dikonsumsi seperti yang

diisyaratkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 907/MENKES/VII/2002.

Bahan kimia maupun materi ataupun energi yang umum digunakan dalam

pengolahan air adalah tawas, PAC, bentonite dan lainnya yang berfungsi sebagai

koagulan; klorin, kaporit, sinar UV dan bahan lainnya sebagai desinfektan; kapur,

soda ash dan bahan lainnya sebagai pH kontrol.

Pada Instalasi Pengolahan Air yang dimiliki PDAM Tirtanadi, koagulan yang

digunakan adalah tawas. Tawas ini berfungsi mengikat partikel-partikel koloid dan

logam-logam maupun zat-zat pencemar tertentu yang ada dalam air baku. Klor

maupun kalsium hipoklorit atau yang sering kita sebut kaporit digunakan sebagai

pengoksidasi logam-logam seperti besi dan mangan, juga untuk mendegradasi bentuk-

bentuk alga dan plankton pada proses sebelum penambahan klor. Proses sterilisasi

dengan menggunakan desinfektan yaitu membunuh bakteri-bakteri pencemar dan

patogen yang dikandung air baku. Selanjutnya kapur digunakan untuk menjaga

kesadahan air pada tingkat pH antara 6,5-8,5. pH air hasil olahan perlu dijaga karena

pengolahan air baku dengan menggunakan tawas sebagai koagulan dapat menurunkan

pH air.

Penggunaan zat-zat kimia tersebut biasanya aman, namun pada kadar tertentu

memiliki potensi yang kurang menguntungkan. Aluminium yang dikandung tawas

pada pH rendah dapat mengganggu kehidupan akuatik avertebrata, klorida pada

konsentrasi tinggi menjadikan air berasa asin dan kapur yang lebih dapat mengurangi

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
daya kerja deterjen untuk menurunkan tegangan pemukaaan air. Pada air dengan

tingkat kesadahan tinggi diperlukan lebih banyak deterjen untuk keperluan mencuci.

Saat ini dimana perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat, pemanfaatan

sumber daya alam yang aman dan efisien terus digali demi kesejahteraan umat

manusia. Diversifikasi dan intensifikasi pengolahan air minum dan limbah domestik

bahkan limbah industri terus dilakukan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk

meminimalisir penggunaan zat kimia. Bahan yang berasal dari alam untuk

mengurangi efek negatif dari penggunaan zat-zat kimia merupakan alternatif dalam

menjawab tantangan. Dengan demikian harapan untuk kehidupan yang lebih baik

dengan kembali ke alam tak lama lagi akan menjadi kenyataan.

Sesuai dengan kebutuhan manusia akan air yang akan di olah menjadi air

minum sehingga perlu diperhatikan pengaruh-pengaruhnya terhadap kesehatan maka

di tetapkanlah standar air minum yang ditetapkan oleh Dep.Kes.R.I., mencakup tiga

pokok persyaratan yakni: fisik, kimia dan bakteriologis.

Air yang diolah di PDAM Instalasi Sunggal berasal dari sungai Belawan yang

sewaktu-waktu air sungai tersebut dapat keruh pada musim penghujan, sehingga

menimbulkan tingkat kekeruhan yang tinggi. Tetapi dengan adanya proses-proses

dalam pengolahan air sungai Sunggal tersebut yaitu dengan pengendapan,

penyaringan dan penambahan bahan-bahan kimia sehingga diperoleh air yang dapat

dikonsumsi oleh masyarakat. Maka dari itu penulis memilih untuk menganalisis nilai

kekeruhan dari air reservoir yang terdapat di PDAM Instalasi Sunggal dengan

memakai alat Turbidimeter. Dan tentunya telah disesuaikan dengan standar mutu air

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 907/MENKES/VII/2002 .

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
1.2. Permasalahan

Apakah air reservoir yang terdapat di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal

Medan masih memenuhi standar kualitas air minum yang telah ditetapkan dalam

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/VII/2002.

1.3. Tujuan

Untuk membandingkan hasil analisa kekeruhan yang dilakukan terhadap air

reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan dengan standar mutu air

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/VII/2002.

1.4. Manfaat

Adapun manfaaat penulisan tugas akhir ini adalah :

- Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang hasil analisa kekeruhan

yang terdapat di PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan.

- Dengan mengetahui kadar kekeruhan dalam air hasil olahan maka dapat

diketahui sejauh mana kualitas air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan bagian yang terpenting dalam budidaya lobster air tawar

tersebut. Air yang berkualitas baik akan membuat pertumbuhan lobster menjadi baik

dan terhindar dari penyakit. Maka air yang akan dipakai dalam budidaya sebaiknya

terhindar dari kandungan penyakit atau pestisida maupun limbah industri.

Kualitas air ini harus senantiasa diperiksa untuk memastikan tidak ada

kandungan yang melebihi ambang toleransi dari pada lobster tersebut. Kandungan

yang perlu diperiksa umumnya adalah pH, oksigen terlarut dan kekeruhan setiap

minggu serta amoniak setiap bulannya. Alat ukur ini dapat didapatkan ditoko ikan hias

dan toko perlengkapan laboratorium.

2.2. Kualitas Air

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Kualitas air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak

lebih 5 mg/l. Oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke

dalam air dengan menggunakan aerator atau air yang terus mengalir. Kelebihan

plankton dapat menyebabkan kandungan oksigen didalam air menjadi berkurang.

Maka dengan itu plankton dalam kolam harus selalu dipantau.

Kandungan amoniak yang tinggi pada air dapat membuat lobster tidak dapat

bertahan hidup. Kandungan amoniak sebaiknya kurang dari 0.05 mg/L. Pakan yang

tidak habis dimakan oleh lobster dapat membusuk di dasar kolam dan menjadi busuk.

Busuknya pakan ini akan meningkatkan amoniak terutama pakan yang berasal dari

pellet komersial

Keasamaan air atau biasanya disebut pH yang baik untuk budidaya lobster air

tawar adalah stabil diantara 7 sampai 8.5. Keasaman ini dapat dijaga dengan total

alkalinitas, jumlah plankton yang tidak berlebihan dan kebersihan dari dasar kolam.

Keasaman yang tinggi ini juga dapat dilakukan penggantian sebagian dari air pada

kolam tersebut.

Kekeruhan air ini dapat di pantau dengan menggunakan piringan Secci pada

kedalaman antara 20 sampai 40 cm. Kekeruhan air ini juga bisa disebabkan oleh

plankton yang berlebihan seperti pitoplankton. Sebagai gantinya piringan Secci ini

dapat menggunakan CD bekas dengan bagian kilap / cermin ke atas. Jika dalam

kedalaman 20 sampai 40 cm kita masih dapat melihat CD tersebut maka kekeruhan ini

masih dalam batas yang baik. Untuk mengatasi kelebihan plankton ini adalah dengan

mengurangi nutrisi yang dimasukkan ke dalam kolam tersebut atau dengan mengganti

air yang ada.

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Tingkat keasinan air atau salinitas dalam budidaya air tawar ini sebaiknya

tidak melebihi 5 ppm. Semakin asin air maka tingkat pertumbuhan juga akan semakin

melambat hal ini ditandai dengan semakin jarangnya lobster tersebut mengganti kulit

dan tingkat keberhasilan hidupnya juga tinggi. Lobster air tawar akan tumbuh optimal

bila salinitas air menunjukan 0 ppm.

2.3. Sumber Air

2.3.1. Air sungai

Air sungai umumnya digunakan oleh peternak pembesaran yang membutuhkan

debit air yang cukup banyak untuk pengisian kolam yang luas. Penggunaan air sungai

ini sebaiknya melihat kebersihan daripada sungai tersebut. Limbah dari industri dan

rumah tangga dapat meracuni lobster yang kita pelihara. Hal lain yang perlu

diperhatikan adalah penggunaan pestisida pada tanaman-tanaman disekitarnya.

2.3.2. Air tanah.

Air tanah merupakan sumber air yang banyak dipergunakan. Penggunaan air

tanah ini juga sebaiknya dilakukan pengujian terlebih dahulu. Kandungan zat air yang

tidak sesuai dengan ambang budidaya lobster juga dapat merugikan peternak.

Pengujian air yang lengkap ini dapat dilakukan di laboratorium perusahaan air minum.

2.3.3. Air PAM (Perusahaan Air Minum)

Air dari perusahaaan air minum juga banyak digunakan oleh peternak

budidaya pembenihan terutama pada lokasi yang sulit mendapatkan air yang sesuai

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
dengan kualitas yang diinginkan. Karena budidaya lobster air tawar dapat dilakukan di

rumah maka banyak diantaranya yang tidak bisa mendapatkan air tanah yang baik.

Penggunaan air dari perusahaan air minum ini harus terlebih dahulu dilakukan

aerasi selama 24 jam untuk menghilangkan kandungan kaporit yang ada pada air

tersebut. Kandungan kaporit ini juga dapat dihilangkan dengan mengunakan filter

kimia dengan bahan-bahan seperti karbon aktif dan batu zeolit. Karena bahan filter ini

ada masa aktifnya maka pencucian dan penggantian berkala harus dilakukan.

Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan fungsi filterisasinya menjadi tidak

bekerja (http://www.budidayalobsterair.com).

2.4. Karakteristik Air

2.4.1. Karakteristik Fisik Air

A. Kekeruhan

Kekeruhan air ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik

yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan

industri.

B. Temperatur

Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut.

Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap

akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi.

C. Warna

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan

tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-

tumbuhan.

D. Solid (Zat Padat)

Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat menyebabkan

turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar Matahari

kedalam air.

E. Bau dan Rasa

Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga

serta oleh adanya gas seperti H2S yang tebentuk dalam kondisi anaerobik dan oleh

adanya senyawa-senyawa organik tertentu.

2.4.2. Karakteristik Kimia Air

A. pH

Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan

efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa bersifat lebih toksik dalam

bentuk molekular, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.

B. DO (Dissolved Oxygent) / Oksigen terlarut

DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan

absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah oksigen terlarut maka kualitas air

semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.

C. BOD (Biological Oxygent Demand) / Kebutuhan Oksigen Biologis

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk

menguraikan bahan-bahan organik(zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan

secara biologi. Kebutuhan oksigen biologi dan kebutuhan oksigen kimia umumnya

digunakan untuk memonitoring kapasitas penjernihan pada badan air penerima.

Reaksi :

Zat organik + mikroorganisme + O2 CO2 + mikroorganisme

+ sisa material organik (CHONSP)

D. COD (Chemical Oxygent Demand) / Kebutuhan oksigen Kimia

COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-

bahan organik secara kimia.

E. Kesadahan

Kesadahan air yang lebih tinggi akan mempengaruhi efektivitas pemakaian

sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa segar. Di dalam pemakaian untuk

industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah

dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut

yang tinggi dalam air.

F. Senyawa - senyawa Kimia yang Beracun

Kehadiran unsur Arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun

terhadap manusia sehingga perlu perlu pembatasan yang agak ketat (±0,05 mg/L).

Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau

ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut

yang dapat menjadi racun bagi manusia (http://library.usu.ac.id).

2.5. Syarat - Syarat Air Minum

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
2.5.1. Syarat – Syarat Fisika

• Air tak boleh berwarna

• Air tak boleh berasa

• Air tak boleh berbau

• Suhu Air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ± 25o).

• Air harus jernih

Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air

minumdimana dilakukan penyaringan dalam pengolahannya. Kadar (bilangan) yang

diisyaratkan dan tidak boleh dilampaui adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Syarat – Syarat Kekeruhan


Kadar (bilangan) yang Kadar (bilangan) yang tak
disyaratkan boleh dilampaui
Keasaman sebagai pH 7,0 – 8,5 Di bawah 6,5 dan di atas 9,5
Bahan – bahan padat Tak melebihi 50 mg/L Tak melebihi 1.500 mg/L
Warna (skala Pt CO) Tak melebihi kesatuan Tak melebihi 50 kesatuan
Rasa Tak mengganggu -
Bau Tak mengganggu -

2.5.2. Syarat – Syarat Kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia

tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.

2.5.3. Syarat - Syarat Bakteriologik

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama

sekali dan tak boleh mengandung bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang

telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air.

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (faeces) dan tanah. Bakteri

patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah :

• Bakteri typhsum

• Vibrio colerae

• Bakteri dysentriae

• Entamoeba hystolotica

• Bakteri enteris (penyakit perut)

Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi

(berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan

bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen

tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli (Sutrisno, 2006).

2.6. Komponen Pencemar Air

Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila

tidak disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan

terjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Bahan

buangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan industri adalah penyebab utama

terjadinya pencemaran air. Komponen pencemar air tersebut dikelompokkan sebagai

berikut :

1. Bahan buangan padat.

2. Bahan buangan organik.

3. Bahan buangan anorganik.

4. Bahan buangan olahan bahan makanan.

5. Bahan buangan cairan berminyak.


Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
6. Bahan buangan zat kimia.

7. Bahan buangan berupa panas.

2.6.1 Bahan Buangan Padat

Bahan buangan padat yang dimaksudkan disini adalah bahan buangan yang

berbentuk padat, baik yang kasar (butiran besar) maupun yang halus (butiran kecil).

Kedua macam bahan buangan padat tersebut apabila dibuang ke air lingkungan

(sungai) maka kemungkinan yang dapat terjadi adalah :

- Pelarutan bahan buangan padat oleh air.

- Pengendapan bahan buangan padat di dasar air.

- Pembentukan koloidal yang melayang di dalam air.

2.6.2. Bahan Buangan Organik

Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk

atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat

membusuk atau terdegradasi maka akan sebaiknya bahan buangan yang termasuk

kelompok ini tidak dibuang langsung ke air lingkungan karena dapat menaikkan

populasi mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya populasi

mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup pula kemungkinan untuk ikut

berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia. Bahan buangan

organik sebaiknya dikumpulkan untuk diproses menjadi pupuk buatan (kompos) yang

berguna bagi tanaman.

2.6.3. Bahan Buangan Anorganik


Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit

didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air

lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Bahan

buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur-

unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Air raksa (Hg), Kroom

(Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co), dan lain-lain. Apabila

ion-ion logam yang terjadi di dalam air berasal dari logam berat maupun logam ringan

maka akan sangat berbahaya bagi tubuh manusia.

2.6.4. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan

Apabila bahan buangan olahan bahan makanan mengandung protein dan gugus

amin maka pada saat didegradasi oleh mikroorganisme akan terurai menjadi senyawa

yang mudah menguap dan berbau busuk. Mengingat akan hal ini maka pembuangan

limbah yang berasal dari industri pengolahan bahan makanan perlu mendapat

pengawasan yang seksama agar bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia tidak

berkembang biak didalam air lingkungan.

2.6.5. Bahan Buangan Cairan Berminyak

Minyak tidak dapat larut didalam air, melainkan akan mengapung di atas

permukaan air. Lapisan minyak di permukaan air lingkungan akan menggangu

kehidupan organisme di dalam air. Hal ini disebabkan oleh :

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
a. Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari

udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang terlarut di dalam air akan

berkurang.

b. Adanya lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi masuknya sinar

matahari ke dalam air sehingga fotosintetis oleh tanaman air tidak dapat

berlangsung .

c. Tidak hewan air saja yang terganggu akibat adanya lapisan minyak pada

permukaan air tersebut, burung air pun ikut terganggu karena bulunya jadi

lengket.

2.6.6. Bahan Buangan Zat Kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksudkan dalam

kelompok ini adalah bahan pencemar air yang berupa :

a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),

b. Bahan pemberantas hama (insektisida),

c. Zat warna kimia,

d. Larutan penyamak kulit,

e. Zat radio aktif.

2.6.7. Bahan Buangan Berupa Panas

Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya

sangat rendah. Hal itu disebabkan karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
oleh mikroorganisme untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga

menjadi bahan yang mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk).

(Wardhana, 2001).

2.7. Proses Pengolahan Air

a. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan dari Sungai Belawan yang berhulu di

Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal. Untuk menampung air

tersebut, dibuat bendungan dengan panjang 25 m (sesuai dengan lebar sungai) dan

tinggi ± 4 m. Pada sisi kanan bendungan, dibuat sekat (channel) berupa saluran

penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk

ke intake / pipa masuk.

b. Intake / Pipa Masuk

Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadapan air baku. Bangunan ini

merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan

kasar), berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan fine

screen (saringan halus), berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran

maupun sampah berukuran kecil yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran

dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan penggerak

elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik

untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk.

c. Raw Water Tank (RWT) / Tampungan Air Terbuka

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Raw Water Tank merupakan bangunan yang dibangun setelah intake / pipa

masuk yang terdiri dari dua unit (4 sel). Setiap unit berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi

± 5 m yang dilengkapi dengan dua buah pintu masuk, dua buah pintu keluar, pintu

pengaturan ketinggian dan pintu bilas dua buah.

Raw Water Tank berfungsi sebagai tempat pengendapan partikel-partikel kasar

dan lumpur-lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem gravitasi. Di Instalasi

Sunggal, volume air baku pada dua buah tampungan air terbuka memiliki volume ±

1400 m3. Waktu pengendapan (detention time) untuk air baku yang akan diolah di

penampungan air terbuka Instalasi Sunggal kurang dari 15 menit agar menghasilkan

air baku dengan nilai kekeruhan yang lebih rendah (Gani, 2006).

d. Raw Water Pump (RWP) / Pompa Air Baku

Raw Water Pump (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompa air dari

RWT ke penjernihan. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap

pompa 110 L/det dengan rata-rata kepala 18 m memakai motor AC dengan daya

nominal 75 KW.

e. Clearator / Penjernihan

Bangunan clearator (bangunan untuk proses penjernihan air) terdiri dari 5

unit dengan kapasitas masing-masing 350 L/det. Clearator berfungsi sebagai tempat

pemisah antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil

olahan). Alat penjernihan air ini dilengkapi dengan pengaduk lambat dan selanjutnya

dialirkan ke filter. Endapan flokulasi tersebut kemudian dibuang, sesuai dengan

tingkat ketebalannya secara otomatis. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisah

antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil dahan) dan

selanjutnya dialirkan ke filter.


Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang

dilengkapi seksi-seksi pemisah untuk proses-proses sebagai berikut :

 Primary Reaction Zone / Daerah Reaksi Utama

 Secondary Reaction Zone / Daerah Rekasi Sekunder

 Return Reaction Zone / Daerah Reaksi Hasil

 Clarification Reaction Zone / Daerah Reaksi Penguraian

 Concentrator / Pemekat.

f. Filter / Penyaring

Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses

penyaringan flok-flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak tertahan (lolos) dari

clearator. Filter yang dipakai dalam pengolahan air minum di Instalasi Sunggal

adalah sistem penyaringan permukaan (surface filter). Media filter tersebut berjumlah

32 unit yang prosesnya berlangsung secara pararel, menggunakan jenis saringan cepat

berupa pasir silika, menggunakan motor AC dengan daya nominal 0,75 KW.

Dimensi tiap filter yaitu 8,25 m x 4 m x 6,25 m. Tinggi maksimum

permukaan air adalah 5,05 m dan tebal media filter 120 m dengan susunan lapisan

sebagai berikut :

 Pasir kwarsa, diameter 0,5 mm – 1,5 mm dengan ketebalan 60 cm

 Pasir kwarsa, diameter 1,8 mm – 2,0 mm dengan ketebalan 10 cm

 Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,3 mm dengan ketebalan 10 cm

 Kerikil sedang, diameter 6,3 mm – 10 mm dengan ketebalan 10 cm

 Kerikil sedang, diameter 10 mm – 20 mm dengan ketebalan 10 cm

 Kerikil kasar, diameter 20 mm – 40 mm dengan ketebalan 20 cm

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok yang

masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air di atas media filter

sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan (clogging) media filter oleh flok-

flok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian media filter dengan

menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang disuplai dari pompa

reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi filter

(Fauzan, 2007).

Banyaknya air yang dibutuhkan untuk pencucian kembali satu buah filter

adalah 200 – 300 m3 dan pencucian dilakukan 1 x 24 – 72 jam, tergantung pada lancar

tidaknya penyaringan.

g. Reservoir / Kolam Air Bersih

Berfungsi untuk menampung air minum/air olahan dengan kapasitas total

13.400 m3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir

distribusi di berbagai cabang. Air yang mengalir dari filter ke reservoir, sebelumnya

dibubuhi klor (post chlorination) dengan pembubuhan ± 2 gr/m3 air dan untuk proses

netralisasi dibubuhkan larutan kapur jenuh (soda ash) dengan kebutuhan pada kisaran

5 – 7 gr/m2 air. Secara periodik reservoir ini dicuci dengan mempergunakan pompa

bermotor AC dengan daya nominal 15 KW. Dimensi panjang 50 m x 40 m x 4 m.

h. Finish Water Pump (FWP) / Pompa Akhir

Finish Water Pump Instalasi Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk

mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi

cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan

kapasitas 150 L/det. Total kepala menggunakan motor AC rata-rata dengan daya

nominal 132 KW.


Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
i. Sludge Lagoon / Penampungan Endapan

Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke

penampungan untuk didaur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman

dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan

sejak tahun 2002 di unit Instalasi Sunggal dengan membangun unit pengendapan

dengan kapasitas 9.600 m3.

j. Monitoring System (Sistem Pengawasan)

Metode pengawasan selama proses pengolahan masing-masing unit oleh

petugas dilakukan secara langsung juga dilakukan denga sistem pengawasan secara

tidak langsung. Fasilitas ini dapat memperlihatkan secara langsung kondisi proses

pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap berbagai kuantitas, kualitas maupun

kontinuitas olahan. Fasilitas ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat

mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan

ketentuan yang berlaku (Gani, 2006).

2.8. Kekeruhan Air

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan

banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahana-bahan yang terdapat

dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang

tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik

dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain.

Kekeruhan dinyatakan dalam satuan turbiditas, yang setara dengan 1 mg/liter

SiO2. Peralatan yang pertama kali digunakan untuk mengukur turbiditas atau

kekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter, yang dikalibrasi dengan


Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
menggunakan silika. Kemudian, Jackson Candler Turbidimeter dijadikan sebagai alat

baku atau standar bagi pengukuran kekeruhan. Satu Unit turbiditas Jackson Candler

Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekeruhan dengan

menggunakan Jackson Candler Turbdimeter bersifat visual, yaitu membandingkan air

sampel dengan standar.

Selain dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter, kekeruhan sering

diukur dengan metode Nephelometric. Pada metode ini, sumber cahaya dilewatkan

pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab

kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan

standar. Satuan kekeruhan yang diukur dengan menggunakan metode Nephelometric

adalah NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Satuan JTU dan NTU sebenarnya tidak

dapat saling mengkonversi, akan tetapi Sawyer dan MC Carty (1978) mengemukakan

bahwa 40 NTU setara dengan 40 JTU.

Menurut Lloyd (1985), peningkatan nilai turbiditas pada perairan dangkal dan

jernih sebesar 25 NTU dapat mengurangi 13%-50% produktivitas primer. Peningkatan

turbiditas sebesar 5 NTU di danau dan sungai dapat mengurangi produktivitas primer

berturut-turut sebesar 75% dan 3%-13%.

Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai

padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi, tetapi tidak berarti memiliki

kekeruhan yang tinggi.

Kekeruhan pada air yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak

disebabkan oleh bahan tersupensi yang berupa koloid dan partikel–partikel halus.

Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh

bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan permukaan

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang tinggi dapat

mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya, pernafasan dan daya

lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air.

Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi

efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air (Effendi, 2003).

Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi : tanah liat, lumpur,

bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang

tersuspensi lainnya. Nilai yang menunjukkan kekeruhan didasarkan pada bahan-bahan

tersuspensi pada jalannya sinar melalui sampel.

Nilai ini tidak secara langsung menunjukkan banyaknya bahan tersuspensi,

tetapi ia menunjukkan kemungkinan penerimaan konsumen terhadap air tersebut.

Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang membahayakan, tetapi ia menjadi tidak

disenangi karena rupanya. Untuk membuat air memuaskan untuk penggunaan rumah

tangga, usaha penghilangan secara hampir sempurna bahan-bahan yang menyebabkan

kekeruhan, adalah penting.

Standar yang ditetapkan oleh U.S. Public health Service mengenai kekeruhan

ini adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala silikat, tetapi dalam angka praktik

angka standar ini umumnya tidak memuaskan. Kebanyakan bangunan pengolahan air

yang modern menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau kurang. Menurut Clair

N Sawyer dkk. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan

dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan

mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan dan akan mengurangi

efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 2006).

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air

permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah satu langkah penting

pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air

baku tersebut. Kekeruhan ini sendiri diakibatkan oleh adanya partikel-partikel kecil

dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 µm. Partikel-partikel kecil dan koloid

tersebut tidak lain adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang dan sebagainya.

Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-

sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas, namun

dapat pula garam Fe (III), atau salah satu polielektrolit organis. Selain pembubuhan

flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini

mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid tersebut (bertumbukan) dan akhirnya

bersama-sama mengendap (Alaerts, 1987).

Kekeruhan dipengaruhi oleh :

1. Benda-benda halus yang disuspensikan, seperti lumpur dan sebagainya.

2. Adanya jasad-jasad renik (plankton) dan

3. Warna air.

Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai

dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan

mana yang tidak keruh, agak keruh, dan paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh

dan tidak pula terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya

(Ghufron, 2007).

2.9. Turbidimetri

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Beberapa senyawaan yang tak dapat larut, dalam jumlah-jumlah sedikit, dapat

disiapkan dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh suspensi yang

sedang-sedang stabilnya. Sifat-sifat dari setiap suspensi akan berbeda-beda menurut

konsentrasinya fase-terdispersinya. Bila cahaya dilewatkan melalui suspensi itu,

sebagian dari energi radiasi yang jatuh didisipasi (dihamburkan) dengan penyerapan

(absorpsi), pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), sementara sisanya ditransmisi

(diteruskan). Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisikan sebagai fungsi dari

konsentrasi fase-terdisfersi adalah dasar dari analisis turbidimetri. Bila suspensi

dipandang dengan sudut tegak-lurus terhadap arah cahaya yang jatuh, sistem nampak

opalesen (berpendar seperti mutiara) disebabkan oleh pantulan cahaya dari partikel-

partikel suspensi itu (efek Tyndall). Cahaya dipantulkan tak beraturan dan membaur,

sehingga istilah cahaya-baur ini ( dengan sudut tegak lurus terhadap arah jatuh cahaya

jatuh) sebagai fungsi dari konsentrasi fase-terdisfersinya adalah dasar dari analisis

nefelometri (Gr nefhele= awan). Analisis nefelometri adalah paling peka untuk

suspensi-suspensi yang sangat encer (>100 mg per liter). Teknik-teknik untuk analisis

turbidimetri dan analisis nefalometri masing-masing menyerupai analisis filter

fotometri dan fluometri.

Membuat kurva kalibrasi dianjurkan dalam penerapan-penerapan nefelometri

dan turbidimetri, karena hubungan antara sifat-sifat optis suspensi dan konsentrasi

fase terdisfersinya paling jauh adalah semi-empiris. Agar kekabutan atau kekeruhan

(turbidity) itu dapat diulang penyiapannya haruslah seseksama mungkin. Endapan

harus sangat halus, sehingga tidak cepat mengendap. Intensitas cahaya-baur

bergantung pada banyaknya dan ukuran partikel-partikel dalam suspensi, dan asalkan

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
ukuran rata-rata dari pertikel-partikel itu cukup dapat diulang, aplikasi secara analitik

adalah dimungkinkan.

Kondisi-kondisi berikut hendaknya dikendalikan dengan hati-hati untuk

menghasilkan suspensi dengan sifat-sifat yang cukup seragam:

1. Konsentrasi-konsentrasi kedua ion yang bergabung (bersenyawa) yang

menghasilkan endapan,maupun rasio dari konsentrasi-konsenrsinya dalam

larutan-larutan yang dicampurkan.

2. Cara, urut-urutan, dan laju pencampuran.

3. Banyaknya garam-garam dan zat-zat lain yang ada serta, terutama koloid-

koloid pelindung (gelatin,gom arab,dekstrin dan sebagainya).

4. Temperatur.

Kolorimeter-kolorimeter visual dan fotoelektrik dapat digunakan sebagai

turbidimeter. Filter biru biasanya menghasilkan kepekaan yang lebih besar. Sebuah

kurva kalibrasi harus dibuat dengan memakai beberapa larutan standar karena cahaya

yang ditransmisi oleh suatu larutan yang keruh umumnya tak mengikuti hukum Beer-

Lambert dengan tepat (Vogel,1994).

Turbiditas merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan

sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas

cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-

kondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan kedalam

tiga golongan :

1. Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan

terhadap intensitas cahaya yang datang.

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
2. Pengukuran perbandingan cahaya yang diteruskan terhadap cahaya

yang datang.

3. pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak

tampak di dalam lapisan medium yang keruh.

Instrumen pengukuran perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter.

Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada nefalometer,

intensitas cahaya diukur dengan larutan standar. Turbidimeter meliputi pengukuran

cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus dengan konsentrasi dan

ketebalan, tetapi turbiditas bergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih

kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan

berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya (Khopkar, 1984).

Hamburan Tyndall adalah hamburan radiasi elektromagnetik oleh molekul atau

partikel yang teragregasi dalam bentuk suspensi atau koloid yang pertikel-partikelnya

lebih besar dari ukuran molekul. Sifat hamburan Tyndall ini adalah frekuensi dan

panjang gelombang sama dengan sumber radiasi. Hamburan Tyndall dimanfaatkan

untuk turbidimetri dan nefelometri sebagai penentuan kekeruhan (Mulja, 1995).

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Persiapan Sampel

Sampel yang dipergunakan adalah sampel dari air reservoir yang diperoleh di

PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal yang terdiri dari air reservoir I dan

air reservoir II.

3.2. Alat – alat

- Turbidimeter 2100 N

- Kuvet

- Tissue

- Beaker gelass

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
3.3. Bahan – bahan

- Air Reservoir I

- Air Reservoir II

3.4. Prosedur

- Dihidupkan alat Turbidimeter dengan menekan switch on di belakang alat,

layar akan menunjukkan angka 2100

- Diisi kuvet dengan air sampel sampai tanda batas

- Dibersihkan kuvet dengan tisue sampai kering dan bersih

- Diletakkan kuvet sampel kedalam tempat sampel kemudian ditutup

- Dicatat angka yang tertera di layar setelah angka konstan

- Diisi format ketidaksesuaian jika nilai pengukuran yang diperoleh melebihi

standar yang ditetapkan.

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Data penentuan kekeruhan pada air reservoir

KEKERUHAN (NTU)
NO JAM (WIB)
RESERVOIR I RESERVOIR II
1 08.00 1,02 0,32
2 09.00 1,41 0,18
3 10.00 0,30 0,18
4 11.00 0,59 0,20
5 12.00 0,30 0,17
6 13.00 0,55 0,32
7 14.00 0,57 0,29
8 15.00 0,86 0,32
9 16.00 0,40 0,39
10 17.00 0,46 0,44

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
4.2. Pembahasan

Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap air reservoir di PDAM Tirtanadi

Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan diperoleh nilai kekeruhan yang cukup tinggi

pada air reservoir I, yakni pada jam 08.00 dan jam 09.00 yaitu sebesar 1,02 dan 1,41.

Hal ini disebabkan karena pada salah satu filter / penyaring yang akan diteruskan ke

reservoir I kehilangan tekanan (loos of head) dari air diatas saringan yang terlalu

tinggi, yaitu karena adanya lapisan lumpur pada bagian atas dari saringan, maka

saringan dicuci kembali (back wash) dengan air bertekanan dari bawah sehingga nilai

kekeruhan turun kembali.

Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang sangat membahayakan, tetapi

satu hal yang harus dipertimbangkan karena sifat optiknya tersebut membuatnya

menjadi tidak disenangi oleh konsumen / masyarakat.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa tingkat kekeruhan pada air

reservoir sudah baik, ini disesuaikan dengan standar mutu air. Dibandingkan dengan

standar mutu air Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/VII/2002

maka air tersebut tidak melampaui kadar maksimum standar mutu yang ditetapkan

sehingga air tersebut mempunyai kualitas yang baik dan layak untuk dikonsumsi oleh

masyarakat.

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan terhadap air reservoir di PDAM

Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan diperoleh nilai kekeruhan yang

masih jauh dari ambang batas standar mutu air yang ditetapkan dalam Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor : 907/MENKES/VII/2002, maka air tersebut masih

memenuhi persyaratan dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

5.2. Saran
Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
- Disarankan kepada masyarakat yang berada di dekat sumber air pengolahan

untuk menjaga kelestarian sungai.

- Disarankan kepada PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal Medan

agar tetap menjaga kualitas dan kuantitas air hasil olahan.

- Disarankan kepada bagian pengendali mutu hendaknya lebih cermat dan teliti

pada setiap pemeriksaan parameter air yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional.

Fauzan. 2007. Buletin Tirtanadi (Butir). Selayang Pandang IPA Limau Manis. No 2.

Medan.

Gani, K. A. 2006. Buletin Tirtanadi (Butir). Belajar dari Proses Pengolahan Air

Minum di IPA Sunggal. No 4. Medan.

Ghufron, M. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya Perairan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Hefni, E. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan lingkungan

Perairan.Yogyakarta : Kanisius.

http://library.usu.ac.id. Diakses tanggal 01 April, 2008.

http://www.budidayalobsterairtawar.com. Diakses tanggal 01 April, 2008.

Khopkar, S. M. 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Bandung : ITB Press.

Sutrisno, T. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta. Rineka Cipta.

Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Wardhana, W.A. 2001. Dampak pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Yogyakarta :

Penerbit Andi.

Lampiran 1. Gambar Turbidimeter 2100N

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Lampiran 2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 907/MENKES/VII/2002
Tanggal 29 Juli 2002

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Persyaratan Kualitas Air Minum
A. Kimia
1. Bahan-bahan inorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Kadar maksimum yang
Parameter Satuan Keterangan
diperbolehkan
1 2 3 4
Antimony (mg/liter) 0,005
Air raksa (mg/liter) 0,001
Arsenic (mg/liter) 0,01
Barium (mg/liter) 0,7
Boron (mg/liter) 0,3
Cadmium (mg/liter) 0,003
Kromium (mg/liter) 0,05
Tembaga (mg/liter) 2
Sianida (mg/liter) 0,07
Fluorida (mg/liter) 1,5
Timah (mg/liter) 0,01
Molybdenum (mg/liter) 0,07
Nikel (mg/liter) 0,02
-
Nitrat (Sebagai NO3 ) (mg/liter) 50
-
Nitrit ((Sebagai NO2 ) (mg/liter) 3
Selenium (mg/liter) 0,01

2. Bahan-bahan inorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada


konsumen)
Kadar maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
1 2 3 4
Ammonia (mg/liter) 1,5
Aliminium (mg/liter) 0,2
Klorida (mg/liter) 250
Copper (mg/liter) 1
Kesadahan (mg/liter) 500
Hidrogen Sulfida (mg/liter) 0,05
Besi (mg/liter) 0,3
Mangan (mg/liter) 0,1
pH (mg/liter) 6,5-8,5
Sodium (mg/liter) 200
Sulfate (mg/liter) 250
Total padatan terlarut (mg/liter) 1000
Seng (mg/liter) 3

B. Bakteriologis

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009
Kadar maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
1 2 3 4
a. Air Minum

E.Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel 0


b. Air yang masuk
sistem distribsui

E.Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel 0


Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel 0
c. Air pada sistem
distribusi

E.Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel 0


Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel 0

C. Fisik
Kadar maksimum
Parameter Satuan Keterangan
yang diperbolehkan
1 2 3 4
Kekeruhan NTU 5
Rasa - -
Bau - -
o
Temperatur C Suhu udara ± 3 oC
Warna TCU 15

Ahmad Kali Ansori Nst. : Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir Di Pdam Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air
Sunggal Medan Metode Turbidimetri, 2008.
USU Repository © 2009

Anda mungkin juga menyukai