Anda di halaman 1dari 12

Molekul, Vol. 4. No. 1.

Mei, 2009 : 21 - 32

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DI DESA KALISARI


KECAMATAN CILONGOK DENGAN METODE MULTI SOIL LAYERING

Irmanto, Suyata
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman
E-mail: irmpwt@yahoo.com

ABSTRACT
Tofu industry is one of the industries which causing pollution on the environment
especially water environment. The amount of wastewater-dumped and the content of
organic substances could damage the water ecosystem. Multi Soil Layering (MSL) as one
of alternative method is used in order to remove the tofu industrial wastewater pollution.
MSL is a method of wastewater treatment that enhances the function of soils to purify
wastewater.
The research aimed to determine optimum loading rate and efficiency of MSL
system to remove TSS, BOD and COD. The wastewater on the MSL system is loaded at
the loading rate varieties, i.e: 160, 320, 480, 640, and 800 lm-2 day-1, and the aeration was
applied for 8 a day at 1296 ld -1.
The results revealed that optimum loading rate was 320 lm-2 day-1 and efficiency of
MSL system to remove TSS, BOD and COD were 78.62 % ; 98,89% and 95,53 %
respectively.

Keywords: MSL, tofu industrial, wastewater

PENDAHULUAN sungai dan selokan. Mengingat air


Kabupaten Banyumas adalah salah sungai tersebut diperlukan untuk irigasi
satu kabupaten di daerah Eks karesidenan pertanian, perikanan, dan sebagian besar
Banyumas yang mempunyai beberapa industri ini berlokasi di pemukiman yang
sentra industri tahu. Salah satu sentra penduduknya padat dan di dekat Daerah
industri tahu ini terletak 15 km dari pusat Aliran Sungai (DAS). Oleh karena itu,
kota Purwokerto, tepatnya di Desa suatu teknik yang efektif, murah, dan
Kalisari Kecamatan Cilongok. Desa dapat digunakan sebagai Instalasi
Kalisari mempunyai sekitar 374 UKM Pengolahan Air Limbah (IPAL) sangat
(Usaha Kecil Menengah) yang menekuni dibutuhkan segera.
pembuatan tahu. Berdasarkan data yang Berbagai teknik pengolahan limbah
diperoleh dari kantor Kepala Desa cair telah dikembangkan seperti adsorpsi
Kalisari, rata-rata seluruh UKM dengan karbon aktif, oksidasi kimiawi,
menghasilkan limbah cair sekitar 40 m3. dan digesti biologis. Namun, masing-
Limbah cair tersebut langsung dialirkan masing teknik ini penggunaannya
ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu terbatas dan kurang menguntungkan.
dan menimbulkan bau yang busuk. Sebagai contoh, karbon aktif hanya
Menurut Surat Kabar Radar melibatkan adsorpsi polutan tanpa
Banyumas edisi Selasa 6 September dekomposisi. Oksidasi kimia tidak dapat
2005, dari hasil investigasi diperoleh memineralisasi semua senyawa organik
suatu kesimpulan bahwa limbah cair dan hanya cocok untuk menghilangkan
industri tahu di Desa Kalisari telah polutan dengan konsentrasi tinggi.
mencemari seluruh aliran air seperti Pengolahan secara biologis memiliki

21
Pengolahan Limbah Cair…(Irmanto dan Suyata)

kelemahan yaitu kecepatan reaksi lambat, MSL efektif digunakan untuk pengolahan
pembuangan lumpur aktif yang sulit, pH limbah selama 12,8 tahun. Namun,
dan temperatur harus dikontrol. Suatu mungkin saja lebih pendek atau lebih
teknik pengolahan limbah organik yang panjang tergantung pada mutu limbah,
lebih efektif, efisien, mudah, dan murah kandungan dan jenis dari material
perlu dikembangkan yaitu metode Multi organik, temperatur dan manajemen dari
Soil Layering (MSL). sistem tersebut.
Sistem MSL merupakan suatu Berdasarkan hal tersebut, maka
sistem yang menggunakan tanah andosol, perlu dilakukan penelitian untuk
zeolit, kerikil (gravels), dan arang mengembangkan metode MSL dalam
tempurung kelapa sebagai sumber karbon pengolahan limbah cair industri tahu.
serta menggunakan pipa aerasi sebagai Adapun yang menjadi masalah dalam
sumber oksigen. Lapisan tanah dan zeolit penelitian ini adalah: Berapakah
disusun dengan pola seperti batu bata kecepatan pengisian (loading) optimum
untuk mencegah terjadinya penyumbatan air limbah ke dalam sistem MSL untuk
dan pembentukan lapisan impermeable memperoleh persentase penurunan BOD,
(Wakatsuki et al., 1993). COD, dan TSS yang optimum?, Berapa
Bahan-bahan yang diperlukan persenkah penurunan BOD, COD dan
untuk membuat sistem ini tersedia secara TSS limbah cair industri tahu setelah
lokal sehingga disamping teknik ini dilakukan pengolahan dengan sistem
murah juga memanfaatkan sumberdaya MSL? Apakah nilai BOD, COD, dan TSS
alam Kabupaten Banyumas. Zeolit limbah cair industri tahu di bawah baku
diperoleh dari Kecamatan Lumbir, mutu setelah dilakukan pengolahan
sedangkan tanah andisol dari bukit dengam sistem MSL ?
Cendana Baturraden.
Sistem MSL dikembangkan untuk METODE PENELITIAN
meningkatkan fungsi tanah dalam Bahan dan Alat.
pengolahan limbah cair biogenik sebelum
Alat- alat yang digunakan dalam
dilepas ke badan perairan. Proses
penelitian ini adalah: instrumen MSL,
biodegradasi komponen air limbah dalam
botol winkler, alat-alat gelas, dan kertas
sistem MSL berlangsung melalui bantuan
saring.
bakteri-bakteri di bawah kondisi aerobik
Bahan-bahan kimia yang
maupun anaerobik. Zona aerobik terjadi
digunakan adalah: MgSO4, alkali azida,
pada lapisan kerikil dan zeolit serta antar
MnSO4, H2SO4 pekat, HgSO4, KMnO4,
muka antara lapisan zeolit dan lapisan
KI, Na2S2O3, Na2CO3, KH2PO4,
tanah. Zona anaerobik terjadi pada
Na2HPO4, NH4Cl, dan aquadest
lapisan campuran tanah dengan arang
tempurung kelapa.
Berdasarkan hasil penelitian Prosedur Penelitian
Wakatsuki et al. (2001), metode MSL
Pembuatan Sistem MSL
dapat menurunkan BOD dan COD sungai
Uya di kepulauan Oki, Jepang sampai 90 Instrumen sistem MSL dibuat
%. Luanmanee et al. (2000) dengan konstruksi seperti dapat dilihat
menggunakan metode MSL untuk pada Gambar 1. Bak akrilik dengan
pengolahan limbah domestik dari ukuran dimensi dalam (50 cm x 15 cm x
cafetaria dan toilet Universitas Kasetsart, 50 cm) disiapkan. Dasar bak diisi dengan
Thailand dan dapat menurunkan BOD batu kerikil dengan ketinggian 4 cm, lalu
sebesar 98,8% dan COD sebesar 93,6%. seluruh permukaan batu kerikil ditutup
Menurut Wakatsuki et al. (1993), sistem dengan net. Lapisan kedua berikutnya

22
Molekul, Vol. 4. No. 1. Mei, 2009 : 21 - 32

diisi zeolit (berdiameter 2-3 mm) dengan Bingkai triplek diangkat dan lapisan
ketinggian 4 cm. Empat buah bingkai selanjutnya diisi dengan zeolit setinggi 4
triplek masing-masing dengan dimensi cm. Lapisan-lapisan lain diisi dengan
dalam (4 cm x 9 cm x 15 cm) dipasang cara yang sama sampai membentuk lima
sejajar pada jarak masing-masing 3 cm. lapisan blok-blok tanah. Antara lapisan
Ke dalam bingkai triplek dialas dengan ke 3 dan 4 dipasang pipa aerasi (diameter
plastik net halus yang dapat membungkus 1,5 cm) dengan jarak antar lubang aerasi
blok-blok lapisan campuran tanah. 5 cm dan ukuran diameter lubang 0,5
Campuran tanah dan arang tempurung mm.
kelapa dengan perbandingan 1 : 1 diisi ke
dalam bingkai triplek, lalu dipadatkan.

Gambar 1. Instrumen Multi Soil Layering

Penentuan Kecepatan Pengisian Air 2. Air limbah diisikan ke dalam sistem


Limbah ke Dalam Sistem MSL MSL selama 24 jam per hari pada
1. Penentuan nilai BOD, COD, dan TSS berbagai variasi kecepatan pengisian
dalam limbah cair industri tahu (160, 320, 480, 640, 800 lm-2 h-1).
sebelum diolah (treatment) dengan 3. Penentuan nilai BOD, COD, dan TSS
sistem MSL. dalam limbah cair industri tahu pada
(a) masing-masing parameter berbagai variasi kecepatan pengisian
dianalisis sesuai dengan metode setelah diolah (treatment) dengan
analitik. sistem MSL.
(b) pengukuran dilakukan secara
triplo.

23
Pengolahan Limbah Cair…(Irmanto dan Suyata)

(a) masing-masing parameter Penentuan DO(5)


dianalisis sesuai dengan metode Sampel yang telah diaerasi pada
analitik pengerjaan DO(0) dimasukkan ke dalam
(b) pengukuran dilakukan secara botol winkler dan ditutup rapat tanpa
triplo adanya udara dan disimpan 5 hari.
4. Perhitungan persentase penurunan Kemudian dititrasi dengan cara yang
BOD, COD, dan TSS dalam limbah sama pada penetuan DO(0). Kadar
cair industri tahu pada berbagai oksigen terlarut dapat dihitung dengan
variasi kecepatan pengisian. rumus :
Kadar O2 (ppm)
= (mL x N) pentiter x 8000
Penentuan Efisiensi Sistem MSL untuk
mL sampel – 2
Menurunkan BOD, COD dan TSS
Limbah Cair Industri Tahu.
DO = kadar O2 (ppm) x faktor
1. Pada kecepatan pengisian pengenceran
optimum dan dengan cara yang
sama ditentukan persentase Penentuan COD (APHA, 1995)
penurunan nilai BOD, COD, dan Penentuan COD dilakukan
TSS. dengan menggunakan metode titrasi
Sampling dilakukan seminggu sekali iodometri. 50 ml akuades sebagai
selama 3 bulan. blanko dan 50 ml sampel dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 250 ml ditambahkan
Metode Analisis 0,1 g HgSO4 dan 5 ml KMnO4 0,1 M.
Penentuan BOD (APHA, 1995) Ditutup, lalu dipanaskan selama 1 jam
Penentuan BOD dilakukan dalam penangas air, didinginkan dan
dengan menggunakan metode titrasi ditambahkan 5 ml KI 10 % dan 10 ml
Winkler, dimana kadar BOD dihitung H2SO4 4 N. Kemudian dititrasi dengan
dengan rumus : BOD = DO(0) – DO(5) larutan standar Na2S2O3 sampai warna
kuning pucat. Setelah itu ditambahkan
Penentuan DO(0) beberapa tetes amilum 1 % kemudian
Dipipet 50 ml sampel, dititrasi kembali sampai warna biru
dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml hilang. Kadar COD dapat dihitung
ditambahkan masing-masing 1 mL buffer dengan rumus :
posfat, MgSO4, CaCl2 dan FeCl3 dan Kadar COD (ppm)
diencerkan dengan akuades sampai tanda = (A – B) x N x 8000
batas. Dipindahkan ke beker gelas 1000 mL sampel
ml lalu diaerasi selama 15 menit.
Dimasukkan ke dalam botol Winkler dan dimana : A = ml pentiter untuk blanko
ditutup, tambahkan masing-masing 1 ml B = ml pentiter untuk sampel
alkali azida dan MnSO4 10 %, tutup lalu N = normalitas Na2S2O3
kocok dengan membalik-balikan botol
winkler. Dibiarkan selama 10 menit lalu Penentuan TSS (APHA, 1995)
dipindahkan ke erlenmeyer. Letakkan kertas saring ke dalam
Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat, dikocok alat penyaring, bilas dengan air suling
dan dititrasi dengan tiosulfat hingga sebanyak 20 ml dan operasikan alat
kuning pucat. Ditambahkan beberapa penyaring. Ulangi pembilasan hingga
tetes amilum 1 % kemudian titrasi bersih dari partikel-partikel halus kertas
dilanjutkan sampai warna biru tepat saring. Ambil kertas saring dan letakkan
hilang. di atas tempat khusus kertas saring.

24
Molekul, Vol. 4. No. 1. Mei, 2009 : 21 - 32

Keringkan kertas saring tersebut di dalam HASIL DAN PEMBAHASAN


oven pada temperatur 103 – 105oC Sistem pengelolaan limbah cair
selama 1 jam. Dinginkan dalam pada umumnya mempunyai prinsip yaitu
desikator selama 10 menit. Timbang menghilangkan atau mengurangi zat-zat
dengan neraca analitik hingga diperoleh pencemar dengan berbagai cara seperti
berat tetap, misalnya B mg. Letakkan filtrasi, koagulasi dan menggunakan
kertas saring tersebut di dalam desikator. lumpur aktif. Sebelum limbah cair
Saring sampel dengan menggunakan dibuang ke lingkungan harus memenuhi
kertas saring tersebut, kemudian residu beberapa syarat atau harus sesuai dengan
tersuspensi dibilas dengan air suling standar Baku Mutu Air Limbah yang
sebanyak 10 ml dan dilakukan tiga kali telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah.
pembilasan. Ambil kertas saring dan Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran
taruh di tempat khusus yang bersih dan batas atau kadar unsur pencemar dan atau
kering. Keringkan di dalam alat jumlah unsur pencemar yang
pengering pada temperatur 103 – 105oC diperbolehkan keberadaannya dalam air
selama 1 jam. Dinginkan dalam limbah yang akan dibuang ke lingkungan
desikator selama 10 menit. Timbang (Bappedalda Jateng, 2004). Peraturan ini
dengan neraca analitik hingga diperoleh ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Jawa
berat tetap, misalnya A mg. Kadar TSS Tengah dengan tujuan untuk mencegah
dapat dihitung dengan rumus : atau mengurangi terjadinya pencemaran
air dan mewujudkan kualitas air yang
mg/l residu tersuspensi sesuai dengan peruntukannya.
= (A – B ) x 1000 Salah satu metode pengelolaan
mL contoh limbah yang diharapkan dapat memenuhi
standar Baku Mutu Air Limbah adalah
dimana : metode Multi Soil Layering atau MSL.
A = berat kertas saring berisi residu Metode MSL diujicobakan pada limbah
tersuspensi (mg) cair industri tahu Desa Kalisari
B = berat kertas saring kosong (mg) Kecamatan Cilongkok Kabupaten
Banyumas.
Analisis Data Baku Mutu Air Limbah Industri
Data yang dikumpulkan adalah Tahu yang telah ditetapkan dalam
nilai BOD, COD, dan TSS limbah cair Peraturan Daerah menggunakan beberapa
industri tahu sebelum dan setelah parameter antara lain Temperatur,
dilakukan pengolahan dengan sistem Biochemical Oxygen Demand (BOD),
MSL. Dari data tersebut dihitung Chemical Oxygen Demand (COD), Total
persentase penurunan BOD, COD, dan Suspended Solid (TTS), dan pH. Kadar
TSS setelah dilakukan pengolahan maksimum dan beban pencemaran
dengan sistem MSL. Persentase maksimum limbah cair industri tahu
penurunan dihitung dengan rumus: dapat dilihat pada Tabel 1.

Kadar (%)
= konsentrasi awal - konsentrasi akhir x 100%
konsentrasi awal

25
Pengolahan Limbah Cair…(Irmanto dan Suyata)

Tabel 1. Standar Baku Mutu Air Limbah Industri Tahu


Kadar Maksimum Beban Pencemaran Maksimum
No Parameter
(mg/l) (kg/ton)
1 Temperatur 380C -
2 BOD 150 3
3 COD 275 5,5
4 TSS 100 2
5 pH 6,0 - 9,0
6 Debit Maksimum 20 m3 / ton kedelai
Sumber: Bappedalda Jateng 2004

Penentuan Kecepatan Pengisian dapat melakukan dekomposisi dengan


Optimum Limbah Cair Industri Tahu baik.
ke dalam Sistem MSL Sistem MSL yang telah
mengalami pengondisian selama 2
Sebelum dilakukan penentuan
kecepatan optimum sistem MSL minggu kemudian diisi limbah cair
industri tahu dengan kecepatan 160, 320,
dikondisikan selama 2 minggu atau 14
480, 640 dan 800 l m-2 hari-1 selama 24
hari. Limbah cair industri tahu yang
jam penuh. Untuk mengetahui kecepatan
dialirkan kedalam sistem MSL,
optimum, dilakukan sampling setiap dua
diencerkan terlebih dahulu sebanyak 11
hari sekali untuk satu kecepatan alir
kali yaitu 1 liter limbah cair industri tahu
kemudian dilakukan analisis pada setiap
dicampur dengan 10 liter air. Limbah cair
penyampingan yang meliputi nilai TSS,
industri tahu secara bertahap dipekatkan
BOD, COD dan pH sebelum dan sesudah
sampai 6 kali, yaitu 1 liter limbah cair
dioleh dengan sistem MSL. Hasil analisis
industri tahu dicampur dengan 5 liter air.
limbah cair industri tahu sebelum dan
Pengondisian sistem MSL ini bertujuan
sesudah dioleh dengan sistem MSL dapat
agar mikroorganisme dan seluruh
dilihat pada Tabel 2.
elemen-elemen yang menyusun sistem
MSL dapat beradaptasi secara baik
dengan limbah cair industri tahu sehingga

Tabel 2. Hasil analisis limbah cair industri tahu sebelum dan sesudah diolah dengan sistem
MSL pada penentuan kecepatan pengisian optimum
Sebelum Sesudah
Kecepatan Pengsisian Konsentrasi rata-rata Konsentrasi rata-rata
(l m-2 hari-1) pH (mg l-1) pH (mg l-1)
TSS BOD COD TSS BOD COD
160 4,9 750 3333,6 9270 7,4 150 23,04 48
320 4,7 820 3595,05 7860 7,2 150 51,72 36
480 4,7 690 3993,6 8520 7,2 180 40,08 156
640 4,7 600 3957,6 10516 6,9 180 68,76 294
800 4,7 330 3426 14880 6,3 180 216 1590

26
Molekul, Vol. 4. No. 1. Mei, 2009 : 21 - 32

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat kecepatan pengisian 320 lm-2 hari-1


bahwa sistem MSL dapat bekerja dengan adalah 120 mg l-1 (lampiran 3), nilai ini
baik dalam dekomposisi limbah cair sudah mendekati standar Baku Mutu Air
industri tahu yaitu menaikkan pH serta Limbah Industri Tahu yaitu 100 mg l-1.
mampu menurunkan nilai TSS, BOD, Nilai atau kadar TSS, BOD dan
COD. Menurut data yang diperoleh dari COD pada kecepatan pengisian tertentu
hasil analisis, urutan kecepatan pengisian telah memenuhi Standar Baku Mutu air
dalam menaikkan pH adalah 160, 320, Limbah yang telah ditetapkan oleh
480, dan 800 lm-2 hari-1. sesudah dioleh Bappedalda Jawa Tengah seperti yang
dengan metode MSL, pH berada pada telah dicantumkan pada Tabel 3.
rentang 6,3 (800 lm-2 hari-1) sampai 7,4 persentase penurunan rata-rata nilai TSS,
(160 lm-2 hari-1) sudah sesuai dengan BOD dan COD dalam setiap kecepatan
standar Baku Mutu Air Limbah Industri pengisian dapat dilihat pada Gambar 2.
Tahu yang berada dalam rentang pH 6,0
– 9,0. kadar TSS setelah diolah pada

120,00
99,30 99,46 98,53 99,55 98,99 98,17 98,2697,20 96,50
% Penurunan Rata-

100,00 89,31
80,00 81,59
80,00 72,74 69,70 TSS
63,33
BOD
60,00
COD
rata

40,00

20,00

0,00
160 320 480 600 800
Kecepatan Pengisian (l/m^2 hari)

Gambar 2. Grafik persentase penurunan kadar TSS, BOD dan COD limbah cair industri
tahu pada berbagai variasi kecepatan pengisian MSL

terendah pada kecepatan pengisian 800


Berdasarkan Gambar 2, lm-2 hari-1 sebesar 96,50%. Persentase
persentase penurunan kadar TSS yang penurunan nilai COD tertinggi diperoleh
tertinggi diperoleh pada saat kecepatan pada kecepatan pengisian 320 lm-2 hari-1
pengisian 320 lm-2 hari-1 yaitu 81,59 % yaitu 99,55 % dan paling rendah pada
dan yang terendah pada 800 lm-2 hari-1 kecepatan 800 lm-2 hari-1 sebesar 89,31
yaitu 63,33 %. %. Persentase rata-rata penurunan nilai
Penurunan nilai BOD terjadi TSS, BOD dan COD dalam penentuan
secara bertahap dari kecepatan pengisian kecepatan pengisian optimum limbah cair
yang terendah 160 lm-2 hari-1 sampai industri tahu yang tinggi menunjukkan
kecepatan tertinggi 800 lm-2 hari-1. bahwa proses dekomposisi limbah dalam
Persentase penurunan nilai BOD tertinggi sistem MSL telah berlangsung dengan
diperoleh pada kecepatan pengisian 160 baik.
lm-2 hari-1 sebesar 99,30 % dan yang

27
Pengolahan Limbah Cair…(Irmanto dan Suyata)

Grafik persentase penurunan singkat karena banyak mengandung zat-


kadar TSS, BOD dan COD (Gambar 2) zat organik terutama protein.
memperlihatkan semakin besar kecepatan
pengisian persentase penurunan semakin Efisiensi Sistem MSL dalam
kecil. Hal ini terjadi karena semakin Menurunkan Kadar TSS, BOD dan
cepat limbah cair industri tahu masuk ke COD Limbah Cair Industri Tahu
dalam sistem MSL (kecepatan pengisian Sebelum digunakan untuk
semakin besar) maka waktu kontak antara menentukan efisiensi, sistem MSL
limbah cair industri tahu dengan zeolit dikondisikan selama 1 minggu. Secara
dan lapisan tanah semakin cepat,
bertahap kecepatan pengisian diturunkan
sedangkan untuk mendekomposisi limbah dari 800 lm-2 hari-1 sampai 320 lm-2 hari-
cair industri tahu, zeolit dan 1
. Efisiensi sistem MSL ditentukan pada
mikroorganisme yang terdapat dalam kecepatan pengisian optimum 320 lm-2
tanah andisol membutuhkan waktu hari-1. Limbah cair industri tahu dialirkan
tertentu untuk melakukan dekomposisi. ke dalam sistem MSL dengan kecepatan
Kecepatan pengisian yang akan pengisian optimum 320 lm-2 hari-1 selama
digunakan dalam menentukan efisiensi 24 jam dalam 30 hari. Setiap 5 hari
sistem MSL harus memenuhi beberapa dilakukan pengukuran atau analisis kadar
syarat antara lain nilai pH, TSS, BOD TSS, BOD dan COD sampai hari ke-30
dan COD harus sesuai dengan standar sehingga diperoleh 6 hasil analisis untuk
Baku Mutu Air Industri Tahu dan setiap parameter.
persentase penurunan rata-rata yang Tujuan dari sampling yang
tinggi serta pertimbangan lain yang
diteruskan dengan analisis setiap 5 hari
relevan. Pada Gambar 2 terlihat bahwa sekali selama 30 hari adalah untuk
kecepatan pengisian yang memenuhi mengetahui kemampuan sistem MSL
syarat adalah 160, 320 dan 480 lm-2 hari-
1 dalam menurunkan kadar TSS, BOD dan
. Persentase rata-rata penurunan nilai COD pada limbah cair industri tahu.
TSS yang paling tinggi diperoleh pada Berikut hasil analisis limbah cair industri
kecepatan 320 lm-2 hari-1 yaitu 81,59 %, tahu sebelum dan sesudah diolah
BOD diperoleh pada kecepatan pengisian menggunakan sistem MSL dengan
160 lm-2 hari-1 sebesar 99,3 % dan COD kecepatan pengisian optimum 320 lm-2
diperoleh pada kecepatan pengisian 320 hari-1.
lm-2 hari-1 sebesar 99,55 %. Menurut
Tahir et al. (1997), sistem MSL Berdasarkan Tabel 3, nilai pH dan
mempunyai persentase penurunan yang BOD setelah diolah sudah memenuhi
paling besar pada kecepatan pengisian standar Baku Mutu Air Limbah dengan
100 – 400 lm-2 hari-1. dari 2 pertimbangan nilai pH 7,0 – 7,2 dan kadar BOD rata-
diatas, dipilih kecepatan pengisian rata maksimum 130 mg l-1. Kadar TSS
optimum yang digunakan untuk yang dihasilkan setelah diolah dengan
menentukan efisiensi sistem MSL adalah sistem MSL sudah mendekati kadar TSS
320 lm-2 hari-1. pertimbangan lain maksimum sebesar 100 mg l-1. Hasil
memilih kecepatan pengisian 320 lm-2 analisis ini dapat disebabkan oleh
hari-1 adalah, dalam percobaan skala beberapa hal antara lain air masih belum
laboratorium, jika menggunakan teruapkan semua, faktor alat pendingin
kecepatan pengisian 160 lm-2 hari-1 aliran (desikator) yang kemampuan menyerap
limbah cair industri tahu ke dalam sistem air atau uap air sudah berkurang dan alat
MSL terlalu lambat padahal limbah cair ukur yang kurang baik. Analisis COD
industri tahu mudah mengental dan limbah cair industri tahu pada 15 hari
membusuk dalam waktu yang relatif pertama masih diatas standar Baku Mutu

28
Molekul, Vol. 4. No. 1. Mei, 2009 : 21 - 32

Air Limbah dengan batas kadar COD mengandung jumlah pencemar yang
maksimum 275 mg l-1 karena sistem tinggi terutama pencemar yang
MSL masih dalam masa adaptasi setelah disebabkan oleh bahan organik. Semakin
digunakan pada kecepatan pengisian 800 tinggi jumlah bahan organik dalam
lm-2 hari-1 sehingga belum normal. Tetapi limbah semakin besar pula nilai BOD dan
setelah 15 hari kadar COD mulai turun COD sebab kebutuhan akan oksigen
dan nilainya berada di bawah batas kadar untuk menguraikan bahan organik
COD maksimum. tersebut semakin tinggi (PUSARPEDAL,
Kadar BOD dan COD yang tinggi 1996).
dalam limbah cair industri tahu
menunjukkan bahwa limbah tersebut

Tabel 3. Hasil analisis limbah cair industri tahu sebelum dan sesudah diolah dengan
sistem MSL pada penentuan efisiensi sistem MSL
Sebelum Sesudah
Konsentrasi rata-rata Konsentrasi rata-rata
Waktu Sampling
pH (mg l-1) pH (mg l-1)
TSS BOD COD TSS BOD COD
Hari ke 5 4,9 750 6060 7320 7,2 150 108,60 600
Hari ke 10 4,6 750 6150 14340 7,0 150 130,20 1458
Hari ke 15 4,8 810 6570 18000 7,2 180 27,60 360
Hari ke 20 4,5 690 6780 9720 7,0 150 63,75 216
Hari ke 25 4,9 680 10110 11160 7,1 150 60,60 198
Hari ke 30 4,9 810 6690 6780 7,1 150 51,00 162

Efisiensi sistem MSL dapat Efisiensi sistem MSL dalam menurunkan


ditentukan dari persentase rata-rata kadar TSS, BOD dan COD limbah cair
penurunan kadar TSS, BOD dan COD industri tahu ditunjukkan pada Tabel 4.
pada kecepatan optimum selama 30 hari.

Tabel 4. Efisiensi sistem MSL dalam menurunkan kadar TSS, BOD dan COD limbah
cair industri tahu
Penurunan Kadar (%) Efisiensi sistem MSL
Parameter
T1 T2 T3 T4 T5 T6 (%)
TSS 79,91 79,81 77,74 78,41 78,12 77,74 78,62
BOD 98,18 97,88 99,58 99,06 99,4 99,22 98,89
COD 91,79 89,78 98 97,77 98,2 97,61 95,53
Keterangan : T1 = hari ke 5, T2 = hari ke 10, T3 = hari ke 15, T4 = hari ke 20,
T5 = hari ke 25, dan T6 = hari ke 30

Berdasarkan Tabel 4, efisiensi dalam menurunkan kadar BOD yaitu


sistem MSL cukup stabil dalam jangka sebesar 98,89 %, kemudian COD 95,53
waktu 30 hari. Persentase rata-rata % dan TSS 78,62 %. Ini berarti bahwa
penurunan kadar COD pada 10 hari mikroorganisme dan zeolit dalam sistem
pertama masih rendah, hal ini disebabkan MSL bekerja dengan baik melakukan
oleh adaptasi sistem MSL terhadap dekomposisi limbah cair industri tahu.
kecepatan pengisian 320 lm-2 hari-1. Penurunan kadar TSS, BOD dan
Sistem MSL bekerja dengan sangat baik COD limbah cair industri tahu dengan

29
Pengolahan Limbah Cair…(Irmanto dan Suyata)

metode Multi Soil Layering (MSL)


memberikan suatu indikasi terjadinya
degradasi limbah cair industri tahu oleh
mikroorganisme yang terdapat dalam Mikroorganisme yang berperan
sistem MSL tersebut. Choliq (1992) dalam degradasi limbah cair industri tahu
menyatakan dalam proses pengolahan yang terdapat dalam sistem MSL, terdiri
bahan organik limbah cair oleh dari kelompok bakteri, fungi, plankton
mikroorganisme terdapat dua peristiwa dan protozoa yang bersimbiosis secara
yang sangat penting yaitu pemakaian mutualisme. Proses degradasi ini
oksigen oleh mikroorganisme untuk berlangsung secara berantai antara dua
respirasi dan pembentukan sel jenis mikroorganisme atau lebih.
mikroorganisme dengan memanfaatkan Mekanisme sistem MSL dalam
zat organik sebagai sumber makanan dan pengolahan limbah cair industri tahu
energi. Proses penguraian tersebut dapat ditujukan pada Gambar 3.
digambarkan sebagai berikut :

N2 N2O CO2 Limbah Cair Industri Tahu

HPO42-
Bahan organik NH4+ H2PO4-

Nitrifikasi Zeolit
Anaerobik
NO3-
H+
Fe3+ aerob
+++++++
denitrifikasi -------
Fe2+ +++++++

Zeolit
Fe
(OH)2.nH2O
Aerasi (O2)
Gambar 3. Mekanisme Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dalam Sistem MSL
Sumber : Tahir et al., 1997.

Menurut Tahir et al., (1997), dalam kondisi anaerobik yang terjadi


dalam mekanisme sistem MSL (Gambar dalam lapisan tanah.
3) terjadi dua kondisi yaitu aerobik dan Pada kondisi aerob, nitrogen-
anaerobik. Pada kondisi aerobik, yaitu amonia (NH4 -N) baik yang berasal dari
pada lapisan zeolit dan tempat limbah cair industri tahu maupun dari
bertemunya lapisan zeolit dan tanah bahan organik yang berdekomposisi
terjadi dekomposisi senyawa organik, diadopsi oleh zeolit kemudian mengalami
fiksasi fosfat dan proses nitrifikasi. nitrifikasi menjadi NO3 - dengan bantuan
Denitrifikasi dan reduksi ion Fe3+ terjadi O2. reaksi nitrifikasi yang terjadi adalah :

30
Molekul, Vol. 4. No. 1. Mei, 2009 : 21 - 32

dalam tanah andisol berperan sebagai


sumber karbon dalam proses denitrifikasi
tersebut. Logam besi Fe3+ yang terdapat
Nitrat hasil nitrifikasi secara dalam akan tereduksi menjadi ion Fe2+
bertahap bergerak ke dalam lapisan tanah dan secara bertahap ditransfer ke lapisan
campuran andisol dan arang, dan zeolit dimana ion tesebut berperan dalam
mengalami denitrifikasi menjadi N2O. proses adsorbsi fosfat.
nitrogen oksida setelah mengalami Reaksi yang terjadi pada proses
denitrifaksi total akan menjadi N2. penguraian bahan organik baik secara
reduksi N2O inilah yang berhubungan aerob maupun anaerob menurut Hammer
dengan kadar nitrat dan COD. Arang (1977) adalah sebagai berikut :
tempurung kelapa yang dicampurkan ke

Aerob : senyawa organik + O2 CO2 + H2O + e


Anaerob : senyawa organik + NO3- CO2 + N2 + e
senyawa organik + SO4 CO2 + H2S + e
senyawa organik asam-asam organik + CO2 + H2S + e
asam-asam organik CH4 + CO2 + e

KESIMPULAN Bapedalda DKI Jakarta. 2000. Buku


Berdasarkan hasil penelitian dan Pedoman Penyusunan NKLD DKI
pembahasan di atas dapat disimpulkan Jakarta 2000.(on-line). Bapedalda
beberapa hal antara lain : DKI. http ://
1. Metode Multi Soil Layering (MSL) www.dki.go.id/bapedalda/Buku-
dapat digunakan sebagai metode II.htm.diakses 10 Juni 2004
alternatif dalam pengolahan limbah
cair industri tahu untuk menurunkan Bapedalda Jateng. 2004. Peraturan
kadar TSS, BOD dan COD. Daerah Propinsi Jawa Tengah
2. Kecepatan pengisian optimum limbah nomor 10: tentang Baku Mutu Air
cair ke dalam sistem MSL adalah 320 Limbah, Bapedalda Propinsi Jawa
lm-2 hari-1. Tengah
3. Efisiensi sistem MSL dalam
penurunan kadar TSS, BOD dan
COD limbah cair masing-masing Choliq, A.U., 1992. Pengolahan Limbah
sebesar 78,62 %, 98,89 % dan 95,53 Organik dengan Sistem RBC,
%. Proceeding Seminar Nasional
Pengelolaan Lingkungan
Tantangan Masa Depan. Jurusan
Teknik Lingkungan ITB.
DAFTAR PUSTAKA Bandung
APHA. 1995. Standard Method for the
Examination of Water and Hammer, M. J. 1977. Water and
Wastewater, 19th ed. American Wastewater Tecnology. Jhon
Public Health Association, Wiley and Sons Inc., Newyork
Washington
Isoo, F., T. Shibata and T. Okonogi.
1976. Treatment of Dyeing Waste

31
Pengolahan Limbah Cair…(Irmanto dan Suyata)

Liquor with Waste Sludge from Method. In Te Forth Internasional


Aluminium Production Factory, Conference of East Federation of
Pollution Control, 47 : Soil Science Societies. “Soil
Quality Management and Agro-
Luanmanee, S., B. Saitthiti, C. Ecosystem Health”. P. 241-252.
Panichajakul, and T. Wakatsuki. Cheju, Korea
2000. Efficiency of The Multi
Soil Layering Systems with Wakatsuki, T., H. Esumi, and S.Omura.
Various Organic Material 1993. High Performance and N &
Components on Domestic P Removable on –site Domestic
Wastewater Treatment. Paper Wastewater Treatment System by
Submitted on Managing Water Multi Soil Layering Method.
and Waste in The New Millenium, Wat. Sci. Tech. 27 : 31 – 40
May 23 – 26, Johannesburg
Wakatsuki, T., S. Luanmanee, T.
Masunaga, T., K. Sato, T. Zennami, S. Masunaga, and T.
Fujii, and T. Wakatsuki. 2001. Attanandana.2001. High Grade
Application of The Multi Soil On-Site Treatment of Domestic
Layering Method to Direct Wastewater And Polluted River
Treatment of Polluted River Water By Multi-Soil Layering
Water. Proceedings of The First Method. Ecological Engineering,
IWA Asia- Pacific Regional Elsevier (in press).
Conference, September 12 –
15, Japan . P.6

Poerwadi, B., Pariadi. Budi, dan K.,


Ariseno. 1998. Pemanfaatan
Zeolit Alam Indonesia Sebagai
Adsorben Limbah Cair dan
Fluidisasi Dalam Kolom
Fluidisasi. Majalah Ilmiah
UNSOED. Purwokerto.

Pusat Sarana Pengendalian Dampak


Lingkungan (PUSARPEDAL).
1996. Materi Ajar Pelatihan
Analisis Kualitas Air dan Limbah
Cair Tahap III. Pengendalian
Dampak Lingkungan , Jakarta

Radar Banyumas. 6 September 2005.


Perajin Tahu Kesulitan Kelola
Limbah Air. Hlm 4

Tahir, Y. T. Harada and T. Wakatsuki.


1997. Enhancement and Control
of the Funtions of Soil Resources
for Biogenik Wastewater
Treatment by Multi Soil Layering

32 32

Anda mungkin juga menyukai