Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

Prediabetes merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah meningkat


di atas normal namun belum memenuhi kriteria diabetes melitus sedangkan
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat
yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung
(PERKENI, 2002). Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan
dan sebagian penderita akan kembali normal pada setelah melahirkan (Depkes RI,
2008). Pada hampir setengah angka kejadiannya, diabetes akan muncul kembali
(Nurrahmani, 2012).
Publikasi pertama mengenai diabetes mellitus dan kehamilan dilaporkan
oleh Duncan pada tahun 1982 yang melaporkan sebanyak 22 wanita diabetes
melitus hamil. Peel dkk pada tahun 1909 mengumpulkan 66 kasus diabetes
mellitus hamil, dimana 22% diantaranya meninggal saat hamil atau 1-2 minggu
setelah persalinan. Seperdelapan dari kehamilan berakhir dengan abortus, sedang
sepertiga dari kehamilan aterm melahirkan bayi yang mati. Kecenderungan
kematian ibu dan janin yang tinggi berkurang setelah ditemukan insulin pada
tahun 1922. Setelah era insulin angka kematian ibu menurun dengan mencolok,
dari 45% menurun sampai hanya 2%. Namun demikian angka kematian perinatal
menurun sangat lambat dari angka kematian sekitar 80% menurun sampai
mencapai sekitar 3-5% di sentra yang maju.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes Melitus Gestasional


Diabetes melitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun
intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan.
(World Health Organisation 2011).

2.2 Epidemiologi Diabetes Melitus Gestasional


Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2000, diabetes
melitus gestasional terjadi 7% pada kehamilan setiap tahunnya. Prevalensi
diabetes gestasional bervariasi yaitu 1%-14%. Angka ini tergantung pada populasi
yang diteliti dan kriteria penyaringan yang digunakan. Diabetes melitus
gestasional terjadi sekitar 4% dari semua kehamilan di Amerika Serikat, dan 3-5%
di Inggris. Prevalensi diabetes melitus gestasional di Eropa sebesar 2-6%.
Prevalensi prediabetes di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 10%
sedangkan prevalensi diabetes melitus gestasional di Indonesia sebesar 1,9%-
3,6% pada kehamilan umumnya. Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes
melitus, prevalensi diabetes gestasional sebesar 5,1%. Angka ini lebih rendah dari
pada prevalensi di Negara Ingris dan Amerika Serikat. Meskipun demikian,
masalah diabetes gestasional di Indonesia masih membutuhkan penanganan yang
serius melihat jumlah penderita yang cukup banyak serta dampak yang
ditimbulkan pada ibu hamil dan janin.

2.3 Etiologi Diabetes Melitus Gestasional


Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam
plasenta (organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi
membantu pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh
plasenta untuk membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah.
Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya intoleransi
glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba
3

menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat insulin lebih banyak supaya sel
mendapat glukosa bagi memproduksi sumber energi.
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali
jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah.
Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk
mengatasi efek dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan
naik, mengakibatkan GDM.

2.4 Faktor Resiko Diabetes Melitus Gestasional


Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko terkena GDM selama
kehamilan:
a) Kelebihan berat badan sebelum hamil (lebih 20% dari berat badan ideal).
b) Gangguan toleransi glukosa atau glukosa puasa terganggu (kadar gula
darah yang tinggi, tetapi tidak cukup tinggi untuk menjadi diabetes).
c) Riwayat keluarga diabetes (jika orang tua atau saudara kandung memiliki
diabetes).
d) Sebelumnya melahirkan bayi lebih dari 4 kg.
e) Sebelumnya melahirkan bayi lahir mati.
f) Mendapat diabetes kehamilan dengan kehamilan sebelumnya.

2.5 Patogenesis
Kehamilan merupakan suatu kondisi diabetagonik yang ditandai dengan
adanya resistensi insulin dan peningkatan respons sel B pancreas dan
hiperinsulinemia sebagai kompensasi. Resistensi insulin umumnya dimulai sejak
trisemester kedua kehamilan dan keadaan ini terus berlangsung selama sisa
kehamilan. Sensitivitas insulin selama kehamilan dapat menurun hingga 80%.
Hormon-hormon yang disekresi oleh plasenta seperti progesteron, kortisol, human
placental lactogen (hPL), prolaktin dan growth hormon merupakan faktor yang
berperan penting dalam keadaan resistensi insulin saat kehamilan.
Progesteron dan estrogen dapat berpengaruh mempengaruhi resistensi
insulin secara langsung maupun tidak langsung. Kadar hPL semakin meningkat
4

seiring bertambahnya usia kehamilan, hormon ini bekerja seperti growth hormone
yaitu meningkatkan lipofisis. Lipofisis menyebabkan bertambahnya kadar asam
lemak bebas yang beredar dalam darah yang pada akhirnya dapat menyebabkan
resistensi insulin di jaringan perifer. Pertumbuhan fetus bergantung pada kadar
glukosa plasma ibu. Adanya resistensi insulin menyebabkan tingginya kadar
glukosa plasma ibu yang kemudian berdifusi ke dalam aliran darah janin melalui
plasenta.

2.6 Kriteria Diabetes Melitus Gestasional


5

2.7 Pemeriksaan Diabetes Melitus Gestasional


Test Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO) adalah rutin untuk semua wanita
hamil. Tes ini juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes
gestasional). Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan
gejala, tetapi menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil.
Prosedur pemeriksaan bagi Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO)
a) Selama 3 hari sebelum pemeriksaan, tetap makan seperti kebiasaan sehari
hari9dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan
jasmani seperti biasa.
b) Berpuasa paling sedikit delapan jam (mulai malam hari) sebelum
pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
c) Diberikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam 250 ml air dan
diminum dalam waktu lima menit.
d) Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
dua jam setelah minum larutan glukosa selesai
e) Diperiksa konsentrasi glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
f) Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap beristirahat dan
tidak merokok.
Hasil pemeriksaan TTGO dibagi menjadi 3 yaitu:
- Glukosa darah 2 jam <140 mg/dl= normal
- Glukosa darah 2 jam 140-<200 mg/dl= TGT (toleransi gula terganggu)
- Glukosa darah 2 jam >200 mg/dl= DM
Melakukan screening dengan mengukur plasma atau serum glukosa 1 jam
setelah beban glukosa 50-g oral (glucose challenge test [GCT]) dengan batas 130
mg/dl (sensitivitas 90%) atau 140 mg/dl (sensitivitas 80%). Apabila pada
pemeriksaan ini didapatkan hasil positif, maka dilakukan 100 gram three hour oral
glucose challenge test untuk mendiagnosis diabetes gestasional
6

2.8 Penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional


2.8.1 Non Farmakologis
- Untuk wanita gemuk (BMI> 30 kg / m 2 ). Pembatasan kalori 30-33% (25
kkal / kg berat aktual per hari) telah terbuktikan dapat mengurangi
hiperglikemia dan kadar plasma trigliserida tanpa menunjukkan
peningkatan pada ketonuria. Pembatasan karbohidrat untuk 35-40% dari
kalori telah terbukti menurunkan kadar glukosa ibu dan membaikan
kondisi ibu dan janin.
- Program latihan fisik yang sedang telah terbukti dapat menurunkan
konsentrasi glukosa ibu pada wanita dengan GDM. Meskipun dampak
latihan komplikasi neonatal menunggu uji klinis yang ketat, efek penurun
glukosa menguntungkan menjamin rekomendasi bahwa perempuan tanpa
kontraindikasi medis atau obstetri didorong untuk memulai atau
melanjutkan program latihan sederhana sebagai bagian dari pengobatan
untuk GDM.

2.8.2 Farmakologis
- Insulin merupakan terapi farmakologis lini utama untuk diabetes
gestasional. Dapat digunakan baik dengan cara bolus maupun dengan
insulin pump. Penggunaan bolus analog (aspart, lispro) menunjukkan
perkembangan yang cukup signifikan dan aman digunakan saat kehamilan.
Kecuali pada dosis yang sangat tinggi, dipastikan tidak melewati plasenta.
Tidak ditemukan efek samping maternal maupun fetal sampai saat ini.
7

- Metformin. Sejumlah penelitian sudah melakukan penelitian terhadap


metformin. Data yang didapatkan yaitu adanya penurunan resiko
terjadinya abortus spontan pada wanita hamil dengan polycystic ovary
syndrome (PCOS).

2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditemukan pada ibu antara lain: preeklamsia,
infeksi saluran kemih, persalinan seksio sesaria, dan trauma persalinan akibat bayi
besar.
Komplikasi pada bayi antara lain: makrosomia, hambatan pertumbuhan
janin, cacat bawaan, hipoglikemia, hipokalsemia dan hipomagnesemia,
hiperbilirubinemia, polisitemia hiperviskositas dan sindrom gawat nafas neonatal.

2.10 Pemantauan Pasca Persalinan


Mengingat diabetes gestasional mempunyai resiko tinggi untuk mendapat
diabetes mellitus di kemudian hari, maka disepakati agar 6 minggu pasca
persalinan harus dilakukan test toleransi glukosa oral untuk mendeteksi adanya
diabetes mellitus, glukosa puasa terganggu atau toleransi glukosa terganggu.
Apabila test toleransi glukosa oral normal, maka dianjurkan untuk test ulangan
setiap 3 tahun.
8

BAB III
KESIMPULAN

Diabetes melitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun


intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2000, diabetes
melitus gestasional terjadi 7% pada kehamilan setiap tahunnya. Prevalensi
diabetes gestasional bervariasi yaitu 1%-14%. Angka ini tergantung pada populasi
yang diteliti dan kriteria penyaringan yang digunakan. Diabetes melitus
gestasional terjadi sekitar 4% dari semua kehamilan di Amerika Serikat, dan 3-5%
di Inggris. Prevalensi diabetes melitus gestasional di Eropa sebesar 2-6%.
Diabetes gestasional mempunyai faktor resiko dan kriteria menurut
American Diabetes Association. Dalam pemeriksaan Diabetes Gestasional perlu
dilakukan screening.
Dalam penanganan Diabetes Gestasional dilakukan non farmakologis dan
farmakologis guna mencegah terjadinya komplikasi yang mungkin terjadi serta
lakukan pemantauan pasca persalinan.
9

DAFTAR PUSTAKA

1. Tracy L, Setji M, Brown AJ, Feinglos MN. Gestational Diabetes Mellitus.


ClinDiabetes. 2005; 23(1): 17– 24.
2. Kaaja R, Ronnemaa T. Gestational Diabetes: Pathogenesis and Consequences
toMother and Offspring. Rev Diabet Stud. 2009; 5(4): 194– 202.
3. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Rouse D, Spong C.
MaternalPhysiology. Williams Obstetrics. 23rd ed. McGraw-Hill; 2010. p.
111-114.
4. Al-Noaemi MC, Shalayel MHF. Pathophysiology of Gestatinal Diabetes
Mellitus: The Past, the Present and the Future.In: Radenkovic M, editor.
GestationalDiabetes. Croatia: InTech. 2011.
5. Thompson D, Berger H, Feig D, Gagnon R, Kader T, Keely E,et al .Diabetes
andPregnancy. Can J Diabetes 2013; 37: 168-83.
6. Serlin DC, Lash RW. Diagnosis and management of Gestational
DiabetesMellitus. Am Fam Physician 2009; 80(1): 57-62.
7. National Institute for Health and Clinical Excellence. Diabetes in pregnancy.
NICE. 2008.
8. Soewondono, Perdana dan Pramono, Laurentius. Prevalence, characteristics,
and predictors of pre-diabetes in Indonesia. Journal of Med J 2011; Vol. 20,(
4):283-294.

Anda mungkin juga menyukai