Anda di halaman 1dari 5

6 Tipe Kepribadian Manusia Menurut John

L Holland
Pada teori yang dikembangkan oleh John L. Holland menjelaskan bahwa suatu pemilihan
pekerjaan atau jabatan merupakan hasil dari interaksi antara factor hereditas (keturunan) dengan
segala pengaruh budaya, teman bergaul, orang tua, orang dewasa yang dianggap memiliki
peranan yang penting. Selain itu John L. Holland juga merumuskan 6 tipe kepribadian manusia
dalam pemilihan pekerjaan berdasarkan atas inventori kepribadian yang disusun atas dasar minat.

Kemudian, setiap tipe kepribadian itu dijabarkan ke dalam suatu model teori yang disebut model
orientasi (the model orientation). Model orientasi ini merupakan suatu rumpun perilaku perilaku
penyesuaian yang khas. Setiap orang memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda, dan hal
inilah yang menyebabkan mengapa setiap orang itu mempunyai corak hidup yang berbeda-beda.

Urutan orientasi yang pertama terhadap suasana lingkungan pekerjaan tertentu merupakan corak
hidup yang utama dan pertama, urutan model orientasi kedua terhadap lingkungan kerja yang
lainnya dan merupakan corak hidup yang kedua bagi seseorang untuk selanjutnya. Penempatan
urutan corak hidup itu sangat bergantung dari tingkat kecerdasan serta penilainnya terhadap diri
sendiri. Makin jelas penempatan urutan corak hidupnya maka akan semakin menghasilkan pola
pilihan yang tepat bagi seseorang. Namun perlu digarisbawahi, jika model orientasi John L.
Holland ini mengajukan model orientasi berdasarkan budaya Amerika.

Adapun tipe kepribadian manusia yang dijabarkan oleh John L. Holland adalah sebagai berikut:

1. Tipe realistik
Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan kerja yang berorientasi kepada
penerapan. Ciri-ciri tipe realistik yaitu: mengutamakan kejantanan, kekuatan otot, ketrampilan
fisik, mempunyai kecakapan, dan koordinasi motorik yang kuat, kurang memiliki kecakapan
verbal, konkrit, bekerja praktis, kurang memiliki ketrampilan social, serta kurang peka dalam
hubungan dengan orang lain.
Orang yang mempunyai tipe kepribadian realistis dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai
dengan tugas-tugas yang konkrit, fisik, eksplisit yang memberikan tantangan bagi penghuni
lingkungan ini. Untuk dapat memecahkan masalah yang lebih efektif, orang-orang yang
mempunyai tipe kepribadian realistis seringkali memerlukan bentuk-bentuk kecakapan, gerakan,
dan ketahanan tertentu. Diantaranya kecakapan mekanik, ketahanan dan gerakan fisikuntuk
berpindah-pindah dan seringkali berada diluar gedung. Sifat-sifat yang nampak dengan jelas dari
tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan dan keberhasilan.

Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian realistis adalah, operator mesin/radio, sopir
truk, petani, penerbang, pengawas bangunan, ahli listrik, dan pekerjaan lain yang sejenis.

2. Tipe intelektual/investigative
Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan
yang bersifat akademik. Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk merenungkan
daripada mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah, berorientasi pada tugas, tidak sosial.
Membutuhkan pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur, memiliki nilai-nilai dan
sikap yang tidak konvensional dan kegiatan-kegiatanya bersifat intraseptif.

Orang yang mempunyai tipe kepribadian intelektual dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai
dengan tugas yang memerlukan berbagai kemampuan abstark, dan kreatif. Bukan tergantung
kepada pengamatan pribadinya. Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan efisien
diperlukan intelejensi, imajinasi, serta kepekaan terhadap berbagai masalah yang bersifat
intelektual dan fisik. Kriteria keberhasilan dalam melaksanakan tugas bersifat objektif dan bisa
diukur, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama dan secara bertahap. Bahan dan alat serta
perlengkapan memerlukan kecakapan intelektual daripada kecakapan manual. Kecakapan
menulis mutlak dipelihara dalam oreientasi ini.

Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian ini adalah, ahli fiika, ahli biologi, kimia,
antropologi, matematika, pekerjaan penelitian, dan pekerjaan lain yang sejenis.

3. Tipe sosial
Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan
pekerjaan yang bersifat membantu orang lain. Ciri-cirinya adalah pandai bergaul dan berbicara,
bersifat responsive, bertanggung jawab, kemanusiaan, bersifat religiusm membutuhkan
perhatian, memiliki kecakapan verbal, hubungan antarpribadi, kegiatan-kegiatan rapid an teratur,
menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara intelektual, lebih berorientasi pada perasaan.

Orang yang mempunyai tipe kepribadian sosial memiliki ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan
untuk menginterpretasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Secara umum orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan status.

Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian ini adalah, guru, pekerja sosial, konselor,
misionari, psikolog klinik, terapis, dan pekerjaan lain yang sejenis.

4. Tipe konvensional
Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini pada umumnya memiliki kecenderungan untuk
terhadap kegiatan verbal, ia menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerical (angka) yang
teratur, menghindari situasi yang kabur, senang mengabdi, mengidentifikasikan diri dengan
kekuasaaan, memberi nilai yang tinggi terhadap status dan kenyataan materi, mencapai tujuan
dengan mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan.

Orang yang mempunyai tipe kepribadian konvensional pada lingkungan nyatanya ditandai
dengan berbagai macam tugas dan pemecahan masalah memerlukan suatu proses informasi
verbal dan dan matematis secara kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis. Berhasilnya dalam
pemecahan masalah akan nampak dengan jelas dan memerlukan waktu yang relative singkat.

Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian ini adalah, kasir, statistika, pemegang buku,
pegawai arsip, pegawai bank, dan pekerjaan lain yang sejenis.

5. Tipe usaha/enterprising
Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini memiliki ciri khas diantaranya menggunakan
ketrampilan-ketrampilan berbcara dalam situasi dimana ada kesempatan untuk menguasai orang
lain atau mempengaruhi orang lain, menganggap dirinya paling kuat, jantan, mudah untuk
mengadakan adaptasi dengan orang lain, menyenangi tugas-tugas sosial yang kabur, perhatian
yang besar pada kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif dalam kegiatan lisan.

Orang yang mempunyai tipe kepribadian usaha/enterprising ditandai dengan berbagai macam
tugas yang menitikberatkan kepada kemampuan verbal yang digunakan untuk mengarahkan dan
mempengaruhi orang lain.

Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian ini adalah, pedagang, politikus, manajer
pimpinan eksekutif perusahaan, perwakilan dagang, dan pekerjaan lain yang sejenis.

6. Tipe artistik
Orang yang mempunyai tipe kepribadian ini memiliki kecenderungan berhubungan dengan orang
lain secara tidak langsung, bersifat sosial dan sukar menyesuaikan diri.

Orang yang mempunyai tipe kepribadian artistik ini ditandai dengan berbagai macam tugas dan
masalah yang memerlukan interpretasi atau kreasi bentuk-bentuk artistik melalui cita rasa,
perasaan dan imajinai. Dengan kata lain, orang yang mempunyai tipe kepribadian artistik lebih
menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar dilakukan dengan melalui ekspresi diri dan
menghindari keadaan yang bersifat intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut
ketrampilan fisik.

Contoh pekerjaan orang dengan tipe kepribadian ini adalah, ahli musik, ahli kartum ahli drama,
pencipta lagu, penyair, dan pekerjaan lain yang sejenis.

- See more at: http://mediaonlinenews.com/pengembangan-diri/6-tipe-kepribadian-manusia-


menurut-john-l-holland#sthash.osk2JVrH.dpuf
Orang Idealis Vs Orang Realistis 09 November 2010 12:23:13 Diperbarui: 26 Juni 2015
11:44:48 Dibaca : 103,491 Komentar : 10 Nilai : 4 Orang Idealis Vs Orang Realistis Saya sering
mendengarkan orang mengatakan hal-hal negatif mengenai orang yang punya idealisme tertentu.
Entah itu mulai dari sindiran hingga secara terang-terangan telah banyak ditujukkan kepada
orang-orang yang mempunyai kesetiaan tertentu terhadap ide yang mereka yakini benar. Orang-
orang Indonesia, terutama sekali masyarakat perkotaan, menganggap bahwa idealisme adalah
suatu konsep yang harus ditinggalkan jauh-jauh dalam menjalankan hidup agar mendapatkan
hidup yang baik. Benarkah itu? Sebelum menilai hal tersebut benar atau salah, ada baiknya saya
sedikit jelaskan apa itu idealisme dan realism, beserta apa saja yang termasuk ke dalam kategori
idealisme dan realism tersebut. Idealisme adalah suatu keyakinan atas suatu hal yang dianggap
benar oleh individu yang bersangkutan dengan bersumber dari pengalaman, pendidikan, kultur
budaya dan kebiasaan. Idealisme tumbuh secara perlahan dalam jiwa seseorang, dan
termanifestasikan dalam bentuk perilaku, sikap, ide ataupun cara berpikir. Pengaruh idealisme
tidak hanya terbatas pada tingkat individu, tapi juga hingga ke tingkat negara. Nilai-nilai
idealisme yang mempengaruhi individu contohnya adalah keyakinan mengenai pola hidup, nilai-
nilai kebenaran, gaya mengasuh anak, karir dan lain sebagainya. Sedangkan idealisme pada
tingkatan negara adalah seperti Ideologi Pancasila, komunisme, liberalism dan masih banyak
lagi. Sedangkan realisme adalah suatu sikap/pola pikir yang mengikuti arus. Individu yang
realistis cenderung bersikap mengikuti lingkungannya dengan mengabaikan beberapa/semua
nilai kebenaran yang dia yakini. Sama dengan idealisme, realisme tumbuh secara perlahan dalam
jiwa dan pikiran seseorang. Realisme-pun tidak hanya terbatas pada individu, tapi juga pada
level-level diatasnya hingga ke tingkat negara. Nilai-nilai realisme yang mempengaruhi individu
pada umumnya adalah hal-hal yang berkaitan dengan materi. Namun tidak tertutup kemungkinan
juga pada hal-hal lain seperti budaya politik, norma reliji (sistem kepercayaan) dan banyak hal-
hal lainnya. Seperti yang telah saya tuliskan di atas bahwa batasan tulisan ini hanya untuk
menjawab pernyataan kaum realis yang menganggap bahwa idealisme adalah sampah kehidupan.
Untuk menyederhanakan tulisan ini agar mudah ditangkap oleh semua orang, saya akan
menggunakan pendekatan perbandingan saja. Idealisme pada dasarnya adalah perubahan,
terlepas dari apakah perubahan itu baik atau buruk. Sebagai contoh idealisme positif, ingat ketika
Martin Luther menentang gereja Katolik Eropa? Banyak orang ketika itu mencemoohnya sebagai
orang yang idealis dengan menafikkan kenyataan-kenyataan di lapangan dan keamanan hidupnya
sendiri. Namun dengan kekuatan idealisme yang luar biasa akhirnya Martin Luther mampu
melahirkan gerakan reformasi (pada masa itu) dan tetap bertahan hingga hari ini. Untuk contoh
buruknya, lihat idealisme yang dilakukan oleh Adolf Hitler. Dengan keyakinannya atas buruknya
kaum Yahudi dan Komunisme, dia bisa menjadi penguasa Eropa dan membinasakan kaum
Yahudi dan Komunis. Padahal ketika zamannya ketika itu, korporasi Yahudi dan dominasi politik
komunis begitu kental dilingkungannya sehingga pada awal-awal perjuangannya Hitler justru
lebih banyak mendapat hinaan dan cemooh ketimbang dukungan. Tentu saja contoh buruk ini
jangan ditiru karena justru merupakan kemunduran dalam peradaban manusia. Sebutlah semua
pemimpin besar dunia: Mahatma Gandhi, Mother Teressa, Aung an su kyi, Che Guevara,
Soekarno, Julius Caesar, Socrates dan masih banyak pemimpin besar dunia lainnya yang penuh
dengan idealisme-idealismenya walaupun kadang hal itu menjadi faktor utama berakhirnya hidup
mereka. Socrates contohnya: dia bersikukuh bahwa pemerintahan demokrasi Athena pada kala
itu adalah pemerintah yang busuk dan korup. Walaupun banyak kerabatnya dan murid-muridnya
yang membujuknya agar tidak terlalu idealis dengan keyakinannya karena akan membahayakan
nyawanya, dia tetap saja lantang menentang demokrasi Athena. Walhasil, senat Athena
memerintahkannya menenggak racun sebagai bentuk hukuman mati atas penghinaannya kepada
senat, dan matilah Socrates dalam memperjuangkan idealismenya. Selanjutnya adalah Soekarno.
Pada masa mudanya, Soekarno sudah terbiasa diperlihatkan pemandangan betapa anak negeri ini
(kaum pribumi) diperbudak oleh penjajah Belanda. Lingkungannya pun (lingkungan terpelajar
dan priyayi) sudah menganggap bahwa hal itu adalah biasa. Lalu ketika dia beranjak dewasa, dia
menyadari bahwa ini semua salah dan dia mulai merawan arus “realistik” penjajahan, dan mulai
mengkampanyekan idealisme kebebasan (kemerdekaan) bangsa Indonesia. Sebutlah semua
orang atau pemimpin besar di bumi ini, maka orang tersebut pada awalnya selalu mempunyai
idealismenya sendiri yang pada akhirnya menghantarkannya kepada kesuksesan. Atau mungkin
jika ingin menggunakan pembuktian terbalik: coba anda carilah pemimpin atau orang besar
dunia yang tidak punya idealisme, itupun kalau anda bisa menemukannya. Idealisme adalah
sumber perubahan. Perubahan terjadi karena tidak adanya kepuasan terhadap kondisi terkini,
perubahan terjadi karena ada “kesalahan” atas suatu hal, perubahan dapat dilakukan hanya bila
ada keberanian, dan keberanian untuk melakukan perubahan merupakan implementasi nyata dari
idealisme. Namun perlu diperhatikan juga bahwa idealisme tidak bisa berdiri sendiri. Idealisme
juga memerlukan realisme. Idealisme dan sikap realistik bagaikan dua sisi mata uang yang saling
melengkapi satu sama lain secara absolut. Tanpa adanya sikap realistik, idealisme hanya akan
menjadi angan-angan utopis: bagaikan mimpi di siang bolong. Sikap idealis tanpa sifat realistis
hanya akan menjadi bunga tidur dalam kehidupan yang tidak lebih baik dari khayalan orang sakit
jiwa. Perlu ada keseimbangan koheren antara sifat idealisme dan realistis agar menjadi manusia
seutuhnya. Sikap realistis diperlukan untuk memahami dan menginsyafi kondisi riil di lapangan.
Sedangkan sikap idealis diperlukan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kekurangan yang
terjadi dalam realita. Tidak mungkin seorang manusia hanya mengikuti arus (realistis) selama-
lamanya, atau hidup akan menjadi statis. Tidak mungkin juga seorang manusia hanya
mengutamakan idealismenya semata dengan mengacuhkan realita kalau tidak ingin dikatakan
seorang pemimpi. Jadi pada kenyataannya, sikap idealis dan realis bukanlah suatu hal yang
saling berkontradiktif. Justru sebaliknya, kedua hal itu harus selaras berjalan dalam pikiran dan
sikap kita agar hidup selalu mengalami progresifitas. Keseimbangan antara idealisme dan realism
dapat menghasilkan output yang tentunya lebih baik daripada hanya condong ke satu sisi saja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/venomaxus/orang-idealis-vs-orang-
realistis_55003fa9813311a119fa7349

Anda mungkin juga menyukai